Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERWATAN PADA BY.K DENGAN ISPA DI RUANG MUZDALIFAH


RUMAH SAKIT SITI HAJAR MATARAM
( STASE KDP )

DISUSUN OLEH
SRI KURNIAWATI
090STYJ19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluandan laporan kasus pada pasien dengan Hipoglikemia telah di periksa
dan disetujui pada:

Hari :
Tanggal :

Disetujui Oleh

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

( Hj. Ilham, Ners., M.Kep ) ( Novita Rastuti, Ners )


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Glukosa merupakan sumber energi untuk fungsi organ tubuh. Walaupun semua organ
dapat menggunakan glukosa, otak adalah bagian tubuh yang paling eksklusif memerlukan
glukosa sebagai substrat yang berfungsi sebagai metabolisme energi. Karena
penyimpanan glikogen serebral terbatas, menjaga kecukupan asupan glukosa ke otak
merupakan fungsi fisiologis utama. Tingginya brain-to-body-weight ratio pada neonatus
mengakibatkan kebutuhan glukosa neonatus yang secara proporsional lebih tinggi
dibandingkan dengan kapasitas produksi glukosa daripada yang kebutuhan pad aorang
dewasa, dengan penggunaan glukosa serebral yang mencakup 90% dari total konsumsi
glukosa tuuh. Walaupun bahan alternatif seperti laktat dan badan keton dapat digunakan
sebagai substrat untu produksi energi, respon kontraregulatorik neonatus yang imatur
membatasi kketersediaan molekul glukosa. Jadi, neonatus sangat rawan terhadap berbagai
kondisi yang mengganggu keseimbangan homeostasis glukosa normal selama transisi dari
intrauterine ke kehidupan extrauterin yang independen (McGowen, 2003).
Estimasi insidensi hipoglikemia pada neonatus tergantung baik pada definisi kondisi
dan metode pengukuran glukosa darah. Keseluruhan insidensi diestimasikan sebanya 5
kejadian dari tiap 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini dapat lebih tinggi pada populasi
dengan risiko tinggi. Sebagai contoh, 8% neonatus BMK umumnya berasal dari ibu
diabetik (IDM) dan 15% bayi preterm dan bayi IUGR dilaporkan mengalami
hipoglikemia; insidensi pada seluruh populasi risiko tinggi diperkirakan sebesar 30%.
(McGowen, 2003).
Beberapa kondisi neonatus tertentu dapat diserai dengan adanya hipoglikemia, seperti
: nutrisi maternal yang tidak adekuat selama kehamilan, kelebihan produksi insulin pada
bayi dengan ibu diabetik, penyakit hemolitik berat pada neonatus, defek kongenital dan
penyakit metabolik kogenital, asfiksia, serta penyakit liver (Lucile Packard Children
Hospital, 2013)
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa saja konsep dasar penyakit Hipoglikemia?
2) Apa konsep dasar Asuhan Keperawatan pada penyakit Hipoglikemia?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep dasar penyakit Hipoglikemia yang berhubungan dengan
definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofiilogi, WOC, pemeriksaan
penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan.
2) Untuk mengetahui konsep dasar Asuhan Keperawatan penyakit Hipoglikemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa
kurang dari 50 mg/%.
Sedangkan Hipoglikemi pada Neonatus adalah suatu keadaan, dimana kadar
gula darah plasma puasa kurang dari 50 mg/% yang terjadi pada bayi baru lahir.
Hipoglikemia merupakan masalah metabolik yang paling sering ditemukan
pada neonatus. Pada anak, hipoglikemia terjadi pada nilai glukosa darah kurang
dari 40 mg/dL. Sementara pada neonatus, hipoglikemia adalah kondisi dimana
glukosa plasma kurang dari 30 mg/dL pada 24 jam pertama kehidupan dan kurang
dari 45 mg/dL setelahnya (Cranmer, 2013)
Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa serum secara signifikan lebih
rendah daripada rentang pada bayi normal dengan usia postnatal yang sesuai.
Walaupun hipoglikemia dapat terjadi dengan gejala neurologis, seperti letargi,
koma, apnea, seizure atau simpatomimetik, seperti pucat, palpitasi, diaforesis,
yang merupakan manifestasi dari respon terhadap glukosa, banyak neonatus
dengan serum glukosa rendah menunjukkan tanda hipoglikemia nonspesifik
(Kliegman et al, 2011)
Serum glukosa pada neonatus menurun segera setelah lahir sampai 1-3 hari
pertama kehidupan. Pada bayi aterm yang sehat, serum glukosa jarang berada di
bawah nilai 35 mg/dL dalam 1 - 3 jam pertama kehidupan, di bawah 40 mg/dL
dalam 3-24 jam, dan kurang dari 45 mg/dL (2.5 mmol/L) setelah 24 jam
(Kliegman et al, 2011).
Hipoglikemia pada neonatus didefinisikan sebagai kondisi dimana glukosa
plasma di bawah 30 mg/dL (1.65 mmol/L) dalam 24 jam pertama kehidupan dan
kurang dari 45 mg/dL (2.5 mmol/L) setelahnya (Cranmer,2013).
Estimasi rata-rata kadar glukosa darah pada fetus adalah 15 mg/dL lebih
rendah daripada konsentrasi glukosa maternal. Konsentrasi glukosa akan
kemudian berangsur-angsur menurun pada periode postnatal. Konsentrasi di
bawah 45 mg/dL didefinisikan sebagai hipoglikemia. Dalam 3 jam, konsentrasi
glukosa pada bayi aterm normal akan stabil, berada di antara 50-80 mg/dL.
Terdapat dua kelompok neonatus dengan risiko tinggi mengalami hipoglikemia,
yaitu bayi lahir dari ibu diabetik (IDM) dan bayi IUGR (Hay et al, 2007).
b. Faktor Resiko
Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami hipoglikemi adalah:
a) Diabetes melitus
b) Parenteral nutrition
c) Sepsis
d) Enteral feeding
e) Corticosteroid therapi
f) Bayi dengan ibu dengan diabetik
g) Bayi dengan kecil masa kehamilan
h) Bayi dengan ibu yang ketergantungan narkotika
i) Luka bakar
j) Kanker pankreas
k) Penyakit Addison’s
l) Hiperfungsi kelenjar adrenal
m) Penyakit hati
Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
hipoglikemia pada bayi, yaitu:
1. Bayi dari ibu penderita diabetes
Ibu hamil yang mengalami diabetes akan mengalami peningkatan
kadar gula dalam darah. Gula darah yang tinggi ini dapat mengalir ke
peredaran darah bayi dan memicu produksi insulin dalam tubuh bayi.
Saat bayi lahir, asupan glukosa dari plasenta akan turun, sementara
kadar insulin dalam tubuh bayi masih tinggi. Keadaan ini akan
menyebabkan hipoglikemia pada bayi baru lahir.
2. Bayi terlalu besar atau kecil selama dalam kandungan
Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK) dan bayi kecil untuk masa
kehamilan (KMK) sama-sama berisiko mengalami hipoglikemia saat
lahir. Hal ini karena bayi dengan kedua kondisi tersebut biasanya
dilahirkan oleh ibu dengan intoleransi glukosa.
3. Bayi prematur atau bayi kurang bulan
Cadangan glikogen biasanya baru terbentuk pada kehamilan
trimester ketiga, sehingga bila bayi lahir prematur, maka persediaan
glikogen akan lebih sedikit dan lebih cepat habis terpakai. Hal ini bisa
meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia pada bayi.
4. Bayi lebih bulan (postmature baby)
Bayi yang lahir lewat waktu, yaitu setelah usia kehamilan 42
minggu, juga lebih berisiko mengalami hipoglikemia. Pada kehamilan
di atas 42 minggu, fungsi plasenta akan menurun, sehingga janin
menggunakan cadangan glikogennya. Cadangan glikogen yang
menurun akan membuat bayi lebih rentang mengalami hipoglikemia.
5. Bayi yang stres selama kehamilan dan persalinan
Janin dan bayi yang mengalami stres memiliki kecepatan
metabolisme yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar
dibandingkan bayi lain. Jika asupan nutrisi tidak mencukupi bayi yang
mengalami stres selama kehamilan dan persalinan akan rentan
mengalami hipoglikemia.
c. Klasifikasi Hipoglikemia pada neonatus
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
a) Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang
besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi
pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
b) Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
c) Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga
terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan
glikogen.
d) Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolisme insulin terganggu.
d. Etiologi
Beberapa penyebab hipoglikemia pada bayi (neonates) adalah sebagai berikut:
a) Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan
memiliki cadangan glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk
glikogen).
b) Prematuritas
c) Post-maturitas
d) Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam kandungan.
e) Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin
tinggi, bayi yang ibunya menderita diabetes sering kali memiliki kadar
insulin yang tinggi karena ibunya memiliki kadar darah yang tinggi,
sejumlah besar gula darah ini melewati plasenta dan sampai ke janin
selama masa kehamilan akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar
insulin,
f) Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderita
penyakit hematolotik berat .
g) Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun dengan
cepat pada jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan, dimana
aliran gula dari plasenta secara tiba-tiba terhenti.
e. Patofisiologi
a) Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur
plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin
masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.
b) Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf
pusat bahkan sampai kematian.
c) Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan
diabetes melitus.
d) Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup
selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
e) Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena
meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia,
hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.

f. Pathway Hipoglikemia neonatus


g. Tanda Dan Gejala
Hipoglikemia simptomatik pada neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam
kehidupan. Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal,
terlambat pemberian minum dan bayi dari ibu DM. Tidak ada perbedaan dalam
hal jenis kelamin. Juga termasuk dalam golongan ini ialah bayi dari ibu DM
insulin dependen (IDM) dan ibu menderita DM kehamilan (IGDM). Meskipun
sebanyak 50% dari IDM dan 25% IGDM mempunyai kadar glukose < 30 mg/dl
selama 2-6 jam kehidupan, ke-banyakan tidak memperlihatkan akibat-akibat dari
hipoglikemianya. Umumnya sembuh spontan, tetapi sebagian kecil (10-20%)
kadar gula tetap rendah. Beberapa di antaranya menunjukkan respons yang balk
terhadap suntikan glukagon 300 mikro gram atau 0,3 mg/kgBB im, tidak lebih 1
mg totalnya.
Neonatus simptomatik gejalanya tidak khas, misalnya : apati, anoreksia,
hipotoni, apnu, sianosis, pernapasan tidak teratur, kesadaran menurun, tremor,
kejang tonik/klonik, menangis tidak normal dan cengeng. Kebanyakan gejala
pertama timbul sesudah 24-28 jam kehidupan
Pada Bayi/Anak Gejala-gejala dapat berupa: sakit kepala, nausea, cemas,
lapar, gerakan motorik tidak terkoordinasi, pucat, penglihatanb'erkunang-kunang,
ketidak pedulian, cengeng, ataksia, strabismus, kejang, malas/lemah, tidak ada
perhatian dan gangguan tingkah laku, bisa disertai atau tidak dengan banyak
keringat dan takhikardi. Serangan ulang gejala-gejala tadi dapat terjadi pada
waktu-waktu tertentu setiap hari, sehingga kita harus waspada terhadap
kemungkinan hipogli-kemia. Pemeriksaan glukose darah pada saat timbulnya
gejala sangat penting untuk menegakan diagnosa.
h. Komplikasi
a) Kerusakan otak
b) Koma
c) Kematian
i. Pemeriksaan penunjang
a) kadar glukosa darah (GD)
b) tes fungsi ginjal
c) tes fungsi hati
d) C- peptide
j. Penatalaksanaan
Untuk penanganan bayi yang mengalami hiplogikemia dapat dilakukan dengan:
a) Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor
dalam 3 hari pertama :
1. Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
2. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal
dalam 2 kali pemeriksaan
3. Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
4. Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan
hipoglikemia selesai
b) Penanganan hipoglikemia dengan gejala :
1. Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit.
2. Pasang dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui intravena selama 5
menit dan diulang sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8
mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt =
25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920
mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10%
/hari.
Atau cara lain dengan GIR
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari
12,5% digunakan vena sentral.
1. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
2. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi
seperti diatas.
c) Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
1. Infus D10 diteruskan
2. Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
3. ASI diberikan bila bayi dapat minum
d) Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
1. Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
2. ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-
pelan
3. Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
e) Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala:
1. ASI teruskan
2. Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
3. Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
a. Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi
b. Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum
c. Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal
d. Kadar glukosa normal
 IV teruskan
 Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
 Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
 Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12
jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran
dihentikan.
f) Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)
1. Konsultasi endokrin
2. Terapi: kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau
prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
3. Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain: somatostatin,
glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang
dilakukan)
g) Hipoglikemia refraktori
Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit menunjukan adanya hiperinsulinisme.
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan:
1. Hidrokortison 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam
2. Glukagon 200 ug IV (segera atau infus berkesinambungan 10 ug/kg/jam)
3. Diazoxide 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin
pankreas
Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk
memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai. Ketika
pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di tempat
tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat diturunkan secara bertahap.
Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24 - 48 jam atau lebih untuk
menghindari kambuhnya hipoglikemia.
k. Prognosis Hipoglikemia
Jika tidak diobati, hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat
menyebabkan kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis
tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik
yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang
adekuat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Fokus Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan
lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai
keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
a. ANC
b. Perinatal
c. Post natal
d. Imunisasi
e. Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
f. Pemakaian parenteral nutrition
g. Sepsis
h. Enteral feeding
i. Pemakaian Corticosteroid therapi
j. Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
k. Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif:
a. Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
b. Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin
c. Rasa lapar (bayi sering nangis)
d. Nyeri kepala
e. Sering menguap
f. Irritabel
Data obyektif:
a. Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang,
kaku,
b. Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas
cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak
makan dan koma
c. Plasma glukosa < 50 gr/%
b. Diagnosa Keperawatan
1. Potensial komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang
rendah seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak,
gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
2. Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan
tubuh
3. Potensial Gangguann Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan peningkatan pengeluaran keringat
4. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada
otot

c. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan. 1
Potensial komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah
seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi
saraf otonom, koma hipoglikemi
Rencana tindakan:
1. Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
2. Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
3. Monitor vital sign
4. Monitor kesadaran
5. Monitor tanda gugup, irritabilitas
6. Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
7. Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
8. Cek BB setiap hari
9. Cek tanda-tanda infeksi
10. Hindari terjadinya hipotermi
11. Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
12. Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit

Diagnosa Keperawatan 2
Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Rencana tindakan:
1. Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah tindakan
2. Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi dalam keadaan
bersih atau steril
3. Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang menderita infeksi
saluran nafas.
4. Perhatikan kondisi feces bayi
5. Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik.
6. Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
7. Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur

Diagnosa Keperawatan. 3
Potensial Ggn Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan pengeluaran keringat
Rencana Tindakan
1. Cek intake dan output
2. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg BB/24 jam
3. Cek turgor kulit bayi
4. Kaji intoleransi minum bayi
5. Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI

Diagnosa Keperawatan. 4
Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada otot
Rencana tindakan
1. Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
2. Lakukan fisiotherapi
3. Ganti pakaian bayi secara teratur dan atau jika kotor dan basah.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York
Cranmer, H.Neonatal Hypoglycemia. 2013. Emedicine Medscape.
Lucille Packard Children’s Hospital at Stanford. 2013. Hypoglycemia in the
Newborn.
Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London
McGowan,J. 2003. Neonatal Hypoglycemia. Pediatrics in Review. American
Associaton of Pediatrics Publication
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta.
Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia
Hay, W. 2008. The Newborn Infant. Lange Current Diagnosis and Treatment of
Pediatrics. McGraw-Hill : Denver-Colorado. 3.

Anda mungkin juga menyukai