Anda di halaman 1dari 3

CINDY MAIDESTA

1711221006
KELOMPOK 5

Gizi Buruk dan Investasi Bangsa


Dimensi pembangunan diarahkan pada upaya kebijakan dan program yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia
Indonesia yang unggul. Karena itu, salah satu prioritas pembangunan adalah pembangunan
karakter bangsa, yang tentunya ditentukan pula oleh kecukupan gizi. Kekurangan gizi pada
usia dini akan berimplikasi pada perkembangan anak dan selanjutnya perkembangan potensi
diri pada usia produktif, ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan, Puan Maharani S.Sos, saat membuka secara resmi kegiatan Diseminasi Global
Nutrition Report (GNR), di Kantor Bappenas, Jakarta, Senin pagi (9/2).

Menurutnya, masalah gizi di Indonesia dipengaruhi banyak faktor, diantaranya


kemiskinan, kesehatan, pangan, pendidikan, air bersih, keluarga berencana, dan faktor
lainnya. Oleh karena itu permasalahan perbaikan gizi masyarakat merupakan upaya dari
berbagai sektor yang membutuhkan sinergi dan harus terkoordinasi. Upaya percepatan
perbaikan gizi akan diarahkan pada penyusunan program prioritas di kementerian terkait,
mobilisasi sumber dana, sarana dan daya, advokasi serta pendidikan masyarakat untuk
program perbaikan gizi, tambahnya.

Pemerintah telah menyiapkan target perbaikan gizi masyarakat. Sejumlah target itu,
antara lain menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup, dari 359
menjadi 306 pada tahun 2019; Menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000
kelahiran hidup dari 32 menjadi 24 pada tahun 2019; Menurunnya prevalensi kekurangan gizi
pada anak balita, dari 19,6% menjadi 17% pada tahun 2019; dan menurunnya prevalensi
stunting pada anak di bawah 2 tahun, dari 33% menjadi 28% pada tahun 2019.

“Semua target itu, tidak akan bisa terwujud jika seluruh kementerian dan lembaga
tidak bersungguh-sungguh dalam memberikan dukungan dan membangun komitmen bersama
dalam melaksanakan gerakan percepatan perbaikan gizi, kata Puan. Selaras dengan hal
tersebut, Menteri PPN atau Kepala Bappenas, Drs. Andrinof Achir Chaniago, M.Si,
menyatakan bahwa perlu peningkatan tiga dimensi utama untuk menciptakan manusia
Indonesia yang unggul, yaitu aspek kecerdasan, kesehatan fisik; dan ketahanan mental.
Masalah gizi masuk ke dalam tiga dimensi tersebut. Gizi penting untuk meningkatkan
kecerdasan manusia, menyehatkan fisiknya serta menguatkan mental dan perilaku manusia
Indonesia, tuturnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan RI, yang diwakili oleh Direktur Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, menerangkan bahwa gizi
merupakan pondasi yang sangat penting dan memiliki peran besar dalam bebagai aspek yang
pada akhirnya memberikan kontribusi terhadap pembangunan suatu bangsa, diantaranya: 1)
Investasi gizi pada remaja perempuan dapat meningkatkan statusnya kelak saat menjadi ibu
dan bermanfaat bagi keluarga kecilnya sebagai cikal bakal pencetakan sumber daya manusia;
2) Perhatian khusus pada gizi berdampak langsung pada keuntungan di bidang pertanian
dengan peningkatan produksi untuk penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat, dan
menjaga keseimbangan lingkungan dengan mempertahankan makan berbasis pangan lokal; 3)
Perbaikan gizi merupakan langkah awal dalam pengembangan SDM dan penurunan
kemiskinan; 4) Gizi yang cukup dapat memperbaiki kondisi pasca konflik; 5) program
perbaikan gizi merupakan sebuah proses partisipasi yang mengedepankan HAM; dan 6) Gizi
yang cukup meningkatkan imunitas dan berperan pada pencegahan penyakit tidak menular
(PTM).

Hubungan gizi dengan pembangunan bersifat timbal balik, yang artinya bahwa gizi
akan menentukan keberhasilan suatu bangsa, begitupula sebaliknya kondisi suatu bangsa
dapat mempengaruhi status gizi masyarakatnya, terangnya. Gizi dalam kaitannya dengan
pembangunan suatu bangsa berkaitan dengan sumber daya manusia, karena gizi sebagai
sentra untuk pembangunan manusia. Seseorang yang hidup didukung dengan gizi yang cukup
sesuai kebutuhan akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas (fisik yang sehat, cerdas, kreatif, produktivitas tinggi).

Kekurangan gizi pada awal kehidupan berdampak serius terhadap kualitas sumber
daya mnusia di masa depan. Hal ini dikarenakan kurang gizi akan menyebabkan kegagalan
pertumbuhan, berat badan lahir rendah (BBLR), kecil, pendek, kurus, serta daya tahan tubuh
yang rendah. Dalam perkembangannya, seorang anak yang kurang gizi akan mengalami
hambatan perkembangan kognitif dan kegagalan pendidikan sehingga berakibat pada
rendahnya tingkat produktivitas di masa dewasa. Kurang gizi yang dialami saat awal
kehidupan juga akan berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung
pada kejadian penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, penyakit jantung, dan penyakit
lainnya saat memasuki usia dewasa.

Apabila semua penduduk suatu bangsa memperoleh gizi yang cukup sehingga dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal maka akan terlahir penduduk yang memiliki kualitas
yang baik, dan sumber daya manusia yang berkualitas ini merupakan unsur utama dalam
pembangunan suatu bangsa, pungkasnya.

Sumber : http://poltekkes-banjarmasin.ac.id/status-gizi-pengaruhi-kualitas-bangsa.html

Anda mungkin juga menyukai