Anda di halaman 1dari 11

URAIAN PROSES KILANG PUSDIKLAT MIGAS

A. Konsep Proses

Pengolahan minyak bumi di Pusdiklat Migas Cepu menggunakan unit distilasi atmosferik.
Unit distilasi atmosferik adalah suatu unit yang bertugas melaksanakan seluruh rangkaian
kegiatan pemisahan minyak mentah (crude oil) menjadi produk-produk minyak bumi
berdasarkan trayek didihnya pada tekanan 1 atm.
Proses pemisahan crude oil menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan pada operasi difusi.
Dalam hal ini, terjadinya pemisahan sebagai akibat kontak antara fase uap dan fase cair. Proses
pemisahan dilaksanakan setelah kedua fase berada dalam kesetimbangan.
Secara difusi, proses pemisahan secara distilasi terjadi menurut tiga tahap operasi, yaitu:
proses penguapan atau penambahan sejumlah panas ke dalam larutan yang akan dipanaskan,
proses pembentukan fase setimbang dan proses pemisahan kedua fase setimbang.
Ketiga tahap operasi tersebut dilakukan dalam suatu kolom distilasi jenis tray tower yang
dioperasikan pada suhu puncak kolom ± 129oC dan suhu dasar kolom ± 270oC dengan tekanan 1
atm. Kondisi puncak kolom tersebut dipilih berdasar pada keseimbangan puncak kolom untuk
menghasilkan produk pertasol dengan komposisi C5-C12 sebanyak ± 65 % berat. Sedangkan
kondisi dasar kolom ditetapkan berdasarkan kondisi keseimbangan dasar kolom untuk
menghasilkan produk PH solar dengan komposisi C18-C21 sebanyak ± 10 % untuk komponen
blending solar.
B. Diagram Alir Proses Unit Kilang
C. Langkah-langkah Proses

Untuk mendapatkan produk hasil pengolahan yang sesuai spesifikasi


dan prosentase yield yang diharapkan maka operasional kilang Pusdiklat
Migas Cepu melalui beberapa tahapan yang kontinyu dan kondisi operasi
yang sudah ditetapkan.

C.1 Persiapan Bahan Baku

Penyiapan bahan baku dimaksudkan untuk mengurangi kadar air yang


terikut dalam crude oil, dimana kadar maksimal air yang diijinkan adalah
0,5% volume. Bahan baku yang digunakan adalah campuran minyak mentah
Kawengan (HPPO = High Pour Point Oil) yang bersifat parafinis dan
minyak mentah Ledok (LPPO = Low Pour Point Oil) yang bersifat aspaltis,
dengan perbandingan 70% bagian minyak mentah Kawengan dan 30%
bagian minyak mentah Ledok. Proses pencampuran bertujuan agar proses
pengolahan akan lebih efisien dibandingkan jika dilakukan secara terpisah.
Minyak mentah yang baru saja ditambang pada dasarnya masih
mengandung kotoran, sehingga perlu dilakukan penghilangan kotoran
tersebut terutama kandungan airnya, penghilangan kotoran dalam minyak
dilakukan dengan sedimentasi atau pengendapan. Minyak mentah
dimasukkan ke dalam tangki penampungan sementara yang dilengkapi
pengaduk dan didiamkan selama 24 jam.
Karena adanya perbedaan berat jenis antara minyak dan air, maka
terjadi pemisahan dari kedua bahan tersebut. Air secara gravitasi akan turun
ke bagian bawah dalam tangki dan terpisah dari minyak. Air dikeluarkan
melalui saluran pembuangan yang ada pada tiap-tiap tangki, kemudian
minyak dialirkan ke Pusat Pengumpulan Produksi Minyak (PPPM)
Menggung.
Di Pusat Pengumpulan Produksi Minyak (PPPM) Menggung, minyak
mentah didiamkan beberapa hari atau dalam waktu tertentu, supaya proses
pemisahannya lebih sempurna, hingga kandungan air dalam minyak mentah
maksimal 0,5% volume.
Dari Menggung, minyak mentah dialirkan dengan pompa sentrifugal
menuju tangki penampungan T-101 dan T-102 yang berada di lokasi kilang
Karakteristik atau syarat minyak mentah yang akan diolah adalah sebagai
berikut:
- Spesific gravity 60/60 0F : 0,8349 – 0,850
0
- Viskositas Kinematis 100 F, cS : 3.7 – 3.79
- Pour point (0C) : 10 – 10,4
0
- Flash point ( C) : 30 – 30,05
- Kadar air (% volume) : 0,01 – 0,3
- Kadar garam (% berat) : 0,003 – 0,029
- Kadar belerang (% berat) : 0,165 – 0,194
- Kadar aspal (% berat) : 0,313 – 0,339
- Kadar malam (% berat) : 9,03 – 9,066
- Kadar abu (% berat) : 0,026 – 0,052
(Sumber Laboratorium Pusdiklat Migas Cepu )

C.2 Proses Distilasi Atmosferik

Proses pengolahan dengan distilasi atmosferik bertujuan untuk


memisahkan crude oil menjadi produk hasil pemisahan pada berbagai fraksi,
yaitu: pertasol CA, pertasol CB, pertasol CC, solar, dan residu. Produk
dihasilkan dari beberapa tahapan yaitu: pemanasan, penguapan dan
pemisahan, pengembunan dan pendinginan, serta pemisahan.
a. Pemanasan
Pemanasan ini dimaksudkan untuk membantu evaporator dalam mencapai
temperatur optimum dimana fraksi berat dan ringan dapat dipisahkan
dengan baik.
1. Pemanasan pada heat exchanger (HE-1,2,3,4,5)
Minyak mentah masuk ke HE-1 pada suhu 45,9oC, tekanan 7,6
kg/cm2 dan keluar pada suhu 50oC. Sebagai media pemanas pada HE-
1 adalah nafta (hasil bawah dari kolom C-2), masuk pada suhu 100oC
dan keluar dari HE-1 pada suhu 60oC. Minyak mentah kemudian
dipanaskan lebih lanjut dalam HE-2 dan keluar pada suhu 56oC,
selanjutnya dipanaskan dalam HE-3 hingga keluar pada suhu 89oC.
Sebagai pemanas pada HE-2 adalah solar (hasil bawah dari kolom C-
4) masuk pada suhu 170 oC dan keluar pada suhu 120 oC , pemanas
pada HE-3 adalah solar (hasil bawah dari kolom C-4), masuk HE-3
pada suhu 205oC dan keluar pada suhu 170oC, kemudian crude oil
masuk HE-4, sebagai media pemanasnya adalah residu (hasil bawah
dari kolom C-5) yang masuk pada suhu 160 oC dan keluar pada suhu
88 oC. Crude oil keluar dari HE-4 pada suhu 120oC kemudian masuk
ke HE-5 pada suhu 1200C dan keluar pada suhu 137,50C. Sebagai
media pemanas pada HE-5 adalah residu (hasil bawah dari kolom C-
5) yang masuk pada suhu 250 oC dan keluar pada suhu 160 oC. Di
dalam HE, terjadi kontak tidak langsung antara minyak mentah yang
mengalir pada tube dan fluida pemanas yang mengalir didalam shell
dengan arah berlawanan yang bertujuan untuk memperluas bidang
kontak panas, sehingga transfer panas secara konduksi dari media
pemanas ke minyak mentah akan lebih efektif.
2. Pemanasan pada Furnace
Furnace berfungsi sebagai pemanas lanjutan dari minyak
mentah, yang sebelumnya mendapat pemanasan awal di dalam heat
exchanger. Perpindahan panas pada furnace terjadi secara tidak
langsung dengan media perantara berupa tube-tube yang didalamnya
mengalir minyak mentah. Sedangkan sumber panasnya berasal dari
pembakaran bahan bakar.
Minyak mentah setelah melalui HE-1,2,3,4,5 kemudian masuk
furnace-5 melalui tube bagian atas pada suhu 134,7oC dan diteruskan
bagian bawah. Panas hasil pembakaran digunakan untuk memanasi
seluruh ruang bakar dan tube-tube yang didalamnya mengalir minyak
mentah, maka terjadi perpindahan panas secara tidak langsung. Bahan
bakar yang digunakan terdiri dari fuel oil dan fuel gas.
Pemanasan yang dikehendaki berlangsung secara bertahap yaitu
dari panas yang rendah ke panas yang tinggi, untuk itu minyak
mentah dilewatkan tube bagian atas yang panasnya lebih rendah
dibandingkan dengan tube bagian bawah.Semuanya itu untuk
menghindari kerusakan pada minyak mentah yang dikarenakan
adanya pemanasan mendadak pada suhu tinggi yang menyebabkan
terjadinya perengkahan (cracking). Pada proses pemanasan, fraksi-
fraksi ringan yang terdapat dalam minyak mentah akan berubah
menjadi uap sedangkan fraksi beratnya masih berupa cairan. Minyak
mentah yang keluar dari furnace pada suhu 339,7 oC, dialirkan ke
dalam evaporator (V-1).

b. Penguapan dan Fraksinasi

Proses ini dimaksudkan untuk pembentukan fase uap minyak yang


telah mencapai kesetimbangan, kemudian dilakukan pemisahan kedua fase
dalam keadaan kesetimbangan tersebut.
1. Proses pemisahan pada evaporator (V-1)
Minyak mentah dari furnace masuk ke ruangan tanpa plate atau
evaporator (V-1). Proses yang terjadi merupakan proses secara fisika
yaitu proses pemisahan uap minyak dan cairannya atau antara fraksi berat
dan fraksi ringannya.
Minyak mentah masuk pada bagian tengah kolom evaporator
pada suhu 318,8oC. Di dalam evaporator tersebut, dengan adanya injeksi
steam dan pemanasan, maka senyawa hidrokarbon yang telah sampai
pada titik didihnya akan berubah menjadi fase uap dan yang belum akan
tetap berupa cairan. Untuk meningkatkan efisiensi penguapan, aliran feed
dibuat serong mendekati dinding bagian dalam kolom. Sehingga luas
permukaan penguapan semakin besar dan aliran menjadi turbulen seolah-
olah terjadi pengadukan.
Di samping itu, agar penguapan dapat berjalan baik, maka dari
bawah evaporator diinjeksikan superheated steam pada tekanan 1,5
kg/cm2, penginjeksian steam berfungsi untuk menurunkan tekanan parsial
uap hidrokarbon, sehingga titik didihnya turun dan memudahkan
penguapan. Fraksi ringan akan keluar sebagai hasil atas evaporator pada
suhu 300,5oC dan tekanan 1,006 kg/cm2.
Sedangkan fraksi berat berupa residu akan keluar sebagai hasil
bawah pada suhu 280oC.
2. Proses pemisahan pada kolom residu stripper (C-5)
Kolom residu stripper (C-5), letaknya vertikal dan konstruksi
bagian dalamnya terdiri dari plate-plate yang mempunyai tipe bubble cap
tray dan terdiri dari 6 tray. Kolom residu stripper berfungsi untuk
memisahkan fraksi ringan yang terikut dalam hasil bawah evaporator (V-
1). Di dalam kolom, cairan (fraksi berat) akan turun ke bawah melewati
tray-tray yang ada pada kolom. Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan,
maka diinjeksikan superheated steam dari bawah kolom pada tekanan 1,5
kg/cm2. Fraksi ringan akan naik ke atas kolom residu stripper dan keluar
sebagai hasil atas pada suhu 243,6oC dan tekananya 0,1 kg/cm2.
Sedangkan hasil bawah berupa residu yang keluar pada suhu 205oC.
Kemudian dimanfaatkan panasnya dengan melewatkan pada HE-4,5.
3. Proses pemisahan pada kolom fraksinasi (C-1)
Kolom fraksinasi (C-1) berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi
minyak bumi berdasarkan trayek didihnya. Konstruki bagian dalam kolom,
terdiri dari plate-plate yang mempunyai tipe bubble cap tray dengan 21
tray.
Fraksi-fraksi minyak yang masuk ke kolom fraksinasi (C-1) sebagai
umpan terdiri dari:
 Top produk evaporator yang masuk plate paling bawah pada suhu
300,5oC dan tekanan 1,006 kg/cm2.
 Top produk residu stripper yang masuk plate paling bawah pada suhu
250,1oC dan tekanan 1,1 kg/cm2.
 Top kolom solar stripper C-4 masuk pada side stream kolom C-1 pada
suhu 164,7oC dan tekanan 1,08 kg/cm2.
 Refluks naphtha hasil bawah dari kolom fraksinasi C-2 pada suhu 66oC.

Hasil pemisahan dari kolom fraksinasi C-1 adalah :


a) Side stream 14 bagian tengah berupa pertasol CC dan kerosin, dialirkan
ke kerosin stripper (C-3). Hasil atas kolom ini berupa pertasol CC dan
dialirkan kembali ke kolom fraksinasi C-1. Bottom produk C-3 adalah
kerosin yang telah terbebas dari fraksi ringan. Dikarenakan perjanjian
terbaru dengan PT. Pertamina yield kerosin 0%, maka valve side stream
ditutup sehingga produk kerosin dinaikan menjadi pertasol atau solar.
b) Side stream 4 berupa kerosin dan solar, dialirkan ke solar stripper (C-
4). Hasil atas kolom ini berupa kerosin dan dialirkan kembali menuju
kolom fraksinasi C-1 dan bottom produk C-4 adalah solar yang terbebas
dari fraksi ringan.
c) Side stream 18 bagian atas berupa pertasol CC.
d) Hasil atas berupa uap pertasol CA, pertasol CB dan nafta dengan suhu
123,7 oC dan tekanan 1,13 kg/cm2 sebagai umpan kolom fraksinasi C-2.
4. Proses pemisahan pada kolom solar stripper (C-4)
Hasil samping dari kolom fraksinasi I (C-1) berupa solar dan fraksi
ringan yang terikut masuk ke kolom solar stripper pada suhu 250 oC.
Kolom solar stripper berfungsi untuk memisahkan fraksi ringan yang
terikut solar. Konstruksi bagian dalam kolom ini terdiri dari plate-plate
yang mempunyai tipe bubble cap tray dan terdiri dari 6 tray. Untuk
meningkatkan efisiensi pemisahan, maka diinjeksikan superheated steam
secara tidak langsung dari bawah kolom dengan tekanan 1,5 kg/cm2. Fraksi
ringan dalam bentuk uap akan keluar sebagai hasil atas pada suhu 164,7oC
dan tekanannya 0,08 kg/cm2. Sedangkan hasil bawah berupa solar akan
keluar pada suhu 180 oC, kemudian dimanfaatkan panasnya dengan
melewatkan pada HE-2 yang berfungsi sebagai pemanasan sebelum crude
oil dipanaskan dalam furnace.
5. Proses pemisahan pada kolom fraksinasi II (C-2)
Kolom fraksinasi II (C-2) berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi
pertasol CA dan pertasol CB berdasarkan trayek didihnya. Konstruksi
bagian dalam kolom, terdiri dari plate-plate yang mempunyai tipe bubble
cap tray dan terdiri dari 16 tray.
Fraksi minyak yang masuk ke kolom fraksinasi II (C-2) sebagai umpan
adalah:
 Produk atas dari kolom C-1 yang merupakan uap pertasol CA, pertasol
CB, dan nafta yang masuk pada plate terbawah pada suhu 123,7 oC
 Sebagian dari pertasol CA yang diambil dari separator S-1, masuk ke
kolom C-2 pada suhu 39oC dan tekanan 0,9 kg/cm2.
Hasil pemisahan dari kolom fraksinasi C-2 adalah :
 Hasil atas berupa pertasol CA yang keluar pada suhu 74,8oC.
 Side stream dari plate no 7,8,9,10,11,12,13,14 berupa pertasol CB
yang keluar pada suhu 102 oC.
 Nafta sebagai hasil bawah kolom C-2 yang keluar pada suhu 124oC.
Pada top kolom fraksinasi (C-1) dan top kolom fraksinasi (C-2)
diinjeksikan NH3 cair untuk mengikat asam klorida (HCl) yang berasal dari
garam-garam tanah yang terikat dan mengikat H2S yang terdapat pada
minyak mentah. Dengan pengikatan ini, maka kadar asam dapat dikurangi
sehingga pH dapat diusahakan netral dan korosi dapat ditanggulangi.
Reaksi :
NH3 + HCl NH4Cl
H2S + 2 NH3 (NH4)2S
Uap NH4Cl dan (NH4)2S yang terbentuk akan terkondensasi dalam
kondenser dan larut dalam air. Pemisahannya dengan produk dilakukan
dengan separator berdasarkan berat jenisnya, dimana NH4Cl dan (NH4)2S
terlarut dalam air dan keluar melalui bagian bawah separator karena
mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada produk.

c. Proses pengembunan dan pendinginan

Proses ini bertujuan untuk mengubah fase uap menjadi fase cair yang
dilanjutkan dengan pendinginan untuk menurunkan temperatur produk. Hasil
pemisahan kolom fraksinasi yang berupa uap dimasukkan dalam kondensor,
sedangkan yang berupa cairan dimasukkan dalam cooler. Kondensor
berfungsi untuk mengembunkan uap hidrokarbon, sehingga berubah fase
menjadi cairan. Sedangkan cooler digunakan untuk mendinginkan produk-
produk sebelum masuk ke tangki penampungan. Keduanya menggunakan air
sebagai media pendingin yang berasal dari cooling tower.
Di dalam kondensor dan cooler terjadi kontak tidak langsung antara kedua
fluida yang mempunyai perbedaan temperatur. Maka terjadi perpindahan
panas secara konduksi antara kedua fluida. Kondensor dan cooler yang
digunakan di kilang minyak Cepu mempunyai tipe shell and tube dengan arah
aliran berlawanan arah. Adapun proses pengembunan dan pendinginan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertasol CA dari hasil atas kolom fraksinasi II (C-2)
Pertasol CA merupakan hasil dari kolom C-2, dialirkan ke kondensor
CN 1-4 pada suhu 74,8 oC. Di dalam kondensor terjadi kontak tidak
langsung dengan air pendingin bersuhu 26 oC yang berasal dari cooling
tower.
Pertasol CA mengalami pengurangan panas karena memberikan
panasnya kepada air, sehingga suhu pertasol CA menjadi turun. Sedangkan
air mengalami penambahan panas, sehingga suhu air menjadi naik. Pertasol
CA keluar dalam bentuk cairan pada suhu 65o C kemudian dialirkan ke Box
Cooler BC 3-6, sedangkan air keluar dari kondensor pada suhu 32oC. Uap
yang belum terkondensasi akan dikondensasikan dalam kondensor CN 5-12
pada suhu 43,8 oC.
Setelah melewati kondensor, uap pertasol CA berubah menjadi cair dan
didinginkan dalam cooler CL-3 dan CL-4. Pertasol CA keluar dari cooler
pada suhu 36,2 oC, sedangkan air pada suhu 30 oC. Walaupun sudah
beberapa kali kondensasi, masih ada uap dalam jumlah relatif kecil yang
tidak dapat berubah menjadi cair dan uap ini dialirkan ke furnace sebagai
bubble gas Pertasol CB sebagai side stream kolom C-2
Hasil pemisahan kolom C-2 dari side stream ditampung sebagai
pertasol CB dalam tangki penampung T.110 yang sebelumnya didinginkan
dalam cooler CL-5 dan CL-9 yang keluar menuju separator S-4.
2. Pertasol CC sebagai side stream kolom C-1
Hasil pemisahan pada side stream kolom C-1 ditampung sebagai
pertasol CC dalam tangki penampung T.110 yang sebelumnya didinginkan
dalam cooler CL-1 dan CL-2 yang keluar menuju separator S-8.
3. Nafta dari hasil bawah kolom fraksinasi II (C-2)
Nafta merupakan hasil bawah dari kolom C-2 dialirkan ke cooler CL-13
dan CL-14. Nafta keluar dari cooler pada suhu 31,7 oC untuk selanjutnya
dialirkan ke separator S-2 dan disimpan dalam tangki T.110, sedangkan air
keluar pada suhu 32 oC.
4. Solar dari hasil bawah solar stripper (C-4)
Solar merupakan hasil bawah dari kolom C-4 pada suhu 205 oC
dialirkan ke HE-3,4 dengan suhu 205 0C dan keluar dengan suhu 120oC
menuju cooler CL-6, CL-10 dan CL-11. Solar keluar dari cooler pada suhu
40oC untuk selanjutnya masuk ke separator S-6 dan ditampung dalam
tangki T.111, T.120 dan T.127, sedangkan air keluar dari cooler pada suhu
32oC.
5. Residu dari hasil bawah residu stripper (C-5)
Residu keluar dari bawah kolom C-5 pada suhu 250oC dan melewati
HE-5 dan HE-4 sekitar 880C. Residu didinginkan dalam Box Cooler BC-1
dan keluar pada suhu 88,3oC dan ditampung dalam tangki penampung
T.104, T.122 dan T.123, sedangkan air keluar dari box cooler pada suhu
32oC.
d. Pemisahan
Hasil yang telah didinginkan dimasukkan ke dalam separator dengan
tujuan untuk memisahkan air yang mungkin masih terkandung dalam produk.
Prinsip pemisahan didasarkan pada perbedaan berat jenis antara air dengan
produk. Air yang berat jenisnya lebih besar akan berada di lapisan bawah
sehingga dapat dipisahkan melalui lubang di bagian bawah separator. Sedang
produknya ditampung di dalam tangki-tangki penampung produk.

Anda mungkin juga menyukai