Anda di halaman 1dari 2

Kemajuan teknologi informasi pada saat ini dapat dijadikan alternatif untuk pencarian

obat baru. Kimia komputasi dan bioinformatika berpotensi tinggi dalam ilmu kimia medisinal,
tidak hanya mempercepat proses penemuan obat tetapi juga mengubah cara penemuan dan
perancangan obat. Rational Drug Design (RDD) memfasilitasi dan mempercepat proses
rancangan obat, yang melibatkan berbagai metode untuk mengidentifikasi senyawa baru
(Koko, 2011).

Salah satu aplikasi kimia komputasi yang paling sering digunakan dalam desain
senyawa obat antaralain adalah kajian Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA).
Kajian HKSA bertujuan untuk mencari hubungan yang konsisten secara empiris antara sifat-
sifat molekular dan aktivitas biologis suatu senyawa (Saputra, 2014).

Berdasarkan pada parameter yang digunakan, analisa HKSA digolongkan dalam 3


metode, yaitu metode Hansch, metode Free-Wilson dan metode 3 dimensi (Comparative
Molecular Field Analysis (CoMFA)). Metode Hansch berkembang dari pemikiran bahwa
interaksi senyawa dengan reseptor terjadi karena adanya efek gaya-gaya intermolekularseperti
interaksi hidrofobik, interaksi polar, interaksi elektrostatik dan efek sterik senyawa. Analisis
HKSA-3D dikembangkan sebagai antisipasi permasalahan yang terdapat pada metode Hansh,
yaitu senyawa-senyawa enantiomer yang memiliki kuantitas sifat fisikokimia yang sama, tetapi
memiliki aktivitas biologis berbeda (Ridhatul, 2013).

Hubungan kuantititif struktur aktivitas (HKSA) merupakan hasil akhir dari suatu proses
yang dimuai dengan mendeskripsikan suatu struktur molekul dan diakhiri dengan kesimpulan,
hipotesis, dan prediksi dari sifat fisiko kimia dan biologis molekul tersebut. Hubungan
kuantitatif struktur aktivitas (HKSA) didasarkan pada asumsi bahwa struktur suatu molekul
(secara geometri, elektronik, sterik) bertanggung jawab terhadap terhadap sifat fisika, kimia,
dan respon biologisnya yang digambarkan dalam beberapa deskriptor. Dengan menggunakan
model HKSA aktivitas suatu bahan kimia yang memiliki kemiripan dan merupakan senyawa
baru yang akan dirancang dan belum diuji dapat diketahui aktivitasnya (Todeschini, 2009).

Menurut Jean Piere dan Annick Panaye hipotesis yang mendasari dilakukannya
pengujian HKSA yaitu karena setiap molekul memiliki fitur-fitur (geometric dan elektronik)
yang berpengaruh terhadap sifat fisiko kimia dan efek biologis molekul tersebut. Dengan
demikian diasumsikan dari suatu rangkaian molekul yang memiliki efek biologis yang sama
serta cara kerja yang sama maka kerja dari molekul tersebut dapat diwakili oleh deskriptor dari
molekul tersebut.
Tujuan akhir dari HKSA adalah membuat persamaan model HKSA yang
menggambarkan sifat dari serangkaian senyawa. Untuk mendapatkan model tersebut
diperlukan pemilihan data set dari beberapa molekul. Pada zaman dahulu HKSA hanya
dikembangkan pada senyawa konginerik akan tetapi seiring perkembangan zaman HKSA
mulai digunakan untuk berbagai jenis senyawa untuk mempercepat pengetahuan tentang suatu
molekul baru. Hasil dari peramalan suatu model sangat bergantung pada tersedianya data
penelitian yang telah dilakukan. Data eksperimen suatu senyawa bisa didapatkan dengan cara
melakukan eksperimen dan dengan mencari dari literature (Todeschini, 2009).

Dalam pengumpulan data ini perlu berhati-hati karena model dari HKSA memiliki
keterbatasan akurasi pada eksperimen dengan kualitas yang sangat tinggi. Untuk menghindari
ketidak akuratan model HKSA jika data set diperoleh dari literature maka sebaiknya data
diambil hanya dari satu literature saja atau dari beberapa sumber yang hamper sama proses dan
perlakuannya saat eksperimen (Todeschini, 2009).

Daftar Pustaka

Koko. 2011. Sistem Penghantaran Obat. Bandung : Yrama Widya

Ridhatul, Arifah. 2013. QSAR. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. Vol 1

Saputra, Lyndon. 2014. Buku Ajar Visual Nursing. Tangerang : Binarupa Aksara Publisher.

Todeschini, R and Balabio. 2009. Infrared Spectroscopy for Food Quality Analysis and

Control. Amsterdam : Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai