Anda di halaman 1dari 7

KONDISI DENYUT NADI DAN PERNAFASAN SEBELUM DAN SETELAH

BEROLAHRAGA

Oleh :

Ayu Ashari I14080xxx

Ika Meilaty I14080120

Asisten :

Faiz Nur Hanum

Mutia Fermanda

Koordinator :

Dr.Ir.Hadi Riyadi, MS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Olahraga rutin dapat memberikan banyak manfaat bagi tubuh baik langsung maupun tak
langsung. Olahraga yang dilakukan dengan baik dan benar dalam porsi dan prosedur latihan yang
pas, baik yang secara langsung maupun tidak langsung, akan membawa hasil postif bagi
kesehatan fisik juga psikis bagi pelakunya.

Individu dengan aktivitas olahraga rutin memiliki resiko yang rendah untuk mengalami penyakit
kardiovaskular dan penyakit degeneratif lainnya. Individu yang sehat dapat dilihat dari kesehatan
kerja dari jantung dan paru-parunya. Kerja jantung dan paru-paru dapat diukur dari denyut
jantung dan hembusan nafas.
Umumnya individu sehat normal memiliki denyut jantung dan frekuensi nafas yang normal, atau
bahkan kurang pada individu terlatih atau yang rutin melakukan olahraga. Sementara itu individu
dengan kelainan atau mempunyaii penyakit, biasanya memiliki denyut jantung dan frekuensi
pernafasan yang lebih tinggi dari normal untuk metabolisme tubuhnya.

Frekuensi denyut jantung (nadi) dan pernafasan dipengaruhi banyak faktor. Jumlah dalam
semenit berbeda pada kondisi sebelum dan sesudah berolahraga. Pada kondisi normal baik
terlatih maupun tidak, frekuensi denyut nadi dan pernafasan akan tetap pada range normal.
Sementara pada individu dengan kondisi tertentu, frekuensinya akan lebih tinggi. Seperti pada
penderita penyakit yang akan lebih mudah terengah-engah dan lemas.

Pengukuran denyut nadi dan frekuensi nafas ini dapat memperlihatkan kondisi fisik individu
yang sehat atau tidak, terlatih atau tidak. Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan sehingga dapat
mengetahui perbedaan frekuensi denyut jantung dan pernafasan sebelum dan sesudah olahraga
serta kondisi fisik probandus yang umumnya mahasiwa.

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini ialah mengetahui frekuensi denyut nadi dan pernafasan sebelum dan
setelah berolahraga.

TINJAUAN PUSTAKA

Denyut Nadi / Jantung

Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup selain otak. Denyut
yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Denyut jantung biasanya mengacu
pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung per satuan waktu, secara umum
direpresentasikan sebagai bpm (beats per minute).

Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi
ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan
ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat
tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9
tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis,
radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior

Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal adalah
sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat
sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik
kebugaran kardiovaskularnya (Hakim 2010).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung seseorang, yaitu aktivitas fisik
atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri),
tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi.

Faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung:

1. jenis kelamin

2. jenis aktifitas

3. usia

4. berat badan

5. keadaan emosi atau psikis

Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas
fisik dapat meningkatkan jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau
di luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya.

- Denyut nadi normal: 60 – 100/menit

- Denyut nadi maksimal: 220 – umur

- Zone latihan (training zone; yaitu tingkat intensitas dimana Anda bisa berolahraga): 70% – 85%
dari denyut nadi maksimal (Hakim 2010)

Olahraga untuk meningkatkan stamina adalah olahraga untuk mengaktifkan otot sebanyak
mungkin. Misalnya aerobik seperti jalan kaki, renang, lari kecil, dan naik sepeda. Denyut jantung
setelah melakukan latihan ini hendaknya dipacu hingga 120-150 kali per menit (Anonim, 2010).

Frekuensi Nafas

Pernapasan termasuk ventilasi ( pergerakan udara masuk dan keluar paru), difusi (pergerakan O2
dan CO2 antara alveoli dan SDM), dan perfusi (distribusi SDM ke dan dari kapiler paru). Kerja
pernafasan adalah kerja yang dilakukan otot-otot respirstorik yang menghasilkan kekuatan
elastik, aliran resisif paru dan dinding dada. Pada permulaan latihan fisik, terdapat kenaikan
ventilasi yang tibatiba, selanjutnya diikuti ole kenaikan yang perlahan. Pada latihan fisik yang
sedang, peningkatan ventilasi terutama disebabkan dalamnya pernapasan, kemudian diikuti oleh
peningkatan kecepatan pernapasan pada latihan fisik berat (Armi 2010).

Manusia membutuhkan 250-300 liter oksigen setiap menit. Sedangkan frekuensi bernapas
manusia itu berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi oleh :

- Aktivitas
- Umur

- Jenis kelamin (laki-laki frekuensi bernapasnya > wanita)

- Berat tubuh

- Suhu tubuh

Normal frekuensi pernapasan, dalam satu menit manusia bernapas 12-16 kali. Batas frekuensi
nafas maksimal sebanyak 50 kali per menit setelah melakukan aktivitas.

Frekuensi pernapasan rata-rata normal menurut usia :

Bayi baru lahir : 35 – 40

Bayi (6 bulan) : 30 – 50

Toddler : 25 – 32

Anak-anak : 20 – 30

Remaja : 16 -19

Dewasa : 12 – 20

(Armi 2010).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum Gizi Olahraga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 November 2010 pukul 10.00-
12.00 WIB di pelataran Gedung Graha Widya Wisuda (GWW) IPB.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan yaitu stopwatch dan sepeda.

Identitas Probandus

Nama probandus : Ika Meilaty

Umur : 20 tahun
Tinggi Badan : 161 cm

Berat Badan : 50 kg

IMT : 19, 2

Prosedur Kerja

dihitung frekuensi pernapasan dan denyut nadi probandus sebelum bersepeda selama 1 menit

probandus bersepeda selama 15 menit mengelilingi IPB dengan jarak 1,5 km

setelah bersepeda, dihitung frekuensi pernapasan dan denyut nadi probandus selama 1 menit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Denyut nadi dan frekuensi pernafasan seseorang berbeda pada kondisi sebelum dan
setelah olahraga. Hal ini dipengaruhi banyak faktor, termasuk perbedaan konsistensi latihan
yang mengelompokkan seseorang menjadi terlatih dan tidak terlatih. Jenis kelamin dan usia
merupakan faktor lain yang juga dapat berpengaruh pada frekuensi denyut nadi dan pernafasan
individu.

Praktikum ini menunjukkan perbedaan frekuensi denyut nadi dan pernafasan sebelum dan
setelah berolahraga. Olahraga yang dilakukan ialah bersepeda selama 15 menit dengan jarak
tempuh 2 km. Probandus yang diuji memiliki tinggi badan 161 cm, berat badan 50 kg dengan
IMT normal (19,2). Probandus berusia 20 tahun ssehingga dikategorikan pada usia dewasa (>19
tahun).

Denyut nadi dan frekuensi bernafas dihitung sebelum dan sesudah latihan. Denyut nadi dan
frekuensi bernafas sebelum latihan dihitung pada saat keadaan probandus sedang beristirahat.
Sementara itu denyut nadi dan frekuensi bernafas setelah latihan dihitung segera setelah
probandus menyelesaikan 15 menit bersepeda.

Tabel 1. Data Kondisi Probandus Sebelum Olahraga

Frekuensi (kali/menit)
Denyut Nadi 89
Pernafasan 19

Denyut nadi awal sebelum berolahraga ialah 89 kali/menit. Menurut Hakim (2010), denyut nadi
normal pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ialah 60-100 kali/menit. Probandus dapat
dinyatakan normal karena denyut nadi probandus berada pada batas normal, namun probandus
kurang terlatih sehingga denyut nadi saat istirahat cukup cepat.

Frekuensi bernafas probandus setelah berolahraga ialah 19 kali/menit. Menurut Armi (2010),
frekuensi pernafasan yang normal bagi orang dewasa yang sehat adalah 12-20 kali/menit.
Berdasarkan pernyataan tersebut, probandus dapat dikategorikan normal namun kurang terlatih.

Tabel 2. Data Kondisi Probandus Setelah Olahraga

Frekuensi (kali/menit)
Denyut Nadi 121
Pernafasan 41

Setelah olahraga, denyut nadi dan frekuensi nafas dihitung kembali segera agar yang dihitung
benar-benar frekuensi setelah latihan tanpa adanya jeda waktu istirahat pada probandus, sehingga
pengukuran akurat. Menurut Hakim (2010), denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan rumus
(220 – umur). Sementara denyut nadi setelah olahraga ialah 70% sampai 85% dari denyut nadi
maksimal.

Berdasarkan perhitungan tersebut, denyut nadi maksimal probandus ialah 200 kali, dan denyut
nadi setelah olahraga ialah 140 sampai 170 kali/menit. Sementara denyut nadi probandus ialah
121 kali/menit yang tidak terdapat pada range yang seharusnya. Namun pada sumber lain,
Anonim (2010), denyut nadi setelah melakukan olahraga stamina, yaitu olahraga yang
mengaktifkan otot sebanyak mungkin seperti jalan kaki, renang, lari kecil, dan naik sepeda,
adalah 120 – 150 kali per menit. Mengikuti sumber tersebut, frekuensi denyut nadi probandus
sesuai dengan literatur.

Hasil pengukuran frekuensi pernafasan probandus setelah olahraga ialah 41 kali/menit. Menurut
Armi (2010), frekuensi pernafasan pada individu normal setelah melakukan aktivitas adalah
maksimal 50 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut probandus dapat dinyatakan normal,
tidak menderita penyakit yang mengganggu pernafasan.

Berdasarkan hasil keseluruhan yang didapat yang kemudian dibandingkan dengan literatur dari
berbagai sumber yang tersedia, probandus yang diuji memiliki kondisi fisiologis yang normal
baik sebelum maupun sesudah berolahraga. Hal ini dapat disimpulkan dari data denyut nadi dan
frekuensi pernafasan probandus yang terdapat pada range normal.

Menurut Hakim (2010), orang dengan aktivitas fisik yang ruitn atau dapat dikatakan terlatih,
memiliki denyut nadi dan pernafasan yang lebih rendah daripada orang biasa yang tidak terlatih.
Oleh karena itu, probandus dapat dikategorikan sebagai individu tidak terlatih normal.
Terdapat beberapa kesalahan yang dapat menyebabkan bias pada hasil praktikum yang dilakukan
probandus dan pengamat. Sebelum perhitungan denyut nadi istirahat, probandus telah melakukan
beberapa aktivitas, seperti jalan kaki dan mencoba bersepeda. Keadaan sekitar yang bising dan
adanya gangguan dari praktikan lain juga menyebabkan probandus tidak dapat istirahat dengan
benar. Hal-hal tersebut dapat membuat bias pada hasil yang didapat tentang denyut nadi dan
frekuensi pernafasan yang dihitung benar-benar fase istirahat atau tidak. Sehingga
memungkinkan hasil yang didapat lebih tinggi dari yang sebenarnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hubungan dari peningkatan frekuensi nafas dan frekuensi denyut nadi bahwa semakin banyak
aktivitas tubuh maka semakin meningkat frekuensi denyut nadi dan frekuensi bernafas. Selain
itu, juga terjadi perbedaan antara frekuensi denyut nadi dan nafas antara olahragawan dengan
bukan olahragawan. Probandus yang diuji memiliki denyut nadi dan frekuensi pernafasan yang
normal namun cukup tinggi, sehingga dikategorikan normal tidak terlatih.

Saran

Saran untuk praktikum ini, pengukuran saat istirahat akan lebih baik dan akurat jika
kondisi pengukuran benar-benar tenang dan tidak terdapat gangguan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Olahraga. http://ceriwis.us. [20 November 2010]

Armi Z. 2010. Pernafasan. http://zianarmie.wordpress.com. [20 November 2010]

Hakim L.2010. Cara mengukur denyut jantung. http://coachhakim.blogspot.com. [20 November


2010]

Like
Be the first to like this post.
Leave a Comment
by ikameilaty on December 30, 2011 • Permalink
Posted in Gizi Olahraga
Tagged denyut, gizi, kondisi, laporan, nadi, olahraga, pernafasan, sebelum,

Anda mungkin juga menyukai