Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal.
Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.frase dua atau
lebih perlu ditekankan ,karena sebagian literatur menyebut istilah komunikasi
intrapersonal,yakni komunikasi diri sendiri. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber
membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda
atau symbol,baik bentuk verbal atau bentuk nonverbal,tanpa harus memastikan terlebih dulu
bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistemsimbol yang sama. Komunikasi
efektif terjadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan
baik atau sama oleh komunikan,sehingga tidak terjadi salah persepsi.
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari yang
namanya komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi secara
langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan bertatap muka secara langsung
sedangkan komunikasi secara tidak langsung bisa melalui perantara orang ketiga yang
menyampaikan pesan nantinya. Hal ini pasti selalu ada di dalam kehidupan bermasyarakat.
Apalagi sifat manusia itu sendiri adalah makhluk social yaitu makhluk yang tidak dapat hidup
sendiri melainkan perlunya interaksi dengan manusia lainnya. Salah satu bentuk konkret dari
interaksi ini adalah komunikasi tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian komunikasi efektif ?
2. Bagaimana pengertian komunikasi interpersonal ?
3. Bagaimana komunikasi interpersonal dalam keperawatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi efektif
2. Untuk mengetahui definisi komunikasi interpersonal
3. Untuk mengetahui komunikasi interpersonal dalam keperawatan

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Komunikasi Efektif


Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses pemberian arti sesuatu
antara dua atau lebih orang dan lingkungannya bisa melalui simbol, tanda atau perilaku yang
umum, dan biasanya terjadi dua arah.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk menghasilkan perubahan sikap
pada orang yang terlihat dalam komunikasi.Tujuan komunikasi efektif adalah memberi
kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga
bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih menggunakan
bahasa non verbal secara baik. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai komunikasi efektif,
antara lain :
 Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13) menyebutkan,
komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan
kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada
akhirnya menimbulkan suatu tidakan.
 Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar komunikasi efektif
dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau dengan
didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-materi
pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada komunikasi efektif
untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini adalah bahwa suatu
proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung
dan mencapai hasil yang efektif.
 Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp (2001) mengatakan bahwa komunikasi yang
efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi
derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi
yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam
pengertian, sikap dan bahasa.

B. Definisi Komunikasi Interpersonal


Berikut adalah beberapa pengertian komunikasi interpersonal menurut para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut :
2
 G.R Miller dan M. Steinberg (1975): Komunikasi interpersonal dapat dipandang
sebagai komunikasi yang terjadi dalam suatu hubungan interpersonal.
 Judy C. Pearson, dkk (2011) : Komunikasi interpersonal sebagai proses yang
menggunakan pesan-pesan untuk mencapai kesamaan makna antara-paling tidak-
antara dua orang dalam sebuah situasi yang memungkinkan adanya kesempatan yang
sama bagi pembicara dan pendengar.
 Joseph A. DeVito (2013) : Komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan
nonverbal antara dua (atau kadang-kadang lebih dari dua) orang yang saling tergantung
satu sama lain.
 Ronald B. Adler, dkk (2009) : Komunikasi interpersonal adalah semua komunikasi
antara dua orang atau secara kontekstual komunikasi interpersonal.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi


interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dalam suatu hubungan interpersonal
antara dua orang atau lebih, baik secara verbal maupun nonverbal, dengan tujuan untuk
mencapai kesamaan makna.

C. Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan


 Hubungan perawat-pasien
a) Ada tiga jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal, tertulis, dan non-verbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik :
1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan
ingatan. Komunikasi verbal yang efektif yang harus diperhatikan yaitu:
 Jelas dan ringkas, Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan
langsung. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan
mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan
lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang
disampaikan.
 Perbendaharaan kata, Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan
dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi
3
bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi
penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien.
 Arti denotatif dan konotatif, Arti denotatif memberikan pengertian yang sama
terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran,
perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Ketika berkomunikasi dengan
klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk
disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi
dan kondisi klien.
 Selaan dan kesempatan bicara, Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut
menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan
yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan
bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan perlu
digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.. Perawat juga bisa
menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu
cepat dan perlu untuk diulang.
 Waktu dan relevansi, Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi
waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh
karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
 Humor, Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan
keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
2. Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan
katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang
disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan,
karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang
mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non-verbal teramati pada:
 Metakomunikasi, Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga
pada hubungan antara Pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi
adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang
berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan
pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.

4
 Penampilan Personal, Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama
yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam
20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan
terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter
dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan
kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat
yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan
profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien
terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien
mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun
penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi
mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap
klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
 Intonasi (Nada Suara), Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar
terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara
langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya
ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa
tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
 Ekspresi wajah, Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama
yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan
sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan
pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi
interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan
diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk
menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah
ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya
duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien
dilakukan dalam keadaan sejajar.
 Sikap tubuh dan langkah, Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos,
konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang
bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat
dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
 Sentuhan, Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-
klien, namun harus memperhatikan norma sosial. Sentuhan dengan berjabat
tangan ketika berkenalan dapat mendekatkan diri kita kepada pasien. Konsep

5
sentuhan yang terapeutik adalah dengan menggunakan sikap terbuka dalam
membatu pasien yang mengalami sakit atau memerlukan bantuan.
b) 4 Fase Hubungan Perawat Pasien Yang Berkaitan Dengan Tanggung Jawab Dan Tugas
Perawat Kesehatan Terhadap Pasien :
 Orientasi ( orientation ), pada phase ini seorang perawat harus mampu menangkap
bahwa pasien ingin mencari kesembuhan penyakitnya dan dia mempercayakan dirinya
dirawat oleh perawat. Dengan pengenalan.
 Indetifikasi ( identification ), interaksi perawat-pasien hendaknya berbasis pada
kepercayaan, penerimaan, pengertian, relasi yang saling membantu.
 Eksploitasi ( exploitation ), interrrelasi perawat-pasien, akan menumbuhkan pengertian
pasien terhadap proses system asuhan, sehingga pasien mempunyai keterlibatan aktif
yang muncul dari dirinya karena ingin cepat sembuh dari sakitnya. Aspek lain pasien
dapat ditimbulkan pengertian, dan kesadaran self-care, sehingga peran perawat dan
pasien dalam proses keperawatan untuk mencapai penyembuhan terjadi dengan baik (
kolaborasi ).
 Resolusi ( resolution ). Harapan, kebutuhan pasien dapat diketahui melalui hubungan
kesetaraan perawat-pasien dengan menggunakan komunikasi efektif. Harapan,
kebutuhan pasien merupakan data yang menjadi arah tindakan apa yang perlu dilakukan
terhadap pasiennya Phase yang keempat ini sering kali disebut dengan phase terminasi.
c) Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Isi Pesan dan Sikap Penyampaian Pesan
Antara Lain :
 Perkembangan, Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu diperhatikan adalah
siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam berkomunikasi isi pesan dan sikap
menyampaikan pesan harus disesuaikan apakah yang kita ajak bicara adalah anak-anak,
remaja, dewasa atau usia lanjut. Pasti akan berbeda dalam berkomunikasi
 Persepsi, Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk
oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi merupakan suatu hambatan kita
dalam berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum tentu sama dengan yang
dipersepsikan oleh orang lain.Nilai. Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku
sehingga sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai
seseorang.
 Latar belakang budaya, Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.

6
 Emosi, Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Dalam berkomunikasi
kita harus tahu emosi dari orang yang akan kita ajak berkomunikasi. Karena emosi ini
dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.
 Pengetahuan, Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kitan ajak berkomunikasi
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu maka kita harus bisa
menempatkan diri sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara
 Peran, Gaya komunikasi harus di sesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan.
Misalnya ketika kita berperan membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan atau
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
 Tatanan interaksi, Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam
lingkungan yang menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempti, tidak leluasa
untuk berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.
d) Sepuluh Faktor Yang Dilakukan Perawat Kepada Pasien :
 Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan
kliennya.
 Laughing artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman klien.
 Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
 Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi
simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
 Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
 Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan
kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
 Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
 Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain
dengan menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
 Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya.
 Doing artinya melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan serta
mendokumentasikannya.
 Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka ,
senang, frustasi dan rasa puas klien.
 Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima
orang lain.

 Hubungan perawat-keluarga pasien


7
Perawat harus memiliki kemampuan dan keterampilan baik dalam hal
berkomunikasi akan mudah menjalin hubungan dengan pasien maupun keluarga. Salah satu
komponen yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga merupakan unit
terkecil setelah individu. Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar
manusia dan meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antar perawat
dengan keluarga.
Komunikasi menjadi penting dalam praktik keperawatan keluarga dan menjadi
tolak ukur keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan. Komunikasi yang terjalin
baik dan efektif antara perawat dengan keluarga akan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan. Perlu keterampilan khusus bagi perawat dalam berkomunikasi dengan keluarga
mengingat kompleksitas dari permasalahan yang ditemukan.
a) Prinsip-prinsip dalam berkomunikasi dengan keluarga :
 Kepercayaan
 Empati
 Caring
 Otonomi
 Bermutu
b) Hambatan dalam berkomunikasi dengan keluarga :
 Hambatan dari pengirim pesan yaitu pesan yang disampaikan kurang jelas. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
 Hambatan dalam menafsirkan simbol yang digunakan atau bahasa yang digunakan
terlalu sulit dan mempunyai arti ganda.
 Hambatan dalam penggunaan media komunikasi sehingga pesan yang diterima kurang
jelas.
 Hambatan dalam memberikan umpan balik. Umpan balik yang di berikan tidak tepat
waktu dan tidak jelas.
 Hambatan fisik seperti gangguan kesehatan, cuaca yang kurang baik, gangguan alat
komunikasi yang dapat mengganggu komunikasi efektif.
 Hambatan psikologis dan sosial budaya seperti adanya perbedaan nilai dan harapan
antara pengirim dan penerima pesan.
c) Keterampilan dan sikap perawat dalam berkomunikasi dengan keluarga :
 Keterampilan mendengar aktif.
 Terima keluarga apa adanya dan hargai mereka.
 Dengarkan apa yang di katakan keluarga.
 Perhatikan intonasi suara, pemilihan kata, ekspresi wajah, dan gerak tubuh.

8
 Tempatkan diri pada posisi keluarga selama mendengarkan.
 Dengarkan keluarga dengan seksama, jangan berpikir apa yang akan perawat
katakan selanjutnya.
 Lakukan pengulangan apa yang di dengar.
 Duduk menghadap keluarga denga nyaman.
 Tunjukkan tanda perhatian verbal dan non verbal.
d) Keterampilan bertanya aefektif :
 Gunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan keakraban.
 Gunakan kata kata yang dipahami keluarga.
 Ajukan pertanyaan satu persatu.
 Gunakan kata kata yang mendorong keluarga untuk tetap berbicara.
 Bila menanyakan hal-hal yang pribadi, jelaskan mengapa hal itu harus ditanyakan.
 Hindari penggunaan kata tanya mengapa.
 Ajukan pertanyaan yang sama bila keluarga belum paham.
 Gunakan pertanyaan terbuka.
e) Sikap profesional dalam berkomunikasi :
 Berhadapan.
 Mempertahankan kontak mata.
 Membungkuk ke arah klien
 Mempertahankan sikap terbuka.
 Tetap rileks

D. Role play
a) Narator : Rosa Sulistia N.
b) Peran Roleplay
1. Pasien : Sabilar Rizqi P. F.
2. Perawat 1 : Dela Kusnovia I. S.
3. Perawat 2 : Reni Putri Bidari
4. Ibu Pasien : Diah Ayu Wulandari
5. Dokter : M. Halim Awalidoyo
6. Penolong 1 : Dewi Fatimatus S.
7. Penolong 2 : Rizcha Arfaresy
8. Petugas RM : Putri Aulia S.
c) Naskah

9
Pada suatu hari terjadi sebuah kecelakaan tunggal yang mengakibatkan seorang remaja
perempuan mengalami cidera dan kemudian dilarikan ke rumah sakit Mitra Sehat oleh dua
pengendara lain yang menolongnya.

Pasien : (Setengah sadar dengan merintih kesakitan)

Penolong : “Sus tolong ada pasien kecelakaan, tolong segera ditangani” PerawatIGD segera

mengambil brankart, dan memindahkan pasien pasien diatas bed.

RM : “Maaf anda siapanya ?”

Penolong 1 : “Saya yang menolong sus”

RM : “Anda tahu identitas dari korban ini mbak ?”

Penolong 1 : “Tidak sus tapi saya coba tanya ke korbannya dulu.” (si penolong menghampiri

korban)

Penolong 2 : “Dek kamu bawa KTP, boleh saya pinjam dulu untuk administrasi? Kamu bawa

hp atau tidak ? Nanti saya akan mengabari keluargamu”

Pasien : “Di tas pak” (dengan suara lemas).

Kemudian si penolong mengurusi registrasi si korban dan menghubungi keluarga klien.


Sementara itu, si perawat sedang menangani korban kecelakaan tadi.

Perawat 1 : “Dek-dek bisa dengar saya ?”

Pasien : “aduh sakit sus”

Perawat 1 : “yang sakit sebelah mana dek ?”

Pasien (menggerakkan bagian yang sakit.)

Perawat 1 : “pusing tidak dek ?”

Pasien : “pusing sus”

Di receptionis.

Keluarga : “Sus anak saya tadi kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Pasien dengan nama

Andriana ?”(dengan ekspresi yang panik)

RM : “disebelah sana buk, mari saya antarkan”

Petugas RM pun mengantarkan Ibu pasien menuju bad tempat anaknya dirawat
10
RM : “ Ini bu, anak ibu ada di dalam”

Ibu : “ Oh iya, makasih sus”

RM : “ Iya bu, sama-sama”

Sang Ibupun segera membuka sampiran dan menjumpai anaknya terbaring tak berdaya di
atas tempat tidur

Ibu : “ Ya Allah nak...... kok bisa sampek kayak gini to?, apanya yang sakit nak?”

Pasien : “ Kaki bu, sama pusing”

Ibu : “ Lha ini tadi kamu sudah diperiksa sama dokter belum nak?”

Pasien : “ Sudah bu”

Ibu : “ Terus apa katanya dokter?”

Pasien : “ Gak tau bu”

Ditengah perbincangan ini perawat datang ke ruangan pasien

Perawat 1 : “ Permisi bu, saya izin mau menanyai adeknya sebentar ya bu”

Ibu ; “ Iya sus, silahkan”

Perawat 1 : “Gimana dek ada yang dikeluhkan lagi ?”

Pasien : “ Masih sus, dada saya terasa sesak ”

Perawat 1 :“ Kalau begitu saya pasangkan oksigen dulu ya, biar nafasnya lancar.”

Pasien ( Menganggukan kepala)

Perawat memulai tindakan pemberian oksigen pada pasien

Ibu :“Lho nak dadamu sesak juga to?” (Sang ibu kaget) Pasien (Menganggukkan

kepala)

Ibu : “Ini kenapa ya sus, kok dada anak saya sesak? Padahal kan anak sayatidak punya

riwayat sakit asma”

Perawat1 : “ Mungkin anak Ibu mengalami syok, sehingga dadanya terasa sesak”

Ibu : “ Lha ini tadi katanya anak saya sudah diperiksa sama Dokter, hasilnya gimanaya

sus?”

11
Perawat 1 : “ Oh itu, nanti Ibu akan dijelaskan secara langsung oleh dokter bu”

Ibu : “ O begitu ya sus”

Perawat 1 : “ Iya bu, kalau begitu saya permisi dulu ya bu, kalu butuh sesuatu bisa panggil

kita di ruang perawat ya bu”

Ibu : “ Baik sus”

Perawat 1 : “ Mari bu, permisi”

Ibu : “ Oh iya, monggo”

Perawat kembali ke ruang perawatdan Ibu pasien tetap menunggu pasien disamping tempat
tidur pasien. Setelah beberapa menit kemudian, seorang perawat datang kembali.

Perawat 2 : “ Permisi bu, Ibu diminta untuk menemui dokter sekarang bu”

Ibu : “ Iya sus, lha terus anak saya sama siapa sus?”

Perawat 2 : “ Ibu silahkan temuidokter dulu, anaknya biar saya yang menjaga”

Di ruang jaga Ibu pasien bertemu dengan Dokter yang berjaga di IGD

Dokter : “ Keluarga dari Saudari Andriana ya bu”

Ibu : “ Iya dok, bagaimana dengan anak saya dok?”

Dokter : “ Silahkan duduk dulu bu, saya akan menjelaskan tentang keadaan anak ibu”

Ibu : ” Iya dok”(sambil duduk)

Dokter: : “Ini sepertinya ada gangguan pada tulang di bagian kaki Saudari Andriana, dan

sejak tadi dia mengeluhkan pusing, jadi untukmengetahui keadaan tulang di

bagian kakinya kita sebaiknyamelakukan rogten terlebih dahulu dan juga

sebaiknya kita melakukan CT Scan untuk mengetahui keadaan dari bagian dalam

kepala anakIbu”

Ibu : “ Memangnya kalau tidak dilakukan itu kenapa ya dok?”

Dokter : “Jika tidak dilakukan rogten dan CT scan, kita tidak mengetahuikeadaan pastinya,

jadi kita tidak bisa mengambil tindakan selanjutnya”

Ibu : “ Kalau saya pikirkan terlebih dahulu bagaimana dok?”

12
Dokter : “ Iya bu silakan, tetapi saya mohon Ibu segera memberikan keputusan agar kita

bisa melakukan tindakan selanjutnya”

Ibu : “ Baik dok, kalau begitu saya permisi dulu”

Dokter : “ Oh iya bu, silahkan”

Sang ibupun kembali menuju ruangan pasien, namun di tengah perjalanan Ibu bertemu
dengan perawat yang menangani anaknya tadi

Perawat 1 : “ Ibu, bagaimana anaknya bu?”

Ibu : “ Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogten dan CT scan pada anak

saya, tapi kok saya nggak yakin ya sus?”

Perawat 1 : “ Memang sebaiknya dilakukan itu bu, agar bila terjadi sesuatu bisa segera

diketahui dan ditangani, bagaiamana bu apa ada yang kurang jelas?”

Ibu : “ Tapi itu nanti beresiko atau tidak ya sus?”

Perawat 1 : “ InsyaAllah tidak apa-apa bu”

Ibu : “ Oh ya ya ya, makasih ya sus informasinya”

Perawat 1 : “ Iya, bu sama-sama, mari bu”

Ibu : “ Iya sus”

Setelah mendapat informasi dari perawat, Ibupun yakin dengan keputusan yang akan
diambilnya, dan menuju ruang dokter untuk konfirmasi

Dokter : “ Bagaimana bu?”

Ibu : “ Setelah saya pikir-pikir saya setuju bila anak saya dirogten dan di CT scan”

Dokter : “ Baiklah kalau begitu ibu bisa menandatangani surat persetujuan tindakan”

Ibu : “ Iya dok, saya tanda tangan dimana?”

Dokter : “ Ini silahkan Ibu baca terlebih dahulu , kemudian tanda tangan disebelah sini”

Kemudian Sang Ibu kembali ke kamar pasien , setelah beberapa saat kemudian datanglah
seorang perawat.

Perawat 2 : “ Permisi bu, Dek ini mau dilakukan rogten, ini adek mau saya antarkan ke

ruang radiologi, sebelumnya perhiasannya dan jamnya dilepas dulu ya, biar
13
dibawa ibunya dulu”

Pasien (menganggukan kepala)

Perawat 2 : “ Mari dek saya antarkan”

Pasien : “ Saya maunya diantar mbak perawat yang tadi”

Perawat 2 : “ Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar saya antar saja ya dek, Ibunya juga

boleh ikut nganter kok

Pasien : “Iya sus” (terdiam sejenak)

Dan akhirnya Andriana pun dibawa ke ruang radiologi untuk diakukan rongten. Dari
hasil rogten diketahui bahwa pasien mengalami patah tulang, dan harus di rawat inap untuk
segera dilakukan operasi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses
pemberian arti sesuatu antara dua atau lebih orang dan lingkungannya bisa melalui
simbol, tanda atau perilaku yang umum, dan biasanya terjadi dua arah.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau
lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi interpersonal,
setiap partisipan menggunakan semua elemen dari proses komunikasi.
Ada tiga jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal, tertulis, dan non-
verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik. Komunikasi menjadi penting
dalam praktik keperawatan keluarga dan menjadi tolak ukur keberhasilan dalam
memberikan asuhan keperawatan. Komunikasi yang terjalin baik dan efektif
antara perawat dengan keluarga akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Perlu keterampilan khusus bagi perawat dalam berkomunikasi dengan keluarga
mengingat kompleksitas dari permasalahan yang ditemukan.

B. Saran
Penulis berharap pembaca atau tenaga kesehatan dapat mengaplikasikan
komunikasi interpersonal kepada pasien dan keluarga pasien dengan baik,
sehingga dapat menghasilkan asuhan keperawatan yang baik dan benar.

15
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/35368101/Naskah_Role_Play_Komunukasi_Terapeutik_pada_Peraw
at_IGD
https://www.scribd.com/document/367803877/Komunikasi-Efektif-Dalam-Hubungan-
Interpersonal-Perawat
https://www.academia.edu/30165676/MAKALAH_KOMUNIKASI_EFEKTIF
https://www.scribd.com/document/367803877/Komunikasi-Efektif-Dalam-Hubungan-
Interpersonal-Perawat

16

Anda mungkin juga menyukai