BAB 1 PENDAHULUAN
Tujuan ..............................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................... 21
Saran ................................................................................................................. 21
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ketika Negara-bangsa tersusun, maka sebenarnya telah ada berbarengan dengan eksistensi
negara itu, suatu perjanjian bersama “Kontrak Sosial”, sebagai kebulatan pikiran atau cita-cita
dalam mendirikan negara bangsa tersebut, perjanjian ini sebagai pengejawantahan dari
kemauan bersama untuk menyusun hidup bersama dalam suatu wadah yang disebut negara.
Selanjutnya, bangunan negara yang didirikan itu tegak di atas sebuah “keyakinan kokoh
bersama suatu komnitas politik” yang kemudian biasa disebut sebagai kepercayaan politik
(political belief) milik seluruh bangsa yang kemudian menjadi sebuah “Ideologi”.
Yang dijadikan sebagai landasan, pedoman, serta cita-cita suatu bangsa. Maka keyakinan
politik itu akhirnya menajdi gagasan abadi untuk diaktualisasikan dalam kehidupan
perpolitikan komunitas sebuah negara.
Pancasila telah disepakati dan disetujui oleh rakyat Indonesia melalui perdebatan dan tukar
pikiran baik dalam sidang BPUPKI maupun PPKI oleh para pendiri negara. Kita sebagai
masnyarakat Indonesia memiliki kewajiban untuk tunduk pada pancasila serta
mempertahankannya.
Kedudukan pancasila sebagai dasar (filsafat) memiliki tiga implikasi, yakni implikasi politis,
etis, dan yuridis bagi kehidupan bernegara. Implikasi politis adalah menjadikan pancasila
sebagai ideologi nasional. Implikasi etis adalah menjadikan pancasila sebagai sumber norma
etik bernegara. Implikasi yuridis adalah menjadikan pancasila sebagai sumber hukum negara,
pancasila merupakan unsur pokok dari UUD 1945, yang selanjurnya unsur tersebut terjabar
dalam pasal- pasal UUD 1945 sebagai norma hukum dasar bernegara. UUD 1945 sebagai
norma hukum dasar negara selanjutnya dijabarkan lagi dalam undang-undang dan seterusnya
pada peraturan perundangan di bawahnya secara hierarkis.
Pancasila sebagai dasar negara, berarti pula pancasila sebagai Norma Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perkataan “Norma Dasar” teridiri dari kata “Norma”, yang berarti hukum
atau “kaidah” dan kata “Dasar”, yang berarti “pokok”atau “Fondamen”, jadi norma dasar
berarti hukum pokok atau kaidah pokok. Karena itu yang dimaksud dengan pancasila sebagai
Norma Dasar Negara Republik Indonesia ialah pancasila yang menjadi hukum pokok dalam
negara bangsa Indonesia. Artinya, semua peraturan perundangan yang berlaku dalam
negara bangsa Indonesia bersumber pada pancasila dan sah berlaku jika tidak bertentangan
dengan pancasila. Dengan pengertian tersebut maka pancasila merupakan “sumber dari segala
sumber hukum”. Oleh karena itu, setiap warganegara yang menjalankan dan mematuhi semua
peraturan yang ada secara terortis telah mengamalkan pancasila sebagai Dasar Negara.
Sebagai Dasar Negara, pengalaman pancasila pada hakikatnya merupakan penjabaran nilai-
nilai pancasila di dalam berbagai kesatuan negara guna mengatur pelaksanaan berbagai macam
pola dan bidang kehidupan, agar benar-benar sesuai dan dijiwai oleh nilai-nilai pancasila.
1.2.Rumusan Masalah
1) Bagaimana dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara?
2) Apa saja esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara?
3) Bagaimana hubungan pancasila dengan proklamasi, pembukaan UUD 1945 dan pasal pasal
UUD 1945?
4) Apa saja implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan?
1.3.Tujuan
1) Mengetahui dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara
2) Membuat argumen tentang tantangan terhadap pancasila
3) Mengetahui esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara
4) Memahami hubungan pancasila dengan proklamasi, pembukaan UUD 1945, dan pasl-pasal
UUD 1945.
5) Mengetahui implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan
BAB 2 PEMBAHASAN
Tantangan yang muncul, antara lain berasal dari derasnya arus paham- paham yang bersandar
pada otoritas materi, seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme, sekularisme, pragmatisme,
dan hedonisme, yang menggerus kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal
inipun dapat dilihat dengan jelas, betapa paham-paham tersebut telah merasuk jauh dalam
kehidupan bangsa Indonesia sehingga melupakan kultur bangsa Indonesia yang memiliki sifat
religius, santun, dan gotong-royong.
Apabila ditarik benang merah terkait dengan tantangan yang melanda bangsa Indonesia
sebagaimana tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Tantangan terhadap Pancasila sebagaimana yang diuraikan di atas, hanya merupakan sebagian
kecil saja karena tantangan terhadap Pancasila itu seperti fenomena gunung es, yang tidak
terlihat lebih banyak dibandingkan yang muncul di permukaan. Hal ini menggambarkan bahwa
upaya menjawab tantangan tersebut tidak mudah. Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat
harus bahu-membahu merespon secara serius dan bertanggung jawab guna memperkokoh
nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah penuntun bagi setiap warga negara, baik bagi
yang berkiprah di sektor masyarakat maupun di pemerintahan. Dengan demikian, integrasi
nasional diharapkan semakin kokoh dan secara bertahap bangsa Indonesia dapat mewujudkan
cita-cita dan tujuan negara yang menjadi idaman seluruh lapisan masyarakat.
Sebagaimana dipahami bahwa Pancasila secara legal formal telah diterima dan ditetapkan
menjadi dasar dan ideologi negara Indonesia sejak 18 Agustus 1945. Penerimaan Pancasila
sebagai dasar negara merupakan milik bersama akan memudahkan semua stakeholder bangsa
dalam membangun negara berdasar prinsip-prinsip konstitusional.
Mahfud M.D. (2009: 16--17) menegaskan bahwa penerimaan Pancasila sebagai dasar negara
membawa konsekuensi diterima dan berlakunya kaidah-kaidah penuntun dalam pembuatan
kebijakan negara, terutama dalam politik hukum nasional. Lebih lanjut, Mahfud M.D.
menyatakan bahwa dari Pancasila dasar negara itulah lahir sekurang-kurangnya 4 kaidah
penuntun dalam pembuatan politik hukum atau kebijakan negara lainnya, yaitu
sebagai berikut:
1. Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau keutuhan
bangsa, baik secara ideologi maupun secara teritori.
2. Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun
demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (negara hukum) sekaligus.
3. Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia bukanlah penganut liberalisme,
melainkan secara ideologis menganut prismatika antara individualisme dan
kolektivisme dengan titik berat pada kesejahteraan umum dan keadilan sosial.
4. Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi
beragama yang berkeadaban. Indonesia bukan negara agama sehingga tidak boleh
melahirkan kebijakan atau politik hukum yang berdasar atau didominasi oleh satu
agama tertentu atas nama apapun, tetapi Indonesia juga bukan negara sekuler yang
hampa agama sehingga setiap kebijakan atau politik hukumnya haruslah dijiwai oleh
ajaran berbagai agama yang bertujuan mulia bagi kemanusiaan.
Pancasila sebagai dasar negara menurut pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2011 tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan, merupakan sumber dari
segala sumber hukum negara. Di sisi lain, pada penjelasan pasal 2 tersebut dinyatakan bahwa
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis negara sehingga
setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila adalah substansi esensial yang mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu,
rumusan Pancasila sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Perumusan Pancasila yang menyimpang dari pembukaan
secara jelas merupakan perubahan secara tidak sah atas Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Kaelan, 2000: 91 -92). Kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib hukum
Indonesia. Dengan demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian hukum Indonesia
yang dalam Pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia dijelmakan lebih
lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
2. Meliputi suasana kebatinan (Geislichenhintergrund) dari UUD 1945.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun
tidak tertulis).
4. Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk penyelenggara partai dan
golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5. Merupakan sumber semangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan negara, para
pelaksana pemerintahan. Hal tersebut dapat dipahami karena semangat tersebut adalah
penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara karena masyarakat senantiasa
tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika
masyarakat (Kaelan, 2000: 198--199)
Rumusan Pancasila secara imperatif harus dilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang
integral, yang saling mengandaikan dan saling mengunci. Ketuhanan dijunjung tinggi dalam
kehidupan bernegara, tetapi diletakkan dalam konteks negara kekeluargaan yang egaliter, yang
mengatasi paham perseorangan dan golongan, selaras dengan visi kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan kebangsaan, demokrasi permusyawaratan yang menekankan consensus,
serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi
MPR periode 2009-2014, 2013: 88).
Soekarno melukiskan urgensi Pancasila bagi bangsa Indonesia secara ringkas tetapi
meyakinkan, sebagai berikut:
Pancasila adalah Weltanschauung, satu dasar falsafah, Pancasila adalah satu alat pemersatu
bangsa yang juga pada hakikatnya satu alat mempersatukan dalam perjuangan melenyapkan
segala penyakit yang telah dilawan berpuluh-puluh tahun, yaitu terutama imperialisme.
Perjuangan suatu bangsa, perjuangan melawan imperialisme, perjuangan mencapai
kemerdekaan, perjuangan sesuatu bangsa yang membawa corak sendiri-sendiri. Tidak ada
dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa mempunyai cara perjuangan
sendiri, mempunyai karakteristik sendiri. Oleh karena itu, pada hakikatnya bangsa sebagai
individu mempunyai kepribadian sendiri. Kepribadian yang terwujud dalam pelbagai hal,
dalam kenyataannya, dalam perekonomiannya, dalam wataknya, dan lain-lain sebagainya
(Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014, 2013: 94-95).
Untuk memahami urgensi Pancasila sebagai dasar negara, dapat menggunakan 2 (dua)
pendekatan, yaitu institusional (kelembagaan) dan human resourses (personal/sumber daya
manusia). Pendekatan institusional yaitu membentuk dan menyelenggarakan negara yang
bersumber pada nilainilai Pancasila sehingga negara Indonesia memenuhi unsur-unsur sebagai
negara modern, yang menjamin terwujudnya tujuan negara atau terpenuhinya kepentingan
nasional (national interest), yang bermuara pada terwujudnya masyarakat adil dan makmur.
Sementara, human resourses terletak pada dua aspek, yaitu orang-orang yang memegang
jabatan dalam pemerintahan (aparatur negara) yang melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara
murni dan konsekuen di dalam pemenuhan tugas dan tanggung jawabnya sehingga formulasi
kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan yang mengejawantahkan kepentingan rakyat.
Demikian pula halnya pada tahap implementasi yang harus selalu memperhatikan prinsip-
prinsip good governance, antara lain transparan, akuntabel, dan fairness sehingga akan
terhindar dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme); dan warga negara yang berkiprah dalam
bidang bisnis, harus menjadikan Pancasila sebagai sumber nilai-nilai etika bisnis yang
menghindarkan warga negara melakukan free fight liberalism, tidak terjadi monopoli dan
monopsoni; serta warga negara yang bergerak dalam bidang organisasi kemasyarakatan dan
bidang politik (infrastruktur politik). Dalam kehidupan kemasyarakatan, baik dalam bidang
sosial maupun bidang politik seyogyanya nilai-nilai Pancasila selalu dijadikan kaidah
penuntun. Dengan demikian, Pancasila akan menjadi etika politik yang mengarahkan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam suasana kehidupan yang harmonis.
Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari sumber hukum sudah selayaknya menjadi ruh dari
berbagai peraturan yang ada di Indonesia. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang ditegaskan dalam alinea keempat terdapat kata “berdasarkan” yang
berarti, Pancasila merupakan dasar negara kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai
dasar negara mengandung makna bahwa nilai-nilai Pancasila harus menjadi landasan
dan pedoman dalam membentuk dan menyelenggarakan negara, termasuk menjadi sumber dan
pedoman dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Hal ini berarti perilaku para
penyelenggara negara dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah negara, harus sesuai
dengan perundang-undangan yang mencerminkan nilainilai Pancasila.
Apabila nilai-nilai Pancasila diamalkan secara konsisten, baik oleh penyelenggara negara
maupun seluruh warga negara, maka akan terwujud tata kelola pemerintahan yang baik. Pada
gilirannya, cita-cita dan tujuan negara dapat diwujudkan secara bertahap dan
berkesinambungan
2.4. Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi dam Pembukaan UUD 1945
c. Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi
Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas kerohanian dan dasar filsafat negara
merupakan unsur penentu daripada ada dan berlakunya tertib hukum bangsa Indonesia dan
pokok kaidah negara yang fundamental. Sedangkan proklamasi merupakan titik kulminasi
perjuangan bangsa Indonesia yang bertekat untuk merdeka yang disemangati oleh jiwa
Pancasila. Perjuangan bangsa indonesia ini kemudian di jiwai, disemangati, didasari oleh nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila. Sehingga bisa dikatakan bahwa nilai-nilai dalam
pancasila yang mendasari perjuangan bangsa indonesia untuk merebut kemerdekaan
yang puncaknya ditandai dengan proklamasi. Pada peristiwa proklamasi juga
dilakukan penegakan, penyelamatan, dan pengangkatan derajat nilai-nilai pancasila yang
mana pada saat penjajahan nilai-nilai tersebut telah direndahkan, dilecehkan, serta diinjak-
injak. Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945
adalah pencerminan Falsafah hidup / pandangan hidup, rahasia hidup dan tujuan hidup kita
sebagai bangsa. Lepasnya nilai-nilai pancasila dari belenggu penjajahan juga tidak lepas dari
besarnya keinginan rakyat Indonesia pada saat itu untuk merdeka, persatuan dan kesatuan juga
berperan penting dalam proses pemerdekaan Indonesia. Dimana persatuan dan kesatuan juga
merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam pancasila.
a. Hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
Suasana kebatinan UUD 1945 bersumber pada dasar filsafat negara yaitu pancasila.
Pengertian inilah yang menunjukkan kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar
negara republik Indonesia. Keduanya juga membentuk suatu hubungan yang dapat
dibedakan menjadi hubungan formal dan material, seperti berikut:
A. Hubungan formal
Pancasila sebagai norma dasar hukum positif yang dicantumkan dalam pembukaan
UUD 1945. Dengan demikian cara kehidupan, tata negara tidak hanya bertopang
kepada asas-asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduanya dengan
keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius
dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya berdampak pada pancasila. Berdasarkan
tempat terdapatnya pancasila dalam UUD 1945 secara formal dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Bahwa rumusan pancasila sebagi dasar negara republik indonesia adalah seperti
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2) Bahwa pembukaan UUD 1945 berdasarkan pengertian ilmiah,
merupakan pokok kaidah negara yang fundamental
3) Bahwa Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi sebagai sesuatu
yang bereksistensi sendiri, yang hakekat kedudukan hukum nya berbeda dengan
pasal-pasal nya. Karena pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah pancasila
tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumber.
4) Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai
kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah yang terlekat pada
kelangsunagn hidup negara republik indonesia.
B. Hubungan material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang bersifat
formal, sebagaimana yang dijelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai
berikut:
1) Ditinjau dari proses perumusan Pancasila secara kronologis, materi yang
dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru
kemudian pembukaan UUD 1945. Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum
Indonesia pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi,
dan tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila. Pancasila sebagai
tertib sumber hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi sumber
bentuk dan sifat. Dalam pancasila terdapat penjabaran tertib hukum Indonesia
yang mana hal ini menunjukkan bahwa pembukaan UUD 1945 sebagai tertib
hukum Indonesia berhubungan secara material dengan pancasial.
2) Selain UUD 1945 masih ada hukum dasar tidak tertulis yang juga merupakan
sumber hukum. Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa hukum tidak tertulis ini
merumerupakan aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis, inilah yang dimaksuk denagn
konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap atau pengisi
kekosongan yang timbul dari praktek kenegraan, oleh karena itu tersebut tidak
terdapat dalam Undang-Undang dasar.
2.5. Implementasi Pancasila Dalam Kebijakan Negara
Berikut ini akan dijelaskan mengenai implementasi Pancasila dalam kebijakan negara.
1. Membudayakan Pancasila Dalam Aspek Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik,
bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi sebagaimana dengan negara
lain sejalan dengan ideologinya, maka demokrasi di Indonesia mendasarkan dirinya
pada ideologi politik yaitu Pancasila. Membudayakan Pancasila di bidang politik
adalah membudayakan sila keempat dari Pancasila yang berintikan demokrasi yang
dijiwai oleh sila 1, 2, 3, dan menjiwai sila 5. Demokrasi Pancasila dalam arti luas adalah
kedaulatan atau kekuasaan tertinggi ada pada rakyat yang dalam penyelenggaraannya
dijiwai oleh niali-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yaitu nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan nilai keadilan sangat mendukung
demokrasi. Nilai-nilai pancasila menentang sistem otoriter atau kediktatoran.
2. Membudayakan Pancasila Dalam Aspek Kehidupan Ekonomi
Di bidang ekonomi, ekonomi neoliberal yang bertumpu pada kapalitisme global
menjadi arus utama. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang telah mulai
berkenalan dengan kapitalisme global seiring dengan perekonomian global tersebut.
Hal demikian berlangsung sejak pemerintahan Orde Baru. Namun demikian, krisis
devaluasi rupiah yang lantas menjelma menjadi krisis moneter sepanjang 1997-1998
telah membutakan mata bahwa pondasi perekonomian Indonesia yang dibangun atas
dasar hutang luar negeri tidaklah kokoh. Sistem ekonomi kita bertumpu pada eknomi
liberal. Padahal sistem ekonomi di Indonesia secara normatif telah memiliki
pijakannya, yakni sistem ekonomi yang berdasar pancsaila. Sistem ekonomi
yang bersandar pada kerakyatan dan keadilan. Upaya-upaya dalam rangka
membudayakan Pancasila di dalam aspek kehidupan ekonomi, yaitu dengan
mengadakan pengkajian, diskusi, dan dialog tentang ekonomi pancasila dan
penerapannya di Indonesia baik di tingkat nasional maupun di daerah-daerah . Sistem
ekonomi yang bermoral, manusiawi, nasionalitis, demokratis, dan berkeadilan jika
diterapkan secara tepat pada setiap kebijakan dan program akan membantu terwujudnya
keselarasan dan keharmonisan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
3. Membudayakan Pancasila Dalam Aspek Kehidupan Sosial-Budaya Sosial dan budaya
adalah satu kesatuan hal yang sangat mudah berubah, yang disebabakan oleh adanya
perkembangan zaman, seperti globalisasi yang memudahkan budaya bangsa luar masuk
ke negara kita, yang membuat hilangnya rasa bangga terhadap negara sendiri. Berikut
ini beberapa contoh singkat dalam membudayakan Pancasila di dalam aspek kehidupan
sosial-budaya.
- Penyuluhan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam hidup bermsyarakat
dan bernegara dapat dilakukan khususnya pada masyarakat dan wilayah yang
sering mengalami konflik antar warga
- Aktualisasi sosial budaya pada aspek agama, karena masih banyaknya kasus
perselisihan yang diawali oleh perbedaan keyakinan umat beragama. Hal ini
terjadi karena kurangnya rasa menghargai antara umat beragama dalam kehidupan
sosial mereka. Diharapkan dengan adanya aktualisasi dapat menghilangkan
perselisihan yang ada.
- Terbuka menerima kehadiran budaya lain sebagai upaya mempersatukan umat
manusia di seluruh dunia. Namun demikian, jangan sampai meniggalkan budaya
yang sudah mendarah daging dalam tubuh kita dan mneggantinya dengan budaya
bangsa lain. Membudayakan Pancasila dalam bidang sosial budaya dengan cara
menjadikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya.
Arah pembangunan sosial budaya Indonesia hendaknya mendasarkan pada hal-hal
sebagai berikut.
- Pambangunan sosial budaya dilaksnanakan demi terwujudnya masyarakat yang
demokratis, aman, tenteram, dan damai.
- Pembangunan sosial budaya yang menghargai kemajemukan maesyarakat
Indonesia.
- Terbuka terhadap nilai-nilai luar yang positif untuk membangun masyarakat
Indonesia yang modern.
- Memlihara nilai-nilai yang telah lama hidup dan relevan bagi kemajuan
masyarakat.
4. Membudayakan Pancasila Dalam Aspek Kehidupan Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindugni kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.
Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah
NKRI sebagai satu kesatuan pertahanan.
Komponen dalam pertahanan negara ada tiga sebagai berikut
- Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap digunakan untuk
melaksanakan tugas-tugas pertahanan.
- Komponen cadangan, adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk
dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan
kemampuan komponen utama.
- Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.
Membudayakan Pancasila dalam bidang pertahanan keamanan adalah dengan
manjadikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan keamanan.
Acuannya adalah sebagai berikut.
- Pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga
negara.
- Mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
- Mengembangkan prinsip hidup berdampingan secara damai dengan bangsa lain.
Sebagai penjabarannya, pertahanan dan keamanan diatur dalam Pasal 30 UUD 1945
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa dengan Pancasila sebagai dasar negara yang menjadi dasar,
pedoman, maupun landasan bernegara Republik Indonesia akan memudahkan dalam
memberikan jaminan atas stabilitas dan kelestarian jalannya pemerintahan Negara RI. Juga
memberikan jaminan akan kestabilan serta tegaknya tatanan hukum sehingga dapat mengawasi
dan mendeteksi terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaan pembangunan nasional, termasuk segenap program-program yang telah
digariskan dalam pencapaian sasaran.
Kesemua hal tersebut, akhirnya akan dapat mendukung pengembalian kepercayaan dan
keyakinan masyarakat terhadap terlaksananya pemerintahan yang baik dan stabil serta
tegaknya tatanan hukum dalam Negara RI.
Akhirnya, Pancasila sebagai dasar negara juga dapat memberikan motivasi atas keberhasilan
serta tercapainya suatu cita-cita atau tujuan nasional yang juga merupakan cita-cita proklamasi
kemerdekaan Republik Indoneisa, yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur, hidup
berdampingan dengan negara-negara di dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
3.2. Saran
Berdasarkan wacana di atas kita dapat menyadari betapa pentingnya Pancasila sebagai dasar
negara ini. Oleh karena itu kita harus menjunjung tinggi Pancasila dan mengamalkan sila-sila
yang termaktub di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Setijo, Pandji. 2006. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa.Jakarta: PT
Grasindo.
Winarno. 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Jakarta: Bumi Mediak. Darmodiharko,
Darji. 1994. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang: Laboratorium Pancasila IKIP
MALANG.
Budiyono, Kabul. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
Ali, As’ad Said. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta: Pustaka
LP3ES Indoneisa.
Maloko, Mochammad Syarifin. 2001. Pancasila dan Politik Provokasi. Yogyakarta: Poestaka
Bersatoe. Munir, MBM. Umi Salamah. Suratman. 2016. Pendidikan Pancasila. Malang:
Madani Media.
Winarno. 2011. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Edisi Kedua. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nurwardani, Pristiyanti. Hestu Yoga Saksama. Arqom Kuswanjono. 2016 Pendidikan
Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jendral pembelajaran dan
Kemahasiswaan.
Asshiddiqie, Jimly. 2005. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia.
Jakarta: Konstitusi Press. Ppkn, Guru. 2016. “5 Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara”.
http://guruppkn.com/kedudukan-pancasila-sebagai-dasar-negara, diakses pada 18 Agustus
2017 11.30.
https://www.academia.edu › Makalah_Pancasila
https://www.academia.edu/34712318/MAKALAH_PANCASILA_TENTANG_PANCASIL
A_MENJADI_DASAR_NEGARA_REPUBLIK_INDONESIA_NAMA_KELOMPOK_DEI
_AKBAR
https://leman2311.wordpress.com/2018/05/19/dinamika-dan-tantangan-pendidikan-pancasila/