1. Etiologi
Menurut Nurarif (2013), penyebab fraktur dibagi menjadi tiga
yaitu :
a. Cedera traumatik pada tulang dapat di sebabkan oleh:
1) Cedera langsung atau pukulan langsung teradap tulang
atasnya.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
dikemiliteran.
c. Fraktur stress
Fraktur yang terjadi akibat kekuatan atau tekanan yang
terjadi pada lokasi tulang yang patah dan kedalaman jaringan lunak
berdekatan ke bagian tulang yang patah dan kalus akan segera tumbuh.
3. Klasifikasi Fraktur
4
dari sebagian dari garis tengah tulang, sedangkan Black dan Hawk,
dicirikan oleh robeknya kulit di atas cidera tulang yang terbagi menjadi
kontaminasi sedang
c. Grade III : Luka lebih besar antara 6-8 cm dengan
fraktur yaitu:
d. Fraktur linear yaitu fraktur yang garis patahnya utuh. Bisa
sedang,
e. Fraktur Oblique yaitu fraktur yang garis patahnya
4. Manifestasi Klinis
Suddarth (2013) :
digerakan secara alamiah atau gerakan luar biasa yang tidak tetap
melekatnya otot.
c. Pada patah tulang panjang, terjadinya pemendekan tulang
patah tulang
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Menurut Wijaya, (2013) pemeriksaan diagnostik fraktur
diantaranya:
b. Pemeriksaan rontgen : Menentukan lokasi atau luasnya
Memperlihatkan fraktur,
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
atau menurun (perdarahan berarti pada sisi fraktur atau organ jauh
klien ginjal.
f. Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan
berkemih.
1) Latihan Nafas
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga
kondisi tidak sadar. Hal ini akan membuat klien mengalami rasa
rehabilitasi.
tulang tertutup yang tidak stabil, fraktur terbuka, dan fraktur yang
trauma multipel
kursi dan dari kursi ketempat tidur, naik atau turun dari toilet
atau kursi buang air, dari kursi kelantai atau dari lantai kekursi
11
Bahu;
Fleksi, hiperekstensi, abduksi, adduksi, sirkumduksi,
abduksi, adduksi
Ada beberapa prinsip pelaksanaan latihan kekuatan otot dan
berikut:
1) Harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal
2 kali sehari.
2) Dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak
melelahkan pasien.
3) Dalam merencanakan program latihan kekuatan
TIBIA
1. Pengkajian
Sesudah Operasi (Post Operasi)
Pengkajian menurut Prabowo dan Pranata (2014) :
a. Anamnesa
Keluhan yang sering dialami oleh pasien dalam memenuhi
kekuatan otot.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukkan secara head to toe
c. Riwayat kesehatan atau perawatan
1) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada pasien post operasi tibia
istirahat dan tidur, pola kognitif dan persepsi, persepsi diri dan
pasif apakah pasien dapat melakukan gerakan atau ada rasa sakit
Skala
No Indikator Akhi
Awal
r
1 Keseibangan - -
2 Koordinasi - -
3 Cara berjalan - -
4 Gerakan otot
5 Gerakan sendi
6 Berjalan
- -
7 Bergerak dengan mudah
Keterangan skala :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu.
cedera.
sesuai
sesuai.
4. Implementasi
Penulis akan melakukan implementasi sesuai rencana tindakan yang
(2015).
Kriteria yang diharapkan adalah sebagai berikut
Tabel 2.2
Evaluasi hambatan kemampuan berpindah pada pasien post operasi
Skala
No Indikator Akhi
Awal
r
1 Keseibangan - -
2 Koordinasi - -
3 Cara berjalan - -
4 Gerakan otot
5 Gerakan sendi
6 Berjalan
- -
7 Bergerak dengan mudah
Keterangan skala :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu.