Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN LUKA

“Luka Kaki Diabetik”

Dosen Pendamping : Ns. Usman.,M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 3

Riska

Siti Damayanti

Widia Apriyanti

Nava Febrianty

Pila Diana Putri

Pifianda Anggraini

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji dan syukur kita curahkan kepada Allah SWT, karena atas
limpahan karunianya tugas makalah ini dapat kami selesaikan. Shalawat dan
salam kami ucapkan kepada Rasulullah SAW yang menjadi teladan baik bagi
umat manusia Rasul yang membawa kita dari jalan gelap menuju cahaya.
Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas
makalah ini tapi dengan semangat dari teman dan kegigihan serta arahan dan
bimbingan dari dosen pembimbing Bapak Ns. Usman.,M.Kep sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Kami menyadari makalah ini belum sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki tugas makalah berikutnya.
Kami akhiri semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.

Pontianak, 19 oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 5
C. TUJUAN .................................................................................................. 5
1. TUJUAN UMUM ................................................................................. 5
2. TUJUAN KHUSUS .............................................................................. 5
D. MANFAAT .............................................................................................. 6
BAB III ................................................................................................................... 7
TINJAUAN TEORI ................................................................................................ 7
A. DEFINISI ................................................................................................. 7
B. ETIOLOGI ............................................................................................... 8
C. PROGNOSIS ............................................................................................ 8
D. JENIS........................................................................................................ 9
E. WOUND BED PREPARATION ........................................................... 10
F. PROSES PENYEMBUHAN LUKA ......................................................... 10
G. PENGKAJIAN LUKA ........................................................................... 11
H. MANAJEMEN LUKA ........................................................................... 14
BAB III ................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 16
B. SARAN .................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes melitus atau DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai


dengan tingginya kadar glukosa darah (hyperglikemia) sebagai akibat dari
kekurangan sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin atau keduanya (
american diabetes association, ADA, 2004). DM terjadi bila insulin yang
dihasilkan tidak cukup untuk mempertahankan gula darah dalam batas normal
atau jika sel tubuh tidak mampu berespon dengan tepat sehingga akan muncul
keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsi, polifagia, penurunan berat
badan, kelemahan, kesemutan, pandangan kabur dan disfungsi ereksi pada
laki-laki dan pruritus vulvaepada wanita. (damayanti, 2015)

Berdasarkan estimasi internasional diabetes federation (IDF) tahun 2002


terdapat 177 juta penduduk dunia yang menderita DM dan diprediksi 25
tahun mendatang akan meningkat menjadi 300 juta jiwa. Prevelensi DM
tahun 2010 pada penduduk amerika serikat yang berusia 65 tahun atau lebih
yaitu sekiat 10,9 juta jiwa (26,9%). Penyakit ini sebagai penyebab utama
penyakit jantung dan stroke, serta menjadi penyebab utama kematian ketujuh
di Amerika Serikat (national diabetes information clearinghouse) / NDIC. Di
Indonesia pasien yang menderita DM mengalami kenaikan, dari 8,4 juta jiwa
pada tahun 2000 dan diperkirakan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun
2020. Tingginya angka kesakitan itu menjadikan Indonesia menempati urutan
ke 4 dunia setelah Amerika Serikat, india, dan china. (damayanti, 2015)

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesda) tahun 2007, dilaporkan


prevelensi DM diprovinsi D.I Yogyakarta sebanyak 1,6 % tiap bulan, angka
tersebut berada diatas prevelensi rata-rata nasional yaitu sebanyak 0,7%. DM
merupakan masalah yang tidak bisa dianggap remeh DM tipe 2 merupakan
penyebab utama kematian penyakit tidak menular di Indonesia yaitu sekitar
2,1% seluruh kematian.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana manajemen luka kaki diabetes?

C. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui manajemen luka kaki diabetes.

2. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengetahui definisi
b. Untuk mengetahui etiologi
c. Untuk mengetahui prognosis
d. Untuk mengatahui jenis
e. Untuk mengetahui wound bed preparation
f. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka
g. Untuk mengatahui pengkajian luka
h. Untuk mengetahui manajemen luka
D. MANFAAT
Hasil tugas makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi teoritis maupun
praktisi:

1. Penulis

Tugas makalah ini diharapkan memberi manfaat bagi penulis untuk


menambah wawasan serta pengetahuan maupun pengalaman.

2. Pembaca

Tugas makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai


referensi menambah wawasan.

3. Institusi

Diharapkan dapat bermanfaat untuk institusi sebagai bahan masukan


dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Diabetes berasalah dari istilah yunani yaitu pancuran atau curahan,
sedangkan melitus atau mellitus yaitu gula atau madu. Dengan demikian secara
bahasa, diabetes melitus adalah curahan cairan dari tubuh yang banyak
mengandung gula, yang dimaksud dalam hal ini adalah air kencing atau seni.
Definisi diabetes secara umum adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak dapat
menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak dapat
memanfaatkan secara optimal insuin yang dihasilkan. (Tholib, 2016).

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai


kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. Berdasarkan
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes melitus adalah penyakit yang
terjadi akibat gangguan pada pankreas yang tidak apat menghasilkan insulin
sesuai dengan kebutuhan tubuh dan/ ketidakmampuan dalam memecah insulin.
(Tholib, 2016)

Berikut ini diuraikan mengenai beberapa istilah dan pengertian yang


berkaitan dengan masalah “luka kaki diabetik” atau diabetes yaitu sebagai berikut:

1. Luka kaki diabetik dikenal dengan nama lain, seperti luka diabetes ],
luka neuropati, diabetic foot ulcers.
2. Pada buku-buku referensi asing, luka kaki diabetik atau diabetic foot
ulcers sering juga disebut sebagai ulkus neurotrophik, trophik, perforasi
atau malperforans. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan perfusi,
kerentanan terhadap infeksi, neuropati, abnormalitas biokimia,
terjadinya trauma yang berulang atau terus-menerus.
3. Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik
yang melibatkan gangguan pada saraf periferal dan autonomik.
B. ETIOLOGI
Luka diabetes ( diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot ulcers,
luka neuropati, luka diabetik neuropath (Maryunani, 2013). Luka diabetes atau
neuropati adalah luka yang terjadi pada pasien yang diabetik melibatkan gangguan
pada saraf perifer dan otonomik ( Suriadi, 2004 dalam Maryunani, 2013).
Luka diabetes adalah luka yang terjadi pada kaki penderita diabetes,
dimanaterdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak
terkendali. Kelainan kaki diabetes mellitus dapat disebabkan adanya gangguan
pembuluh darah, gangguan persyarafan dan adanya infeksi ( Tambunan, 2007
dalam Maryunani, 2013).
Luka diabetes merupakan kejadian luka yang tersering pada penderita
diabetes, dimana neuropati menyebabkan hilang rasa pada kondisi terpotong kaki,
blister/ bullae atau kalus yang diikuti dengan penurunan sirkulasi juga penyakit
mikrovaskuler ( Black, 1998)

C. PROGNOSIS
Mortalitas pada pasien dengan ulkus diabetikum seringkali dikaitkan dengan
oklusi pembuluh darah besar seperti pembuluh darah coroner atau renal.
Penelitian oleh Chammas et al menemukan di pemeriksaan post-mortem bahwa
penyakit jantung iskemik adalah penyebab terbesar kematian prematur pada
pasien dengan ulkus diabetikum (62.5% pada 243 pasien ulkus diabetikum).
Prognosis ulkus diabetikum tergantung dari derajat ulkus ketika mencari
pengobatan, pada ulkus diabetikum derajat Wagner 0-2 maka prognosisnya adalah
dubia dan derajat 3-5 adalah dubia ad malam. Mayoritas ulkus diabetikum akan
sembuh (60-80%), sedangkan 10-15% akan tetap aktif dan 5-24% akan
memerlukan amputasi dalam waktu 6-8 bulan setelah evaluasi pertama. Pada
pasien dengan neuropati, bila ulkus mencapai penyembuhan, tingkat rekurensi
adalah 66% dan kemungkinan amputasi meningkat menjadi 12%. Amputasi
sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien, dan prognosis untuk kaki
kontralateral buruk. Angka keselamatan lebih rendah pada pasien diabetes setelah
amputasi dibandingkan dengan yang tidak amputasi. Hanya 50% pasien diabetes
selamat setelah 3 tahun setelah amputasi, dan hanya 40% selamat selama 4 tahun
setelah amputasi.

D. JENIS
Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi:
1. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan
pembentukan kalus ”claw”
2. Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit
3. Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
4. Derajat III : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
5. Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selullitis
6. Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
Berdasarkan pembagian diatas, maka tindakan pengobatan atau
pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut :
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada
b. Derajat I-IV : pengelolaan medik dan tindakan bedah minor
c. Derajat V : tindakan bedah minor, bila gagal dilanjutkandengan
tindakan bedah mayor seperti amputasi diatas lutut atau amputasi
bawah lutut Beberapa tindakan bedah khusus diperlukan dalam
pengelolaan kaki diabetik ini, sesuai indikasi dan derajat lesi yang
dijumpai seperti : 1. Insisi : abses atau selullitis yang luas 2.
Eksisi : pada kaki diabetik derajat I dan II 3.
Debridement/nekrotomi : pada kaki diabetik derajat II, III, IV dan
V
d. Mutilasi : pada kaki diabetik derajat IV dan V 5. Amputasi : pada
kaki diabetik derajat V
E. WOUND BED PREPARATION

F. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


A.Fase Inflamasi
Merupakan awal dari proses penyembuhan luka sampai hari kelima.
Proses peradangan akut terjadi dalam 24-48 jam pertama setelah cedera.
Proses epitalisasi mulai terbentuk pada fase ini beberapa jam setelah terjadi
luka. Terjadi reproduksi dan migrasi sel dari tepi luka menuju ke tengah luka.
Fase ini
mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis yang melepaskan
dan mengaktifkan sitokin yang berperan untuk terjadinya kemoktasis retrofil,
makrofag, mast sel, sel endotel dan fibrolas. Kemudian terjadi vasodilatasi dan
akumulasi leukosit dan mengeluarkan mediator inflamasi TGF Beta 1 akan
mengaktivasi fibrolas untuk mensintesis kolagen (Ekaputra, 2013).
B. Fase Proliferasi
Fase ini mengikut i fase inflamasi dan berlangsung selama 2 sampai 3
minggu (potter dan perry, 2006). Pada fase ini terjadi neoangiogenesis
membentuk kapiler baru. Fase ini disebut juga fibroplasi menonjol perannya.
Fibroblast mengalami proliferasi dan berfungsi dengan bantuan vitamin B dan
vitamin C serta oksigen dalam mensintesis kolagen. Serat kolagen kekuatan
untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka
dan epitelisasi.( Ekaputra, 2013).
C. Fase Remodeling atau Maturasi
`Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodeling kolagen,
kontraksi luka dan pematangan parut. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu
sampai 2 tahun. Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang
matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal (Ekaputra,2013).
G. PENGKAJIAN LUKA
hal hal yang perlu dikaji pada luka kaki diabetik yaitu sebagai berikut
(Arisanty, 2014) :
1. Letak luka
a. Letak atau lokasi luka dapat digunakan sebagai indikator terhadap
kemungkinan penyebab terjadinya luka, sehingga kejadian luka
dapat diminimalkan dengan menghilangkan penyebab yang
ditimbulkan oleh letak dan lokasi yang dapat mengakibatkan
terjadinya luka.
b. Misalnya:
i.Masalah mobilitas yang disebabkan oleh luka pada kaki
ii.Letak luka pada ibu jari kaki penyebab tertinggi letak luka pada ibu
jari kaki tersebut adalah akibat penekanan karena penggunaan
sepatu yang terlalu sempit.
c. Perlu digambarkan lokasi anatomi letak luka dengan tujuan agar
lebih memahami secara jelas.
2. Stadium luka
Untuk memudahkan manajemen keperawatan luka kaki diabetes, maka
umumnya digunakan penentuan berdasarkan stadium luka. Untuk
memudahkan penentuan stadium luka termasuk luka diabetes, maka
digunakan pengklasifikasian berikut:
a. Warna luka
1) Red (R) keterangan
a) warna dasar luka pink atau merah atau merah tua sebagai
disebut jaringan sehat, granulasi atau epitelisasi vaskularisasi.
b) Luka dengan dasar luka warna merah tua (granulasi) atau
terang (epitelisasi) dan selalu tampak lembab.
c) Merupakan luka bersih, dengan banyak vaskularisasi,
karenanya mudah berdarah
d) Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah
dengan mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan
lembab dan mencegah terjadinya trauma atau pendarahan.
2) Yellow (Y) kuning
Keterangan:
a) Warna dasar luka kuning muda atau kuning kehijauan atau
kuning tua atau kuning kecoklatan disebut sebagai jaringan
mati yang lunak, fibrionitik, slough atau slaf, avaskularisasi.
b) Kondisi luka terkontaminasi atau terinfeksi
c) Dalam hal ini yang harus dicermati bahwa semua luka kronis
merupakan luka terkontaminasi namun belum tentu terinfeksi.
3) Black (B) hitam
Keterangan :
Jaringan nekrosis, avaskularisasi.
b. Stadium wagner untuk luka diabetik
Klasifikasi wagner diuraikan sebagai berikut:
1. Stadium 0 keterangan :
a) Tidak terdapat lesi
b) Kulit dalam keadaan baik, tetapi dengan bentuk tulang kaki
yang menonjol (charchot arthropathies)
2. Stadium I
Hilangnya lapisan kulit hingga dermis dan kadang tampak
menonjol
3. Stadium II
Lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau tendon (dengan goa)
4. Stadium III
Penetrasi dalam osteomielitis, pyarthrosis, abses plantar atau
infeksi hingga tendon.
5. Stadium IV
Gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit
sekitarnya selulitis gangren lembab atau kering
6. Stadium v
Seluruh kaki dalam kondisi nekrotik atau gangrene
c. Bentuk dan ukuran luka
Mengetahui bentuk dan ukuran luka dan melakukan pengukuran
luka, adalah :
1. Komponen penting pada awal pengkajian
2. Sebagai pendoman untuk mengetahui kemajuan atau
kemunduran pada luka
3. Penting dilakukan secara teratur untuk mengetahui keakuratan
misalnya setiap 3 hari atau seminggu sekali.
4. Pengkajian bentuk dan ukuran luka dapat dilakukan dengan
langsung(pengukuram 3 dimensi) dan dengan pengambilan
photo yang bertujuan untuk lebih memudahkan petugas maupun
pasien atau keluarga untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan
proses penyembuhan luka yakni memahami kondisi apakah luka
dalam kondisi kemajuan atau kemunduran.
d. Tepi luka (Wound edges)
1) Pengkajian pada tepi luka akan didapatkan data bahwa proses
epitelisasi adekuat atau tidak
2) Umumnya, tepi luka akan dipenuhi oleh jaringan epitel
berwarna merah muda
3) Kegagalan penutupan terjadi jika tepi luka mengalami edema,
nekrosis, callus, atau infeksi
e. Bau dan eksudat ( odor exudates)
1) Pengkajian terhadap bau tidak sedap dan jumlah eksudat pada
luka akan mendukung dalam penegakan diagnosa terjadi infeksi
atau tidak.
2) Bau dapat disebabkan oleh adanya kumpulan bakteri yang
menghasilkan protein apocrine sweat glands atau beberapa
cairan luka.
f. Status vaskuler
1) Status vaskuler perlu dikaji, karena berhubungan dengan
pengangkutan atau penyebaran oksigen yang adekuat ke seluruh
lapisan sel dan merupakan unsur penting dalam proses
penyembuhan luka.
2) Kelainan vaskuler memang tidak begitu tampak pada
patogenisis terjadinya ulkus, tetapi berperan lebih nyata pada
penyembuhan ulkus dan kemudia terhadap nasib kaki
3) Gangren yang luas dapat terjadi akibat sumbatan vaskuler yang
dan kemudian bisa mengakibatkan perlunya dilakukan amputasi
kaki diatas lutut.
4) Pada status vaskuler, yang perlu dikaji antara lain palpasi,
capillary refill, edema dan temperatur kulit.
g. Status infeksi
1) Definisi dari infeksi adalah terjadinya perubahan dan
multiplikasi bacteri pada jaringan yang menimbulkan reaksi
pada tubuh
2) Dikatakan terdapat adanya infeksi apabila jumlah bakteri 5 x 10
pangkat 6 per 1 gr jaringan tubuh.
3) Infeksi merupakan masalha yang paling serius pada pasien
dengan luka diabetes.

H. MANAJEMEN LUKA
Manajemen ulkus kaki diabetik adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan secara komprehensif yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan luka. Pilar standar dalam perawatan ulkus kaki diabetik
dijelaskan menurut American Diabetes Association (ADA) antara lain
debridement, mengurangi tekanan (off-loading), pencegahan dan
pengendalian infeksi. Sejalan dengan ADA para ahli menambahkan,
manajemen perawatan ulkus kaki diabetik harus meliputi: mengatasi penyakit
penyerta, revaskularisasi, perawatan luka dan pemilihan dressing yang tepat.
Beberapa terapi tambahan yang dapat mempercepat proses penyembuhan
luka akhir-akhir ini sedang berkembang diantaranya: Living Skin Equivalents
(LSEs), Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT), Negative Pressure Wound
Therapy (NPWT), Platelet-rich plasma, Gene therapy, Extracorporeal shock-
wavetherapy, Laser therapy, Angiotension II analog, dan Terapi Lactoferrin.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Arisanty, i. p. (2014). Manajemen keperawatan luka, konsep dasar. Jakarta :
EGC.

damayanti, s. (2015). diabetes melitus dan penatalaksanaan keperawatan .


Yogyakarta : Nuha medika.

Handayani, l. t. (2016). studi meta analisa perawatan luka kkai diabetes dengan
modern dressing. the indonesian journal of health science , vol.6 no.2.

maryuni, a. (2013). perawatan luka modern praktis pada wanita dengan luka kaki
diabetes. Jakarta: Trans info media.

Novitasari, r. (2012). diabetes miletus dilengkapi dengan senan dm. yogyakarta :


nuha medika.

Prasetyono, O. T. (2016). panduan klinis manajemen luka . Jakarta : Penerbit


buku kedoteraan EGC.

Tholib, A. M. (2016). perawatan luka diabetes militus. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai