Skripsi
Oleh :
Meydina Dwiputri Riami
Oleh
Meydina Dwiputri Riami
Jumlah gugatan perceraian di Bandarlampung kian meningkat tiap tahunnya, hal tersebut
menandakan bahwa semakin banyak anak-anak yang menjadi anak broken home. Setelah
melihat orangtuanya bercerai ataupun tidak harmonis anak-anak pasti memiliki
pemikirannya tersendiri mengenai pernikahan dibandingkan dengan anak yang memiliki
keluarga harmonis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi anak
broken home terhadap pernikahan melalui proses persepsi yang terjadi dalam lima tahapan
yaitu, stimulation, organization, intrepetation-evaluation, memory dan recall. Tipe
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan metode pengambilan data melalui indepth
interview terhadap tujuh anak broken home sebagai informan. Hasil penelitian ini
menunjukkan pada tahap stimulation informan mendapatkan informasi melalui indranya
seperti melihat atau mendengar mengenai kerenggangan kedua orang tuanya. Pada tahap
organization ini informan mengolah informasi yang diterima mengenai perpisahan
keluarganya dengan tetap berusaha menjadi pribadi yang positif. Pada tahap intrepetation-
evalation informan tidak merasakan hal-hal negatif mengenai streotype anak broken home.
Pada tahap memory ini informan berpikir untuk sangat berhati-hati dalam memilih
pasangan hingga ada perasaan takut untuk menikah, hal tersebut diakibatkan karena melihat
keadaan kedua orang tuanya. Enam dari tujuh informan tetap ingin menikah, sedangkan
satu informan tidak ingin menikah, bukan karena melihat kedua orang tuanya bercerai,
tetapi memang itu pilihan hidupnya. Tahap recall, informan memiliki pandangan yang
positif untuk pernikahan meskipun kedua orang tuanya bercerai.
By
Meydina Dwiputri Riami
Oleh :
Meydina Dwiputri Riami
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
diselesaikan pada tahun 2002, SD Al-Kautsar yang diselesaikan pada tahun 2008,
SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011, dan SMA
Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2014. Penulis terdaftar
sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN pada tahun 2014. Selama penulis
menjadi seorang mahasiswi, penulis aktif sebagai anggota HMJ Ilmu Komunikasi
pada periode Juli 2017, serta melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di
Fahrenheit Jakarta.
Though I don't want to admit it
I just naturally see others around me
Going ahead doesn't mean you're going to get there first,baby
Look at it from afar, take your time
Don't forget my speed, my lane, my pace
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Anak
Bandarlampung) sebagai salah satu persayaratan untuk meraih gelar Sarjana Ilmu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kata
sempurna dan tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, penulis
dan pengetahuan yang penulis miliki, serta berkat bantuan dari berbagai pihak
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan dalam kesempatan ini, penulis
1. Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya. Terima kasih atas segala petunjuk
dan kemudahan yang Engkau berikan selama mejalani segala cobaan dalam
hidupku.
2. Bpk. Dr. Syarief Makhya M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, dan
kuliah ini.
5. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
sabar dan ikhlas sehingga saya bisa menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih
atas segala kebaikan dan juga ilmu yang telah ibu berikan selama membimbing
saya.
penelitian ini.
8. Kedua orang tuaku tercinta. Terimakasih karena tetap mau mendukung dan
juga dengan sabar menanti Dina hingga akhirnya bisa menyelesaikan penelitian
ini. Atas segala kasih sayang, perhatian dan juga doa yang tidak pernah henti
papa dan mama berikan untuk Dina sehingga segala urusan Dina dapat
9. Kakakku tersayang, terima kasih karena telah mau mendengarkan keluh kesah
adikmu ini setiap saat dengan penuh kesabaran, terima kasih Kakcak. Diki
10. Seluruh keluarga besarku yang tidak bisa Dina sebutkan satu persatu.
adik/kakak/keponakan/cucu.
11. Teruntuk kamu, Muhammad Aryo Rusyandi, thank you for always caring and
12. Audhy Haj Teguh, Metha Aprilia, Ratih Suci, Fadhila Hardini, Shafira T.
Maharani. Kalian yang selalu ada disaatku senang dan sedih, yang telah
memberikanku pelajaran hidup yang berarti, serta semangat tiada henti, terima
13. Ica bule, Ica lokal, Kennia, Belinda, Ece, Adinda, Meu, Fietra, Deni, Aryo,
terima kasih atas doa dan semangatnya, meskipun sibuk dengan pekerjaan
masing-masing, tetapi semoga kita bisa bersama terus sampai tua nanti.
14. Niko, Gery dan Gele, terima kasih karena telah mewarnai masa kuliahku
15. Presidum Bayu Squad, Bayu, Metha, Meje, Ucup, Niki, Gele, Audhy, Dennis,
Jambul, Pebi, Gery, Ebol, Kojun, Tyo, pengalaman selama menjabat bersama
menyenangkan selama kuliah bersama untuk Rani, Sarah, Miki, Destri, Iday,
Nuvus, Gadis, Siti, Mute, Aji, Ucup Kota, Anyes, Satria, Nita, Romi, Dika,
Adit, Risty, Oci, Hisa, Ari, Agnes, Kanzul dan teman- teman lainnya yang tidak
bias saya sebutkan satupersatu terima kasih telah menjadi teman baik bagiku,
Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini bisa bermanfaat dan
memberikan keluasan ilmu bagi semua pihak yang telah membantu. Terimakasih
banyak untuk segala bentuk doa dan dukungan yang kalian berikan, semoga Allah
SWT yang maha pengasih dan maha penyayang membalas kebaikan kalian.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Penelitian....................................................................
2. Profil Informan.................................................................................
3. Transkrip Wawancara.......................................................................
iv
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1 Kerangka Pikir .................................................................................... 68
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Data Perceraian di Bandarlampung..................................................... 2
2 Penelitian Terdahulu............................................................................ 9
3 Identitas Informan................................................................................ 83
4 Hasil Wawancara Tahapan Stimulation............................................... 89
5 Hasil Wawancara Tahapan Stimulation............................................... 94
6 Hasil Wawancara Tahapan Stimulation............................................... 98
7 Hasil Wawancara Tahapan Stimulation...............................................102
8 Hasil Wawancara Tahapan Stimulation...............................................106
9 Hasil Wawancara Tahapan Organization............................................108
10 Hasil Wawancara Tahapan Organization............................................109
11 Hasil Wawancara Tahapan Organization............................................111
12 Hasil Wawancara Tahapan Interpretation-evaluation........................ 116
13 Hasil Wawancara Tahapan Interpretation-evaluation........................ 118
14 Hasil Wawancara Tahapan Interpretation-evaluation........................ 120
15 Hasil Wawancara Tahapan Interpretation-evaluation........................ 123
16 Hasil Wawancara Tahapan Memory....................................................125
17 Hasil Wawancara Tahapan Memory....................................................131
18 Hasil Wawancara Tahapan Memory....................................................134
19 Hasil Wawancara Tahapan Memory....................................................137
20 Hasil Wawancara Tahapan Memory....................................................138
21 Hasil Wawancara Tahapan Memory....................................................140
22 Hasil Wawancara Tahapan Recall.......................................................143
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Informan Pertama ............................................................................. 84
2 Informan Kedua ................................................................................ 85
3 Informan Ketiga ................................................................................ 86
4 Informan Keempat ............................................................................ 86
5 Informan Kelima ............................................................................... 87
6 Informan Keenam ............................................................................. 88
7 Informan Ketujuh ............................................................................. 88
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
Menjalani hidup dengan memiliki keluarga yang utuh dan harmonis merupakan
impian dari setiap anak. Bisa berkumpul bersama kedua orang tua dan
dilimpahi dengan kasih sayang dari ayah dan ibu adalah hal yang sangat
penting, karena itu untuk kebaikan tumbuh kembang anaknya. Sebagian anak
ada yang beruntung sehingga dapat memiliki keluarga yang utuh serta
harmonis, akan tetapi ada juga anak-anak yang harus merasakan pahitnya
keluarga yang hancur. Meskipun begitu, tidak ada yang ingin dilahirkan dalam
keluarga yang tidak harmonis dan tidak lengkap, sebagai anak pasti ingin
2013 berjumlah 867 gugatan, dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 1.440
sama lain sekalipun tidak sependapat dalam mengatasi persoalan yang terjadi
komunikasi yang terjalin antar suami dengan istri, orang tua dan anak serta
Sebagai manusia kita tidak bisa memilih dikeluarga mana akan dilahirkan,
ataupun keluarga seperti apa yang nantinya akan menjadi keluarga kita, apakah
keluarga tersebut harmonis atau keluarga tersebut tidak rukun, kita tidak bisa
memilih hal tersebut. Ketika dilahirkan dikeluarga yang tidak harmonis, yang
keluarga, pasti memberikan efek yang luar biasa bagi anak-anak tersebut.
Perceraian bukanlah cara penyelesaian masalah yang terbaik, tetapi hanya akan
menjadi terlantar dan tidak terurus dengan baik. Anak-anak merupakan korban
dari keputusan yang dipilih oleh orang tuanya, saat orangtua memutuskan
bercerai ataupun terjadi pertengkaran, hal tersebut menjadi memori yang tidak
dapat dilupakan oleh sang anak, dan menjadi kenangan yang menyakitkan
untuk mereka. Anak-anak korban perceraian atau anak broke home akan
menderita secara psikologis, sedih, kecewa, depresi dan tidak nyaman hidup
ditengah masyarakat.
4
Broken home yang biasa atau dikenal dengan istilah krisis keluarga yang dapat
diartikan sebagai kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan
selayaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera. Selain itu juga broken
home adalah jenis kerusakan keluarga yang didasarkan pada perceraian orang
kasih sayang orang tua terhadap anaknya yang mampu membuat mental
perkawinan yang buruk dan terjadi bila suami dan istri sudah tidak mampu lagi
mencari cara penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak.
Broken home pada umumnya disebabkan adanya sikap egois antara ayah dan
dingin dalam keluarga dan kekerasan dalam rumah tangga (Hurlock, 2009:
310).
home dapat dilihat dalam dua aspek, yaitu yang pertama keluarga itu pecah
karena strukturnya tidak utuh sebab dari kepala keluarga itu meninggal dunia
atau disebabkan bercerai, dan aspek kedua orang tua tidak bercerai akan tetapi
susunan keluarga itu tidak utuh lagi karena kedua orang tua ayah ibu sibuk
dengan kesibukkan masing-masing dan sering tidak ada dirumah, dan tidak
memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi, misalnya orang tua lebih sering
5
2010:66).
Anak-anak tidak pernah bermimpi orang tuanya akan berpisah dan bercerai,
rumah tangga yang pecah karena perceraian dapat lebih merusak anak dan
terdapat dua alasan untuk hal tersebut. Pertama, periode penyesuaian terhadap
perceraian lebih lama dan sulit bagi anak daripada penyesuaian yang menyertai
kematian orang tua. Kedua, perpisahan yang disebabkan perceraian itu bisa
dikategorikan sebagai suatu hal yang serius sebab mereka cenderung membuat
dengan diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain).
2012:48).
berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek, dalam hal ini dapat
tersebut baik, ada kalanya peristiwa yang dijadikan objek merupakan bagian
buruk dari hidup individu tersebut, salah satunya adalah perceraian orang tua
dan dilingkungannya, yang mana hal tersebut adalah persepsi seorang anak
masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
b. Sebagai salah satu syarat guna meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bagaimana penelitian dengan tema yang sama atau mirip telah dilakukan oleh
dari teori maupun konseptual. Ada beberapa literatur yang bisa dijadikan
hendak diteliti. Ada tiga penelitian yang peneliti ambil sebagai bahan rujukan
diamati. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi plagiarisme pada penelitian
yang dilakukan.
komunikasi keluarga TKI dalam mendidik anak, dalam hal ini keluarga TKI
termasuk kedalam keluarga broken home karena struktur keluarga itu tidak
12
utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah, sehingga berdampak pada
pernikahan.
remaja yang orang tuanya bercerai, dalam hal ini peneliti juga ingin meneliti
persepsi pernikahan dari sudut pandang anak broken home, yang mana sudah
peneliti teliti yaitu anak broken home sebagai subjek yang diteliti, akan tetapi
pribadi yang terjadi pada keluarga broken home, sedangkan peneliti ingin
amanah dan karuni Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat
parents are divorced or separated” yang berarti sebuah keluarga yang orang
bila suami dan istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian
masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Broken home pada
umumnya disebabkan adanya sikap egois antara ayah dan ibu, masalah
2009:310).
Semua hal yang terjadi pasti memiliki dampak, seperti penjelasan mengenai
negatif adalah stres. Stres dapat terjadi terhadap konflik pernikahan dan
kemudian perpisahan orang tua serta kepergian mendadak salah satu orang
tua. Kebanyakan anak dengan orang tua bercerai menyesuaikan diri dengan
anak yang orang tuanya tetap bersama (Papalia, Olds, Feldman, 2009:501).
14
pengalaman orang tua yang bercerai, takut untuk membuat komitmen yang
dengan orang tua bercerai yang sudah dewasa tidak memiliki masalah
serius, mereka bisa memiliki perasaan sedih, khawatir, atau penyesalan yang
berkepanjangan, atau bahkan rasa sakit dan distres, sering kali terkait
dalam hidup.
Anak broken home yang belum bisa menerima kenyataan dalam hidupnya
pada hal buruk yang membuat dirinya sejenak dapat melupakan masalah.
Tetapi pada kenyataannya tidak semua anak broken home menjurus ke hal
negatif, seperti stereotip yang melekat pada mereka. Banyak dari mereka
yang dapat bertahan hidup dan berusaha menjadi orang yang lebih baik
akun tersebut berbagi cerita mengenai hidup orang-orang dalam foto yang
mereka post untuk menginspirasi orang lain. Dalam salah satu foto yang
create my own fashion consulting company. I’ll never see my dad ever
again. But this is life. Life will punch you but thats okay. Because in life, we
gotta fight. We gotta survive. Kita cuman harus percaya kalo hal buruk pun
bisa nguatin kita selama kita mau bersyukur” salah satu kutipan dari caption
negatif.
Lain halnya dengan Bismo Angger salah seorang jurnalis yang orang tuanya
berpisah sejak ia berumur satu tahun, dan ia tidak pernah betemu dengan
sang ibu karena tinggal dengan ayahnya yang dulu sempat menjadi
home, Bismo menjawab “Ya gak juga sih. Yang broken kan homenya. Bukan
guanya.”
orang tuanya. Hal ini dapat berpengaruh pada perilaku dan kepribadian anak
16
pribadi anak tersebut. Dan tentunya perilaku negatif anak broken home
tersebut kembali lagi dari bagaimana cara orang tua memberikan pengertian
pendapat yang terus menerus dan hubungan keluarga yang kurang harmonis
Dalam hal ini, faktor kesibukan yang sering menjadi penyebab utama.
Ayah dan ibu sibuk bekerja hingga tidak memiliki waktu yang banyak
untuk anaknya mereka tidak punya waktu untuk makan siang bersama,
berjamaah, banyak hal yang bisa ditanyakan ayah atau ibu kepada anak-
sering terjadi adalah orang tua terlalu sibuk dengan urusannya dan tiba
di rumah dengan keadaan lelah. Hal tersebut tentu membuat orang tua
2. Sikap Egosentrisme
yang terus menerus. Egoism adalah suatu sifat buruk manusia yang
diusahakan seseorang dengan segala cara. Bagi tipe orang seperti ini,
3. Masalah Ekonomi
Rumah tangga akan berjalan stabil dan harmonis bila didukung oleh
4. Masalah kesibukan
5. Masalah pendidikan
6. Masalah perselingkuhan
suami dan istri. Oleh karena itu, dalam perkawinan mereka mempunyai
quarelling).
mebedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi sebaliknya,
maka hal-hal negatif akan lebih rawan terjadi. Misalnya saja kekerasan
66) yaitu:
1. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab sebelah satu
2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi
karena ayah atau ibu sering tidak di rumah, dan atau tidak
dapat disimpulkan bahwa broken home tidak selalu harus berpisah secara
hubungan yang baik dan sehat secara psikis, seperti orangtua sering
bertengkar dan tidak diliputi kasih sayang, keluarga tersebut sudah bisa
Dalam kelurga tersebut hanya terdiri dari salah satu orang tua yang
sudah tiada.
21
2. Divorce
Kedua orang tua memutuskan untuk berpisah dan tidak tinggal bersama
lagi.
3. Poor marriage
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak berjalan dengan
tidak baik sehingga mengakibatkan hubungan antar orang tua dan anak
tidak baik.
Salah satu atau kedua orang tua mempunyai kelainan kepribadian atau
gangguan kejiwaan.
keluarga broken home bukan hanya saja dengan kasus perceraian. Keluarga
broken home secara keseluruhan berarti keluarga di mana fungsi ayah dan
ibu sebagai orang tua tidak berjalan baik secara fungsional, yang pada
dasarnya orang tua adalah sebagai motivator bagi anak, sebagai tempat
22
mendapat kasih sayang dan sebagainya, yang mana pada akhirnya hal
2. Perceraian yang mengejutkan anak, tipe ini dapat membuat anak merasa
bagi anak pada pasangan yang bercerai karena adanya kekerasan adalah
demi anak dapat menimbulkan suasana yang penuh dengan kritik dan
23
datang.
Perceraian dan perpisahan orang tua dapat menjadi faktor yang sangat
anak mendapatkan pengaruh terbesar dari perceraian kedua orang tuanya. Anak
sebenarnya sudah dapat merasakan dan melihat kondisi yang terjadi pada
Namun, anak tidak mampu mengungkapkan apa yang dirasakannya, karena ada
kecemasan dan kekhawatiran bahwa kondisi yang terjadi antara kedua orang
Anak merasa bahwa dialah penyebab orang tuanya bertengkar hingga akhirnya
berpisah kemudian bercerai, anak juga berprasangka bahwa salah satu dari
orang tuanya adalah orang jahat sehinga ada ketakutan bahwa dirinya juga
orang jahat. Perasaan anak tersebut akan terus tertanam, sehingga dapat
2009:107).
24
pada anak yang mana seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, efek tersebut
tidak hanya mengenai masalah emosi anak tersebut, tetapi juga perilaku anak
Terhadap Pernikahan
keluarga haruslah dijaga agar terjadi komunikasi yang efektif dalam keluarga.
Keluarga sebagai kelompok sosial pertama merupakan hal yang sangat penting
bagi anak, karena keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar
segala hal dan juga berinteraksi. Ketika komunikasi dalam keluarga tersebut
berjalan dengan tidak baik, maka hal tesebut akan berdampak bagi sang anak.
Anak akan merekam setiap kegiatan yang ada dikeluarganya dan akan
maka akan banyak pelajaran baik yang akan ia dapat, tetapi ketika keluarga
tersebut hancur maka anak tersebut akan melihat segala sesuatunya menjadi
negatif, hal tesebut dapat dihindari jika orang tua mau membantu anak untuk
melewati masa tersebut. Akan tetapi, banyak kasus yang terjadi pada keluarga
yang hancur maka terputus pula komunikasi anak dengan orang tuanya yang
25
Orang tua selama menjalani masa pernikahan pasti pernah memiliki masalah
pernikahan, yaitu masa di mana suami dan istri sedang berusaha menyesuaikan
pola hidup baru menjadi pasangan keluarga. Terdapat banyak faktor yang dapat
kedua orang tua sadar, bahwa saat pertengkaran terjadi yang bisa saja berujung
pada perceraian akan berdampak bagi anaknya, karena pada akhirnya, anak
akan menjadi korban dalam hal ini. Untuk itu, persiapan pernikahan bagi
pasangan yang menikah cukup berperan penting, karena saat pria dan wanita
yang sudah siap baik jasmani dan rohaninya untuk memulai kehidupan baru
terjadi kedepannya.
(Gunarsa, 2006:151).
Setiap anak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang
baik serta sehat jasmani dan rohaninya sehingga dapat menentukan pilihan
hidupnya dengan baik dan benar, dalam hal ini pilihan hidup yang dimakasud
26
bukan lah bagaimana ia akan menjalani hidup, atau pekerjaan apa yang ia
persepsi pernikahan jika dilihat dari sudut pandangan anak broken home ?
Tentu saja akan berbeda pula, mulai dari komunikasi keluarganya yang tidak
pernikahan bagi anak broken home akan memiliki makna yang berbeda lagi.
Kata pernikahan sesungguhnya bukanlah hal baru bagi masyarakat, akan tetapi
hal tersebut tentu dimaknai berbeda bagi setiap individu. Pengaruh komunikasi
A. Pernikahan
tahap kristalisasi atau penyatuan rasa cinta dari dua individu yang
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita,
dewasa awal adalah mereka yang berusia 22-40 tahun. Dari sisi
dulu atau yang ditemukan semasa mereka bekerja. Sambil mendidik dan
2007: 41).
dalam komitmen antara pria dan wanita yang diakui oleh masyarakat
B. Keluarga
kita pasti ayah, ibu, serta kakak atau adik yang berada di dalam satu
rumah. Pernyataan tersebut tidak lah salah, karena arti dari keluarga
berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan
warga. Didalam bahasa Jawa kuno kawula berarti hamba dan warga
anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula
merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya
dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara
keseluruhan.
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
Suatu keluarga dapat terbentuk hanya jika terjadi pernikahan yang mana
dengan efektif pada masa pacaran maka hal tersebut akan menghasilkan
kesehatan, baik kesehatan fisik maupun jiwa yang meliputi berbagai aspek,
bagi perempuan dan 25-30 tahun bagi laki-laki merupakan usia yang
keharmonisan keluarga.
sebagai berikut :
yang dibesarkannya.
bisa bertahan hanya dengan ikatan cinta dna kasih sayang saja bila
dalam masa pernikahan tersebut. Saat suatu pasangan sudah siap dari
jasmani dan rohaninya maka diharapkan mereka sudah dapat siap untuk
pernikahannya, hal tersebut bisa baik ataupun buruk. Karena jika pasangan
pernikahan tersebut tidak berjalan dengan baik, bisa saja salah satu pasangan
pasangan tidak dapat menerima hal tersebut makan itu dapat menjadi
saja ternyata saat pernikahan salah satu pasangan tidak dapat menerima
dari itu lebih baik semuanya diperiksa saat pranikah, agar terhindar dari hal-
Saat pernikahan sudah terjadi, suami dan istri dengan kesiapan perkawinan
yang rendah akan banyak mengalami masalah yang dapat berujung pada
pertengkaran ataupun perceraian, dalam hal ini tentu saja tidak baik untuk
tumbuh kembang anak, dan akan berdampak negatif bagi mereka, sehingga
pokok yang paling umum dan paling penting bagi kebahagiaan pernikahan
2. Penyesuaian Seksual
Masalah ini merupakan salah satu masalah yang paling sulit dalam
3. Penyesuaian Finansial
khususnya jika pada awalnya istri bekerja lalu setelah menikah dan
kemudian berhenti dengan lahirnya anak pertama. Hal ini bukan hanya
nenek/kakek, yang kerap kali mempunyai minat dan nilai yang berbeda
bahkan sering kali sangat berbeda dari segi pendidikan, buda, dan latar
a. Stereotip tradisional
keluarga pasangan.
35
dari orang tua terutama jika ada campur tangan dari keluarga
c. “Keluarganisme”
d. Mobilitas sosial
keluarga pasangan.
36
Saat masa penyesuaian terjadi pasti akan terjadi gejolak dalam pernikahan,
tetapi suatu hal yang dipendam terus menerus tidak akan baik, karena saat
hal itu sudah mencapai batasnya, ditakutkan saat akan dikeluarkan malah
pertengkaran yang lebih hebat lagi. Untuk itu komunikasi dalam keluarga
haruslah berjalan dengan baik, agar setiap masalah yang terjadi dapat
kekerabatan, budaya, aturan-aturan yang berlaku dan juga sistem nilai yang
kehidupan saat ini yang ditimbulkan oleh status sosial dan ekonomi dan juga
Keluarga Batih merupakan satu unit keluarga terkecil yang terdiri atas
Keluarga besar terdiri dari beberapa keluarga batih, baik menurut garis
vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) ataupun menurut
garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari pihak suami
termasuk sejumlah keluarga ini adalah salah satu ciri dari keluarga
Menurut Goode keluarga ini terdiri dari atas pasangan suami istri serta
berorientasi pada salah satu atau kedua belah pihak (Sunarto, 2000:64).
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena bercerai,
keluarga. Menurut Fitroh, idealnya di dalam satu rumah hanya ada satu
keluarga dengan satu kepala keluarga yaitu suami dan satu kepala rumah
tangga yaitu istri. Kehidupan rumah tangga akan lebih sempurna, ketika
pasangan suami istri memiliki rumah sendiri dengan bebas tanpa ada
campur tangan dari pihak lain. Jika hal tersebut terwujud maka kebutuhan
Semakin besar keluarga tersebut maka akan semakin sulit komunikasi yang
buruk.
3. Fungsi Cinta Kasih adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman,
aman.
terkecuali untuk anak, jika dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan
40
menyimpang.
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi
anak tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya akibat
kata Latin yaitu communicatio, dan bersumber dari kata communis yang
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada
sma lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk
unit terkecil masyarakat yang terdiri dari sekelompok orang yang terikat
hubungan dan tinggal bersama dalam satu atap. Dapat dikatakan bahwa
dalam melakukan pertukaran informasi yang pada gilirannya akan tiba pada
Komunikasi dalam keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam
keluarga sukar dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri,
komunikasi antara orang tua dengan anak perlu dibangun secara harmonis
2014:38).
komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak, sehingga akan terjadi
hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan adanya hubungan harmonis
antara orang tua dan remaja, diharapkan adanya keterbukaan antara orang
tua dan remaja dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami
selalu terjalin antara ayah, ibu dan anak (Gunarsa, 2006:205). Akan tetapi,
2014:122-134) :
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan
anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini
hal di mana natara orang tua dna anak berhak menyampaikan pendapat,
Komunikasi terjadi antara anak satu dengan anak lainnya. Di mana anak
yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang
kelahiran.
komitmen antara pria dan wanita yang diakui oleh masyarakat dan hukum
Persepsi terbentuk dari hal – hal yang kita tangkap melalui penginderaan,
informasi baik, sikap yang ditunjukkan akan sesuai dengan informasi yang
hal yang memiliki arti atau makna tertentu bagi dirinya. Hal-hal yang
memiliki arti ini bisa bersumber dari adanya motivasi, harapan, situasi,
Jika sikap orang tua kepada anak lebih cenderung negatif, atau jika orang
disadari pada orang tua bahwa hal ini merupakan hasil pengarahan mereka
berujung pada terhambatnya komunikasi antar suami dan istri, bahkan pada
orang tua dan anak juga. Hubungan ayah dan ibu yang tidak harmonis lagi
membuat suasana rumah selalu tegang dan tidak sehangat serta senyaman
diam karena merasa takut dan tidak tahu harus berbuat apa, karena tekanan
hal itu hanya sementara dalam membantu anak melupakan masalahnya, saat
bertengkar lagi yang mana dapat membuat anak stress dan depresi. Hingga
akhirnya kedua orang tuanya mungkin memilih bercerai, anak akan semakin
merasa depresi terhadap masalahnya. Jika orang tua mau untuk membantu
anak melewati masalah ini tentu anak-anak akan merasa cukup terbantu
Tetapi tentu saja hal tersebut membuat ingatan anak mengenai keluarganya
sebagaimana ia lihat, dengar juga rasakan, dan akan terus teringat semasa
berpengaruh bagi anak memaknai berbagai hal, bisa itu hubungan antar
Persepsi anak broken home terhadap pernikahan tentu saja akan berbeda
dengan anak dari keluarga yang harmonis, karena komunikasi keluarga anak
broken home saja sudah tidak berjalan dengan baik selayaknya keluarga
harmonis, yang mana diisi dengan pertengkaran dan bisa saja berujung
dengan berakhirnya pernikahan orang tua, sehingga anak broken home akan
keluarga. Bukan tanpa alasan, keluarga menjadi kelompok sosial pertama dan
tempat belajar sebagai mahluk sosial. Karakter anak pun dapat terbentuk dari
ramah. Penting untuk orang tua dalam memberikan komunikasi yang efektif,
agar anak lebih bertanggung jawab. Berikut adalah seberapa penting sebuah
48
senang. (Astuti, 2008:3). Bullying pun dapat dicegah bila ada keterbukaan
antara orang tua dan anak. Biasanya anak yang menjadi korban sering
menutup diri. Kalau terbiasa berbagi, orang tua pun bisa memberi solusi,
tua dan anak terbiasa untuk saling mendengarkan. Seperti keluhan anak
Mulailah berbagi cerita antara anak dan orang tua. Orang tua diharapkan
berbagi tentang nilai dan pengalaman mereka dengan cara yang menarik.
memberikan nasihat. Setiap hari anak dan orang tua harus saling berbagi
cerita baik tentang hari mereka, perasaan mereka, ataupun hal-hal kecil.
dapat saling mendapatkan dukungan, kasih sayang dan loyalitas. Mereka dapat
berbicara satu sama lain, mereka saling menghargai dan menikmati keberadaan
Orang tua harus lebih sering untuk mengajak anak untuk berkomunikasi,
karena seperti yang sudah dijelaskan seperti pencegahan bullying, di mana anak
kerap menutup diri dan tidak bercerita, orang tua harus lebih terbuka dan aktif
hal tersebut juga dapat membuat anak terhindar dari stres dan depresi, karena
saat anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua pasti akan memberikan
dampak negatif karena ia merasa tidak diperlukan di dunia ini. Ketika keluarga
sehingga semakin terbuka keluarga maka semakin banyak masalah yang dapat
terjalin di dalam keluarga tersebut tidak berjalan dengan baik atau tidak
terjadinya perpecahan.
b. Mendengarkan
c. Pertahankan Kejujuran
2009:104).
Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh
berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua
suami dan istri antar ayah dan anak dan antara ibu dan anak, dan diantara
anak dan anak hanya sebagian kecil mereka itu sama-sama tahu, dan sama
Citra diri atau merasa diri, maksudnya sama saja. Ketika orang
citra diri dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Setiap orang
53
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempegaruhi cara dan
sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus diatur,
maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang
2. Suasana Psikologis
3. Lingkungan Fisik
4. Kepemimpinan
5. Bahasa
mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari
6. Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa
dipahami.
yang digunakan haruslah sopan saat anak berkomunikasi dengan orang tua,
suasana psikologisnya sedang baik atau buruk sehingga tidak terjadi kesalah
2.5 Persepsi
komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, dengan kata lain proses
karena adanya orang yang memberikan arti terhadap sesuatu objek yang
diamati atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam
mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dialam
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa hal ini terjadi di dalam individu, tidak
Peristiwa yang dimaksud bisa berupa peristiwa baik ataupun buruk, seperti
yang dialami anak broken home. Pernikahan kedua orang tuanya yang tidak
home, meskipun mereka merasa tidak terpengaruh atas hal tersebut, akan
kita berkata, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Words
2012:48).
proses kerja kita, maka persepsi adalah cara kita memproses data
2009:35).
rangsangan (stimulus) atau apa yang kita serap dan apa makna yang kita
dan Groves.
beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Penyimpanan bisa aktif
disimpan.
memberikan respons.
2.5.2 Persepsi
persepsi sudah jelas, bahwa sensasi adalah bagian dari persepsi (Rakhmat,
2012:50).
kemudian memberikan arti terhadap suatu objek atau peristiwa yang dialami
individu terhadap objek atau peristiwa yang diamati. Persepsi setiap orang
berbeda-beda sesuai dengan makna yang dia berikan kepada sesuatu, kepada
verbal. Orang lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit
diramalkan.
Dalam penelitian ini, tentu saja yang akan diteliti merupakan persepsi
manusia, yang mana dalam hal tersebut adalah anak broken home terhadap
pernikahan.
bersama.
restoran.
63
Persepsi seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor
Perhatian terjadi bila kita mengonsenterasikan diri pada salah satu indra
1. Gerakan
diiklankan.
64
2. Intensitas Stimulus
3. Kebaruan
perhatian.
4. Perulangan
unsur sugesti.
kemauan)
hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor
(Pareek, 1996:16).
Persepsi terhadap sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis faktor :
a. Motif
b. Minat
tersebut.
d. Harapan
harapkan.
penting jadi dengan dengan demikian, maka kerangka pikir adalah sebuah
pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran
atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang dilakukan.
Menjalin komunikasi yang efektif di dalam keluarga, yang mana sering disebut
antar suami dengan istri, orang tua dan anak serta anak berkomunikasi dengan
sesama anak. Akan tetapi masih banyak keluarga yang masih memiliki masalah
perceraian kedua orang tuanya ataupun orang tua tidak bercerai akan tetapi
susunan keluarga itu tidak utuh lagi karena kesibukan orang tua dan seringnya
Persepsi adalah cara kita memproses data indrawi menjadi informasi agar dapat
kita artikan (Armando, 2009:35), dalam hal ini data indrawi yang akan
terjadi di dalam keluarga anak broken home sehingga mereka dapat memaknai
orang tuanya, yaitu persepsi mengenai pernikahan menurut anak broken home.
Karena broken home memberikan efek pada anak sebagai korban, salah
Peneliti memilih persepsi yang mana merupakan salah satu bagian dari sistem
komunikasi intrapersonal untuk mengetahui lebih dalam apa yang anak broken
68
home fikirkan. Karena setiap individu pasti pernah berkomunikasi dengan diri
Komunikasi Keluarga
Persepsi Pernikahan
1. Stimulation
2. Organization
3. Interpretation-evaluation
4. Memory
5. Recall
BAB III
METODE PENELITIAN
(Craswell, 2014:9).
berupa data – data deskriptif melalui fakta – fakta dari kondisi alami sebagai
yang didapat akan lebih lengkap serta lebih mendalam sehingga tujuan
yang akan dilakukan dan memegang peranan yang sangat penting dalam
penulis untuk mengetahui data mana yang perlu dikumpulkan dan data mana
71
pula yang tidak relevan sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam sejumlah
ada, maka fokus penelitian ini adalah persepsi, dengan tujuan untuk
menurut anak broken home. Persepsi tersebut melalui lima tahapan yaitu :
1. Stimulation (Rangsangan)
Dalam tahap ini, individu menerima stimulus (rangsangan dari luar), disaat
ini indra akan menangkap makna terhadap stimulus. Fokus penelitian dalam
perpecahan.
2. Organization
Tahap ini adalah tahap di mana informan setelah melihat adanya rangsangan
sesuai dengan rangsangan yang di dapat. Fokus penelitian pada aspek ini
adalah :
3. Interpretation-evaluation
4. Memory
5. Recall
setelah menerima rangsangan atau stimuli dan telah di rekam dalam memori
selama menjadi anak broken home, kemudian hal tersebut menjadi satu
pernikahan.
Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang situasi dan
didasarkan atas tujuan tertentu (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria
informan haruslah sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah
yang sudah tergolong dalam dewasa awal, dikarenakan pada masa dewasa
3. Subjek masih terikat secara penuh dan secara aktif melakukan kegiatan
Sumber data di dalam penelitian merupakan faktor yang sangat penting, karena
sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil penelitian. Sumber data terdiri
dari : sumber data primer dan sumber data sekunder (Bungin, 2010:132)
1. Data Primer
Data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian
atau objek penelitian. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber kedua atau
sumber sekunder dari data yang dibutuhkan Data sekunder merupakan data
atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian
2. Dokumentasi (Documentation)
dari tempat penelitian berupa data yang relevan dengan penelitian dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh
(Sugiyono, 2017:246).
76
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
dicari tema dan polanya. Pada proses reduksi data ini penulis benar-benar
data, maka akan memudahkan penulis untuk memahami apa yang terjadi
tersebut.
menjadi jelas.
berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi,
atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu objek yang dianggap memiliki
Guna mengabsahkan data yang telah digali, diteliti, dan dikumpulkan dalam
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono
1. Triangulasi Sumber
berkaitan.
78
2. Triangulasi Teknik
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi Waktu
Dalam penelitian ini, teknik keabsahan data yang digunakan oleh peneliti
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Melalui
oleh peneliti untuk mengecek kebenaran dari berbagai sumber yang ada
BAB IV
GAMBARAN UMUM
the parents are divorced or separated” yaitu sebuah keluarga yang orang
bila suami dan istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian
masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Broken home pada
umumnya disebabkan adanya sikap egois antara ayah dan ibu, masalah
2009:310).
dalam mendapat kasih sayang orang tuanya. Broken home sendiri bukan
lah hal baru bagi masyarakat di Indonesia dan tentu saja kota
keluarga tentu saja anak-anak lah yang akan menjadi korbannya, akan
80
tetapi sungguh disayangkan karena belum ada data pasti untuk mengetahui
perceraian.
wilayah 197,22 𝐾𝑚2 yang terdiri dari 20 kecamatan dan 126 kelurahan
1.015.910 jiwa dengan sex ratio 101, yang berarti jumlah penduduk laki-
tahunnya.
Pada tahun 2013 tercatat ada 867 jumlah gugatan perceraian, dan pada
tahun berikutnya yaitu pada tahun 2014 bertambah menjadi 1.108 gugatan,
hanya dalam kurun waktu satu tahun jumlah gugatan sudah bertambah
sejumlah 151 gugatan. Tetapi pada tahun 2015 jumlah gugatan sempat
gugatan tetap terus bertambah. Pada akhirnya ditahun 2017, gugatan terus
bertambah hingga mencapai angka 1.440 yang mana hal ini membuktikan
anak-anak yang menjadi korban perceraian atau menjadi anak broken home
diri anak broken home, padahal belum tentu seorang anak hasil dari broken
home menjadi anak yang tidak baik, hal itu kembali lagi kepada bagaimana
sifat anak tersebut serta usaha orang tua untuk terus mau membesarkan
anaknya dalam keadaan yang sudah berpisah, hal ini dapat berpengaruh
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
A. Tahap Stimulation
tuanya tidak baik lagi karena komunikasi keluarga yang terjalin tadinya
B. Tahapan Organization
Pada tahapan ini anak-anak sudah mengerti bahawa kedua orang tuanya
tuanya untuk berpisah. Sebagai anak broken home mereka sadar bahwa
berpisah dengan salah satu orang tuanya. Tidak hanya itu, karena
harus berubah, tetapi dalam hal ini mereka refleks prilaku ke pada hal-
160
baik dan bahkan ada keinginan untuk membuktikan bahwa anak broken
C. Tahap Interpretation-evalutain
broken home, akan tetapi setelah mereka menjadi anak broken home hal
tersebut tidak dirasakan oleh para informan, seperti kedua orang tua
sebagai anak broken home, meskipun tetap ada reaksi negatif dari
D. Tahap Memory
E. Tahap Recall
kedua orang tuanya bercerai, karena hal tersebut mereka menjadi lebih
menikah, karena takut apa yang menimpa kedua orang tuanya terjadi
pada mereka.
broken home tidak menjadi pribadi yang negatif dan terus berusaha untuk
pernikahan, sehingga enam dari tujuh informan tetap mau untuk menikah,
dan satu diantaranya tidak ingin menikah tetapi bukan karena perpecahan
sebagai anak dari keluarga broken home dibandingkan dengan informan pria
Selain itu, informan pada penelitian ini adalah anak broken home pada tahap
dewasa awal yaitu seseorang yang berumur 22 - 40 tahun, yang mana berarti
masyarakat yang lebih terbuka dan modern membuat informan dan juga
keluarganya broken home atau tidak, tetapi melihat individu itu sendiri
bukan informan tersebut. Karena pemikiran dari lingkungan yang telah lebih
bisa memandang positif dirinya sendiri sebagai anak broken home dan tetap
6.2 Saran
anak broken home pasti memeliki sifat yang negatif perlu dihilangkan,
pribadi yang baik dan tidak terbawa arus negatif disaat keadaan
keluarganya hancur.
2. Untuk Orang tua dari anak-anak broken home diharapkan dapat terus
karena anak-anak dari keluarga yang bercerai butuh bantuan orang tuanya
3. Untuk anak broken home di luar sana, peneliti harap kalian semua bisa
menerima segala kekurangan kalian, dan peneliti harap kalian bisa untuk
tetap menjadi pribadi yang positif dan juga jauhi orang-orang toxic untuk
kebaikan kalian.
4. Hasil penelitian ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, sehingga
perbedaan keadaan dari anak broken home yang tinggal bersama orang
Buku
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. 2001. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta:
Jakarta.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed Revisi. Rineka
Cipta: Jakarta.
Astuti, Ponny Retno. Meredam Bullying (3 Cara Efektif Menanggulangi).
Grasindo: Jakarta.
BPS. 2016. Pembangunan Ketahanan Keluarga. CV. Lintas Khatulistiwa:
Jakarta.
____.2018. Kota Bandar Lampung Dalam Angka. BPS Kota Bandar
Lampung: Bandar Lampung.
____.2018. Profil Generasi Milenial Indonesia. Kementrian Pemberdayaan
Perempuadan Perlindungan Anak: Jakarta.
Bungin, Burhan. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis
ke Arah Ragam Varian Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Creswell, John W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset Memilih di antara
Lima Pendekatan (Edisi Ke-3). Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Dariyo , Drs. Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama:
Bandung.
Djamarah, Bahri Syaiful. 2014. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam
Keluarga. PT. Reneka Cipta: Jakarta.
Friendly. 2002. Komunikasi dalam Keluarga. Family Altar: Jakarta
Gunarsa, Singgih D. 2006. Pskiologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT BPK
Gunung Mulia: Jakarta.
Hurlock, E.B. 2009. Psikologi Perkembangan : Suatu Perkembangan Sepanjang
Rentan Kehidupan. Erlangga: Jakarta.
Kertamuda, Fatchiah E. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia.
Salemba Humanika: Jakarta.
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Prenada Group:
Jakarta.
Mansur, Herawati. 2012. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Salemba
Medika: Jakarta.
Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Nasir, Djamil M. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum. Sinar Grafika: Jakarta
Nick, E. 2002. Psikologi Sosial Jilid 1. Edisi 10. Erlangga: Jakarta
Papalia, Diane E. 2009. Human Development (Perkembangan Manusia). Salemba
Humanika: Jakarta.
Pareek, Udai. 1996. Perilaku Organisasi. PT. Ikrar Mandiri: Jakarta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya:
Bandung
Santrock, Jhon. W. 2003. Perkembangan Masa Hidup. Erlangga: Jakarta.
Satiadarma, Monty P. 2001. Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak:
Dampak Pygmalion Di Dalam Keluarga. Pustaka Populer Obor: Jakarta.
Shaleh, Abdul Rahman. 2004. Psikologi L Suatu Pengantar Dalam Persepsi
Islam. Kencana: Jakarta.
Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Erlangga: Jakarta.
Sugiyono, Prof. Dr. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta: Bandung
Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Willis, Sofyan S. 2010. Family Counseling. Alfabeta: Bandung.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Keluarga. PT. Remaja
Rosda Karya: Bandung.
Jurnal
Rini, Dyah Puspa. 2017. Subjective Well-Being Pada Menantu Perempuan Yang
Tinggal Dengan Ibu Mertua. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi. Tersedia:
(http://eprints.ums.ac.id) diakses pada 23 Oktober 2018 pukul 04.04 WIB.
Wardhani, Oetari Wahyu. 2016. Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken
Home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulan Progo, Yogyakarta. Jurnal
Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia:
(http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pls/article/download/1347/12
22) diakses pada 01 November 2018 pukul 22:41 WIB
Skripsi
Anam, Choirul. 2014. Komunikasi Keluarga TKI Dalam Mendidik Anak (Studi
Kasus di Desa Pakes Kecamatan Konang Kabupaten Bangkalan). Skripsi
Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ampel Surabaya.
Tersedia (http://digilib.uinsby.ac.id/472/1/Cover.pdf) diakses pada 07
Oktober 2018 pukul 21.51 WIB
Ismah, Siamantul. 2016. Komunikasi Antar Pribadi Pada Keluarga Broken Home
(Studi Kasus Perumahan Graha Walantaka). Skripsi Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayas Serang. Tersedia
(http://repository.fisipuntirta.ac.id/788/1/KOMUNIKASI%20ANTAR%20P
RIBADI%20PADA%20KELUARGA%20BROKEN%20HOME%20%28S
TUDI%20KASUS%20PERUMAHAN%20GRAHA%20WALANTAKA%
29%20-%20Copy.pdf) diakses pada 29 Juli 2018 pukul 01.43 WIB
Rajagukguk, Christine Artha. 2012. Gambaran Persepsi Pernikahan Pada
Remaja Yang Orangtuanya Bercerai. Skripsi Psikologi Fakultas Humaniora
Binus. Tersedia: (http://thesis.binus.ac.id/doc/Lain-lain/2011-2-00079-
PS%20Ringkasan001.pdf) diakses pada 06 Oktober 2018 pukul 01.08 WIB
Sumber Lain
http://dalduksulbar.com diakses pada tanggal 18 Oktober 2018 pukul 04.18 WIB
https://www.instagram.com/proud.project/?hl=en diakses pada 17 Oktober 2018
18.08 WIB
https://www.oxforddictionaries.com/diakses pada tanggal 17 September 2018
pukul 12.02 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga diakses pada 18 September 2018 pukul
00:49 WIB