Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ANTROPOLOGI

TRANSKULTURAL ORANG NUSA TENGGARA

Disusun Oleh:
Kelompok 8 DIII Keperawatan Semester II

1. Karmila Sukma Stiyaning A (P07120118021)


2. Adkha Sari Upayaningsih (P07120118024)
3. Maria Febry Melani (P07120118027)
4. Jumiati Yaroliah (P07120118031)
5. Estu Putri Wahyuni (P07120118049)
6. Shoffiy Nurul Sholihati (P07120118051)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai fenomena yang terjadi di tatanan praktek pelayanan keperawatan
klinik dan komunitas menuntut pengembangan yang adaptif dan fleksibel untuk
diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Hal ini tentunya memerlukan
teori dan model yang sesuai dengan mengadopsi berbagai perubahan yang terjadi
di lingkungan masyarakat, khususnya perubahan sosial, budaya, dan sistem nilai
yang terjadi di masyarakat.
Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah untuk membentuk
kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Perbedaan kultur tersebut
dapat menjadi sumber informasi dalam melaksanakan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat,
dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Transcultural nursing ini berasal dari disiplin ilmu antropologi yang
dikembangkan ke dalam konteks keperawatan. Konsep keperawatan
transkultural ini didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat.
Penting untuk memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan
oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock
akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan klien, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi pada klien.
Melakukan komunikasi dengan komunitas di lingkungannya untuk
mengenal budaya setempat dan menghormatinya. Cara dan gaya hidup manusia,
adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan
lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis
tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai
daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa
serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit
yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan
konteks budaya dan sosial masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi klien terhadap sakit?
2. Apa yang klien lakukan ketika sakit untuk proses penyembuhan?
3. Bagaimana peran keluarga, saudara, masyarakat ketika klien sakit?
4. Bagaimana pandangan klien terhadap pusat pe;ayanan kesehatan seperti
puskesmas atau klinik atau rumah sakit di Yogya?
5. Bagaimana pandangan klien tentang pengobatan alternative?
6. Bagaimana pandangan klien terkait pelayanan yang dilakukan tenaga
medis?
7. Bagaimana pandangan klien terhadap sistem pembayaran dipelayanan
kesehatan?
8. Bagaimana pandangan klien terhadap akses menuju layanan kesehatan dari
rumah klien?
9. Bagaimana pandangan klien terhadap pelayanan kesehatan di Sumbawa dan
di Yogya?
10. Bagaimana saran atau masukan klien terhadap permasalahan kesehatan di
Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui persepsi klien terhadap sakit.
2. Mengetahui yang klien lakukan ketika sakit untuk proses penyembuhan.
3. Mengetahui peran keluarga, saudara, masyarakat ketika klien sakit.
4. Mengetahui pandangan klien terhadap pusat pe;ayanan kesehatan seperti
puskesmas atau klinik atau rumah sakit di Yogya.
5. Mengetahui pandangan klien tentang pengobatan alternative.
6. Mengetahui pandangan klien terkait pelayanan yang dilakukan tenaga
medis.
7. Mengetahui pandangan klien terhadapsistem pembayaran dipelayanan
kesehatan.
8. Mengetahui pandangan klien terhadap akses menuju layanan kesehatan dari
rumah klien.
9. Mengetahui pandangan klien terhadap pelayanan kesehatan di Sumbawa
dan di Yogya.
10. Mengetahui saran atau masukan klien terhadap permasalahan kesehatan di
Indonesia.

D. Metode
Metode yang kami gunakan pada pembuatan makalah ini adalah metode
wawancara. Metode wawancara yaitu suatu metode pengumpulan data dan
informasi dari narasumber.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas klien
Nama : Novita Husnul Munawarah
Tempat, tanggal lahir : Sumbawa Besar, 12 November 1999
Alamat di Jogja : Jl. Suronatan No. 653, Notoprajan, Ngampilan,
Kota Yogyakarta, DIY
Alamat di NTB : 001/005, Sampar Gilar, Sepakat, Plampang,
Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
Status : Mahasiswa

B. Hasil wawancara
1. Bagaimana persepsi Anda terhadap sakit?
- Menurut saya sakit adalah keadaan tubuh yang tidak pada keadaan
normal atau bisa timbulnya rasa nyeri.
2. Apakah Anda pernah sakit?
- Ya, saya pernah sakit. Sakit gigi karena ada lubang di gigi gerahamnya
yang terlalu besar sehingga harus dicabut.
3. Apa yang Anda lakukan ketika sedang sakit untuk proses penyembuhan?
- Banyak istirahat dan minum air putih.
4. Bagaimana peran anggota keluarga saudara atau masyarakat sekitar saat
Anda sakit atau saat ada orang lain sakit?
- Mereka sangat berperan saat saya mengalami sakit, hal kecil yang
dilakukan seperti mengingatkan makan dan minum obat.
5. Bagaimana pandangan Anda terhadap pusat layanan kesehatan seperti
puskesmas atau klinik atau rumah sakit ?
- Pusat layanan sangat membantu dalam proses penyembuhan saat orang
mengalami sakit. Karena tanpa bantuan tenaga kesehatan dikhawatirkan
terjadinya salah penanganan terhadap sakit yang bukannya sembuh yang
diperoleh tapi sakit yang bertambah parah.
6. Bagaimana pandangan Anda tentang pengobatan alternative?
- Pengobatan alternative mungkin dapat digunakan apabila sudah tidak
ada lagi obat medis dan atau digunakan untuk membantu proses
penyembuhan dengan tetap memperhatikan apabila meminum obat
alternative tersebut akan ada efek samping atau tidak baik bagi
kesehatan. Terutama saat mengkonsumsi obat medis secara bersamaan.
7. Bagaimana pandangan Anda terkait pelayanan yang dilakukan oleh tenaga
medis?
- Pelayanan tenaga medis ditempat saya pernah berobat cukup baik,
mereka melayani dengan ramah.
8. Bagaimana pandangan Anda mengenai system pembayaran dilayanan
kesehatan?
- System pembayaran dilayanan kesehatan tempat saya berobat cukup
baik, petugasnya melayani dengan ramah. Dan tersedia ruang tunggu
yang nyaman.
9. Bagaimana pandangan Anda terhadap akses menuju layanan kesehatan
dari rumah klien?
- Akses menuju lokasi pelayanan kesehatan mudah. Karena berada tidak
jauh ditempat saya tinggal dan berada ditengah kota.
10. Bagaimana pandangan Anda terhadap pelayanan kesehatan di NTB dan
dijogja?
- Pelayanan kesehatan di NTB dan dijogja sama-sama baik. Mungkin
hanya petugas medis dijogja lebih ramah.
11. Bagaimana saran atau masukan Anda terhadap permasalahan kesehatan
di Indonesia?
- Sebaiknya alat-alat lesehatan dan tenaga medis disamaratakan di seluruh
Indonesia, agar masyarakat Indonesia dapat merasakan pelayanan
kesehatan yang baik dan memadai.
C. Pembahasan
Transkultural adalah pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang berbeda
melalui proses interaksi sosial. Proses transkultural berpengaruh terhadap
kehidupan, salah satunya dalam segi kesehatan yaitu sistem pelayanan
kesehatan. Sistem pelayanan kesehatan antara daerah yang satu dengan daerah
yang lainnya tentu saja memiliki beberapa perbedaan. Hal tersebut tidak terlepas
dari proses budaya dan kebiasaan di masing-masing daerah sehingga proses
tersebut dapat dijadikan salah satu acuan dalam pelayanan kesehatan terhadap
klien.
kami telah melakukan wawancara dengan seorang responden yang berasal
dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Klien bernama Novita Husnul Munawarah
yang berusia 19 tahun. Saat ini klien tinggal di Yogyakarta. Menurut klien, sakit
adalah keadaan tubuh yang tidak pada keadaan normal atau bisa timbulnya rasa
nyeri. Klien pernah mengalami sakit gigi dengan kondisi lubang di gigi
gerahamnya yang terlalu besar dan tidak memungkinkan untuk di tambal.
Sebelum memeriksakannya ke rumah sakit, klien mengatasi sakit giginya
dengan banyak minum air putih dan mengurangi aktivitas bicaranya. Setelah
merasakan sakit gigi yang tidak kunjung sembuh, klien memutuskan untuk
mencabut giginya di rumah sakit PKU Yogyakarta.
Di rumah sakit PKU Yogyakarta klien merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan dan tenaga medisnya lebih ramah dibandingkan rumah sakit di
Sumbawa.Di rumah sakit Sumbawa sebenarnya kualitas pelayanan yang
diberikan cukup bagus hanya saja tenaga kesehatan seperti perawat dan bidan
masih sedikit. Selain itu, fasilitas seperti alat-alat kesehatan di rumah sakit
Sumbawa kurang lengkap jika dibandingkan dengan rumah sakit yang ada di
Jogja di karenakan fasilitas alat kesehatan di rumah sakit sumbawa dibeli
langsung di daerah Jogja.
pengobatan secara medis merupakan pilihan pertamanya apabila klien
sedang memiliki masalah kesehatan. Pada kenyataannya, pengobatan yang ada
tidak melulu secara medis, namun ada cara lain yaitu dengan pengobatan secara
alternative. Menurut klien, boleh-boleh saja melakukan pengobatan medis dan
pengobatan alternative secara beriringan asalkan tetap memperhatikan pola
pengobatan secara medis dan tidak melanggar pantangan yang dianjurkan secara
medis. Konsumsi obat alternative harus menyesuaikan dengan anjuran pada
pengobatan secara medis, agar tidak menimbulkan efek samping apabila
dikonsumsi secara bersamaan. Klien merasa nyaman menjalankan pengobatan
di Jogja. Hal tersebut dikarenakan pengobatan di rumah sakit PKU Yogyakarta
dirasa lebih memadai. Contohnya, seperti tersedia ruang tunggu yang nyaman
dan system pembayaran yang mudah dilakukan Kemudian akses menuju lokasi
ke rumah sakit PKU Yogyakarta lebih mudah dibandingkan akses menuju rumah
sakit di Sumbawa. Perjalanan ke rumah sakit di Jogja hanya membutuhkan
beberapa menit saja karena jaraknya yang cukup dekat, tidak jauh dari tempat
klien tinggal yang posisinya ditengah kota. Apabila di Sumbawa, klien
mengatakan bahwa waktu menuju rumah sakit Sumbawa sekitar 45 menit – 1
jam. Menurut klien pusat layanan kesehatan sangat membantu dalam proses
penyembuhan saat orang mengalami sakit, karena tanpa bantuan tenaga
kesehatan dikhawatirkan terjadinya salah penanganan terhadap sakit. Alat-alat
kesehatdan tenaga medis hanya saja perlu dilakukan pemertaan pada setiap
daerah di Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari wawancara yang sudah kami lakukan, terdapat beberapa perbedaan yang
terkait dengan sistem pelayanan kesehatan antara di Sumbawa Nusa Tenggara
dan di Yogyakarta. Perbedaan tersebut meliputi beberapa aspek yaitu respon
lingkungan, pelayanan rumah sakit, dan pembiayaan.
Selain itu, klien juga lebih percaya terhadap pelayanan medis dari pada
alternatif,walaupun masih ada beberapa orang Sumbawa yang masih
mempercayai alternatif. Di Sumbawa masih ada hal seperti itu seperti pergi ke
tabib atau dengan budaya “kesikal”. Hal tersebut dikarenakan keluarga dari klien
merupakan orang yang bekerja di pelayanan kesehatan.
B. Saran

Saran kami menanggapi kasus minimnya pelayanan kesehatan yang masih


banyak terjadi di daerah-daerah terpencil ialah pemerintah harus lebih peka
terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat kecil. Kita juga harus
mensosialisasikan kepada semua kalangan masyarakat bahwa kesehatan itu
penting dan semua orang berhak mendapatkan pelayanan yang sama dan setara.

Anda mungkin juga menyukai