Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dilenyapkan, inflamasi
akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipient,
erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar proses operatif, kuretase periodontium yang dalam dan
fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah factor-faktor yang dapat mengakibatkan
pulpitis reversible. (Walton & Torabinejad, 2008 ; 36)

Pulpitis reversible simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatka
oleh makanan dan minuman dingin daripada panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul secara spontan
dan tidak berlanjut bila penyebabnya telah ditiadakan. (Grossman, 1995 : 73)

Tetap mempertahankan pulpa yang sehat dan utuh adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan perawatan
saluran akar atau prosedur endodonsia lainnya., mengingat bahwa perawatan-perawatan tersebut sangat
memakan waktu, rumit dan mahal. Jika yang dihadapi adalah suatu lesi karies yang dalam, ada beberapa
ahli yang menganjurkan tindaakan kaping pulpa (pulp capping), suatu prosedur untuk mencegah
terbukanya pulpa selama pembuangan dentin yang karies. 1993)

Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan untuk perawatan diatas
pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium yang akan merangsang pembentukan dentin reparative
(Harty dan Oston, 1993)

Tujuan pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga
jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat
terhindarkan (www.unpad.ac.id)

Kaping pulpa (pulp capping) dibagi menjadi dua, yaitu kaping pulpa indirek (indirect pulp capping) dan
kaping pulpa direk (direct pulp capping). (Walton & Torabinejad, 2008 ; 429)

1. Kaping pulpa indirek

Prosedur kaping pulpa indirek digunakan dalam manajemen lesi karies yang dalam yang jika semua
dentin yang karies dibuang mungkin akan menyebabkan terbukanya pulpa. Kaping pulpa indirek hanya
dipertimbangkan jika tidak ada riwayat pulpagia atau tidak ada tanda-tanda pulpitis irreversible. (Walton
& Torabinejad, 2008 ; 429)

2. Kaping pulpa direk

Ada dua hal yang menyebabkan prosedur ini harus dilakukan yakni jika pulpa terbukas ecara mekanis
(tidak sengaja) dan pulpa terbuka karena karies. Terbukanya pulpa secara mekanis dapat terjadi pada
preparasi kavitas atau preparasi mahkota yang berlebihan, penempatan pin atau alat bantu retensi. Kedua
tipe terbukanya pulpa ini berbeda ; jaringan pulpanya masih normal pada kasus pemajanan mekanis yang
tidak sengaja, sementara pada pulpa yang terbuka karena karies yang dalam kemungkinan besar pulpanya
telah terinfalamsi. (Walton & Torabinejad, 2008 ; 429)
PEMBAHASAN

Skenario Pulp Capping.

Bapak suparjo dating keklinik konservasi dengan keluhan giginya yang belakang atas mulai berlubang
kira-kira satu tahun yang lalu. Dirasakan mulai ada keluhan terasa linu bila makan manis dan dingin sejak
3 bulan yang lalu, terutama nyeri yang tajam apabila kemasukan makanan, tapi belum ada keluhan
spontan. Hasil pemeriksaan obyektif kondisi karies profunda belum perforasi, perkusi dan tekanan
negative (0), hasil rontgen foto tampak ruang pulpa masih tertutup selapis tipis dentin dan didukung
jaringan tulang alveolar yang sehat.

III.1 Diagnosa dan Rencana Perawatan

Diagnosa pada scenario adalah : Pulpitis reversible.

Rencana perawatan adalah : indirect pulp capping

III.2 INDIRECT PULP CAPPING

a. Indikasi dan Kontraindikasi Indirect Pulp Capping

Perawatan ini dapat dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanen muda yang kariesnya telah luas dan
sangat dekat dengan pulpa. Tujuannya adalah untuk membuang lesi dan melindungi pulpanya sehingga
jaringan pulpa dapat melaksanakan perbaikannya sendiri dengan membuat dentin sekunder. Dengan
demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan.

Indikasi

• Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke pulpa tetapi tidak mengenai pulpa.

• Pulpa masih vital.

• Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.

Kontra Indikasi

• Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.

• Pembengkakan.

• Fistula.

• Peka terhadap perkusi.

• Gigi goyang secara patologik.


• Resorpsi akar eksterna.

• Resorpsi akar interna.

• Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.

• Kalsifikasi jaringan pulpa.

b. Alat dan Bahan yang Digunakan pada Indirect Pulp Capping

 Alat :

• Bur bulat

Fungsinya :

a) Untuk membur email

b) Untuk menyingkirkan karies di dentin

c) Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah singulum

• Ekscavator

Fungsinya :

a) Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris

b) Untuk membuang jaringan gigi yang lunak/karies

• Hachet email atau pahat

• Pinset berkerat

Fungsinya :

a) Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas

• Plastis filling instrument

Fungsinya :

a) Untuk memasukkan, memanipulasi dan membentuk bahan tumpatan plastis

b) Aplikasi semen

c) Untuk mengurangi kelebihan bahan

• Alat pengaduk semen


Fungsinya :

a) Untuk memanipulasi bahan tumpatan

• Stopper cement

Fungsinya :

a) Untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen

c. Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Indirect Pulp Capping

Faktor keberhasilan

Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta reaksi sensitive
terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan subjektif setelah perawatan.
Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya
jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan
penutupan apikal.

Sebagian besar peneliti memakai criteria jembatan dentin sebagai indicator keberhasilan perawatan
karena jembatan dentin bertindak sebagai suatu barrier untuk melindungi jaringan pulpa dari bakteri
sehingga pulpa tidak mengalami inflamasi, tetap vital, membantu kelanjutan pertumbuhan akar dan
penutupan apikal pada gigi yang pertumbuhannya belum sempurna. Jembatan dentin terbentuk karena
adanya fungsi sel odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka.

Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksida terjadi pada hari pertama hingga minggu kesembilan,
sehingga pasien dapat diminta datang 2 bulan setelah perawatan untuk melakukan control. Kemudian
secara periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka waktu 2 sampai 4 tahun untuk menilai vitalitas pulpa.

Faktor kegagalan

Pada saat pengeburan, ada kemungkinan mata bur membuat perforasi atap pulpa. Hal ini perawatan pulp
capping indirect berganti menjadi pulp capping direct.

d. Prognosis

Pulp capping indirect lebih dari dua kunjungan, lebih disukai oleh banyak klinisi, pulp capping dirasa
lebih konservatif dan lebih memberi hasil yang diharapkan dari metode direct. Pendukung-pendukung
teori ini lebih suka untuk tidak menimbulkan trauma pada gigi dengan melakukan prosedur eksploratori
guna menentukan apakah mereka menghadapi pulpa yang terbuka atau hanya lesi karies yang dalam.

Tindakan ini memberi keuntungan dari gigi yaitu ditinggalkannya dentin karies yang meragukan diatas
daerah pulpa dan menutupinya. Kadang-kadang, setelah beberapa waktu kemudian, sesudah mineralisasi
ulang terjadi lesi dibuka ulang kembali, setelah itu semua semen dan dentin karies disingkirkan lalu
kavitas dirawat dengan prosedur sama seperti lesi karies yang dalam

Prognosis baik juga tergantung pada kekooperatifan pasien dalan perawatan. Sedangkan pada pulp
capping indirect

III.3 Direct Pulp Capping

a. Indikasi dan Kontraindikasi Direct Pulp Capping

Perawatan ini dapat dilakukan terhadap gigi yang pulpanya terbuka karena karies atau trauma tetapi kecil
dan diyakini keadaan jaringan di sekitar tempat terbuka itu tidak dalam keadaan patologis. Dengan
demikian pulpa dapat tetap sehat dan bahkan mampu melakukan upaya perbaikan sebagai respons
terhadap medikamen yang dipakai dalam perawatan pulp capping.

Indikasi

• Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar tidak lebih dari 1mm persegi dan
di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada gejala.

• Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena karies dan lebarnya tidak lebih
dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala.

• Pulpa masih vital.

• Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa terpotong oleh bur pada waktu
preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri maupun kontaminasi saliva.

Kontraindikasi

• Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.

• Pembengkakan.

• Fistula.

• Peka terhadap perkusi.

• Gigi goyang secara patologik.

• Resorpsi akar eksterna.

• Resorpsi akar interna.

• Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.

• Kalsifikasi jaringan pulpa.

• Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang dipakai telah memasuki jaringan pulpa.

• Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa.


• Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa.

b. Alat dan Bahan yang Digunakan pada Direct Pulp Capping

 Alat :

1. Bur bulat

Fungsinya :

d) Untuk membur email

e) Untuk menyingkirkan karies di dentin

f) Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah singulum

2. Ekscavator

Fungsinya :

c) Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris

d) Untuk membuang jaringan gigi yang lunak/karies

3. Hachet email atau pahat

4. Pinset berkerat

Fungsinya :

b) Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas

5. Plastis filling instrument

Fungsinya :

d) Untuk memasukkan, memanipulasi dan membentuk bahan tumpatan plastis

e) Aplikasi semen

f) Untuk mengurangi kelebihan bahan

6. Alat pengaduk semen

Fungsinya :

b) Untuk memanipulasi bahan tumpatan

7. Stopper cement

Fungsinya :
b) Untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen

 Bahan - bahan

 Semen zinc oxide eugenol

Semen ZOE yang terdiri dari serbuk zinc oxide dicampur dengan cairan eugenol, kemudian diaduk
sehingga menghasilkan suatu massa dengan konsistensi pasta

 Kalsium Hidroksida

Pada dasarnya kalsium hidroksida merupakan powder yang lunak dan tidak berbau, namun kalsium
hidroksida juga tersedia dalam bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan champorated para chlorophenol,
metakresil asetat, metal selulosa, garam normal, atau hanya dengan air murni

c. Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Direct Pulp Capping

Keberhasilan perawatan

Pulp capping direct sampai saat ini masih merupakan suatu metode perawatan yang valid di bidang
endodontic, karena bila perawatan ini berhasil maka vitalitas dari gigi dengan pulpa terbuka dapat
dipertahankan. Kondisi ini sangat tergantung pada diagnosis yang tepat sebelum perawatan, tidak ada
bakteri yang mencapai pulpa dan tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka.

Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta reaksi sensitive
terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan subjektif setelah perawatan.
Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya
jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan
penutupan apikal.

Sebagian besar peneliti memakai criteria jembatan dentin sebagai indicator keberhasilan perawatan
karena jembatan dentin bertindak sebagai suatu barrier untuk melindungi jaringan pulpa dari bakteri
sehingga pulpa tidak mengalami inflamasi, tetap vital, membantu kelanjutan pertumbuhan akar dan
penutupan apikal pada gigi yang pertumbuhannya belum sempurna. Jembatan dentin terbentuk karena
adanya fungsi sel odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka.

Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksida terjadi pada hari pertama hingga minggu kesembilan,
sehingga pasien dapat diminta datang 2 bulan setelah perawatan untuk melakukan control. Kemudian
secara periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka waktu 2 sampai 4 tahun untuk menilai vitalitas pulpa.

Kegagalan perawatan

Perdarahan yang terjadi dapat berperan sebagai penghalang sehingga tidak terjadi kontak antara bahan
kalsium hidroksida dengan jaringan pulpa. Hal ini menyebabkan proses penyembuhan pulpa terhambat.

Kegagalan perawatan ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya keluhan, misalnya gigi
sensitive terhadap rangsang panas dan dingin atau gejala lain yang tidak diinginkan. Kemudian pada
pemeriksaan objektif dengan radiografi dilihat adanya gambaran radiolusen yang menunjukkan gumpalan
darah atau terjadinya resorpsi internal.

d. Prognosis

Prognosis Pulp Capping

Pulp capping direct sampai saat ini masih merupakan suatu metode perawatan yang valid di bidang
endodontik, karena bila perawatan ini berhasil maka vitalitas dari gigi dengan pulpa terbuka dapat
dipertahankan. Kondisi ini sangat tergantung pada diagnosis yang tepat sebelum perawatan, tidak ada
bakteri yang mencapai pulpa dan tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka. Keberhasilan dari
pulp capping pada lesi pulpa terbuka karena karies lebih rendah. Kegagalan meningkat jika observasinya
dilakukan lebih lama. Prognosis baik juga tergantung pada kekooperatifan pasien dalan perawatan.

III.4 Prosedur Perawatan Pulp Capping

Prosedur perawatan pulp Capping secara Umum

a. Pada lapisan dentin yang keras

I kunjungan pertama

1. Asepsis

Berbagai bahan kimia dan teknik telah digunakan untuk membuag dan mengahancurkan kontaminan
bakteri dari dari permukaan gigi, cengkeram, dan karet sekelilingnya. Bahan kimia yang dipakai antara
lainalkohol, senyawa ammonium kuaterner, natrium hipoklorit, ioium organic, garam-garam merkuri, dan
hydrogen peroksida. Teknik yang efektif adalah sebagai berikut:

1. Plak dibuang dengan karet dan pumis

2. Pemasangan isolator karet

Pemasangan isolator karet merupakan hal yang harus dilakukan . pemasangan isolator karet pada gigi
normal, dengan beberapa latihan, hanya memerlukan waktu kira-kira setengah menit. Walaupun demikian
dipraktek pribadi masih jarang dilakukan pemasangan isolator karet ini. Keuntungan pemakaian isolator
karet ini adalah:

a. Mencegah tertelannya instrument endodontik yang digunakan.

b. Daerah kerja kering dan jelas serta mudah didesenfeksi.

c. Melindungi gusi, lidah dan pipi dari trauma iatrogenic.

d. Mempersingkat waktu perawatan yang dilakukan dokter gigi.

Sedangkan kerugiannya adalah:


a. Mempersulit foto rontgen

b. Dapat terjadi trauma pada papilla gingival.

Isolator karet terdiri dari:

a. Lembaran Karet

Ada yang berwarna terang dan gelap. Warna gelap membuat daerah kerja menjadi lebih jelas tetapi
kurang baik untuk pengambilan foto rontgen.

Ketebalan dari lembar karet ada bermacam-macam.

b. Bingkai

Bingkai isolator karet terbuat dari logam dan plastik. Gunanya untuk menahan atau meregang lembaran
karet yang digunakan. Saat ini yang sering dipakai adalah Starlite visiframe.

c. Cengkram

Untuk setiap elemen gigi mempunyai cengkeram tersendiri.

1. Permukaan gigi, cengkeram, dan karet di sekelilingnya diulas dengan hydrogen peroksida 30 %

2. Permukan dioles dengan desinfektan iodium tinktur 5%, natrium hipoklorit juga bisa digunakan untuk
menggantikannya.

Sterilisasi instrument

Sterilisasi adalah proses pemusnahan semua mikroorganisme. Disinfeksi bakteri berarti menghilangkan
organisme vegetative yang menyebabkan penyakit. Instrument yang digunakan dalam perawatan
endodontik memerlukan disinfeksi, tetapi hal ini tidak begitu memuaskan Karena tiga alas an yaitu:

1. Metode disenfeksi yang digunakan tidak dapat bergantung pada eliminasi organisme yang dapat
menyebabkan penyakit.

2. Organsme yang secara normal adalah nonpatogenik dapat menimbulkan penyakit jika memperoleh
tambahan jaringan yang nekrosisatau rusak yang terdapat dalam ruang pulpa atau region periapeks.

3. Instrument yang berkontak dengan cairan tubuh dapat memindahkan hepatitis Bdari satu pasien kepada
yang lainnya, kecuali dilakukan sterilisasi.

Oleh kerena itu, jika perawatan hendak dilakukan dalam keadaaan asepsis, semua instrument yang
digunakan dalam ruang pulpa harus disterilisasi terlebih dahulu. Selain itu, harus diingat bahwa semua
instrument yang hendak di sterilisasi harus digosok dan dibersihkan terlebih dahulu dengan deterjen dan
air karena jika terdapat sisa darah kering, jaringan, atau yang lainnya, dapat menghambat jalannya
sterilisasi.
Banyak cara untuk mensterilisasikan instrument dan bahan-bahan endodontik ini, seperti:

1. Autoklaf

2. Oven udara panas

3. Pemanas kering

4. Sterilisasi garam panas

2. Pembersihan jaringan karies

Kedalaman penetrasi lesi karies bukanlah memberi pengaruh yang bermaknapada ragangan akhir
preparasi. Bila ragangan preparasi hamper selesai dibuat maka dilakukan evaluasi pengukuran penetrasi
lateral dari karies dengan menggunakan sonde. Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak
menghilangkan karies yang terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan dengan menggunakan bur
bulat atau eksavator genggam. Bila digunakan dengan bur, sebaiknya bur kecepatan rendah untuk
mencegah pembuangan yang berlebihan. Ukuran mata burnya harus besar dan disesuaikan dengan besar
gigi dan besar karies dentin yang tertinggal. Sewaktu karies dentin ini disingkirkan, warna dan tekstur
dentin yang tinggal dapat digunakan sebagai penuntun untuk mengetahui preparasi yang tepat.

Penyinkiran karies dentin dengan ekskavator

Penyingkiran karies dentin dengan menggunakan bur bulat\

3. Membersihkan permukaan preparasi

Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi oleh sisaselapis tipis debris yang
melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat mengganggu kemapuan adaptasi terhadap dinding
kavitas. Keadaan ini dapat terdeteksi pada waktu penempatan restorasi, atau yang lebih buruk lagi, tidak
begitu nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula, sifat optimal semen gigi,
khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh kebersihan permukaan preparasi pada waktu
penambalan.

Natrium hipoklorit (NaOCl) dalam berbagai konsentrasi adalah irigan yang paling popular dan paling
dianjurkan. Larutan ini tidak mahal, mudah diperoleh, mudah dipakai dan memperoleh rating yang tinggi
dalam penelitian. Penelitian in vitro mengindikasikan bahwa NaOCl melarutkan jaringan dengan mudah,
eksperimen pada gigi cabutan dan penggunaan kliniknya tidak begitu mengesankan. Didalam saluran
akar, irigan tidak akan berkontak secara luas dan intim dengan semua daerah jaringan. Selain itu, irigan
tidak mempunyai akses yang cukup kedaerah yang terpencilmdan derah-daerah yang mengalami
penyimpangan anatomi dan oleh karenanya aka nada daerah-daerah yang debridementnya tidak bisa
dilakukan dengan baik. Sedangkan Pemakaian peroksida hydrogen (H2O2)sendiri tidak bermanfaat. Cara
ini dahulu pernah popular dan bermanfaat tapi karena ada efek berbusanya larutan akibatnya terbentuk O-
nasen yang memudahkan pembersihan debris ternyata, peningkatan debridement dengan cara ini tidak
terjadi.

Teknik Irigasi

Jarum. Tersedia berbagai tipe jarum walaupun tidak ada satu pun yang tepat. Yang penting adalah
ukurannya yang harus kecil. Lebih disukai berukuran 27 atau 28. Jarum ukuran ini berpotensi untuk
berpenetrasi lebih dalam sehingga pengeluaran lautan dapat lebih baik demikian juga pembersihan
debrisnya. Jarum yang lebih kecil cenderung menjadi tersumbat; kecenderungan ini dapat diminimalkan
dengan aspirasi setiap setelah irigasi.

Pemakaian. Faktor yang paling penting adalah penetrasi jarum dan volume irigasi. jarum yang kecil,
bersama-sama dengan irigasi yang banyak akan menghasilkan pembilasan yang lebih baik.

4. Menempatkan Subbase:

Bahan Subbase

• Ca(OH)2

Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp capping yang paling populer sebagai
terapi pulpa vital. Bahan ini mempunyai banyak kekurangan di antaranya pada pH 12,5 menyebabkan
terjadi nekrosis likuidasi terutama pada lapisan superfisial pulpa. Efek toksik dari kalsium hidroksida
yang kelihatannya dinetralisir pada lapisan pulpa yang lebih dalam, justru menyebabkan nekrosis
koagulasi yang berbatasan dengan jaringan vital, menyebabkan iritasi ringan pada pulpa. Pada proses
kesembuhan, terjadi tunnel defectt pada pembentukan jembatan dentin yang akan memudahkan masuknya
bakteri dan memperlambat proses kesembuhan. Untuk mencegah terjadinya infeksi, perlu mempercepat
kesembuhan dengan memicu proses regenerasi sel. Suatu proses kesembuhan diperlukan molekul
pensinyal untuk memulai kaskade siklus sel agar terjadi mitosis untuk regenerasi odontoblas membentuk
dentin reparatif.

Pada suatu penelitian dipakai TGF-β1 suatu growth factor sebagai molekul pensinyal pada perawatan
direct pulp capping. Suatu pendekatan baru berbasis pengertian mekanisme seluler dan molekuler pada
regulasi dentinogenesis. Pemberian TGF - β 1 mempengaruhi respons inflamasi yang meliputi:
meningkatkan infiltrasi sel inflamasi, menurunkan perdarahan, vakuolisasi, nekrosis dan angiogenesis.
Pemberian TGF- β1 meningkatkan aktivitas fibroblas yang meliputi: meningkatkan stellate fibroblast,
odontoblastoid, mineralisasi, fosfatase alkali dan sintesis kolagen tipe I. Pada pemberian TGF- β1,
peningkatan sintesis kolagen tipe I disebabkan oleh peningkatan diferensiasi odontoblastoid dan seiring
dengan berjalannya waktu, kolagen tipe I disintesis makin banyak.

(http://www.adln.lib.unair.ac.id/print.php?id=gdlhub-gdl-s3-2007-prijambodo-
5314&PHPSESSID=3f8e215d0335af1a5410155655b2db9f)

Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta. Kalsium hidroksida diberikan
sebagai pelapik yang banyak mengandung kalsium di atas dentin yang baru dipotong atau sebagai
insulator di atas bagian kavitas yang lebih dalam. Bentuk pasta adalah yang paling populer karena bahan
ini dapat dengan mudah dipakai dan mengeras dengan cepat. Jenis bahan ini dipakai dengan
menggunakan instrumen yang sama untuk mencampur bahan. Sebelum penempatan bahan, instrumen
harus benar-benar bersih karena sebagian pelapik bahan ini harus ditempatkan dengan sangat tepat untuk
menghindari noda-noda yang berserakan di semua tempat. (Baum, 1997)

Sejumlah instrumen dapat dipakai tergantung pada perlakuan yang diperlukan. Ukuran dan lokasi
preparasi menentukan instrumen yang paling tepat. Bagian belakang eskavator yang kecil dapat
digunakan dalam penempatan semen. Instrumen yang efektif adalah aplikator yang berbentuk seperti
sebuah sonde dengan bulatan kecil pada ujungnya. Ujung yang bulat dicelupkan setengah ke dalam
campuran yang diinginkan saat menempatkan pasta di gigi atas (atau permukaan “atas”). Jika lebih dari
setengah alat ini dicelupkan, bahan tersebut tidak akan tinggal pada ujung alat tadi tetapi akan terus
mengalir ke tangkai instrumen.

Preparasi amalgam dan resin akan mempunyai underkut retentif pada dentin. Ada kecenderungan yang
kuat bahwa bahan pelapik, seperti misalnya Dycal, kunci mekanis untuk retensi. Bila hal ini terjadi, alat-
alat eksplorer atau pemotong digunakan untuk membuang bahan dari sisi retensi setelah bahan itu
mengeras.

Bahan pelapik mngeras dengan sangat cepat setelah dicampur, sehingga harus ditempatkan langsung
setelah pencampuran. Temperatur mulut mempercepat reksi pengerasan ini. Kelembaban yang meningkat
juga akan mengurangi waktu pengerasan, keadaan ini disebabkan karena tidak memakai isolator karet.
(Baum, 1997)

• Mineral Trioxide Aggregate (MTA)

Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar yang dikembangkan di Universitas
Loma Linda. MTA memiliki kemampuan mengisi yang baik, tidak bersifat toksik, tidak menimbulkan
inflamasi, biokompatibel, mudah memanipulasikannya, tidak terpenganih terhadap adanya kontaminasi
darah, tidak larut dan dapat merangsang pembentukan jaringan keras (tulang dan sementum). Disamping
itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan lebih radiopak dari dentin schingga mempermudah
membedakannya daJam radiografi. Karena sifat-sifatnya ini MTA digunakan sebagai bahan perawatan
dalam bidang endodontik yaitu: sebagai perawatan perforasi saluran akar, pulpotomi, apeksifikasi akar
dan direct pulp capping

Contohnya : Ca(OH)2 / ZOE

Menempatkan pasta Ca (OH)2 (lihat gambar)

Cara penempatan pasta Ca(OH)2

penempatan semen oksida seng eugenol

5. Melapisi subbase dengan base

BASE dan liner.


Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative tebal untuk menggantikan dentin
yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia dan fisik. (Eccles & Greene, 1994 : 78).
Bahan basis berfungsi sebagai pelindung terhadap iritasi kimia, menghasilkan penyekat terhadap panas
dan menahan tekanan yang diberikan semalam pemampatan bahan restorative. Kebutuhan akan pelindung
sebelum merestorasi bergantung pada perluasan lokasi preparasi dan material restorasi yang akan
digunakan. Karena memiliki tujuan yang sama, liner dan base tidak dibedakan secara jelas. (Baum dkk,
1997 ; 154)

Liner merupakan lapisan tipis material yang digunakan sebagai barrier untuk melindungi dentin dari
reaktan residual yang berdifusi keluar dari restorasi/cairan rongga mulut yang dapat menembus interface
gigi-restorasi. Liner juga sebagai penyekat elektrik material metalik, memberikan perlindungan thermal
dan medikasi pulpa. Kebutuhan liner bila akan dilakukan restorasi metal yang luas ke pulpa yang tidak
berikatan dengan struktur gigi seperti amalgam, cast gold, atau restorasi indirect.

Basis (biasanya 1-2 mm) digunakan untuk memberikan perlindungan termal untuk pulpa dan
menambahkan dukungan mekanis untuk restorasi dengan mendistribusikan stress local dari restorasi ke
permukaan dentin di bawahnya. Basis memberikan perlindungan bagi pulpa :

- Protective base : melindungi pulpa sebelum peletakkan bahan restorasi

- Insulating base : melindungi pulpa dari shock termal

- Sedative base : medikasi pulpa yang mengalami injury

(Gatot Sutrisno, 2006)

Macam-macam basis :

 Vernis

Bila digunakan tambalan amalgam atau emas, preparasi tersebut harus dilapisi dengan vernis kavitas.
Vernis kavitas bisa resin alami atau sintetik yang dilarutkan pada pelarut ester atau kloroform. Kemudian
pelarut akan menguap dan meninggalkan lapisan tipis pada preparasi kavitas yang merupakan balut
terhadap dentin yang terpotong. Vernis kavitas fungsi utamanya adalah mengurangi kebocoran mikro
yang terjadi seperti seperti pada restorasi amalagam. Vernis kavitas ini menghambat kebocoran mikro
selama beberapa minggu pertama sampai produk korosi terbentuk. Sensitivitas yang dirangsang oleh
penetrasi cairan atau debris akan sangat berkurang. Selain itu, bila restorasi mengiritasi, seperti seng
fosfat,vernis dioleskan untuk mencegah penetrasi asam ke dentin dan pulpa.

Selapis vernis yang diletakkan dibawah restorasi logam bukan merupakan isolator panas yang baik
walaupun vernis memiliki konduktivitas panas yang rendah, bila ditempatkan dengan baik, ketebalan
lapisan tersebut hanyalah berkisar 4 mikrometer sehingga terlalu tipis untuk menyekat panas.

 Kalsium Hidroksida

Vernis tidak digunakan bila restorasi tersebut adalah komposit atau resin nirpasi. Begitu resin berkontak
dengan vernis, polimerisasi resin dapat menghambat sehingga menghasilkan perlunakan pada permukaa
antara vernis dan resin.
Suatu bahan yang secara ektensif digunakan untuk perlindungan pulpa tidak hanya dibawah resin tetapi
dibawah seluruh bahan restorasif adalah kalsium hidroksida. Bahan ini sangat efektif dalam pembentukan
dentin sekunder. Dentin sekunder merupakan bantuan yang penting dalam perbaikan pulpa. Dentin
tersebut nantinya akan melindungi pulpa dari iritan-iritan seperti produk toksik dari bahan restorasi.

Semen kalsium hidroksida yang dipasarkan biasanya disediakan dalam 2 pasta. Pasta ini mengandung 6
atau 7 bahan lain yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu. Bahan-bahan ini pada
umumnya memberikan respon pulpa yang khas terhadap kalsium hidroksida. Bahn ini memiliki kekuatan
dan kekerasan yang sangat baik sehingga digunakan sebagai fondasi untuk bahan tambalan dan cocok
untuk kerusakan yang diakibatkan oleh lesi karies profunda.

Prosedur Peletakan Pelapik dan Basis

Vernis

Pemilihan merk vernis didasarkan pada kerusakan pribadi dan karakteristik manipulasi bahan tersebut.
Hal yang terpenting adalah untuk mendapatkan suatu lapisan yang merata dan tidak terputus-putus diatas
seluruh permukaan kavitas yang dipreparasi. Sedikitnya ada 2 lapisan yang harus dioleskan.
Mengeringnya lapisan pertama akan meninggalkan lubang-lubang kecil dan lapisan kedua megisi rongga-
rongga tersebut dan menghasilkan lapisan yang lebih homogen.

Vernis harus mempunyai viskositas yang encer, bila terlalu kental maka tidak akan membasahi gigi
dengan baik sehingga memungkinkan kebocoran mikro diantara gigi dan vernis. Oleh karena itu selama
tidak dipakai vernis tidak dipakai maka botol vernis harus ditutup rapat. Dan bahan pengencer yang
biasanya digunakan adalah eter atau kloroform.

Vernis dioleskan pada dinding preparasi dengan menggunakan kapas kecil dan dikeringkan dengan
menggunakan angin. Pengolesan vernis dengan menggunakan kapas kan pinset, apabila kavitas terlalu
kecil bisa menggunakan sonde. Namun akan lebih efektif jika menggunakan reamer saluran akar sebagai
pembawa.

Semen

Bermacam-macam bahan untuk basis dan pembalut (dressing), diantaranya :

semen oksida seng eugenol (ose), semen seng fosfat, semen polikarboksilat, semen ionomer kaca.

a. Semen Oksida Seng Eugenol

Merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan,
berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat). Semen ini sering dipakai karena bersifat paling sedikit
mengiritasi dan memiliki pH mendekati 7. Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa dan dapat
meminimalkan kebocoran mikro serta memberikan perlindungna terhadap pulpa.
Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol masih lemah. Oleh karena itu produk OSE
diperkuat dengan menambahkan polimer sebagai penguat.

Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini lebih sering digunakan kertas pad dibanding glass lab.
Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah kebeberapa tetes eugenol dan diaduk sampai mencapai suatu
tekstur yang seperti kental yang bila dipegang jari tidak lengket. Sebagian kecil kira-kira seukuran biji
wijen dilengketkan pada ujung eksplorer dan dioleskan dengan hati-hati kedalam kavitas. Hindari
mengenai tepi-tepi kavitas.

Kapas yang sangat kecil dijepit dengan pinset dan digunakan sebagai alat untuk ”menekan” bahan
tersebut dan membentuknya di dalam kavitas. Semen yang baru diaduk cenderung lengket ke instrument
logam atau plastik, karena itu kapas harus kering. Penambahan bahan sisa dilakukan berulangkali dengan
cara yang sama sampai diperoleh ketebalan yang cukup.

b. Semen Seng Fosfat (ZP)

Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan keras tetapi mengititasi pulpa. Terdiri atas bahan bubuk-cair,
bubuknya biasanya adalah oksida seng dan cairannya adalah asam ortho phosporik, garam-garam logam
dan air. Pemakaian utama dan tradisional dari bahan ini adalah untuk merekatkan restorasi-restorasi
pengecoran gigi dan juga sebagai bahan basis bila diperlukan kekuatan compresi yang besar. Semen
posphat yang baru diaduk sangat mengiritasi pulpa dan tanpa perlindungan varnish atau jenis bahan basis
lainnya dapat menyebabkan kerusakan pulpa yang irreversible.

Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki kekuatan yang besar dari suatu basis, dapat menahan dari
trauma mekanis dan memberi perlindungan yang baik dari rangsangan panas tetapi semen ini mudah
pecah dan tidak baik untuk tambalan sementara.

c. Semen Polikarboksilat

Merupakan semen gigi yang baru dan memberi perlekatan yang baik pada komponen kalsium dari
struktur gigi. Walaupun sulit dimanipulasi, memiliki potensi untuk adhesi klinis ke ion kalsium pada
email dan dentin. Karena bahan ini cenderung cepat mengeras, tidak dilakukan upaya mengaduk semen
hingga menyerupai konsisten pasta pada semen zinc phospat. Bubuk semen ini sama dengan semen seng
phospat bubuk mengandung oksida seng dan sejumlah kecil oksida magnesium. Pada saat ini oksida
magnesium sering digantikan dengan oksida stanic dan stanius flourida untuk memodifikasi waktu
pengerasan dan meningkatkan kekuatan dan karakteristik manipulasinya. Cairannya adalah asam
poliakrilik dan air. pH semen polikarboksilat, pada awalnya mirip dengan pH semen seng fosfat tetapi
respon pulpanya mirip dengan semen ESO. Suatu penjelasan yang mungkin untuk tingkat iritasi yang
rendah adalah ukuran molekul poliakrilik yang besar membatasi penetrasi melalui dentin dan
penarikannya terhadap protein yang dapat membatasi difusinya melalui tubulus dentin.

d. semen silikophospat

semen ini merupakan hibrid kombinasi dari semen sing fosfat dan semen silikat, sering disebut sebagai
semen silikofosfat. Semen ini terdiri dari 90% semen silikat dan 10 % semen seng fosfat. Dengan adanya
kandungan florida dalam bagian silikat dari bubuk tersebut, semen ini memberikan pencegahan karies
sekunder. Dari titik pandang sifat anti kariesnya, seng siliko fosfat sering merupakan bahan semen pilihan
untuk mulut kariesnya tinggi. Aksi untuk perlindungan pulpa adalah sama dengan seng fosfat.

e. semen ionomer kaca (GI)

karena sifat biologis dari GI yang baik dan memiliki potensi perlekatan kekalsium yang ada didialam gigi,
ionomer kaca terutama digunakan sebagai bahan restoratif untuk perawatan daerah erosi dan sebagai
bahan penyemenan. Selain itu GI digunakan sebagai basis walaupun bahan tersebut sangat sensitif
terhadap air dan membutuhkan daerah yang kering.

Komposisi

GIC terdiri dari dua macam bahan di dalamnya yaitu likuid (cairan) dan bubuk.

Bubuk

Bubuk untuk GIC pada umumnya terdiri dari :

• Silica 41.9%

• Alumina 28.6%

• Aluminium Fluoride 1.6%

• Calcium Fluoride 15.7%

• Sodium Fluoride 9.3%

• Aluminium Phosphate 3.8%

Likuid

Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan konsentrasi antara 40-50%. Pelapik
ionomer kaca ada 2 tipe yang pertama adalah sistem bubuk-cairan konvensional serupa dengan semen
tipe 2. tipe 2 adalah ionomer kaca yang dikeraskan dengan sinar, bagian bubuknya berisi unsur partikel
kaca konvensional yang larut asam ditambah aselerator foto- aktivasi. Cairannya dalah larutan cair asam
poliakrilat atau kopolimer, gugusan grup metakrilat. Kedua unsur tersebut dicampur, dimasukkan ke
kavitas, dan kemudian disinari dengan sinar pengeras resin. Sinar mengaktifkan akselerator,
menghasilkan radikal bebas dan gugusan grup metakrilat akan mengeras dengan cara saling menempel.
Kegunaan utama dari pelapik ionomer adalah, untuk perekat perantara antara gigi dengan tambalan
komposit. Pada dasarnya semen ini sebagai bonding terhadap dentin.

Contoh : pemberian base Zn PO4


6. Penumpatan sementaraa

Tujuan Restorasi Sementara

Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal hermetik yang baik di atas pulpa.
Penempatan restorasi sementara yang stabil tanpa mengganggu bagian oklusal dan periodontal gigi tidak
selalu mudah dicapai. Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta fungsinya.

Tujuan restorasi sementara :

• Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan sakit atau ketidaknyamanan bagi
pasien. Jadi semen sementara juga harus non-iritasi sehingga menjaga kenyamanan pasien selama periode
waktu yang singkat.

• Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.

• Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral, dengan cara merestorasi titik kontak,
atau ke oklusal dengan merestorasi stop sentrik.

• Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.

• Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak mempersulit pembersihan mulut
dengan menutupi kavitas gigi. Jika kavitas dibiarkan terbuka akan timbul masalah gingiva akibat sulit
menjaga kebersihan mulut.

Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan bertahan lama, yakni :

1. Mempertahankan struktur gigi. Struktur gigi yang memerlukan perawatan biasanya sudah tidak lebih
baik lagi sehingga pengambilan dentin lebih lanjut sebaiknya diminimalkan. Sebaliknya, kuspa mungkin
perlu dikurangi dan diberi pelindung (capping).

2. Retensi. Restorasi korona memperoleh retensi dari inti dan sisa dentin yang masih ada. Jika intinya
memerlukan retensi, maka yang dimanfaatkan adalah sistem saluran akarnya dengan memakai pasak.
Namun pasak ini akan melemahkan dan mungkin menyebabkan operforasi sehingga hendaknya dipakai
jika diperlukan untuk retensi inti.

3. Proteksi sisa struktur gigi. Pada gigi posterior, hal ini diaplikasikan untuk memproteksi kuspa yang
tidak terdukung supaya bisa menghindari terjadinya fleksur dan fraktur. Restorasi didesain demikian rupa
sehingga beban fungsional dapat ditransmisikan melalui gigi ke jaringan penyangga.

Kebutuhan bahan restorasi sementara bervariasi tergantung pada lama, tekanan oklusal dan keausan,
kompeksitas kavitas akses dan banyaknya jaringan gigi yang hilang.Restorasi sementara harus bertahan
satu sampai beberapa minggu.

Adapun contoh-contoh tumpatan sementara antaralain:

Bahan pertama yaitu cavit G( ESPE /premier USE) merupakan bahan yang mengandung calcium sulfat
polifynil chlorida asetat .Bahan ini bersifat ekspansiv waktu mengeras, karena penggunaanya mudah dan
mempunyai kerapatan yang baik dengan dinding kavitas, digunakan untuk waktu antar kunjungan yang
singkat, kekuatan komprehensifnya yang rendah dan mudah hilang oleh pemakaian. Cara meletakkan
kekavitas adalah sebagaian demi sebagian pada dinding kavitas dengan instrument plastis (system
incremental), kelebihan bahan dibuang dan permukaan tumpatan dihaluskan dengan kapas basah. Setelah
penumpatan sebaiknya gigi tidak dipakai untuk mengunyah paling tidak selama 1 jam. Menurut
Wilrdman (1971). Kualitas penutupan cavit G kelihatannya berdasarkan kemampuan bahan untuk
mengembang saat mengeras. Cavit G adalah suatu komponen hidrofilik yang dapat mengeras dalam
susasana lembab. Karena itulah, hendaknya jangan digunakan pada gigi vital karena dapat mengeringkan
dentin dan dengan demikian dapat menyebabkan sensitivitas pada gigi (cit. Grossman,dkk,1995)

Bahan kedua adalah IRM (Caulk/densply,USA) merupakan bahan tumpatan sementara yang mengandung
semen zinc oxide yang diperkaya dengan resin. Bahan ini cukup untuk baik digunakan walaupun
kerapatannya kurang bila dibandingkan dengan cavit G. teknik peletakkannya sama dengan bahan
pertama. Semen ini diindikasikan diregio yang sukar diisolasi seperti karies interproksimal subgingiva
tetapi yang tidak memerlukan pemanjangan mahkota atau gingivektomi. Semen ini harus tetap
mempertahankan kontak proksimal atau jika struktur gigi hanya tersisa sedikit, semen harus dikontur
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan impaksi makanan.

Bahan yang ketiga adalah dentorit (dentoria laboratories Pharmatique, Jerman) merupakan bahan
tumpatan sementara dengan basis synthetic resin bebas. Pada saat bentuknya cair, sewaktu
mengaplikasikannya harus dihindarkan dari tekanan. Biasanya langsung mengeras apabila terkena saliva.
Bahan ini mempunyai stabilitas yang sangat baik didalam mulut dan juga sangat rapat dalam menutup
kavitas terutama bagian tepinya. Bahan ini terdiri dari tiga bentuk variasi warna yaitu warna gading untuk
pemakaian normal, warna merah jambu untuk pemakaian yang keras dan warna biru untuk kasus yang
membutuhkan campuran arsenik

7. Melakukan control seminggu kemudian

Kunjungan II:

1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan sementara

a. Tes termal panas

Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan vital atau tidak. Rangsangan yang
menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat diperoleh dari guta perca yang dipanaskan. Lokasi yang
diperiksa adalah daerah servikal gigi, karena tubuli dentin lebih banyak dan lapisan enamel lebih tipis
sehingga rangsangan mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri nyeri hebat akibat tes termal, maka
dapat dikurangi dengan melakukan tes termal yang berlawanan.

b. Tes termal dingin

Tes termal dingin akan menyebabkan vaso kontriksi. Rangsangan yang dapat menyebabkan kontraksi
pulpa diperoleh dari bulatan kapas kecil yang disemprot etil klorida atau es berbentuk batang kecil.
Bulatan kapas yang disemprot klor etil akan diletakkan didaerah servikal.

c. Perkusi
Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk mengetahui nyeri dengan
melihat ekspresi penderita.

d. Druk

Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca mulut di atas mahkota gigi
kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan untuk mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi
penderita (Bila gigi lawan tidak cukup ditekan dengan pangkal kaca mulut).

2. Menanyakan Keluhan penderita

Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan penderita, apabila
sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya.

c. Pada lapisan dentin lunak

Pengambilan karies, jaringan karies diambil secara bertahap supaya tidak perforasi dan dimaksudkan
untuk terbentuknya dentin sekunder

1. Perawatan langsung sama dengan perawatan dentin keras.

2. Perawatan bertahap

Kunjungan I

1. Asepsis

2. Pembersihan jaringan karies

3. Membersihkan permukaan preparasi

4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama dengan diatas

5. Melapisi subbase dengan base

6. Penumpatan sementaraa

7. Melakukan control seminggu kemudian

Kunjungan II:

1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan sementara

2. Menanyakan Keluhan penderita


Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan penderita, apabila
tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang dan diganti yang baru setelah itu baru dilakukan
penumpatan tetap.

III. 5 Perbedaan Antara Indirect Pulp Capping Dan Direct Pulp Capping

Perbedaan pulp capping direct dan pulp capping indirect

Pulp Caping Direct Pulp Caping Indirect

1. Seluruh dentin karies dihilangkan

2. Pulpa terbuka

3. Perawatannya hanya satu kali kunjungan

4. Bahan basis yang digunakan adalah Ca(OH)2 1. Hanya dentin tepi yang karies disingkirkan

2. Pulpa tidak terbuka

3. Perawatannya lebih dari dua kali kunjungan

4. Bahan basis yang digunakan adalah seng fosfat eugenol (OSE)

Perbedaan Prosedur Pulp Capping Direct dan Pulp Capping Indirect

Keputusan apakah digunakan prosedur direct atau indirect tergantung pada faktor-faktor lain selain
keadaan pulpa yang sehat.Memilih perawatan pilihan diperjelaskan pada gambar di bawah ini

Perbedaan Prosedur Pulp Capping Direct dan Pulp Capping Indirect

Keputusan apakah digunakan prosedur direct atau indirect tergantung pada faktor-faktor lain selain
keadaan pulpa yang sehat.Memilih perawatan pilihan diperjelaskan pada gambar di bawah ini
III. Mekanisme Pembentukan Dentin Sekunder
Dentin Sekunder

Pembentukan dentin berlangsung sepanjang hidup, dan dentin yang terbentuk setelah gigi-gigi
terkalsifikasi seluruhnya dan berfungsi disebut dentin sekunder. Dentin sekunder memberi tambahan pada
dentin semula dan cenderung muncul dalam suatu lapisan di atas dentin pada pertautan pulpanya.

Dentin sekunder disusun setelah erupsi gigi. Dapat dibedakan dari dentin primer karena tubuli
membengkok tajam dan menghasilkan suatu garis demarkasi. Dentin sekunder ditumpuk secara tidak rata
pada dentin primer dengan suatu kecepatan rendah dan mempunyai pola inkremental dan struktur tubular
kurang teratur dibandingkan dentin primer. Misalnya, dentin sekunder ditumpuk dalam kuantitas lebih
besar pada dasar dan atap ruang pulpa daripada pada dinding pulpa. Deposisi yang tidak rata ini
menerangkan pola reduksi kamar pulpa dan tanduk pulpa kalau gigi menua. Deposisi dentin sekunder ini
melindungi pulpa.

Dentin Reparatif

Dentin reparatif, juga dikenal sebagai dentin iregular atau dentin tersier, disusun oleh pulpa sebagai suatu
respon protektif terhadap rangsangan yang membahayakan. Rangsangan ini dapat diakibatkan karies,
prosedur operatif, bahan restoratif, abrasi, erosi, atau trauma. Dentin reparatif ditumpuk pada daerah yang
dipengaruhi dengan rata-rata kecepatan yang meningkat dengan rata-rata 1,5 µm tiap hari. Kecepatan,
kualitas, dan kuantitas dentin reparatif yang ditumpuk tergantung dari keparahan dan lamanya injuri pada
odontoblas dan biasanya dihasilkan oleh odontoblas “pengganti”.

Jika suatu rangsangan ringan dikenakan pada odontoblas untuk periode waktu yang panajang, seperti
abrasi, dentin reparatif mungkin ditumpuk pada suatu kecepatan lambat. Jaringan ini ditandai oleh tubuli
yang agak tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu rangsangan mendadak lain
akan merangsang produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih sedikit dan lebih tidak teratur.
Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu rangsangan mendadak lain akan merangsang
produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih sedikit dan lebih tidak teratur. Bila odontoblas terkena
injuri yang tidak dapat diperbaharui, odontoblas yang hancur akan meninggalkan tubuli kosong, yang
disebut dead tract kecuali kalau pulpa terlalu atrofik. Karena dentin reparatif mempunyai lebih sedikit
tubuli, meskipun kurang bermineral, dentin reparatif mampu berfungsi sebagai lapisan yang akan
merintangi masuknya produk atau zat yang membahayakan ke dalam pulpa. Bila karies berkembang dan
bila lebih banyak odontoblast terkena injuri yang tidak dapat di perbaiki, lapisan dentin reparatif akan
menjadi lebih lebih atubular dan dapat mempunyai inklusi ( inclusion) sel, yaitu odontoblast yang
terjebak. Inklusi selular tidak umum pada gigi manusia. Pada penghilangan karies, sel mesenkim daerah
kaya sel akan berkembang menjadi odontoblast untuk mengganti yang mengalami nekrosis. Odontoblast
yang baru terbentuk ini dapat menghasilkan dentin yang teratur atau suatu dentin amorfus, pengapurannya
jelek dan permebel. Daerah demarkasi antara dentin sekunder dan dentin reparatif disebut garis
kalsiotraumatik.

Sepanjang hidup dentin akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, termasuk keausan normal, karies,
prosedur operatif, dan restorasi. Perubahan ini seringkali menyebabkan timbulnya respons protektif
melalui terdepositnya dentin reparatif, tetapi pembentukan dentin ini akan terbatas pada tubulus yang
berkaitan dengan daerah iritasi. Komposisi dentin reparatif dan dentin sekunder adalah sama, dan
keduanya hanya berbeda pada lokasi deposisinya.

Bila gangguan lingkungan cukup kuat, odontoblas dan prosesus tubularnya akan mati, sehingga tubulus
akan menjadi kosong. Bila terjadi pengumpulan tubulus-tubulus yang kosong, tubulus akan kelihatan
gelap pada gambaran mikroskopis dan disebut sebagai saluran yang mati. Ujung pulpa dari tubulus
biasanya tertutup oleh dentin reparatif, dan setelah waktu tertentu tubulus akan terkalsifikasi dan pola
tubular pada dentin yang terpotong akan tersumbat. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut tubulus
yang mengalami kalsifikasi adalah dentin sklerotik.

Pertahanan terhadap karies yeng dalam berlanjut terjadi dalam bentuk dentin reparatif yang terdeposit
dalam kamar pulpa dan tubulus dentin. Jika proses karies melebihi kecepatan dari respons pulpa, dasar
dentin keras tidak akan terbentuk. Atau jika kondisi ini parah, dentin lunak berhubungan langsung dengan
pulpa itu sendiri.

Gigi dengan kavitas yang dalam pada ekskavasi dari dentin yang nekrosis, akan menunjukkan daerah
dentin yang mengalami dekalsifikasi (tebal 0,5 mm) dan lunak, tetapi tetap utuh. Jika lapisan dentin semi-
solid ini disingkirkan dan bila pulpa berhasil menahan serangan proses karies yang hebat, biasanya akan
dijumpai selapis dentin yang keras dengan permukaan licin dan mengkilap. Meskipun demikian, semua
karies dentin yang berbatasan dengan pulpa tidak harus disingkirkan.

Penuaan Gigi

Gigi menjadi tua, sesuai dengan meningkatnya umur seseorang. Tanda yang paling nyarta dari adanya
proses penuaan adalah menurunnya aktivitas sistem penghantaran cairan karena terbentuknya dentin
reparatif. Keadaan ini kelihatannya berlangsung dengan adanya iritasi dan termanifestasi berupa deposisi
dentin reparatif, pada kamar pulpa dan di dalam tubulus dentin yang bersangkutan.

Tanda-tanda klinis dari dentin reparatif bisa dilihat dengan mengekskavasi dentin yang karies
menggunakan bur bulat yang berkecepatan rendah. Tanpa anastesi, akan menarik bahwa respons pasien
terhadap rasa sakit di bagian tengah kavitas lebih sedikit daripada di daerah perifer lesi, khususnya pada
daerah yang akan dibuat alur (groove) retentif. Berdasarkan penjelasan di atas, kelihatannya bagian
tengah dari kavitas adalah tempat yang sering teriritasi sehingga pada daerah ini telah terbentuk dentin
reparatif yang lebih besar dibandingkan dengan bagian pinggirnya. Pada rangsangan panas dan dingin
tidak dirasakan pasien, diperkirakan disebabkan oleh adanya dentin reparatif pada tubulus dan kamar
pulpa.

KESIMPULAN
• Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan untuk perawatan diatas
pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium yang akan merangsang pembentukan dentin reparative

• Indikasi dan Kontraindikasi Indirect Pulp Capping

Indikasi

 Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke pulpa tetapi tidak mengenai pulpa.

 Pulpa masih vital.

 Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.

Kontra Indikasi

 Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.

 Pembengkakan.

 Fistula.

 Peka terhadap perkusi.

 Gigi goyang secara patologik.

 Resorpsi akar eksterna.

 Resorpsi akar interna.

 Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.

 Kalsifikasi jaringan pulpa.

Indikasi dan Kontraindikasi Direct Pulp Capping

Indikasi

 Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar tidak lebih dari 1mm persegi
dan di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada gejala.

 Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena karies dan lebarnya tidak lebih
dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala.

 Pulpa masih vital.

 Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa terpotong oleh bur pada waktu
preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri maupun kontaminasi saliva.

Kontraindikasi
 Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.

 Pembengkakan.

 Fistula.

 Peka terhadap perkusi.

 Gigi goyang secara patologik.

 Resorpsi akar eksterna.

 Resorpsi akar interna.

 Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.

 Kalsifikasi jaringan pulpa.

 Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang dipakai telah memasuki jaringan pulpa.

 Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa.

 Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa.

• Prosedur perawatan pulp capping adalah sebagai berikut :

Kunjungan I

1. Asepsis

2. Pembersihan jaringan karies

3. Membersihkan permukaan preparasi

4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama dengan diatas

5. Melapisi subbase dengan base

6. Penumpatan sementaraa

7. Melakukan control seminggu kemudian

Kunjungan II:

1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan sementara

2. Menanyakan Keluhan penderita

Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan penderita, apabila
sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya
• Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta reaksi sensitive
terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan subjektif setelah perawatan.
Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya
jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan
penutupan apikal.

• Kegagalan perawatan ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya keluhan, misalnya gigi
sensitive terhadap rangsang panas dan dingin atau gejala lain yang tidak diinginkan. Kemudian pada
pemeriksaan objektif dengan radiografi dilihat adanya gambaran radiolusen yang menunjukkan gumpalan
darah atau terjadinya resorpsi internal. Kegagalan pada pulp Capping indirect adalah terjadinya perforasi
akar sehingga nantinya perawatan yang semula pulp capping indirect beralih menjadi direct pulp capping.

• Alat – alat yang digunakan dalam Pulp Caping: bur bulat, ekscavator, hachet email atau pahat, pinset
berkerat, plastis filling instrument, alat pengaduk semen, stopper cement.

• Bahan - bahan yang digunakan dalam Pulp Caping

 Semen zinc oxide eugenol terdiri dari serbuk zinc oxide dicampur dengan cairan eugenol, kemudian
diaduk sehingga menghasilkan suatu massa dengan konsistensi pasta

Beberapa sifat semen zinc oxide eugenol adalah sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis, dan sifat kimia

 Kalsium Hidroksida merupakan powder yang lunak dan tidak berbau, namun kalsium hidroksida juga
tersedia dalam bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan champorated para chlorophenol, metakresil
asetat, metal selulosa, garam normal, atau hanya dengan air murni

Beberapa sifat kalsium hidroksida adlaah sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis, dan sifat kimia

• Perbedaan Prosedur Pulp Caping Direct dan Indirect

Pulp Caping Direct Pulp Caping Indirect

5. Seluruh dentin karies dihilangkan

6. Pulpa terbuka

7. Perawatannya hanya satu kali kunjungan

8. Bahan basis yang digunakan adalah Ca(OH)2 5. Hanya dentin tepi yang karies disingkirkan

6. Pulpa tidak terbuka

7. Perawatannya lebih dari dua kali kunjungan

8. Bahan basis yang digunakan adalah seng fosfat eugenol (OSE)

• Mekanisme pembentukan dentin sekunder


Dentin sekunder disusun setelah erupsi gigi. Dapat dibedakan dari dentin primer karena tubuli
membengkok tajam dan menghasilkan suatu garis demarkasi. Dentin sekunder ditumpuk secara tidak rata
pada dentin primer dengan suatu kecepatan rendah dan mempunyai pola inkremental dan struktur tubular
kurang teratur dibandingkan dentin primer. Misalnya, dentin sekunder ditumpuk dalam kuantitas lebih
besar pada dasar dan atap ruang pulpa daripada pada dinding pulpa. Deposisi yang tidak rata ini
menerangkan pola reduksi kamar pulpa dan tanduk pulpa kalau gigi menua. Deposisi dentin sekunder ini
melindungi pulpa

Anda mungkin juga menyukai