Anda di halaman 1dari 6

DISTRIBUSI FREKUENSI PENCABUTAN GIGI NEKROSIS PULPA GIGI MOLAR SATU PERMANEN Dl

KLINIK BEDAH MULUT


RSGM PROF. SOEDOMO TAHUN 2012-2014
DAHLIA ASTRI ARIYANI

Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/


UNIVERSI
TAS
GADJAH
MADA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan mulut merupakan bagian fundamental dari kesehatan umum dan

kesejahteraan hidup. Kesehatan mulut adalah kesejahteraan rongga mulut termasuk

gigi geligi dan struktur serta jaringan-jaringan pendukungnya terbebas dari penyakit,

rasa sakit, dan berfungsi secara optimal (Sriyono, 2009). Keadaan rongga mulut

yang tidak sehat, misalnya banyak gigi yang dicabut karena karies akan

mempengaruhi proses pengunyahan sehingga dapat mempengaruhi status gizi yang

akan berdampak pada kualitas hidup seseorang (Ingle, dkk., 2010).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) prevalensi

nasional masalah gigi dan mulut pada tahun 2007 sebesar 23,7 % dan meningkat

pada tahun 2013 yaitu 25,9 %. Penyebab tingginya penyakit gigi dan mulut di

Indonesia berkaitan dengan rendahnya kesadaran untuk melakukan perawatan dan

mempertahankan gigi, didukung dengan rendahnya kebersihan rongga mulut yang

menjadi awal penyebab penyakit gigi dan mulut (Departemen Kesehatan, 2008).

Karies merupakan penyakit yang sering terjadi pada masyarakat modern,

dipengaruhi oleh gaya hidup (Kidd, dkk., 1991).

Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi disebabkan oleh aktivitas

mikroorganisme yang memfermentasikan karbohidrat sehingga terbentuk asam dan

menurunkan pH, akibatnya terjadi demineralisasi jaringan keras gigi (Kidd dkk.,

1991). Karies gigi terbentuk dari interaksi timbal balik dari empat faktor yaitu

permukaan gigi yang rentan (host) dan saliva, mikroorganisme tertentu


1
DISTRIBUSI FREKUENSI PENCABUTAN GIGI NEKROSIS PULPA GIGI MOLAR SATU PERMANEN Dl
KLINIK BEDAH MULUT
RSGM PROF. SOEDOMO TAHUN 2012-2014
UNIVERSI
TAS DAHLIA ASTRI ARIYANI
GADJAH
MADA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

(bakteri), fermentasi karbohidrat (subtrat) serta waktu (DeBiase, 1991). Menurut

Sodang dan Hamada (2008), faktor sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan,

geografis, dan perilaku terhadap kesehatan gigi dapat mempengaruhi keparahan

terjadinya karies.

Karies gigi yang tidak dirawat dapat berkembang mencapai bagian pulpa

mengakibatkan peradangan pada pulpa, apabila proses perdangan berlanjut tanpa

perawatan dapat berkembang menjadi nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa adalah suatu

perubahan morfologis yang menunjukkan kematian sel pada jaringan pulpa

(Dorland, 1998). Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi,

pada umumnya disebabkan oleh keadaan pulpitis irreversibel tanpa penanganan

(Soames dan Southam, 1998). Penyebab penyakit pulpa menurut Wein (1996) dan

Ingle, dkk., (2010) yaitu bakteri, traumatik, iatorgenic, idiopatic, dan kimiawi.

Nekrosis pulpa jika dibiarkan tanpa perawatan akan berkembang menjadi

gangren dan mengakibatkan kerusakan jaringan periapikal (Cohen dan Hargreaves,

2006). Kuman akan masuk dan mengadakan pembusukan pada pulpa yang terbuka,

sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi ini meluas dan mengenai selaput

periodontium menyebabkan periodontitis serta iritasi. Pus akan terbentuk sebagai

hasil dari iritasi yang berlangsung lama tanpa perawatan dan pengobatan. Kumpulan

pus yang terlokalisasi disebut dengan abses. Abses periodontal ini kemudian dapat

meluas dan mencapai tulang alveolar menyebabkan abses alveolar (Cohen dan

Burns, 2002).
DISTRIBUSI FREKUENSI PENCABUTAN GIGI NEKROSIS PULPA GIGI MOLAR SATU PERMANEN Dl
KLINIK BEDAH MULUT
RSGM PROF. SOEDOMO TAHUN 2012-2014
UNIVERSI
TAS DAHLIA ASTRI ARIYANI
GADJAH
MADA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Rencana perawatan gigi nekrosis pulpa yaitu dengan perawatan saluran akar

atau pencabutan (Walton dan Torabinejad, 2003). Pencabutan gigi merupakan suatu

proses pengeluaran gigi dari tulang alveolar (Pedersen, 1996). Pencabutan gigi

nekrosis pulpa dilakukan apabila perawatan endodontik tidak bisa dilakukan karena

saluran akar yang susah dipreparasi, terjadi kalsifikasi dan tidak dapat dilakukan

perawatan sesuai dengan standar teknik endodontik, serta pasien yang tidak bersedia

untuk dilakukan perawatan saluran akar sehingga harus dilakukan pencabutan

(Peterson, 2003). Menurut Ngangi dkk (2012), kasus pencabutan gigi nekrosis pulpa

mempunyai fTekuensi paling tinggi yaitu sebesar 56,65%. Hasil penelitian Novi

(2004) juga menyebutkan nekrosis pulpa merupakan penyebab pencabutan tertinggi

yaitu sebesar 86,7 %.

Tingginya persentase pencabutan gigi nekrosis pulpa disebabkan oleh

rendahnya kesadaran untuk merawat kesehatan gigi. Menurut penelitian Nasreen dan

Haq (2011) dari 64,5% responden yang menderita karies gigi hanya 6,4% yang

melakukan penumpatan gigi dan 52,7% responden melakukan pencabutan gigi. Data

tersebut menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih pencabutan sebagai

perwatan giginya dari pada melakukan perawatatan untuk mempertahankan giginya.

Keadaan ini dapat disebabkan karena kurangnya kesadaran untuk mempertahankan

gigi. Gigi molar satu permanen merupakan gigi yang sering mengalami karies dan

berakhir dengan pencabutan (Poha, dkk.,


2013).
DISTRIBUSI FREKUENSI PENCABUTAN GIGI NEKROSIS PULPA GIGI MOLAR SATU PERMANEN Dl
KLINIK BEDAH MULUT
RSGM PROF. SOEDOMO TAHUN 2012-2014
UNIVERSI
TAS DAHLIA ASTRI ARIYANI
GADJAH
MADA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian

mengenai distribusi fTekunesi pencabutan gigi nekrosis pulpa gigi molar satu

permanen di RSGM Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah

Mada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, didapatkan rumusan masalah

yaitu bagaimana distribusi frekuensi pencabutan gigi nekrosis pulpa gigi molar satu

permanen di Klinik Bedah Mulut RSGM Prof. Soedomo pada periode tahun 2012 -

2014.

C. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul Distribusi Frekuensi Pencabutan Gigi Nekrosis Pulpa

di RSGM Prof. Soedomo sebelumnya belum pernah di teliti di Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Gadjah Mada. Penelitian terdahulu yaitu:

1. Distribusi Frekuensi Kasus Pencabutan Gigi Geligi di RSGM Prof. Soedomo

Fakultas kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Periode Tahun

2006-2008 oleh Arny Hastro

2. Prevalensi Nekrosis Pulpa Pada Pasien Dengan Riwayat Diabetes Mellitus Di

Poliklinik Gigi Dan Mulut Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2009 oleh

Yuliana Pujo Setyowati Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret


DISTRIBUSI FREKUENSI PENCABUTAN GIGI NEKROSIS PULPA GIGI MOLAR SATU PERMANEN Dl
KLINIK BEDAH MULUT
RSGM PROF. SOEDOMO TAHUN 2012-2014
DAHLIA ASTRI ARIYANI
Surakarta.
DISTRIBUSI FREKUENSI PENCABUTAN GIGI NEKROSIS PULPA GIGI MOLAR SATU PERMANEN Dl
KLINIK BEDAH MULUT
RSGM PROF. SOEDOMO TAHUN 2012-2014
UNIVERSI
TAS DAHLIA ASTRI ARIYANI
GADJAH
MADA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

D. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji distribusi

frekuensi pencabutan gigi nekrosis pulpa pada gigi molar satu permanen di Klinik

Bedah Mulut RSGM Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah

Mada periode tahun 2012-2014.

E. Manfaat Penelitian

1. Sebagai media informasi mengenai distribusi frekuensi pencabutan gigi nekrosis

pulpa pada gigi molar satu permanen di Klinik Bedah Mulut RSGM Prof.

Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada yang berguna

dalam merencanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pencabutan nekrosis

pulpa.

Anda mungkin juga menyukai