Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF Ilmu Penyakit
Mata
Disusun Oleh:
Preseptor:
dr. Maryono Soemarmo, Sp.M.
Uveitis merupakan inflamasi pada traktus uveal. Uveitis dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa hal, yaitu:
Anatomi
o Anterior uveitis
Anterior uveitis merupakan inflamasi pada iris (iritis) dan pars plikata dari badan
siliari (cyclitis). Anterior uveitis dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Iritis: inflamasi pada iris
Iridocyclitis: inflamasi pada iris dan pars plikata
Cyclitis: iflamasi pada pars plikata dari badan siliari
o Intermediate uveitis
Intermediate uveitis merupakan inflamasi pada pars plana dari badan siliari dan
retina perifer serta bagian koroid yang mendasari. Intermediate uveitis disebut juga
dengan pars planitis.
o Posterior uveitis
Posterior uveitis merupakan inflamasi pada koroid (koroiditis). Inflamasi juga
dapat terjadi pada retina sekitar sehingga isitilah chorioretinitis digunakan.
o Panuveitis
Panuveitis merupakan inflamasi pada seluruh traktus uveal. Hal ini paling sering
terjadi pada inflamasi tipe kronis.
Klinis
o Uveitis akut
Uveitis akut merupakan radang pada traktus uveal yang terjadi secara tiba-tiba dan
terjadi selama kurang dari 3 minggu.
o Uveitis kronis
Uveitis kronis merupakan radang pada traktus uveal yang terjadi secara bertahap
denfan durasi lebih dari 3 minggu
o Rekuren
Rekuren merupakan uveitis yang terus terjadi secara berulang
Patologis
o Granulomatous uveitis
Granulomatpus uveitis merupakan inflamasi yang terjadi akibat adanya infeksi.
Inflamasi terjadi secara bertahap dan kronis dengan manifestasi klinis yang
minimal.
o Non-granulomatous uveitis
Non-granulomatous uveitis merupakan inflamasi yang terjadi akibat reaksi alergi
atau imun yang onsetnya terjadi secara aku dengan durasi yang pendek.
Etiologi (Duke Elder’s)
o Infective uveitis
o Allergic or immune related uveitis
o Toxic uveitis
o Traumatic uveitis
o Uveitis associated with non infective systemic diseases
o Idiopathic uveitis
Uveitis disebabkan oleh berbagai hal, yaitu:
Infeksi eksogen
Infeksi eksogen terjadi akibat adanya luka yang perforasi atau ulkus kornea. Hal ini
menyebabkan terjadinya iridosiklitis yang purulent dan panophthalmitis.
Infeksi sekunder
Infeksi sekunder terjadi akibat adanya inflamasi yang menyebar dari kornea, sclera, atau
retina.
Infeksi endogen
Organisme yang berasal dari organ lain pada tubuh sampai ke mata melalui aliran darah.
Organisme tersebut meliputi:
o Bakteri
Septicemia akibat Streptococcus, Staphylococcus, Meningococcus,
Pneumococcus, dan lain-lain.
Tuberculosis, syphilis, gonorrhea, dan lain-lain
o Virus: Mumps, measles, influenza, herpes, dan lain-lain
o Protozoa: Toxoplasma, toxocara, cysticercosis
Inflamasi alergi
Inflamasi alergi terjadi pada jaringan mata yang tersensitisasi dan terjadi kontak kembali
dengan organisme yang sama atau protein yang sama ( reaksi antigen-antibodi). Contoh
lesi tubercular pada lymph nodes, infeksi streptokokus pada gigi, tonsil, sinus paranasal,
traktus urinary dan genital.
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas merupakan reaksi terhadap komponen jaringan autolog (reaksi
autoimun) sehingga uveitis terjadi akibat adanya rheumatoid arthritis, systemic lupus
erythematosus, sarcoidosis, ankylosing spondylitis, Reiter’s disease, Behcet’s syndrome.
Uveitis memiliki mekanisme dasar untuk terjadinya inflamasi yang menimbulkan tanda pada mata,
yaitu:
A. Anterior uveitis
Anterior uveitis merupakan inflamasi pada iris (iritis) dan pars plikata dari badan siliari
(cyclitis). Anterior uveitis terjadi dalam dua bentuk, yaitu:
Infektif (granulomatous)
Terjadi akibat adanya infeksi organisme secara langsung. Inflamasi terjadi secara bertahap,
kronis dengan manifestasi klinis yang minimal. Terdapat infiltrasi nodular pada jaringan
oleh sel plasma dan limfosit. Hal ini dikarakteristikan dengan adanya keratik besar yang
berminyak disebut dengan mutton fat yang merupakan deposit dari sel daraj putih
(sebagian besar berupa limfosti), kumpulan sel inflamasi pada batas pupil (Koeppe’s
nodules) atau pada bagian perifer dari permukaan anterior iris (Busacca’s nodules).
Alergi (exudative atau non-granulomatous)
Terjadi secara akut dengan durasi yang pendek. Terjadi secara diffuse tanpa adanya lesi
fokal pada iris. Hal ini dikarakteristikan dengan adanya keratik halus yang tersusun atas
sel limfoid dan polimorf.
1. ACUTE IRIDOCYCLITIS
Acute iridocyclitis merupakan inflamasi akut pada iris (iritis) dan badan siliari (cyclitis).
Gejala dapat berupa:
Mata merah: terjadi akibat adanya kongesti circumciliar.
Nyeri: memburuk pada malam hari. Nyeri menyebar ke dahi, kulit kepala, pipi,
tulang malar, hifung dan gigi. Hal ini terjadi karena iris disuplai oleh saraf sensori
dari divisi optalmik pada saraf ke lima.
Lakrimasi dan fotofobia tanpa adanya discharge yang mucopurulent akibat adanya
keratitis.
Gangguan pengelihatan akibat plasmoid aqueous yang kabur dan media refraksi
yang keruh
Fotofobia akibat adanya nyeri yang diinduksi oleh konstriksi pupil dan spasme
siliari akibat adanya inflamasi.
Tanda pada acute iridocyclitis meliputi:
Kongesti circumciliary
Hiperemis di sekitar limbus yang berwarna ungu kemerahan akibat adanya dilatasi
pembuluh darah siliari anterior
Anterior chamber
Terdapat plasmoid aqueous yang mengandung leukosit, serpihan protein yang
terkoagulasi dan fibrinous network. Pada pemeriksaan slit lamp ditemukan adanya:
o Milky ‘flare’ atau ‘aqueous flare’—partikel seperti debu ditemukan
berferak pada cahaya slit lamp.
Anterior vitiritis
Adanya aqueous flare ringan diserta keratic precipitates
Peripheral retinal periphlebitis
Terlihat sebagai inflamasi focal, multifocal, atau difuse
Snowbanking
Plak putih keabuan pada bagian inferior pars plana yang terlihat dekat dengan ora serata
80% kasus uveitis intermediate tidak memerlukan pengobatan. Pada kasus kronis kortikosteroid
dan imunosupresan seperti injeksi triamcinolone acetonide atau methylprednisolone acetonide
pada posterior sub tenon dapat diberikan.
Posterior uveitis memiliki dua bentuk yang mirio dengan anterior uveitis, yaitu:
Granulomatous choroiditis akibat infeksi pathogen secara langsung
Non granulomatous choroiditis atau exudative choroiditis akibat reaksi alergi
Tanda pada uveitis posterior dapat terlihat pada pemeriksaan funduskopi, yaitu:
Pada stadium awal terdapat satu atau lebih area kuning dengan batas yang tidak jelas pada
pembuluh darah retina. Hal ini terjadi akibat adanya infiltrasi pada koroid dan adanya
eksudat.
Titik hitam terlihat melayang pada vitreous
‘Spill over’ uveitis: inflamasi segmen anterior seperti posterior synechia, kp, aqueous flare
Pada stadium penyembuhan lesi kuning berubah menjadi putih karena adanya fibrosis dan
lesi dikelilingi oleh pigmen hitam.
Diagnosis banding dari uveitis posterior adalah toxoplasmosis, peripheral toxocariasis syphilis,
multiple sclerosis and sarcoidosis.
Choroiditis dapat diklasifikasikan bergantung pada jumlah dan lokasi lesi, yaitu:
Disseminated (diffuse) choroiditis
Lesi terlihat bertebaran di fundus. Contoh pada sifilis dan tuberkulosis
Anterior choroiditis
Lesi terlihat pada bagian perifer fundus seperti pada sifilis
Central choroiditis
Lesi pada area macular atau kutub posterior seperti toxoplasmosis, histoplasmosis.
Juxtapapillary choroiditis (of Jensen)
Lesi terdapat pada diskus optik