Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR TUGAS MANDIRI

KEPERAWATAN ANAK II
PNEUMONIA

Nama : Sisca Yunita Eka Futry


NPM : 1806270141
Kelas : Ekstensi 2018

Program Studi Sarjana Keperawatan


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Semester Gasal 2019/2020
Keperawatan Anak II

BORANG HASIL DISKUSI 1


PROBLEM BASED LEARNING

Kelas : Ekstensi 2018 Fakultas : Ilmu Keperawatan


Kelompok : FG 1 Pemicu : Kasus Pneumonia

Hari/Tanggal: Senin 2 September 2019

Anggota kelompok

Nama PeranNama Nama Peran


1. Wahyu Anggoro (Ketua) 5. Rana Jumana (Anggota)
2. Erlis Kurniasari (Sekretaris) 6. Iif (Anggota)
3. Sisca Yunita Eka Futri (Anggota) 7. Endah Kurniawati (Anggota)
4. Triana Ferdianingsih (Anggota)

Setiap kelompok harus menentukan peran anggotanya sebagai ketua, sekretaris, dan anggota.

Hal baru yang perlu Hal yang sudah diketahui


diketahui dan dipelajari tetapi perlu dipelajari lagi
1. Mekanisme Pertahanan paru pada anak (Anatomi 1. Konsep perkembangan anak toddler
2. Asuhan Keperawatan sesuai kasus
Fisiologi)?
2. Pengertian, Etiologi, Karakteristik tanda dan
gejala serta Faktor risiko yang memperburuk
keadaan
3. Patofisiologi, Dampak dan Komplikasi penyakit
4. Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis
berdasarkan dari karakteristik kasus
5. Prevalensi kejadian pneumonia pada anak dan
Penatalaksanaan awal keluarga dan Rancangan
edukasi
6. Pengkajian sesuai teori pada kasus
7. Diagnosis dan intervensi sesuai teori pada kasus

Materi bahasan yang harus dipelajari Oleh


1. Konsep perkembangan anak toddler, Mekanisme Pertahanan paru pada 1. Sisca Yunita
anak (Anatomi Fisiologi)? 2. Iif Afifatunissa
2. Pengertian, Prevalensi kejadian pneumonia pada anak, Etiologi, 3. Rana Jumana
Karakteristik tanda dan gejala serta faktor risiko yang memperburuk 4. Wahyu Anggoro
keadaan 5. Endah Kurniawati
3. Patofisiologi, Dampak dan Komplikasi penyakit 6. Erlis Kurniasari
4. Pengkajian sesuai teori (termasuk pemeriksaan penunjang) dan diagnosis 7. Triana
keperawatan yang dapat ditegakkan sesuai teori Ferdianingsih
5. Diagnosis dan intervensi keperawatan sesuai teori pada kasus pneumonia
6. Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis berdasarkan dari karakteristik
kasus
7. Penatalaksanaan awal keluarga dan Rancangan edukasi sesuai kasus
Paraf Fasilitator

Keterangan:
1. Setelah diparaf, borang dikembalikan kepada setiap kelompok. … ……
Ns. Efa Apriyanti,S.Kep., M.Sc
2. Pada waktu pengumpulan tugas mandiri, borang ini dilampirkan.
3. Semua materi bahasan fokus group dipelajari setiap anggota .
Konsep perkembangan anak toddler, Mekanisme Pertahanan
paru pada anak (Anatomi Fisiologi)

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah pada
jaringan paru tepatnya parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
(Black & Hawks, 2014). Pneumonia, inflamasi pada parenkim paru merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak namun lebih sering terjadi pada masa
bayi dan masa kanak- kanak awal ( Wong, 2009). Berdasarkan laporan WHO
tahun 2017, pneumonia merupakan penyebab utama kematian anak dibawah 5
tahun, diperkirakan setiap 20 detik terdapat balita yang mengalami kematian
akibat pneumonia. Umumnya pneumonia terjadi di negara- negara berkembang
wilayah Afrika, Asia, salah satunya Indonesia.
Asuhan keperawatan anak yang menderita pneumonia bersifat suportif
dan simtomatik namun memerlukan pengkajian pernafasan yang menyeluruh
(Wong, 2009). Berdasarkan hal tersebut saya secara khusus akan membahas
masalah konsep yang mempengaruhi perkembangan anak jika terjadi
pneumonia, anatomi fisiologi paru pada anak dan mekanisme pertahanan paru
pada anak.
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Konsep Pertumbuhan Perkembangan Anak Toddler
Masa toddler menjelaskan periode usia dari usia 12 bulan sam 36 bulan. Masa
ini merupakan periode yang sangat penting untuk pencapaian perkembangan
dan pertumbuhan intelektual.
1) Perkembangan biologis
Pertumbuhan melambat selama masa toddler. Rata- rata pertambahan
berat badan adalah 1,8 sampai 2,7 kilogram per tahun. Berat badan
enjadi 4 kali BB lahir pada usia 2,5 tahun (Wog, 2009). Kecepatan
pertambahan tinggi badan juga melambat. Penambahan tinggi yang
biasa adalah bertambah 7,5 cm pertahun terutama terjadi pada
perpanjangan tungkai dan bukan batang tubuh. Pengukuran tinggi dan
berat badan yang akurat selama masa toddler harus menunjukan kurva
pertumbuhan stabil menyerupai anak tangga secara alami dari dari garis
linear.
Kecepatan pertambahan lingkar kepala melambat pada akhir masa bayi,
dan lingkar kepala biasanya sama dengan lingkar dada pada usia 1
sampai 2 tahun (Wong, 2009). Lingkar dada terus meningkat ukurannya
dan melebihi lingkar kepala selama mas toddler. Setelah tahun kedua
lingkar dada melebihi ukuran perut.
2) Maturasi system
Sstem organ lain juga berubah dan tumbuh pada masa bayi. Kecepatan
respirasi melambat dengan alasan yang tidak diketahui dan relative
stabil. Pergerakan respirasi masih tetap pernapasan abdomen. Dekatnya
trakea ke bronkus dan struktur percabangannya dengan cepat mengantar
agen infeksi dari satu lokasi anatomiske lokasi lainnya. Selain itu
ketidakmampuan system imun untuk menghasilkan immunoglobulin A
(IgA) pada lapisan mukosa memberi perlindungan melawan infeksi
yang lebih sedikit selama masa bayi dibandingkan masa kanak- kanak
selanjutnya.
b. Pada umumnya anak memiliki pertumbuhan normal yang merupakan hasil
interaksi banyak factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor- factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan menurut
Depkes RI tahun 2005 :
1) Faktor internal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak:
a. Ras/ etnik atau bangsa
b. Keluarga
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Genetic
f. Kelainan kromosom
2) Factor eksternal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak:
a. Faktor prenatal : Gizi, mekanis, zat kimia, toksin, endokrin,
radiasi, infeksi, kelainan imunologi, psikologi ibu
b. Faktor persalinan : trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak
c. Pasca persalinan : gizi, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan
pengasuhan, stimulasi, obat- obatan.

c. Anatomi Fisiologi Paru pada Anak


Secara anatomi system pernafasan dibagi menjadi 3 bagian besar, menurut
Black (2014) yaitu :
1. Saluran Nafas Atas / Traktus Respiratorius bagian Atas
Saluran nafas (jalan nafas) adalah daerah dimana udara bergerak menuju
area pertukaran gas di paru- paru. Saluran nafas atas terdiri dari rongga
hidung, faring dan laring :

a. Rongga hidung
Hidung terbentuk dari tulang dan kartilago(tulang rawan).
Tulang nasal membentuk septum nasi/ jembatan hidung, dan sisa
hidung lainnya tersusun oleh tulang rawan dan jaringan
pengikat. Tiap lubang hidung pada wajah bersambung ke suatu
ruangan (vestibulum). Vestibulum bagian depan dilapisi oleh
kulit dan rambut yang menyaring objek asing dan mencegah agar
tidak terinhalasi. Vestibulum bagian posterior dilapisi oleh
membran mukosa yang terdiri atas sel epitel kolumner dan sel
goblet yang mensekresikan mukus. Fungsi hidung adalah untuk
membawa udara dari dan ke paru- paru dan menghangatkan
udara saat diinspirasi.
Jika terjadi infeksi, efek local utama adalah iritasi dari sel
mulkus yang menyebabkan produksi mukus yang banyak,
pembengkakan dari membrane mukosa akibat edema lokal dan
kongesti dari pembuluh darah. Pada bayi baru lahir hanya
bernafas dari hidung dan melalui mulut hanya saat menangis.
Koordinasi pernafasan mulut yang dikendalikan oleh jalur
neurologis yang matang dan pada bayi hingga usia 2 sampai 3
bulan tidak secara otomatis membuka mulut untuk bernafas
ketika hidung terhalang. Penting untuk menjaga agar hidung
bayi tetap sehat untuk bernfas.

Sinus Paranasal adalah daerah terbuka di dalam tulang tengkorak


dinamakan berdasarkan nama tulang tempat ruangan ini terdapat
yaitu frontalis, ethmoidalis, sfenoidalis, dan maksilaris. Aliran
dari sinus paranasalis mengalir ke rongga hidung. Ductus
nasolakrimalis mengalirkan air mata dari permukaan mata juga
mengalir ke rongga hidung. Mulut dianggap sebagai sluran nafas
atas karena mulut dapat menghantarkan udara ke paru- paru saat
terjadi obstruksi hidung atau ketika dibutuhkan volume udara
yang tinggi seperti saat olahraga.
b. Faring
Suatu saluran berbentuk corong yang memanjang dari hidung ke
laring. Faring dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1) Nasofaring berlokasi di atas tepi palatum mole dan
menerima udara dari rongga hidung. Dari telinga tuba
eustachius terhubung dengan nasofaring. Tonsil faring (
adenoid jika mengalami pembesaran) berlokasi pada
dinding posterior nasofaring.
2) Orofaring berperan pada respirasi dan pencernaan.
Orofaring menerima udara dari nasofaring dan makanan
dari rongga mulut. Tonsil palatina ( fausial ) berlokasi
disepanjang sisi mulut bagian posterior dan tonsila
lingualis berlokasi pada dasar lidah.
3) Laringofaring berlokasi dibawah dasar lidah dan
merupakan bagian faring paling interior. Laringofaring
menghubungkan laring dan berperan pada pernafasan
dan pencernaan.
c. Laring
Biasanya disebut sebagai kotak suara (voice box). Laring
menghubungkan saluran nafas atas (faring) dan bawah (trakea).
Laring terletak anterior esophagus atas. Laring tesusun atas
Sembilan kartilago, 3 buah kartilago tunggal yang besar
(epiglottis, tiroid, krikoid) dan 3 pasang kartilago yang lebih
kecil (aritenoidea, kornikulata, kuneiformis). Kartilago melekat
pada tulang hyoid di sebelah atas dan di sebelah bawah melekat
pada trakea oleh otot dan ligament, semua struktur ini mencegah
laring mengalami kolaps selama inspirasi dan menelan.

Airway Development pada anak :

1) Mempunyai nasopharing yang lebih kecil sehingga


memudahkan jalan nafas tersumbat saat terjadi infeksi.
2) Jaringan Lymph (tonsil, adenoid) tumbuh cepat di awak
masa kanak- kanak, dan atropi setelah umur 12 tahun.
3) Mempunyai rongga mulut yang kecil dan lidah yang besar
sehingga meningkatkan resiko obstruksi.
4) Mempunyai lubang hidung yang kecil, memudahkan untuk
terjadinya penyumbatan
5) Mempunyai epiglottis yang panjang, lembek sehingga rentan
terjadi pembengkakan dan terjadinya obstruksi
6) Laring dan glottis lebih tinggi, meningkatkan resiko aspirasi.
7) Karena kartilago tiroid, krikoid dan trakea immature maka
dapat dengan mudah kolaps ketika tertekuk ( fleksi).
8) Lebih sedikit otot yang berfungsi di jalan nafas, pada anak
kurang bisa kompensasi jika terjadi edema, spasme dan
trauma.
9) Terdapat jumlah yang besar jaringan lunak dan selaput lendir
yang melapisi jalan nafas anak sehingga meningkatkan
resiko edema dan obstruksi.
2. Saluran Nafas Bawah / Traktus Respiratorius Bagian Bawah
Saluran nafas bawah tersusun atas trakea, bronki primer dekstra dan
sinistra, bronki segmentalis, bronki subsegmentalis dan bronkhiolus
terminalis.
a. Trakea

Diameter jalan nafas bayi adalah sekitar 4 mm, sekitar lebar


sedotan, berbeda dengan diameter jalan nafas orang dewasa
sebesar 20 mm. Jari kelingking anak adalah perkiraan yang baik
untuk diameter trakea anak dan dapat digunakan untuk penilaian
cepat ukuran jalan nafas. Trakea akan bertambah panjang dari
pada diameter selama 5 tahun pertama kehidupan. Posisi trakea
terdapat lebih tinggi pada jalan nafas anak. Tulang rawan yang
menyokong trakea lebih fleksibel sehingga jalan nafas bisa
tertekan jika kepala dan leher tidak diposisikan dengan tepat.
Jalan nafas anak yang lebih sempit menyebabkan peningkatan
reistensi jalan nafas yang lebih besar (upaya atau kekuatan yang
diperlukan untuk memindahkan oksgen melalui trakea ke paru-
paru daam kondisi apapun yang menyebabkan radang atau
edema jalan nafas).

b. Bronkus Bronkiolus
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih luas, berjalan lebih
vertical ke bawah dibandingkan bronkus utama kiri. Dengan
demikian benda asing lebih mudah masuk ke bronkus kanan
dibandingkan bronkus kiri. Bronki segmental dan subsegmental
adalah subdivisi dari bronki utama dan menyebar menyerupai
pohon terbalik menuju masing- masing paru. Bronkiolus
terminalis adalah saluran udara akhir pada system konduksi.
Area pada hidung sampai broniolus tidak mengalami pertukaran
gas dan berfungsi sebagai ruang rugi anatomik. Bronkus dan
bronkiolus dilapisi dengan otot polos. Pada usia 5 bulan seorang
bayi memiliki ikatan otot polos yang cukup untuk bereaksi
terhadap iritasi dengan cara bronkospasme dan kontraksi otot.
Anak- anak dibawah usia 6 tahun menggunakan diafragma untuk
bernafas karena otot interkostalnya belum matang. Pada usia
tahun keatas anak menggunakan otot intercostal lebih efektif.
Tulang rusuk terutama tulang rawan sangat fleksibel. Dalam
kasus-kasus jika gangguan pernafasan , tkanan negative yang
disebabkan oleh gerakan diafragma menyebabkan dinding dada
ditarik ke dalam sehingga menyebabkan retraksi. Konsumsi
oksigen pada anak- anak lebih besar dari pada orang dewasa
karena tingkat metabolisme yang lebih besar.tingkat konsumsi
oksigen ini meningkat ketika anak dalam kesulitan bernafas.
Anak juga memiliki kelelahan otot yang lebih sedikit ketika otot
tambahan harus digunakan untuk bernafas.
c. Paru dan Alveoli
Sebagian besar neonatus memilili alveoli yang cukup pada 32
sampai 36 minggu masa kehamilan untuk mempertahankan gas.
Bayi baru lahir hanya memiliki 25 juta alveoli yang tidak
sepenuhnya berkembang, sedangkan pada orang dewasa 300 juta
alveoli. Bornkiolus distal meluas hingga alveoli sempit, dan
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada orang dewasa.
Setelah usia 8 tahun alveoli mulai meningkatkan ukuran dan
kompleksitas. Paru tumbuh dengan menambah ukuran dan
jumlah alveolinya. Pada masa kanak- kanak pertumbuhan
mungkin merupakan akibat penambahan ukuran unit, karena
diameter alveolus terus bertambah sampai dewasa. Pertumbuhan
paru tidak berjalan linear dengan usia, tetapi dari masa bayi
sampai dewasa, ukuran paru sebanding dengan tinggi badan.
Ukuran relative volume dan kapasitas paru primer sama dengan
semua usia, volume residu sekitar 25 %, kapasitas residu
fungsional sekitar 40 %, dan volume tidal selama respirasi
normal sekitar 8% kapasitas paru total.
d. Fungsi system pernafasan menurut Black (2014) :
1) Ventilasi
Vetilasi gerakan udara masuk dan keluar dari paru (terutama pembuanga
CO2 dari paru ) melibatkan 3 kekuatan : Komplians paru dan toraks,
tegangan permukaan, usahaotot-otot inspirasi.
2) Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2
kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat factor yang
dapat mempengaruhi yaitu luasnya permukaan paru, tebal membrane
respirasi, yang tersiri atas epitel alveoli dan intertisial keduanya, perbedaan
tekanan dan konsentrasi.
3) Transportasi gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan Co2 ke
jaringan kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan Hb
membentuk oksihemoglobindan larut dalam plasma. Kemudian pada
transortasi CO2 akan berkaitan dengan Hb membentuk
Karbominohemoglobin, dan larut dalam plasma kemudian sebagian
menjadi HCO3 berada pada darah.
e. Mekanisme pertahanan paru menurut Black (2014) :
1. Pertahanan oleh mekanisme pembersihan
Terdapat empat mekanisme bersihan jalan nafas bawah dan alveoli :
 Batuk
 System mukosillier ( sampai bronkiolus terminalis)
 Makrofag ( alveoli dan bronkiolus respiratorik)
 Limfatik ( alveoli dan intertsitium)
2. Pertahanan oleh epitelium respirasi
Alveoli tidak mempunyai lapisan mucus untuk menangkap partikel asing
dan silia untuk mengeluarkan partikel ini untuk dieliminasi di faring.
Pelapis alveolus terdiri atas pneumosit membranosa ( sel tipe 1) dan sel
granular bulat (sel tipe II). Sel tipe II tahan terhadap cedera dan melapisi
sebagian besar permukan alveolar setelah paparan agen infeksius.
3. Pertahanan oleh mekanisme imunologi
System imun sistemik berespon terhadap paru selama proses inflamasi
dengan memobilisasi neutrophil dan monosit darah. Limfosit T (bergantung
Thymus) dan B (tidak bergantung Thymus) berkontribusi pada reaksi imun
lokal yang diperantarai sel dan produksi antibody spesifik dalam alveoli.
Mekanisme imun secara umum merupakan fungsi pertahanan. Akan tetapi
reaksi imun hipersensitivitas dapat menyebabkan cedera jaringan.
III. KESIMPULAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan pernafasan
diperlukan pengkajian secara menyeluruh baik secara anatomi fisiologi system
pernafasan maupun tumbuh kembang anak khususnya usia toddler yaitu 12 bulan
sampai 36 bulan. Keperawatan anak merupakan salah satu area kompetensi
keperawatan. Oleh karena itu diharapkan mahasiswa memahami konsep- konsep
tumbuh kembang pada anak usia toddler dan anatomi fisiologi paru pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Ball, J.W., Bindlen, R.C, & Cowen, K.J. (2010). Child health nursing partnering with
children and families (2nd ed.). London: Pearson Educationinc

Black, Joyce M. (2014). Medical-Surgical Nursing: Clinical Management for Positive


Outcomes. 8th Edition. Singapore: Elsevier.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI

Hockenberry,M.J., dan Wilson,D.(2013). Wong’s Essentials of Pediatrik nursing. Ed. 9th .


St.Louis, Missouri : Elsevier Mosby.

World Health Organization, 2017, Pneumonia, Geneva, World Health Organization

Wong, D., Eaton, M.H., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Volume 1. (Penerjemah : Sutarna, A., dkk). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai