Anda di halaman 1dari 50

Ramang Said Hasan

Telinga mempunyai fungsi sebagai alat


pendengaran dan menjaga
keseimbangan. Menurut struktur
anatominya, telinga dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam.
Pemeriksaan Fisik
Struktur Telinga
 Bantu pasien dalam posisi duduk. Pasien yang masih
anak-anak diatur duduk di pangkuan orang lain.
 Atur posisi anda duduk menghadap pada sisi telinga
pasien yang akan di kaji.
 Untuk pencahayaan, gunakan auroskop, lampu
kepala atau sumber cahaya yang lain sehingga
tangan anda akan bebas bekerja.
 Mulailah mengamati telinga luar, periksa
keadaan pinna terhadapa ukuran, bentuk,
warna, lesi dan adanya massa.
 Lanjutkan pengkajian palpasi dengan cara
memegang telinga dengan jempol dan jari penunjuk.
 Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis yaitu
dari jaringan lunak, kemudian jaringan keras dan
catat bila ada nyeri.
 Tekan bagian tragus ke dalam dan tekan pula
tulang telinga di bawah daun telinga. Bila ada
peradangan maka pasien akan merasa nyeri.
 Amati pintu masuk lubang telinga dan
perhatikan terhadap ada atau tidaknya
peradangan, perdarahan atau kotoran.
 Dengan hati-hati masukkan otoskop yang
menyala ke dalam lubang telinga.
 Bila letak otoskop sudah tepat, letakkan mata di
atas eye-piece.
 Amati dinding lubang telinga terhadap kotoran,
serumen, peradangan atau adanya benda asing.
 Amati mebran timpani mengenai bentuk, warna,

kilau, perforasi atau terhadap adanya

darah/cairan.
1. Pemeriksaan Pendengaran
 Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk
mengetahui fungsi telinga. Secara sederhana
pendengaran dapat dipemeriksaan dengan
menggunakan suara bisikan
 pemeriksaan yang lebih teliti dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan garpu tala, atau tes audiometri
(oleh spesialis).
1. Pemeriksaan dengan bisikan
2. Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda pada
jarak sekitar 4,5 s/d 6 meter.
3. Anjurkan pasien untuk menutup salah satu telinga yang
tidak di pemeriksaan.
4. Bisikkan suatu bilangan (misalnya 76).
5. beritahu pasien untuk mengulangi bilangan yang di
dengar.
6. Pemeriksaan telinga satunya dengan cara yang sama.
7. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan
kiri pasien.
 Pemeriksaan pendengaran dengan bisikkan dapat
pula dikerjakan dengan menggunakan arloji dengan
langkah kerja sebagai berikut:

1. Pegang sebuah arloji di samping telinga pasien.


2. Suruh pasien menyatakan apakah mendengar
detak arloji.
3. Pindah posisi arloji perlahan-lahan menjauh telinga
dan suruh pasien untuk menyatakan bila tidak
dapat mendengar lagi. Normalnya detak arloji
masih dapat didengar sampai jarak sekitar 30 cm
dari telinga.
4. Bandingkan telinga kanan dan kiri.
 Pemeriksaan pendengaran dengan garputala
dilakukan dengan langkah kerja sebagai
berikut:

1. Pemeriksaan pertama (Rinne)


a) Vibrasikan garputala.
b) Letakkan garputala pada mastoid kiri
pasien.
c) Anjurkan paien untuk memberitahu sewaktu
tidak merasakan getaran.
c). Angkat garputala dan pegang di depan telinga
kiri pasien dengan posisi garputala paralel
terhadap lubang telinga luar pasien.
d). Anjurkan paisen untuk memberitahu apakah
masih mendengarkan suara getaran atau tidak.
Normalnya suara getaran masih dapat di
dengarkan.
Pemeriksaan kedua (Weber)

a) fibrasikan garputala.
b) Letakkan garputala ditengah-tengah dahi
pasien.
c). Tanya pasien mengenai sebelah mana telinga mendengar
suara getaran lebih keras. Normalnya kedua telinga
dapat

d). Mendengar secara seimbang,sehingga getaran dirasakan


ditengah-tengah kepala

e). Catat hasil pemeriksaan pendengaran

f). Determinasikan apakah pasien mengalami gangguan


konduksi tulang udara atau keduanya
Hidung dikaji dengan tujuan untuk
mengetahui keadaan benttuk dan fungsi
hidung
1. Duduklah menghadap pada pasien

2. atur penerangan dan amati hidung bagian luar dari sisi


depan,samping,dan sisi atas.Perhatikan bentuk atau tulang hidung
dari ketiga sisi ini.

3. Amati keadan kulit hidung terhadap warna dan pembengkakan

4. Amati kesimetrisan lubang hidung

5. Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan catat bila di


temukan ketidaknormalan kulit atau tulang hidung
6. kaji mobilitas septum hidung
7. Palpasi sinus Maksilaris,frontalis dan
etmoidalis,perhatikan terhadap adanya nyeri
tekan dan Inspeksi hidung bagian dalam
 inspeksi hidung bagian dalam
ada beberapa peralatan yang di perlukan antar
lain otoskop speculum hidung,cermin kecil dan
lampu
1. Duduk menghadap ke arah pasien
2. Pasang lampu kepala
3. Attur lampu sehingga sesuai untuk menerangi
lubang hidung
4. Elevasikan ujung hidung pasien dengan cara
menekan hidung secara ringan dengan ibu jari
anda,kemudian amati bagian anterior lubang
hidung
5. Amati posisi septum hidung
6. Amati bagian turbin inferior
7. Pasang ujung speculum hidung pada lubang
hidung sehinnga rongga hidung dapat di amati
8. Untuk memudahkan pengamatan pada dasar
hidung maka atur posis kepala sedikit
menengadah
9. Dorong kepala menengadah sehingga bagian
atas
rongga hidung mudah diamati
10. Amati bentuk dan posisi septum,kartilago dan
dinding rongga hidung serta selaput lender pada
rongga hidung(warna,sekresi,bengkak)
11. Bila sudah selesai lepas speculum secara perlahan-
lahan
 Untuk pengkajian hidung bagan dalam,dapat
pula menggunakan otoskop,dianjurkan yang di
lengkapi dengan speculum hidung dan kaca
pembesar.
Pengkajian patensi hidung
1. Duduklah dihadapan pasien
2.Gunakan satu tangan untuk menutup satu lubang
hidung pasien,Suruh pasien menghembuskan udara
Dari lubang hidung yang tidak di tutup dan rasakan
hembusan udara tersebut.normalnya udara dapat
dihembuskan dengan mudah dan dapat dirasakan
dengan jelas
3. Kaji lubang hidung satunya
 Mulut dan Faring.
pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan
posisi pasien duduk pencahayaan harus baik
sehingga sehingga semua bagian dalam mulut dapat
diamati dengan jelas.
 Bantu pasien duduk berhadapan dengan anda dengan
tinggi yang sejajar
 Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan
kongenitas,bibir sumbing,warna bibir ulkus,lesi dan
massa.
 Lanjutkan pengamatan pada gigi dengan pasien
dianjurkan membuka mulut
 Atur pencahayaan yang memadai dan bila di perlukan
gunakan penekan lidah untuk menekan lidah sehingga
gigi akan tampak lebih jelas
 Amati keadaan setiap gigi mengenai
posisi,jarak,gigi rahang atas dan
bawah,ukuran, warna lesi atau adanya
tumor.Amati juga secara khusus pada akar-
akar gigi dan gusi.
 Pemeriksaan setiap gigi dengan cara mengetuk
secara sistematis,bandingkan gigi bagian
kiri,kanan,atas,dan bawah dan anjurkan
pasien untuk memberitahu bila merasa nyeri
sewaktu diketuk.
 Perhatikan pula cirri-ciri umum sewaktu melakukan
pengkajian antara lain kebersihan mulut dan bau
mulut
 Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan
kesimetrisannya.suruh pasien menjulurkan lidah dan
amati mengenai kelurusan,warna,ulkus,maupun setiap
ada kelainan.
 Amati selaput lender mulut secara sisitemati pada
semua bagian mulut mengenai warna,adanya
pembengkakan,tumor,sekresi,peradangan ulkus dan
perdarahan
 Beri kesmpatan pasien unttuk istirahat dengan
menutup mult sejenak bila capai,lalu lanjutkan
dengan inspeksi dengan cara pasien dianjurkan
membuka mulut,tekan lidah ke bawah pasien
sewaktu pasien berkata ”ah”. amati faring terhadap
kesimetrisan ovula.
 Tujuan palpasi pada mulut untuk mengetahui

bentuk dan setiap adakelainan pada mulut yang

dapat diketahui dengan palpasi yang antara lain

meliputi pipi, dasar mulut,palatum,langit-langit

mulut dan lidah


 atur posisi pasien duduk menghadap anda
 Anjurkan pasien membuka mulut
 Pegang pipi diantara ibu jari dan jari telunjuk (jari
telunjuk beada didalam ).palpasi pipi secara
sistematis dan perhatikan terhadap adanya tumor
atau pembengkakan bila ada pembengkakan
determinasikan menurut
ukuran,konsistensi,berhubungan dengan daerah
sekitarnya dan adanya nyeri
 Lanjutkan dengan palpasi pada palatum ddengan
jari telunjuk dan rasakan terhadap adanya
pembengkakan dan fisura.
 Bila diperlukan beri sedit penekanan dengan ibu jari
dari bawah dagu untuk mempermudah palpasi catat
bila ada pembengkakan .
 Tujuan pengkajian leher secara umum adalah untuk
mengetahui bentuk leher

Inspeksi
1. Anjurkan passion untuk melepas baju
2. Atur pencahayaan yang baik
3. Lakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher, warna kulit,
adanya pembengkakan, jaringan parut, dan adanya massa.
4. Inspeksi tiroid dengan cara pasien disuruh menelan dan amati
gerakan kelenjar tiroid pada taki suprasternal.
Palpasi pada leher dilakukan terutama untuk
mengetahui keadaan dan lokasi kelenjar limfe,
 Cara kerja palpasi kelenjar limbfe, kelenjar tiroid dan trakea adalah

1) Duduklah dihadapan pasien


2) Anjurkan pasien untuk menengadah kesamping menjauhi perawat
pemeriksaan sehingga jaringan lunak dan otot-otot akan rileks
3) Lakukan palpasi secara sistematis dan determinasikan menurut
lokasi, batas-batas, ukuran, bentuk dan nyeri tekan pada setiap
kelompok kelenjar limfe yang terdiri dari :
a) Preaurikular-didepan telinga
b) Posterior aurikuler-superfisial terhadap prosesus mastoidius
c) Osipital-didasar posterior tulang kepala
d) Tonsilar-disudut mandibula
e) Submasilaris-di tengah-tengah antara sudut dan ujung
mandibula
f) Submental-papan garis tengah beberapa cm di belakang
ujung mandibula
g.) Servikal superficial-superfisial terhadap
sternomastoidius
h.) Servikal posterior-sepanjang tepi anterior trapesius
i.) Servikal dalam-dalam sternomastoid dan sering
tidak
dapat dipalpasi
j) Supraklavikula-dalamsuatu sudut yang terbentuk
oleh klavikula dan sternomastoidius

4. Lakukan palpasi kelenjar tiroid dengan cara :


a. Letakkan tangan anda pada leher pasien
b) Palpasi dan fossa suprasternal dengan jari penunjuk
dan jari tengah
c) Suruh pasien menelan atau minum untuk
memudahkan palpasi
d) Palpasi dapat pula dilakukan dengan perawat
berdiri dibelakang pasien, tangan diletakkan
mengelilingi leher dan palpasi dilakukan dengan
jari kedua dan ketiga
e) Bila teraba kelenjar tiroid maka determinasikan
menurut bentuk, ukuran, konsisten dan permukaan
5. Lakukan palpasi trakea dengan cara berdiri
di samping kanan pasien. Letakkan jaringan
tengah pada bagian bawah trakea dan raba
trakea keatas, kebawah dan kesamping
sehingga kedudukan trakea dapat diketahui.
1. Lakukan pengkajian mobilitas leher secara aktif.
Suruh pasien menggerakkan leher dengan urutan-
urutan sebagai berikut :
 Antefleksi, normalnya 45o
 Dorsifleksi, normalnya 60o
 Rotasi ke kanan, normalnya 70o
 Rotasi ke kiri, normalnaya 70o
 Lateral fleksi ke kiri, normalnya 40o
 Lateral fleksi ke kanan, normalnya 40o
 Determinasikan sejauh mana pasien mampu
menggerakkan lehernya. Normalnya gerakan dapat
dilakukan secara terkoordinasi, tanpa gangguan
 Bila diperlukan lakukan pengkajian mobilitas secara
pasif dengan cara kepala pasien dipegang dengan
dua tangan kemudian digerakkan dengan urutan-
urutan yang sama seperti pada pengkajian mobilitas
leher secara aktif.
1.Otitis media akut adalah terdapatnya cairan
di dalam telinga tengah yang di tandai
dengan gejala dan infeksi.
2.Kebanyakan penderita OMA adalah anak-
anak
3.Diagnosis adanya efusi atau cairan di telinga
tengah.
4.Penanganan Oma dapat dillakukan antibiotik
secara bertahap
5.Pencegahan Oma.

Anda mungkin juga menyukai