Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Donor darah merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan

keselamatan, kesehatan, dan nyawa, baik bagi pendonor sendiri dan juga

resepien. Tentu dibutuhkan kehati-hatian, kecermatan dan ketelitian ketika

melaksanakannya, baik sebelum, sesaat, maupun setelah proses pengambilan

darah berakhir.

Syarat untuk melakukan donor darah yaitu, berat badan sekurang-


kurangnya 45 kg, umur diantara 18-65 tahun, tekanan darah sistolik harus
antara 100-200 mmHg, dan yang paling penting keadaan jantung, paru, hati
dan limpa harus normal. Dimana syarat umum untuk melakukan donor darah
atau dengan perkataan lain, pada saat penyumbangan, donatur darah harus
dalam keadaan sehat (Gayo Iwan, 2010: 334).

Darah adalah anugrah Tuhan yang diberikan kepada manusia dan kita
dapat saling berbagi kepada sesama manusia mulalui donor darah. Tanpa
darah yang cukup, seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan bahkan
kematian. Oleh karena itu, tranfusi darah yang diberikan kepada pasien yang
membutuhkannya sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa. Angka
kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan tranfusi darah pada negara
berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan ketidakseimbangan
perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan rasional. Kebutuhan akan
penyediaan darah standar WHO (Word Health Organization) adalah 2% dari
jumlah total penduduk atau sebesar 4 juta kantong darah. Untuk mencapai
kebutuhan tersebut tidak mudah harus ada berbagai strategi yang dilakukan.
Antara lain Palang Merah Indonesia (PMI) menetapkan sistem jemput bola
(Rachman, 2013: 2).

Menurut data, sekitar 17% dari orang-orang yang tidak mau


mendonorkan darahnya beralasan tidak pernah memikirkan masalah donor
darah itu. Sekitar 15% menyatakan mereka terlalu sibuk hingga tidak
“berkesempatan” mendonorkan darahnya. Sementara alasan utama dari
mereka yang bersedia mendonorkan darahnya adalah karena mereka ingin
membantu orang lain. Untuk kita ketahui bersama, kebutuhan darah secara
nasional di Indonesia masih dari kata tercukupi. Kebutuhan darah secara
nasional yang disebutkan PMI (Palang Merah Indonesia) jika diasumsikan

1
2

penduduk Indonesia berjumlah 260 juta jiwa adalah untuk 5,2 juta kantung
darah. Jumlah tersebut dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan darah di
Indonesia, dimana di perkirakan setiap 8 detik terdapat seseorang yang
membutuhkan tranfusi darah di indonesia. Bayak orang yang sebenarnya
pernah berniat untuk melakukan donor darah untuk kemanusiaan
atau agar mendapatkan manfaat. Tapi kemudian menjadi kekhawatiran
tertentu (Komandoko, 2013: 7).

Berdasarkan dari data di lapangan, yang mendonorkan darah selama 3

tahun terakhir ini yaitu pada tahun 2015 dari 1.444 pendonor, jumlah

mahasiswa yang mendonorkan darahnya sebanyak 30 orang, tahun 2016 dari

1621 pendonor, jumlah mahasiswa yang mendonorkan darahnya sebanyak 25

orang dan pada tahun 2017 dari 1989 pendonor, namun jumlah mahasiswa

yang mendonorkan darahnya sebanyak 25 orang dari STIKES

Puangrimaggalatung.

Berdasarkan data yang didapat di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Puangrimaggalatung Bone, Jumlah keseluruhan mahasiswa 439 orang dengan

rincian perempuan sebanyak 289 orang dan laki-laki sebanyak 141 orang yang

melakukan donor darah hanya 25% dari jumlah mahasiswa, hal ini disebabkan

karena mahasiswa merasa bahwa mereka tidak berkepentingan, namun disisi

lain mahasiswa ini adalah orang seharusnya memberikan dorongan kepada

orang lain untuk melakukan donor darah.

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa sejak dini, mahasiswa

harus mengetahui betapa pentingnya melakukan donor darah. Maka hal ini

yang mendorong peneliti mengadakan penelitian tentang hubungan

pengetahuan dan sikap terhadap minat mahasiswa mendonorkan darahnya

pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Puangrimaggalatung Bone.


3

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan pengetahuan terhadap minat mahasiswa

mendonorkan darahnya pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Puangrimaggalatung Bone?

2. Apakah ada hubungan sikap terhadap minat mahasiswa mendonorkan

darahnya pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Puangrimaggalatung Bone?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap minat mahasiswa

mendonorkan darahnya pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Puangrimaggalatung Bone.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap terhadap minat mahasiswa

mendonorkan darahnya pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Puangrimaggalatung Bone.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi

informasi yang berguna dalam menambah wawasan dan pengetahuan

tentang faktor yang berhubungan dengan minat mahasiswa mendonorkan

darahnya.
4

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsi atau kontribusi bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di bidang

kesehatan bagi kampus dan mahasiswa serta untuk penelitian

selanjutnya.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

(Notoatmodjo, 2010: 105). Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Alternatif (Ha):

HaI :Ada hubungan pengetahuan terhadap minat mahasiswa

mendonorkan darahnya pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Puangrimaggalatung Bone.

HaII :Ada hubungan sikap terhadap minat mahasiswa mendonorkan

darahnya pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Puangrimaggalatung Bone.

2. Hipotesis Nol (H0):

HoI :Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap minat mahasiswa

mendonorkan darahnya pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Puangrimaggalatung Bone.


5

HoII :Tidak ada hubungan sikap terhadap minat mahasiswa

mendonorkan darahnya pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Puangrimaggalatung Bone.

Anda mungkin juga menyukai