Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP IBU POST PARTUM

BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Adel Oktavia Putri A (180323007)


Agung Putra Rahmanda (180323003)
Alifia Eka Putri (180323013)
Dariah Wardani (180323022)
Devi Vitaria Sari (180323025)
Fadlil Malik Firdaus (180323033)

TK 2 A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA
2019
PEMBAHASAN

1 Definisi Post Partum

Perdarahan pasca partum dikategorikan sebagai primer (sejak lahiran sampai 24 jam
pasca partum) atau sekunder (24 jam sampai 6 minggu pasca partum. Pada perdarahan pasca
partum primer kehulangan darah dan angka morbilitas lebih besar serta lebih serin terjadi.

2 Definisi Perdarahan

Secara tradisional, perdarahan pasca partum didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml


atau lebih darah setelah selesainya kala 3 persalinan. Hal ini menimbulkan masalah karena
separuh perempuan yang melahirkan per vagina mengeluarkan darah dalam jumlah sebesar
itu, bahkan lebih , jika diukur secara kuantitatif. Pritchard dkk; (1962) menggunakan metode
pengukuran yang akurat dan menumbuhakan bahwa sekitar 5% perempuan yang melahirkan
per vagina kehilangan lebih daro 100 ml darah. Mereka juga melaporkan bahwa hasil perkiraan
kehilangan darah umumnya hanya sekitar separuh volume kehilangan darah yang sebenarnya.
Karena itu, perkiraan kehilangan darah yang melebihi 500 ml harus diwaspadai sebagai ibu
yang mengalami perdarahan berlebihan. Toledo dkk; (2007) telah memperlihatkan bahwa drap
yang dikalibrasi dengan penanda ukuran memperbaiki akurasi perkiraan. Namun, seperti yang
diperlihatkan oleh penelitian sosa dkk; (2009), teknik ini tetap terlalu rendah memperkirakan
volume kehilangan darah jika dibandingkan dengan metode yang lebih akurat, seperti yang
digambarkan oleh pritchard dkk; (1962)
Volume darah perempuan hamil dengan hipervolemia terinduksi kehamilan normal biasanya
bertambah 30-60%. Hal ini setara dengan 1500-2000 ml untuk perempuan bertubuh sedang
(pritchard, 1965).
3 Karakteristik Klinis

Perdarahan pascapartum dapat dimulai sebelum atau sesudah terlepasnya plasenta.


Biasanya yang terjadi bukanlah perdarahan masif mendadak, melainkan perdarahan yang
konstan. Pada setiap titik tertentu, perdarahan tampaknya hanya mederat, tetapi dapat terus
terjadi hingga timbul hipovolemia berat. Khususnya pada perdarahan setelah pelahiran pasenta,
perembesan darah yang konstan dapat menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah banyak.
Efek perdarahan bergantung hingga derajat tertentu, pada volume darah saat tidak
hamil dan besarnya hipervolemia yang diinduksi kehamilan. Gambaran perdarahan pasca
partum yang dapat menyesatkan adalah kegagalan denyut nadi dan tekanan darah untuk
mengalami perubahan yang drastis (hanya terjadi perubahan sedang) hingga telah terjadi
kehilangan darah dalam jumlah besar. Perempuan yang awalnya normotensif bahkan dapat
terjadi hipertensif sebagai respons terhadap perdarahan. Lebih lanjut, perempuan yang
sebelumnya hipertensif dapat dianggap sebagai normotensif walaupun sebenarnya berada
dalam keadaan hivolemia berat. Dengan demikian, hipovolemia dapat tidak dikenali hingga
telah sangat lanjut.
Perempuan dengan preeklamsia berat atau eklamsia tidak mengalami pertambahan
volume darah yang normalnya terjadi. Zeeman dkk., (2009) mencatatat peningkatan rerata
volume darah melebihi volume saat tidak hamil hanya terjadi pada 10 persen di antara 29
perempuan eklamptik saat melahirkan. Jadi, perempuan-perempuan ini sangat sensitif
terhadap, atau bahkan tidak dapat menoleransi, kehilangan volume darah yang di anggap
normal (lihat Bab 34, hal. 751). Jika dicurigai adanya perdarahan berlebihan pada
perempuan dengan preeklamsia berat, upaya-upaya harus segera dilakukan untuk
mengidentifikasi temuan klinis dan laboratoris yang akan mendorong pemberian
kristaloid dan darah secepat mungkin untuk meresusitasi hipovolemia.
Pada beberapa perempuan, seteah melahirkan, darah mungkn tidak keluar per vagina,
tetapi pengumpulan dalam kavitas uteri, yang dapat melebar akibat terkumpulnya 1000 mL atau
lebih darah. Pada bebrapa kasus, penolong dapat memijat gulungan lemak abdomen yang
salah diduga sebagai uterus pasca partum. Jadi, pemeriksaan terhadap uterus pasca partum
tidak boleh diserahkan begitu saja pada orang yang tidak berpengalaman.

4 Perhitungan untuk menentukan nilai diperlihatkan seperti berikut:


Volume Darah Saat Tidak Hamil
[Tinggi Badan (inci) x 50] + [ Berat Badan (pon) x 25]=Volume darah (ml)

Volume Darah Saat Hamil


Bervariasi dari 30 hingga 60% dari hasil perhitungan volume saat tidak hami
Bertambah sepanjang kehamilan yang mendatar pada usia gestasi kira-kira 34 minggu
Biasanya lebih besar pada nilai hematokrit dalam kisaran nomal rendah (~30) dan lebih kecil
pada nilai hematokrit dalam kisaran normal tinggi (~38)
Penambahan rata-rata adalah 40-80% pada gestasi multi janin
Penambahan rata-rata lebih rendah pada preeklampsia-volume berbanding terbalik dengan
keparahan

Volume Darah PascaPartum Dengan Perdarahan Berat


Kembalikan segera ke volume total saat tidak hamil-dengan resusitasi cairan-karena
hipervolemia kehamilan tidak akan dicapai lagi

5 Penyebab perdarahan obstetris

Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum pelahiran telah disebut dengan
berbagai istilah, yaitu solusio plasenta, abruptio placentae, dan di britana raya,
perdarahan aksidental.
Perdarahan akibat solusi plasenta umumnya menyusup diantara membran plasenta dan
uterus , dan akhirnya keluar melalui serviks, menyebabkan perdarahan eksternal . yang lebih
jarang, darah tdak berhasil keluar, tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dan uterus,
menyebabkan perdarahan terselubung .solusio plasenta dapat total atau parsial. Perdarahan
terselubung jauh lebih berbahaya bagi ibu dan janin. (chang dkk,2001)
6 Faktor Resiko

Bertambahnya usia dan paritas


Hipertensi Kronis
Ketuban Pecah Kurang Bulan
Kehamilan Ganda
Berat Lahir Rendah
Hidramion
Riwayat Solusio
Trombofilia
Penggunaan kokain

7 Faktor Predisposisi

Distensi berlebihan pada uterus (kehamilan kembar, polihidramnion, atau bayi besar
Induksi oksitoksin atau augmentasi
Persalinan dan pelahiran cepat atau presipitatus
Kala satu dan dua persalinan yang memanjang
Grand Multiparitas
Riwayat atoni uterus/perdarahan pascapartum pada saat melahirkan anak sebelumnya
Penggunaan agens relaksan uterusj, seperti magnesium sulfat dan terbutalin
8 ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP IBU POST PARTUM BERHUBUNGAN
DENGAN PERDARAHAN

Pengkajian
Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun

Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin,
kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.

Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia,
bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat
hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep,
chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.

Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi

Pengkajian fisik :

Tanda vital :

Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)

Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)

Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )

Suhu : Normal/ meningkat

Kesadaran : Normal / turun

Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusiv

Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil memanjang

Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )

Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang.


(2) Diagnosa Keperawatan

Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam

Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian

Resiko infeksi b/d perdarahan

Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.

(3) Rencana tindakan keperawatan

Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam

Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal

Rencana keperawatan :

Monitor tanda vital tiap 5-10 menit

R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital

Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit

R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan


perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin

Kaji ada / tidak adanya produksi ASI

R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan


dalam produksi ASI

Tindakan kolaborasi :

Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda
hipoksia jaringan )

Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan
).

Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian


Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan
cemas berkurang atau hilang.

Rencana tindakan :

Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )

R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis

Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung

R/ Memberikan dukungan emosi

Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui

Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

R/ Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.
Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan

Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )

Rencana tindakan :

Catat perubahan tanda vital

R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi

Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan
nyeri panggul

R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak


terdeteksi

Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea

R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang


berkepanjangan

Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis
dan saluran kencing

R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan

Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut

jangan sampai terlalu basah

R/ pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan

dapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan

resiko infeksi.

6) Tindakan kolaborasi

a) Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )


b) Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk
keadaan infeksi ).

Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan.

Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi penurunan kesadaran

dan tanda-tanda dalam batas normal)

Rencana tindakan :

1) Anjurkan pasien untuk banyak minum

R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular sehingga


dapat meningkatkan volume intravascular yang dapat meningkatkan perfusi
jaringan.

2) Observasitanda-tandavital tiap 4 jam

R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi


secara dini.

3) Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.

R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani secara


baik.

4) Observasi intake cairan dan output

R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan yang


berlebihan.

5) Kolaborasi dalam:

a) Pemberian cairan infus / transfusi

R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang dapat


meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah terjadinya shock

b) Pemberian koagulantia dan uterotonika


R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika
merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.
(4) Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan


rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien.

(5) Evaluasi

Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :

Tanda vital dalam batas normal :

Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg

Denyut nadi : 70-80 x/menit

Pernafasan : 20 – 24 x/menit

Suhu : 36 – 37 oc

2) Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl

3) Gas darah dalam batas normal

4) Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang


komplikasi dan pengobatan yang dilakukan

5) Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam


mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya

6) Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari

7) Klien tidak merasa nyeri

8) Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya

Penkes

Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya Perdarahan Post Partum adalah
memimpin kala II dan kala III persalinan secara legeartis. Apabila persalinan diawasi
oleh dokter spesialis obstetric-ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan
suntikan ergometrik secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi
perdarahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai