Anda di halaman 1dari 100

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Epidemiologi merupakan dasar dari ilmu kesehatan masyarakat. Bisa

dikatakan “The master of public health is epidemiology”. Masa sekarang

ini, epidemiologi masih dianggap sebagai ilmu yang relatif masih baru,

tetapi sejarah epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan masa dimana

manusia mulai mengenal penyakit menular. Pengertian epidemiologi dari

arti katanya yaitu epi : pada/ tentang, demos : penduduk dan logos : ilmu.

Dalam arti sempit, epidemiologi berarti ilmu yang mempelajari tentang

epidemi. Sedangkan dalam arti luas, epidemiologi berarti ilmu yang

mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada

sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya yang

kemudian digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan. Berbagai

definisi dan pengertian telah dikemukakan oleh para ahli epidemiologi,

yang pada dasarnya memiliki persamaan pengertian yaitu epidemiologi

adalah suatu ilmu yang mempelajari, menganalisis, serta berusaha

memecahkan berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat

kaitannya dengan kesehatan pada suatu kelompok penduduk tertentu.

Sedangkan metode epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah dalam

mencari faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya peristiwa

1
tertentu pada suatu kelompok penduduk tertentu. Oleh karena itu, dalam

penggunaannya, epidemiologi berkaitan erat dengan disiplin ilmu yang

lain, baik bidang eksakta maupun non eksakta(sosial). Sifat dasar

epidemiologi yaitu lebih mengarahkan diri pada kelompok

penduduk/masyarakat daripada kesehatan perorangan, serta menilai

peristiwa yang ada dalam masyarakat serta kuantitatif(menggunakan rate

atau semacamnya).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang

epidemiologi kependudukan

2. Tujuan Khusus

a. Dapat mengetahui tentang pengertian epidemiologi

b. Dapat mengetahui tentang pengertian dari kependudukan

C. Rumusan Masalah

1 Apa itu Pengertian Epidemiologi

2 Apa itu Pengertian Penduduk

2
BAB II

TINJAUAN TEORI EPIDEMIOLOGI

A. Pengertian Epidemiologi

Epidemiologi Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau

kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan

aplikasi studi untuk menanggulangi masalah kesehatan. Last (1998)

Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran

penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada

manusia. Mac Mahon (1970)

Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi,

dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat. W.H. Frost

(1927)

Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis-jenis

penyakit pada manusia, pada saat tertentu di bumi dan kaitanya dengan

kondisi eksternal. HIRSCH (1883)

B. Tujuan Epidemiologi

Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam

mempelajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi

dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan

3
kesehatan masyarakat. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk

memperoleh informasi tentang penyebab penyakit, misalnya:

1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa

akibat keracunan makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan

makanan yang tercemar dan menemukan penyebabnya

2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan

antara karsinoma paru-paru dengan asbes

3. Menetukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaabn hewan

konsisten dengan data epidemiologis. Misalnya, percobaan tentang

terjadinya karsinoma kandung kemih pada hewan yang diolesi tir.

Untuk mengetahui apakah hasil percobaan hewan konsisten dengan

kenyataan pada manusia, dilakukan analisis terhadap semua penderita

karsinoma kandung kemih lebih banyak terpajan oleh rokok

dibandingkan dengan kan penderita

4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam menyusun perencanaan, penanggulangan masalah

kesehatan, serta menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat;

misalnya:

a. Data frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat

dimasyarakat dapat digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan

pelayanan kesehatan disuatu wilayah dan menentukan prioritas

masalah

b. Bila dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insidensi

tetanus neonatorum disuatu wilayah cukup tinggi maka data

4
tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi yang efektif dan

efisien dalam menggulangi masalah tersebut, misalnya dengan

mengirirm petugas lapangan untuk memberikan penyuluhan pada

ibu-ibu serta mengadakan imunisasi pada ibu hamil

C. Sejarah perkembangan epidemiologi

Dari catatan sejarah yang terkumpul menunjukkan bahwa

epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman

dahulu bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran

karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu dengan yang lain.

Hasil yang diperoleh dari studi penelitian dapat digunakan untuk

menentukan pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan,

atau meramalkan hasil pengobatan.

Perbedaan antara ilmu kedokteran dan epidemiologi terlatak pada

cara penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran lebih

menekankan pelayanan kasus demi kasus, sedangkan epidemiologi

lebih menekankan pada kelompok individu. Oleh karena itu, pada

epidemiologi selian membutuhkan ilmu kedokteran juga

membutuhkan disiplin ilmu lain. Epidemiologi merupakan ilmu

yang kompleks. Walaupun epidemiologi telah dikenal dan

dilaksanakan sejak zaman dahulu, tetapi dalam perkembangannya

mengalami banyak hambatan karena belum semua ahli bidang

kedokteran pada saat itu setuju dengan metode yang digunakan

dalam epidemiologi. Hal ini disebabkan adanya perbedaan

paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli

5
pengobatan dan metode epidemiologi, terutama pada masa

berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.

Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan

yang gigih dari para ahli seperti diantaranya :

1. Hippocrates (460 – 377 SM)

Kontribusi Hippocrates pada bidang kesehatan masyarakat sangat

penting karena ia adalah ahli epidemiologi pertama di dunia.

Hippocrates mendapat pengakuan sebagai ahli ideologi pertama

karena ketiga buku yang ditulisnya yaitu Epidemic I, Epidemic

III, dan On Airs, Waters, and Places.

Dalam bukunya "On Airs, Waters and Places" (tentang Udara, Air,

dan Tempat), Hipoccrates mengatakan bahwa penyakit terjadi

karena kontak dengan jasad hidup dan berhubungan dengan

lingkungan eksternal maupun internal seseorang.

Kontribusi terbesar dibidang epidemiologi yang diberikan

Hippocrates adalah observasi epidemiologi. Selain itu, Hippocrates

juga membuat beberapa observasi tentang perilaku manusia dalam

populasi. Hal esensial dalam bidang epidemiologi, menurut

Hippocrates yang harus dimasukkan dalam observasi adalah

bagaimana suatu penyakit memengaruhi populasi dan cara

penyakit menyebar.

2. Galen

Kemudian Galen mengemukakan suatu doktrin epidemiologi yang

lebih logis dan konsisten dengan menekankan teori bahwa

6
beradanya suatu penyakit pada kelompok penduduk tertentu dalam

suatu jangka waktu tertentu (suatu generasi tertentu) dipengaruhi

oleh tiga faktor utama, yakni :

a. Faktor Atmosfir (the atmospheric factor)

b. Faktor Internal (internal factor)

c. Faktor Presdiposisi (predisposing factor)

3. John Graunt (1620 – 1674)

Sedangkan John Graunt pada tahun 1603 di London sebuah

laporan sistematis tentangg kematian telah dimulai dan disebut

dengan “Bills of Mortality”. Ini adalah suatu kontribusi besar untuk

tetap melaporkan populasi dan memulai aspek epidemiologi yaitu

statistik yang vital.

Menggunakan data dan informasi yg telah dia kumpulkan, Graunt

menulis sebuah buku: Natural and Political Observations Made

Upon the Bills of Mortality.Graunt memastikan informasi penting

epidemiologi seperti seseorang mempunyai kemungkinan yang

lebih banyak untuk mati muda daripada mati tua, laki-laki lebih

cepat mati daripada wanita, dan lainnya. Graunt juga membagi

mati dalam dua tipe, yaitu: akut dan kronis.

4. Antonio Van Leeuwenhoek (1632 – 1732)

Leeuwenhoek seorang ilmuan yang menemukan Mikroskop,

penemu bakteri dan parasit, penemu spermatozoa. Penemuan

bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna untuk

analisis epidemiologi selanjutnya.

7
5. Bernadino Ramazzini (1633 – 1714)

Ia diberitahu oleh pekerja bahwa jika seseorang terus bekerja pada

lingkungan itu maka akan menjadi buta. Ramazzini memeriksa

mata para pekerja setelah mereka bekerja, hasilnya terjadi

kemerah-merahan pd mata dan remang-remang.

Akhirnya dia mulai menulis buku tentang pengaruh area pekerjaan

terhadap kesehatan pekerja dan menyajikan dengan direlasikan

dengan implikasi epidemiologi. Buku itu berjudul ‘The Disease of

Workers” dan telah diselesaikan pada tahun 1690 tetapi tidak di

publis hingga 1703. Ramazzini juga disebut sebagai bapak atau

penemu dari kesehatan pekerja.

6. Dr. Edward Jenner (1749 – 1823)

Dr. Jenner melakukan penelitian pada laki-laki dan gadis pemerah

susu menderita cacar sapi dan tidak terkena penyakit cacar. Dr.

Jenner membuat hubungan zoonotik dan epidemiologis antara

smallpox dan cowpox dan ingin melazimkan penggunaan proses

inokulasi. Menurut pengamatan Jenner, jika seseorang menderita

cowpox, ia tidak akan terkena smallpox bila terpajan. Cowpox

ternyata memberikan perlindungan terhadap smallppox. Dr. Jenner

menemukan vaksinasi untuk smallpox berdasarkan pengetahuan

ini. Vaksin ini digunakan untuk melindungi manusia terhadap

smallpox.

8
7. William Farr (1807 – 1883)

Memperkenalkan sistem nasional dan mencatat penyebab

kematian. Setelah mekanisme itu berjalan, maka mekanisme

tersebut dapat menyajikan data yang sangat banyak dan mulailah

Farr menganalisis data tersebut, membuat teknik tabel dan

prosedur untuk standarisasi. Farr juga berperan dalam membangun

sebuah klasifikasi penyakit untuk keperluan statistik nasional

maupun internasional.

8. John Snow (1813 – 1858)

Snow yg paling terkenal sbg pelopor dibidang epidemiologi. Di

bagian akhir karirnya, Snow menyelenggarakan dua investigasi

penting tentang kolera. Bagian karir epidemiologi Snow

mempelajari perjangkitan kolera di SoHo district London di Broad

Street Area. Akhir karirnya pada epidemiologi, Snow mempelajari

epidemic, dimana dia membandingkan angka rata-rata kematian

dari kolera dengan sumber air dari perusahaan air yang berbeda di

London yaitu Lambeth Water Company dan the Southwark and

Vauxhal Water Company. Snow menyadari bahwa faktor umum di

antara korban adalah penggunaan komunal tertentu pompa air.

Snow langsung menanganinya dan akhirnya wabah kolera pun

mereda.

9. Emile Durkheim dan Alfred Yankauer (Epidemiologi Sosial)

Emile Durkheim merampungkan studinya yang terperinci

mengenai bunuh diri dihubungkan dgn psikopatologis, ras,

9
hereditas, iklim, musim, perilaku, faktor-faktor egoistik, alturism,

anomie, dan fenomena sosial lainnya. Hasil penelitiannya

dibukukan dengan judul “Suicide: A Study In Sociology” yang

merupakan contoh awal epidemiologi sosial.

Namun nama epidemiologi sosial pertama kali dikemukakan oleh

Alfred Yankauer pada pertengahan abad ke-20. Epidemiologi

sosial pertama kali muncul dalam artikel Alfred yankauer yang

diterbitkan dalam American socological riview tahun 1950 “The

Relationship Of Fetal And Infant Mortality To Residential

Segregation: An Inquiry Into Social Epidemiology”

10. Sacket, Haynes, Guyatt, Tugwell (1991)

Pada tahun 1991, Sacket, Haynes, Guyatt, Tugwell menjadi

penggagas epidemiologi klinik dan evidence-based medicine

working group (1992) dari Kanada dan Amerika Serikat. Mereka

memperkenalkan konsep EBM (evidence-based medicine). EBM

menyediakan metode-metode untuk memilah-milah informasi yang

bernilai tinggi untuk mengoptimalkan intervensi yang diberikan

klinisi kepada pasien.

D. Tahapan Sejarah Perkembangan Epidemiologi

1 Tahap pengamatan

Epidemiologi dimulai sejak 4000 tahun SM, tepatnya pada

zaman Mesir Kuno. Pada saat itu, masyarakat Mesir sudah

mengenal tentang penyakit, isolasi, karantina, dan desinfeksi.

Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan distribusi suatu

10
masalah kesehatan serta faktor – faktor yang

mempengaruhinya, dilakukan dengan pengamatan (observasi).

Dari hasil pengamatan tersebut Hippocrates berhasil

menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya

pnyakit dengan lingkungan. Pendapat ini dituliskan dalam

bukunya yang terkenal yaitu On Airs, Waters, and Places.

Sekalipun Hippocrates tidak berhasil membuktikan

pendapatnya karena pengetahuan untuk itu belum

berkembang, tetapi apa yang dikemukakan Hippocrates

dipandang sebagai landasan perkembangan selanjutnya dari

epidemiologi

2 Tahap perhitungan

Pada tahap ini upaya untuk mengukur frekuensi dan distribusi

suatu masalah kesehatan, dilakuakan dengan bantuna ilmu

hitung. Ilmu hitung termasuk dalam epidemiologi karena berkat

jasa John Graunt dalam melakukan pencatatan dan perhitungan

terhadap angka kematian yang terjadi di kota London, John

Graunt tidak melanjutkan penelitiannya dalam epidemiologi,

tetapi beralih kepada peristiwa – peristiwa kehidupan. John

Graunt lebih dikenal dengan sebutan Bapak Statistik

Kehidupan. Tahap kedua perkembangan epidemiologi yang

seperti ini dikenal dengan nama “Tahap Menghitung dan

Mengukur”

11
3 Tahap pengakajian

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh William Farr yang

melakukan pengkajian data. Dari pengkajian ini dibuktikan

adanya hubungan statistik antara peristiwa kehidupan dengan

keadaan kesehatan masyarakat, seperti : adanya hubungan

status pendidikan dengan tingkat sosial ekonomi penduduk.

Cara kerja yang sama juga dilakukan secara terpisah oleh John

Snow yang menemukan adanya hubungan antara timbulnya

penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk. John

Snow menganalisa pada dua perusahaan air minum di London

yakni Lambeth Company dan Southwark dan Vauxhall

Company. Pekerjan yang dilakukan oleh William Farr dan

John Snow ini hanya melakukan pengkajian data yang telah

ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari data

hasil percobaan. Karena pengkajian data alamiah inilah, maka

tahap perkembangan epidemiologi pada waktu itu dikenal

“Tahap Eksperimental Alamiah”

E. Ruang Lingkup Epidemiologi

1. Subjek dan objek berupa masalah kesehatan :

a. Epidemiologi dan pencegahan penyakit menular

Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan dalam

pencegahan penyakit menular misal: adanya imunisasi BCG maka

penyakit campak tertanggulangi

12
b. Epidemiologi dan pencegahan penyakit tidak menular

Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan dalam

pencegahan penyakit tidak menular. Dalam hal ini adalah mencari

beberapa faktor yang memegang peranan dalam timbulnya

berbagai penyakit tidak menular . misal: keracunan makanan dapat

di cari faktor yang menjadi penyebabnya

c. Epidemiologi dalam klinik

Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang

dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali

para klinisi/ dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disilin

ilmu epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinik sehari-

hari, para petugas medis terutama para dokter sering menggunakan

prinsip=prinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara

individual. Mereka lebih berorientasi pada penyebab dan cara

mengatasinya terhadap kasus secara individu dan biasanya tidak

tertarik unutk mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara

penularan dan sifat penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai

hasil yang diperoleh dari para klinisi tersebut, merupakan data

informasi yng sanat berguna dalam analisis epidemiologi tetapi

harus pula diingat bahwa epidemiologi bukanlah terbatas pada data

dan informasi saja tetapi merupakan suatu disiplin ilmu yang

memeliki metode pendekatan serta penerapannya secara khusus

d. Epidemiologi kependudukan

13
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang menggunakan

system pendekatan epidemiolgi dalam menganalisi berbagai

permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta

factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis

yang terjadi didalam masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi

kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat

karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya

dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi

juga sangat berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta

keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat

hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan

rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan

serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini peranan

epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan

sebagai dasar dalam/ mengambil kebijakn dan dalam menyusun

perencanaan yang baik. Juga sedang dikembangkan epidemiologi

system reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga

berencana dn kependudukan.

e. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan

Bentuk ini merupakan salah satu system pendekatan manajemen

dalam menganalis masalah, mencari factor penyebab timbulnya

suatu maslah serta penyusunan pemecahan masalah tersebut secara

menyeluruh dan terpadu. Sisem pendekatan epidemiologi dalam

perencanaan kesehatan cukup banyak digunakan oleh para

14
perencana kesehatan baik dalam bentuk analisis situasi, penetuan

prioritas maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan

kesehatan yang bersifat umum maupun dengan sasaran khusus.

f. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja

Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemioloi yang

mempelajari serta mnganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja

akibat pengaruh keterpaparan pada lingkubngan kerja, baik yang

bersifat fisik kimiawo biologis maupun social budaya, serta

kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam

analisis tingkat kesehatan ekerja serta untuk menilai keadaan dan

lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.

g. Epidemiologi kesehatan jiwa

Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah

gangguan jiwa dalam masyarakat, baik mengenai keadan kelainan

jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai factor

yang mempengaruhi timbulnya gangguan j

iwa dalam masyarakat. Dengan meningkatnya berbagai keluhan

anggota masyarakat ang lebih banyak mengarh ke masalah

kejiwaan disertai dengan perubahan social masyarakat menuntut

suatu car pendekatan melalui epidemilogi social masyarakat

menuntu suatu cara pendekatan melalui epidemiologi social yang

berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat bahwa

dewasa ini gangguan kes

15
ehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah kesehaan individu saja,

tetau telah merupakan masalah social masyarakat.

h. Epidemiologi gizi

Dewasa ini banyak digunakan dalm analisis masalah gizi

masyarakat dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai

factor yang menyangkut pola hidup masyarakat. Pendekatan

masalah gizi masyarakat melaui epidemiologi gizi bertujuan untuk

menganalisis berbagai factor yang berhubungan erat dengan

timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis,

dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat.

Penanggulangan maslah gizi masyarakat yang disertai dengan

surveilans gizi lebih mengarah kepad penanggulangan berbagai

faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut

dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu

atau lingkungan kerja saja.

2. Masalah kesehatan lain :

a. Program KB, Perbaikan lingkungan pemukiman, pengadaan sarana

pelayanan kesehatan

3. Sasaran berupa populasi

4. Mengukur dan menganalisa frekuensi dan penyebaran masalah

kesehatan manusia

F. KONSEP TRIAS EPIDEMIOLOGI

16
Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias

epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran

tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya

penyakit dan masalah kesehatan lainnya yaitu: Host,Agent,dan

Lingkungan.

1 . KOMPONEN PADA SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

a. FAKTOR PENJAMU/HOST

Pejamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi

tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Yang

termasuk faktor pejamu adalah

1) Genetika

Faktor keturunan dapat meliputi status kesehatan. Misalnya: buta

warna, asma, hemofilia,dll.

2) Umur dan keadaan imunologi mempengaruhi status kesehatan

karena ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu.

Misalnya:

- pada penderita karena imunya belum stabil

17
- Pada manula karena imunnya sudah menurun

3) Jenis kelamin mempengaruhi status kesehatan karena ada penyakit

yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan pada pria atau

wanita.

Misalnya: kanker serviks pada wanita

4) Etnis/ras/warna kulit mempengaruhi status kesehatan karena

terdapat perbedaan antara etnis atau ras tetentu.

Misalnya: Ras kulit putih lebih beresiko terkena kanker kulit

dibandingkan dengan ras kulit hitam.

5) Keadaan fisiologi tubuh, mempengaruhi status kesehatan.

Misalnya: kelelahan, kehamilan, pubertas, keadaan gizi.

6) Perilaku dan kebiasaan atau gaya hidup mempengaruhi status

kesehatan

Misalnya: personal hygiene, hubungan antara pribadi dan lain-lain.

b. FAKTOR AGEN

Agen adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infeksi

yang menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan

lainnya.

1) Penyebab biotis ada lima golongan

a) Protozoa(plasmodium, amoeba)

b) Metazoa(arthropoda, helmintes)

c) Bakteri(salmonela, meningitis)

d) Virus(dengue,polio)

e) Jamur(candida, tinia algae)

18
2) Penyebab abiotis terdiri dari

a) Nutrient agent: kekurangan/kelebihan gizi.

b) Chemical agent: pestisida, obat dan logam berat.

c) Physical agent: suhu, kelembapan, panas

d) Mechanical agent: pukulan,kecelakaan, trauma, dll

2 ENVIRONMENT

Lingkungan adalah sebuah faktor diluar individu yang dapat berupa

lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi. Yang termasuk faktor lingkungan

adalah lingkungan fisik, lingkungan biologis, lingkungan sosial, dan lingkungan

ekonomi. Lingkungan adalah kumpulan dari semua kondisi atau kekuatan dari

luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan dari suatu organisme

hidup(manusia). Lingkungan fisik seperti tanah dan udara serta interaksi satu

sama lain. Lingkungan biologis adalah semua organisme hidup baik binatang

tumbuhan maupun mikroorganisme kecuali manusia sendiri. Lingkungan sosial

termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk sesamanya yang meliputi

faktor sosial, ekonomo, kebudayaan , dan psikososial.

G. Variabel Epidemiologi

Variable epidemiologi adalah segala faktor yang dapat menimbulkan penyakit

epidemik, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi yang terjadi pada

masyarakat. Variabel epidemiologi terdiri dari

1. Variabel waktu

19
Kejadian penyakit menurut waktu seperti jam, hari, minggu dan bulan

serta tahun. Variabel waktu bermanfaat dalam memprediksi puncak

insiden, merencanakan upaya penanggulangan dan melakukan evaluasi

dampak penanggulangan yang telah dilaksanakan.

Beberapa pola perubahan yang berkaitan dengan waktu antara lain,

skala perubahan frekuensi penyakit yaitu :

a. Variasi jangka pendek (fluktuasi)

Adalah perubahan naik-turunnya frekuensi kejadian penyakit yang

berjangka waktu relatif pendek. Contoh kejadian yang relatif

pendek adalah keracunan makanan yang bersumber pada satu

tempat, puncak frekuensi insiden umumnya hanya satu dan setelah

itu wabah tersebut akan selesai.

b. Variasi berkala (siklis)

Adalah perubahan secara berkala dengan interval daur waktu dalam

hitungan bulan atau musim sampai tahun. Umumnya penyakit

menular yang endemis biasanya menunjukkan daur atau siklus

musiman. Beberapa jenis penyakit tersebut sering kali dapat

dijelaskan latar belakang kejadiannya yang berkaitan dengan host,

agent, dan environment. Contohnya, penyakit demam berdarah

yang terjadi sesudah pergantian musim hujan ke musim kemarau.

Variabel siklik dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Variasi musiman (berulang interval < 1 tahun)

2) Variasi siklik (berulang interval > 1 tahun)

c. Variasi jangka panjang (secular trends)

20
Adalah perubahan frekuensi penyakit atau masalah kesehatan yang

terjadi dalam waktu yang panjang. Dibeberapa negara maju yang

sistem pencatatan kesehatannya sudah baik dan sudah lama,

menunjukkan angka insiden dan prevalens yang jelas dan teratur

dari tahu ke tahun. Di Indonesia masih sukar untuk melihat hal

tersebut (misalnya : cacar dan polio).

2. Variabel tempat

Penyebaran menurut tempat pada prinsipnya sama dengan mencoba

menjawab pertanyaan wher”. Hubungan penyakit dengan tempat

menunjukkan adanya faktor-faktor yang mempunyai arti penting

sebagai penyebab timbulnya penyakit antara penghuni dengan tempat

yang dihuni.

Distribusi menurut tempat sama artinya dengan area geografis, luas

dan tinggi lokasi sehingga tempat biasanya di katagorikan di kotomi

(perkotaan dan pedesaan (urban dan rural), pemukiman dan non

pemukiman, domestik dan asing, didalam dan diluar, serta institusi dan

non institusi).

3. Variabel orang

Variabel orang adalah ciri-ciri yang didapat sejak lahir ataupun

sesudah lahir. Untuk mengidentifikasikan seseorang terdapat variabel

yang tak terhingga banyaknya, tetapi hendaknya dipilih variabel yang

dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan ciri seseorang.

Untuk menentukan variabel mana yang dapat digunakan sebagai

21
indikator, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan

serta sarana yang ada.

Karakteristik yang selalu diperhatikan dalam suatu penyelidikan

epidemiologi untuk variabel orang adalah umur, ras, status kekebalan,

jenis kelamin, kelas sosial (pendidikan, pekerjaan, penghasilan),

golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, paritas

(keturunan), dan lain sebagainya yang berhubungan dengan variabel

orang, seperti gaya hidup dan kebiasaan makan (Sutrisna, 1994).

Pentingnya variabel orang misalnya umur untuk mengetahui :

a. Potensi mereka untuk terpapar dengan sumber infeksi

b. Tingkat imunisasi merek

c. Aktifitas fisiologi

H. Peran Epidemiologi dalam Kesehatan

1. Mengidentifikasi faktor faktor yang berperan dalam terjadinya

penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat

2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan

pengambilan keputusan

3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang

sedang atau telah dilakukan. Bila dari hasil evaluasi program tersebut

dianggap tidak berhasil, maka dapat dihentikan atau diubah dengan

program lain. Misalnya program fogging untuk memberantas nyamuk

dewasa dapat diganti dengan menggalakan 3M (Menguras, Menutup

22
sumber air, mengubur setelah diketahui penyebabnya adalah perilaku

penduduk.

4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu

penyakit dalam upaya menanggulanginya

5. Mengarahkan intervensi yang diperlikan untuk menanggulangi

masalah yang perlu dipecahkan.

I. Tingkat Pencegahan Penyakit

Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa

tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu :

1. Pencegahan primer

Pencegahan tingkat pertama ini merupkan upaya untuk

mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah

orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya

pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan

khusus.

Pencegahan umum dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan

pada masyarakat umum, misalnya pendidikan kesehatan dan

kebersihan lingkungan.

Pencegahan khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai

risiko dengan melakukan imunisasi, misalnya imunisasi terhadap

difteri, pertusis, tetanus, morbili, hepatitis, sanitasi lingkungan

seperti penjernihan air minum, pencegahan terhadap kecelakaan

dan keselamatan kerja.

23
2. Pencegahan sekunder

Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk

mencegah orang yang telah sakit agarsembuh, menghambat

progresitifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi

ketidakmampuan.

Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan cara mendeteksi

penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan secara cepat dan tepat.

Deteksi penyakit secara dini dapat dilakukan dengan cara :

penyaringan, pengamatan epidemiologis, survei epidemiologis dan

memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada sarana pelayanan

umum atau praktek dokter swasta.

Mengadakan pengobatan penyakit menular yang terdapat di

masyarakat seperti penyakit akibat hubungan seksual dapat melindungi

orang lain terkena penyakit tersebut. Dengan cara demikian, kita

mengadakan pencegahan sekunder bagi penderita dan pencegahan

primer bagi orang yang berpotensi terkena penyakit.

Pencegahan sekunder banyak dilakuakan pada penyakit kronis seperti

hipertensi dan diabetes mellitus. Hal ini karena kesulitan untuk

mengadakan pencegahan primer.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan

mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat

dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang cacat, membuat

24
protesa ekstemitas akibat amputasi dan mendirikan pusat-pusat

rehabilitasi medik.

Pencegahan penyakit ini terus diupayakan selama orang yang

menderita belum meninggal dunia.

J. Indikator Derajat Kesehatan

WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk

harus mengacu pada kesehatan positif dan konsep holistik yang

terdiir dari 6 hal yaitu :

1 Melihat ada tidaknya kelainan pathofisiologis pada seseorang

2 Mengukur kemampuan fisik seseorang

3 Penilaian atas kesehatan sendiir

4 Indeks Masa Tubuh

5 Kesehatan Mental

6 Kesehatan spiritual

a. Indikator Sehat meliputi : input, proses dan output

1) Indikator input :

Misalnya

 komitmen politik

 Alokasi sumber daya

 GNP dan GDP

 Penyebaran pendapatan

 Angka melek huruf orang dewasa

 Ketersediaan sarana kesehatan, penyebaran

(3M) dan penggunaannya

25
 Tingkat pertumbuhan penduduk

 Kerangka organisasi dan proses manajerial

2) Indikator Proses

Keterlibatan Masyarakat

Tingkat Desentralisasi

 Bumil memeriksakan kehamilan (K1-K4)

 Penduduk yg tidk merokok dan tidak minum

alkohol, dst

3) Indikator Output

Misalnya :

a) Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar

 Cakupan Pelayanan Rujukan

 Status Gizi dan perkembangan motorik

 Angka kematian bayi/Ibu, Umur, Harapan hidup,

dll

K. Kejadian Luar Biasa dan wabah

1 Pengertian KLB

Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian

kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam

kurun waktu dan daerah tertentu (Isna Hikmawati, 2011).

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1989 Wabah adalah

penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar

orang didaerah luas ( KBBI : 1989). Wabah adalah peningkatan kejadian

kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah

26
kasusnya maupun daerah terjangkitnya ( depkes RI, DirJen P2MPLP :

1981).

KLB adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk

mengklasifikasikan peristiwa merebaknya wabah penyakit. Status

Kejadian Luar Biasa diatur oleh pemerintah. Kejadian Luar Biasa

dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatna kejadian kesakitan atau

kematian yang bermakna secara epidemologis pada suatu daerah dalam

kurun waktu tertentu.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian

morbiditas / mortalitias yang bermakna secara epidemiologis pada suatu

daerah dalam periode tertentu

2 Kriteria tentang KLB

Kriteria tentnag Kejadian Luar Biasa juga mengacu pada ketentuan yang

diatur oleh pemerintah. Di Indonesi, suatu penyakit dinyatakan sebagai

Kejadian Luar Biasa (KLB), jika ada unsur :

a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau

tidak dikenal,

b. Angka kejadian penyakit / kematian meningkat secara terus menerus

selama tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya

(jam, hari, minggu )

c. Angka kejadian / kematian meningkat menjadi dua kali lipat atau lebih

dibandingkan dengan periode sebelumnya

27
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan meningkat menjadi dua kali

lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata – rata per bulan dalam

tahun sebelumnya.

3 Klasifikasi KLB

a. Menurut penyebab

1) Toksin

2) Infeksi

3) Toksin biologis

4) Toksin kimia

b. Menurut sumbernya

1) Dari manusia

2) Dari kegiatan manusia

3) Dari binatang

4) Dari udara dan air

5) Dari makanan / minuman

4 Bentuk Wabah

Pembagian wabah menurut sifatnya :

a. Common Source Epidemic (Sumber Wabah Umum) yaitu suatu wabah

penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam

sutau kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang

relative singkat. Adapun common source epidemic itu berupa

keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi

kimia di udara terbuka, menggambarkan suatu puncak ediemi, jarak

28
antara sutau kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan

jam. Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung

sangat cepat dalam waktu yang singkat (point source of epidemic)

maka resultan dari semua kasus / kejadian berkembang hanya dalam

satu masa tunas saja, point surce of epidemic dapat pula terjadi pada

penyakit oleh factor penyebab bukan infeksi yang menimbulkan

keterpaparan umum seperti adanya zat beracun polusi zat kimia yang

beracun di udara terbuka.

b. Propagated / Progresive Epidemic (Diperbanyak / Progresuve

Epdiemik). Bentuk epidemic dengan penularan dari orang ke orang

sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama.

Propagated / progresif epidemic terjadi karena adanya penularan dari

orang ke orang baik langsung maupun melalui vetor, relative lama

waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk

serta penyebarananggota masyarakat yang rentan serta morbiditas dari

penduduk setempat, masa epidemic cukup lama dengan situasi

peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas

minimal anggota masyarakat yang rentan lebih memperlihatkan

penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus.

5 Menurut Transmisinya, Wabah dibedakan atas :

a. Wabah dengan penyebaran melalui media umum ( coomon vehicle

epidemics), yaitu :

b. Ingesti bersama makanan dan minuman, misalnya salmonellosis

29
c. Inhalasi bersama udara pernafasan, misalnya demam Q ( di

laboratorium )

d. Inokulasi melalui intravena atau subkutan, misalnya hepatitis serum

e. Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke pejamu

( epidemic propagated by serial transfer from host to host ), yaitu :

f. Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute anal-oral

(shigellosis), rute genitalia (sifilis), dan sebagainya

g. Penjalaran melalui debu

h. Penjalaran melalui vector (Serangga dan anthropoda)

6 Langkah – Langkah dalam Penyelidikan

Langkah-langkah investigasi KLB/wabah meliputi beberapa tahapan

sebagai berikut:

a. Persiapan lapangan

Pada tahap ini harus dipersiapkan 3 kategori:

1) Persiapan investigasi, Termasuk dalam kategori ini adalah

mempersiapkan:

 Pengetahuan tentang berbagai penyakit yang potensial menjadi

KLB/ wabah

 Pengetahuan tentang dan ketrampilan melakukan investigasi

lapangan, termasuk pengetahuan & teknik pengumpulan data

dan manajemen spesimen

30
 Pengetahuan dan ketrampilan melakukan analisis data dengan

komputer

 Dukungan tinjauan kepustakaan ilmiah yang memadai

 Material dan instrumen investigasi, seperti kuesioner, bahan/

sediaan spesimen dan tes laboratorium

2) Persiapan Administrasi

Dalam kategori ini tim kesehatan harus mempersiapkan aspek

administratif dari investigasi seperti: penyediaan perijinan, surat-

surat atau dokumen formal/ legal dalam melakukan investigasi,

penyediaan dana yang memadai, transportasi yang dapat

diandalkan, kerapian dalam dokumentasi, pembagian tugas dan

koordinasi dalam tim kesehatan, dll.

3) Persiapan Konsultasi

Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim

kesehatan dalam proses investigasi. Sebelum melakukan

investigasi harus jelas, apakah tim kesehatan memiliki peran

langsung memimpin investigasi, atau hanya mitra dari pejabat/

petugas kesehatan setempat (misalnya staf dinas kesehatan

setempat), atau berperan memberikan bantuan konsultasi terhadap

pejabat/ petugas lokal. Mengenal dan menjalin kerjasama dengan

petugas/ staf / kontak lokal serta otoritas setempat adalah sangat

penting.

31
7 Konfirmasi kejadian KLB/wabah dan verifikasi diagnosis

Pada situasi KLB/ wabah, umumnya diasumsikan bahwa semua kasus-

kasus yang muncul saling terkait satu sama lain dan terjadi akibat hal atau

sebab yang sama. Oleh karena itu harus dipastikan bahwa:

a. Kumpulan kejadian kesakitan (cluster) tersebut memang merupakan

peningkatan tidak wajar dari kasus-kasus yang saling berhubungan

dan memiliki sebab yang sama dan bukannya cluster sporadis kasus-

kasus penyakit yang sama tapi tidak saling berhubungan atau bahkan

kumpulan kasus-kasus yang mirip yang sebenarnya berasal dari

beberapa penyakit yang berbeda.

b. Jumlah kasus memang melebihi yang diperkirakan (expected).

Bagaimana mengetahui jumlah kasus yang diperkirakan? Biasanya

perkiraan dapat dilakukan dengan membandingkan dengan jumlah

kasus pada minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan bulan yang

sama pada tahun-tahun sebelumnya. Data tentang jumlah kasus

sebelumnya tentu harus diperoleh dari berbagai sumber-sumber data

yang tersedia di wilayah tersebut baik dari sistem surveilens lokal,

pencatatan dan pelaporan yang rutin di komunitas atau di berbagai

fasilitas kesehatan lokal, kegiatan survei atau asesmen yang bersifat

ad-hoc, dll.

c. Peningkatan jumlah kasus yang melebihi yang diperkirakan tersebut

bukan disebabkan oleh faktor-faktor lain yang artifisal (diluar

32
peningkatan insiden penyakit yang sesungguhnya), seperti misalnya

peningkatan karena:

o perubahan definisi kasus

o peningkatan kegiatan penemuan kasus (case finding)

o peningkatan sistem/ prosedur pelaporan lokal

o peningkatan kesadaran masyarakat untuk mecari pengobatan

o penambahan besar populasi

d. Verifikasi Diagnosis

Tujuan verifikasi diagnosis adalah:

1) memastikan bahwa penyakit/ masalah kesehatan yang muncul

memang telah didiagnosis secara tepat dan cermat.

2) menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan lab sebagai

pendukung diagnostik. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

diperlukan:

 ketrampilan klinis yang memadai dari tim kesehatan

 kualitas pemeriksaan lab yang baik dan memenuhi standar tertentu

yang diharapkan

 komunikasi yang baik antara tim kesehatan dan pasien, untuk

menggali secara lebih akurat riwayat penyakit dan pajanan

potensial

Penentuan definisi kasus, identifikasi dan penghitungan kasus dan

pajanan

33
a. Penentu Definisi kasus

Definisi kasus adalah kumpulan (set) yang standar tentang kriteria klinis

untuk menentukan apakah seseorang dapat diklasifikasikan sebagai

penderita penyakit tsb. Definis kasus dalam konteks KLB/ wabah haruslah

dibatasi oleh karateristik tertentu dari, orang tempat dan waktu. Sekali

ditetapkan maka definisi kasus ini harus dipakai secara konsisten pada

semua situasi dalam investigasi.

Berdasarkan derajat ketidakpastiannya diagnosis kasus dapat dibagi

menjadi:

1) Kasus definitif/ konfirmatif (definite/ confirmed case) adalah

diagnosis kasus yang dianggap pasti berdasarkan verifikasi

laboratorium

2) Kasus sangat mungkin (probable case) adalah diagnosis kasus yang

ditegakkan berdasarkan berbagai gambaran klinis yang khas tanpa

verifikasi laboratorium

3) Kasus mungkin/ dicurigai (possible/ suspected case) adalah diagnosis

kasus yang ditegakkan berdasarkan sedikit gambaran klinis yang khas

tanpa verifikasi laboratorium.

4) Identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan

Dalam rangka menghitung kasus, terlebih dahulu harus dipikirkan

mekanisme untuk mengidentifikasi kasus dari berbagai sumber kasus yang

mungkin, seperti dari:

34
1) fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas, klinik, RS, dll.

2) pemukiman/ tempat tinggal

3) tempat perhelatan/ pertemuan

 Informasi yang dapat digali dari setiap kasus adalah:

1) Identitas kasus dan karateristik demografis, misal; nama, umur, jenis

kelamin, suku, pekerjaan

2) karateristik klinis, misal riwayat penyakit, keluhan dan tanda sakit yang

dialami, serta hasil lab

3) karateristik faktor-faktor risikoyang berkaitan dengan sebab-sebab

penyakit dan faktor-faktor pemajanan spesifik yang relevan dengan

penyakit yang diteliti.

4) informasi pelapor kasus. Berbagai informasi tersebut biasanya direkam

dalam format pelaporan yang standar, kuesioner atau form abstraksi/

kompilasi data. Form abstraksi/ kompilasi data berisi pilihan informasi-

informasi terpenting yang perlu didata untuk setiap kasus. Bentuk format

kompilasi tsb berupa baris-baris daftar kasus (line listing). Pada format

line listing ini setiap kasus yang ditemui diletakkan pada setiap baris,

sementara setiap kolomnya berisi variabel penting kasus tsb. Kasus baru

akan dimasukkan/ ditambahkan pada baris di bawah kasus sebelumnya,

sehingga kita dapat memiliki daftar kasus yang selalu diperbaharui (up-

dated) berikut jumlahnya dari waktu ke waktu.

8 Tabulasi data epidemiologi deskriptif berdasarkan orang, tempat dan waktu

35
KLB/ wabah dapat digambarkan secara epidemiologis dengan melakukan

tabulasi data frekuensi distribusi kasusnya menurut karakteristik orang,

tempat dan waktu. Penggambaran ini disebut epidemiologi deskriptif.

Tabulasi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik orang

dilakukan untuk melihat apakah karakteristik orang/ populasi tertentu

memberikan tingkat risiko tertentu untuk terjadinya penyakit.

Deskripsi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik tempat

dimaksudkan untuk memperkirakan luasnya masalah secara geografis dan

menggambarkan pengelompokkan (clustering) dan pola penyebaran

(spreading) penyakit berdasarkan wilayah kejadian yang nantinya dapat

dijadikan petunjuk untuk mengidentifikasi etiologi penyakit tsb. Peta bintik

(spot map) dan Peta area (area map) merupakan bentuk penyajian data

deskriptif menurut tempat yang sangat berguna. Penerapan sistem informasi

geografis (geografic information system atau GIS) berikut piranti lunaknya

dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut di atas.

Deskripsi frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik waktu

dilakukan untuk beberapa tujuan berikut ini:

a. Mengetahui besarnya skala KLB/ wabah dan kecenderungan waktu

(time trend) dari kejadian KLB/ wabah tsb. Untuk mempermudah

tercapainya tujuan ini KLB/ wabah dapat digambarkan menggunakan

kurva epidemik (epi) ini.

b. Memprediksi jalannya KLB/ wabah di waktu-waktu mendatang

36
c. Mengenal pola epidemi yang terjadi, apakah common source (berasal

dari sekelompok orang yang terpajan dengan agen berbahaya yang

sama) atau propagated (menyebar bertahap dari orang ke orang) atau

campuran keduanya.

9 Pengumpulan specimen dan analisis laboratorium

Pengumpulan spesimen apabila memungkinkan dan layak (feasible)

dapat membantu konfirmasi diagnosis, bahkan untuk penyakit tertentu

merupakan penentu diagnosis, seperti misalnya pada kasus kolera,

salmonelosis, hepatitis dan keracunan logam berat. Namun harus

dipahami bahwa setiap perangkat dan teknik tes laboratorium memiliki

nilai validitas (sensitifitas dan spesifisitas) tertentu yang akan

menentukan besarnya false positif atau false negatif dari diagnosis kasus.

10 Formulasi dan uji hipotesis melalui studi epidemiologi analitik

a. Formulasi Hipotesis

Berdasarkan fakta-fakta epidemiologi deskriptif (deskripsi kasus menurut

orang tempat dan waktu), kita dapat mulai membuat dugaan atau

penjelasan sementara (hipotesis) yang lebih fokus tentang faktor-faktor

risiko atau determinan yang diperkirakan terlibat dalam kejadian

KLB/wabah tersebut.

Hipotesis yang kita buat haruslah diarahkan untuk mencari penjelasan

tentang:

37
1) Sumber penularan

2) Cara penularan (mode of transmission)

3) Faktor-faktor risiko atau determinan yang mempengaruhi terjadinya

KLB/wabah

Proses penalaran dalam membuat hipotesis dapat menggunakan pendekatan

berikut:

1) Metode perbedaan (difference)

2) Metode kecocokan (agreement)

3) Metode variasi yang berkaitan (concomitant variation)

4) Metode analogi (analogy)

5) Uji hipotesis melalui studi epidemiologi analitik

Proses pengujian hipotesis bergantung pada bukan hanya pendekatan/ uji

statistik yang dipakai tapi juga desain studi epidemiologi analitik yang dipakai

untuk menyelidiki etiologi atau determinan penyakit yang menimbulkan KLB/

wabah.

Desain studi epidemiologi analitik yang boleh dipertimbangkan untuk

digunakan dalam investigasi wabah adalah studi kasus kontrol dan kohort.

Studi kasus kontrol secara praktis lebih efisien (mudah, murah, hemat waktu

dengan jumlah kasus yang sedikit) sehingga lebih sering diterapkan pada

situasi KLB/ wabah. Kumpulan/ serial kasus yang sudah diidentifikasi

dinyatakan sebagai kelompok kasus, sehingga tugas selanjutnya adalah

mengidentifikasi dan menseleksi dengan baik kelompok kontrol yaitu populasi

38
yang tidak menderita penyakit penyebab KLB/ wabah. Dari kedua kelompok

ini, informasi tentang satu atau beberapa status pajanan, faktor-faktor risiko

atau etiologi dapat digali mundur ke belakang (backward). Kuatnya hubungan

antara pajanan/ etiologi dengan penyakit penyebab KLB dapat diestimasi

menggunakan ukuran OR (odds ratio) beserta interval kepercayaannya

(confidence interval). Ukuran OR dari studi kasus kontrol klasik dipakai

sebagai estimasi RR yang memadai dengan syarat incidence rate penyakitnya

rendah.

Kelompok kontrol dapat dipilih dari beberapa kelompok, seperti:

a). Pasien lain yang berobat atau dirawat di fasilitas kesehatan dengan

diagnosis yang berbeda dengan kasus, namun tidak berbagi pajanan (sharing

exposure) dengan kasus

b). Keluarga kasus, misal istri/suami, anak/ orang tua, atau saudara kasus

c). Tetangga kasus

d). Masyarakat umum di sekitar wilayah tempat tinggal.

Penerapan studi kohort didalam situasi KLB/ wabah mungiin lebih sulit,

karena untuk melakukan studi kohort dibutuhkan kemampuan

mengidentifikasi populasi orang sehat yang berisiko untuk sakit

(population at risk) dan mengikuti/ menindaklanjutinya (melakukan

39
follow-up) terhadap populasi tersebut sampai periode waktu tertentu.

Dengan bergerak kedepan (forward), masing-masing kategori dari

kelompok pajanan (misalnya kelompok terpajan dan kelompok tidak

terpajan) diamati dan diikuti sampai munculnya satu atau beberapa

penyakit yang diteliti. Karena studi ini membutuhkan adanya proses

follow-up dengan risiko terjadinya drop-out dari subyek yang diamati,

maka studi ini relatif menjadi lebih kompleks (lebih menghabiskan waktu,

biaya dan tenaga) dibanding studi kasus kontrol. Namun demikian studi ini

secara umum lebih baik dari kasus kontrol klasik dalam aspek

validitasnya. Kuatnya hubungan antara pajanan/ etiologi dengan penyakit

penyebab KLB dapat langsung diestimasi menggunakan ukuran RR

(Relative Risk) beserta interval kepercayaannya (confidence interval).

Relative Risk yang dipakai dapat berupa Cummulative Incidence Risk

Ratio (Risk Ratio) atau berupa Incidence Density Rate Ratio (Rate Ratio),

bergantung dari jenis ukuran frekuensi yang dipakai dan jenis populasi

kohortnya.

11 Aplikasi studi sistematik tambahan

Selain studi epidemiologi deskriptif dan analitik, kadang kala diperlukan

dukungan tambahan dari studi-studi sistematik lain, khususnya ketika studi

epidemiologi analitik masih belum dapat menyuguhkan bukti-bukti yang

kuat. Studi-studi sistematik tambahan yang dapat dilakukan misalnya

adalah studi meta-analisis, studi kualitatif, studi mortalitas, survei

serologis atau investigasi lingkungan. Investigasi lingkungan, dalam

40
keadaan tertentu bermanfaat untuk menjelaskan bagaimana KLB tsb

terjadi, sepreti misalnya penyelidikan breeding places, reservoir atau

kepadatan vektor penyebab malaria, atau kondisi higiene dan sanitasi

lingkungan yang mungkin beperan dalam terjadinya KLB diare atau

kondisi sumber air minum yang terkontaminasi bakteri atau tercemar zat

berbahaya.

Untuk kepentingan pencegahan KLB/wabah di masa mendatang, apabila

memungkinkan dapat pula dilakukan studi-studi intervensi seperti uji

vaksin kolera, meningitis, influenza, atau uji efektifitas (efficacy) terapi

profilaksis tertentu dll. Studi kecukupan sumber daya dan logistik untuk

penanganan KLB/wabah juga mungkin diperlukan.

12 Penerapan intervensi penanggulangan dan pencegahan

Walaupun secara teoritis, penerapan intervensi penanggulangan dan

pencegahan berada pada langkah ke delapan, namun dalam prakteknya

langkah intevensi ini harus dapat dilakukan secepat dam sedini mungkin,

ketika sumber KLB/wabah sudah dapat diidentifikasi.

Secara umum intervensi penanggulangan dapat diarahkan pada titik/

simpul terlemah dalam rantai penularan penyakit, seperti:

a. agen etiologi, sumber, reservoir atau kondisi lingkungan yang spesifik

b. keberadaan faktor-faktor risiko yang ikut berpengaruh

c. mekanisme transmisi penyakit

d. kerentanan host melalui program kebugaran dan vaksinasi misalnya

41
e. Komunikasi hasil

Tugas terakhir dalam investigasi wabah adalah mengkomunikasikan

dengan baik hasil investigasi kepada berbagai pihak yang berwenang,

bertanggungjawab dan terkait dengan intervensi penanggulangan dan

pencegahan. Format/ bentuk komunikasi yang dapat dilakukan adalah

berupa:

1) Penjelasan lisan.

Dalam format ini pihak-pihak yang berwenang, bertanggungjawab dan

terkait dengan intervensi penanggulangan dan pencegahan. Presentasi

oral haruslah jelas, mudah dipahami dan secara ilmiah meyakinkan

pengambil keputusan sehingga dapat memotivasi mereka untuk segera

melakukan intervensi

2) Penulisan laporan.

Hasil investigasi juga perlu ditulis dalam laporan dengan sistematika

tertentu yang sesuai dengan standar-standar penulisan ilmiah.

Sistematika yang dipakai meliputi:

a) pendahuluan/ latar belakang

b) tujuan

c) metodologi

d) hasil

e) pembahasan

42
f) simpulan dan saran/ rekomendasi

Penulisan laporan ini disamping sebagai cetak biru (blueprint) aksi

penanggulangan juga bermanfaat sebagai dokumen resmi untuk

menghadapi masalah-masalah hukum dan etik yang potensial. Dalam

konteks akademik laporan tertulis yang memenuhi kaidah-kaidah

penulisan ilmiah juga dapat menjadi sumbangsih dalam penyebarluasan

dan pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat

dan epidemiologi.

13 Kegiatan Penanggulangan Wabah

Bila organisme penyebab, sumbernya, dan jalur penularan diketahui,

mungkin lebih mudah menjelaskan sebab terjadinya wabah. Langkah

penanggulangan tergantung dari jenis penyakit yang dihadapi. Strategi

utama penangggulangan penyakit menular dapat diringkas dalam tiga

bagian, seperti terlihat pada table 3.1

Table 3.1 Strategi utama penanggulangan wabah penyakit menular

Membasmi
Memutuskan rantai
sumber Melindungi orang yang rentan
penularan

Mengobati pasien dan


Sanitasi lingkungan Imunisasi
pengidap

Mengisolasi kasus Hygiene perseorangan Profilaksis kimiawi

43
Surveilens sumber yang
Penanggulangan vector Perlindungan perseorangan
dicurigai

Pembasmian tendon
Desinfeksi dan sterilisasi Gizi yang baik
hewan

Pembatasan mobilitas
Pelaporan kasus
penduduk

Pencegahan primer dicapai melalui semua tindakan yang tercantum di kolom

‘memutuskan rantai penularan’ dan ‘melindungi orang yang rentan, disertai

pemberantasan tandon hewan. Bila semua langkah ini dijalankan dengan benar,

jumlah kasus baru dapat dikkurangi secara drastic. Jadi, bekalan air bersih dan

pembuangan kotoran secara benar dapat mencegah penyebaran kolera,

pemberantasan nyamuk Anopheles dapat mengurangi penyebaran penyakit

malaria, dan imunisasi dapat melindungi anak dari penyakit misalnya campak.

Pencegahan sekunder dapat dicapai dengan menemukan kasus subklinis dan

pengidap, surveilans, serta pelacakan kontak. Pencegahan tersier merupakan

tindakan pengobatan kasus atau pengidap sehingga tidak dapat menyebarkan

kuman lebih lanjut. Karena itu, unsure pertama penanggulangan wabah adalah

sebagai berikut :

a. Memberantas sumber dan memutuskan rantai penularan

mencegah pemakaian air yang tercemar atau air disterilkan dulu sebelum

dipakai, memusnahkan makanan yang tercemar, dan juga tempat

44
perbiakan vector. Pendidikan kesehatan berperan penting dalam kegiatan

ini dan mungkin perlu juga didukung dengan undang-undang.

b. Mengobati dan mengisolasi semua kasus

jenis pengobatan yang diberikan bergantung pada penyakit dan juga

sarana, serta perlengkapan yang tersedia.

c. Meningkatkan daya tahan penduduk setempat

beberapa jenis penyakit menular dapat dicegah dengan obat (misalnya

penyakit malaria) atau imunisasi (misalnya polio dan campak). Perlu

diingat, bahwa untuk wabah beberapa penyakit, seperti tifoid dan kolera,

pemberian vaksin boleh dikatakan tidak efektif.

14 Surveilans yang berkelanjutan

selama fase akut suatu wabah, perlu tetap diawasi orang-orang yang

dicurigai memiliki risiko penyakit. Segera setelah wabah berhasil diatasi,

perlu dijalankan surveilans untuk menemukan kasus baru, supaya efektif.

Karena system pelaporan rutin mungkin tidak memadai untuk hal tersebut,

maka surveilans di masyarakat merupakan alat penting untuk mengenal

dan melaporkan setiap kasus baru

45
BAB III

TINJAUAN TEORI DEMOGRAFI

A. Pengertian Penduduk

Penduduk adalah orang yang secara hukum berhak tinggal di dalam suatu

daerah. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal

di daerah tersebut. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih

tinggal di daerah lain. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan

manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu

Pada hakekatnya, pengertian mengenai penduduk lebih ditekankan pada

komposisi penduduk. Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas,

tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis kelamin dan lain-lain, tetapi

juga klasifikasi tenaga kerja dan watak ekonomi, tingkat pendidikan,

agama, ciri sosial, dan angka statistik lainnya yang menyatakan distribusi

frekuensi. Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa

didefinisikan menjadi dua:

46
1. Orang yang tinggal di daerah tersebut

2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.

Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ.

Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.

Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah Demografi.

Istilah Demografi pertama sekali ditemukan oleh Achille Guillard. John

Graunt adalah seorang pedagang di London yang menganalisis data

kalahiran dan kematian, migrasi dan perkawinan yang berkaitan dalam

proses pertumbuhan penduduk. Sehinnga John Graunt dianggap sebagai

bapak Demografi.

Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu demografi.

Berbagai aspek perilaku manusia dipelajari dalam sosiologi, ekonimi, dan

geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang

berhubungan erat dengan unit-unit ekonomi, seperti pengencer hingga

pelanggan potensial. Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang

mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi didalamnya

ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah

penduduk setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.

Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau

kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,

kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu

B. Definisi Demografi

47
Demografi berasal dari Bahasa Yunani, Demos dan Grafein. Dimana

demos adalah rakyat sedangkan Grafein adalah menulis. Artinya adalah

tulisan-tulisan tentang rakyat atau penduduk.

1 Menurut Donald J Boque

Ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar,

komposisi dan distribusi penduduk beserta perubahannya sepanjang

masa, melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran

(fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas

sosial.

2 Philip M. Hauser dan Duddley Duncan

Ilmu yg mempelajari jumlah, sebaran teritorial, dan komposisi

penduduk; serta perubahan penduduk karena fertilitas, mortalitas,

migrasi, dan mobilitas sosial. Lain-lain Ilmu yg mempelajari struktur

dan proses penduduk di suatu wilayah

C. Pengertian Ukuran Demografi

1 Definisi

“ukur·an n 1 hasil mengukur; 2 panjang, lebar, luas, besar sesuatu;

format: kertas dng ~ 34 x 22 cm; 3bilangan yg menunjukkan besar

satuan ukuran suatu benda; 4 cak alat untuk mengukur, msl penggaris,

meteran, jengkal: ~ nya hanya menggunakan

jengkal; 5 ki norma: bertindak tanpa ~”

(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

48
Jadi, definisi ukuran yang tepat dalam sudut pandang ilmu demografi

adalah bilangan yg menunjukkan besar satuan ukuran suatu fenomena

demografi. Fenomena demografi tersebut yakni fertilitas (kelahiran),

mortalitas (kematian), perkawinan, dan migrasi (perpindahan). Tujuan

dari pengukuran fenomena tersebut adalah dinamika yang terjadi

dalam penduduk dapat diketahui, dipelajari secara sistematis, dianalisis

dan dibandingkan.

2 Jenis-jenis Ukuran Demografi

Jenis-jenis ukuran dalam ilmu demografi dibedakan menjadi 6 jenis,

yaitu:

a. Bilangan

Ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah absolut/mutak

suatu penduduk atau suatu kejadian/peristiwa demografi yang terjadi di

daerah tertentu dalam suatu periode tertentu. Contohnya, jumlah

penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237.641.326 orang.

b. Rate/Angka

o Rate/ angka adalah jumlah kejadian/peristiwa demografi dalam

suatu penduduk dalam periode tertentu (biasanya 1 tahun) dibagi

penduduk at risk selama periode tersebut.

49
o Penduduk at risk adalah jumlah penduduk yang menanggung

resiko (yang mengalami akibat langsung) peristiwa demografi

tersebut.

o Rate sering diekspresikan per 100 atau per 1000 penduduk, agar

lebih muda dimengerti artinya.

o Rate ada 2 macam, yaitu angka kasar dan angka spesifik.

 Angka kasar (Crude Rate) adalah angka yang dipakai untuk

menghitung peristiwa demografi penduduk total, termasuk yang

tidak menanggung resiko dari peristiwa demografi tersebut.

Contohnya: CBR (Crude Birth Rate) pada tahun 2013 di Provinsi

XYZ adalah 25, artinya pada tahun 2013 ada 25 kelahiran di

Provinsi XYZ tiap 1000 penduduk.

 Angka Spesifik (Specified Rate) adalah angka yang dipakai hanya

untuk menghitung peristiwa demografi penduduk yang

menanggung resiko dari peristiwa demografi tersebut. Contohnya:

ASFR 20-24 (Age Specified Fertility Rate usia 20-24 tahun) pada

tahun 2013 di Provinsi XYZ adalah 0,015, artinya pada tahun

2013 ada 15 kelahiran di provinsi XYZ tiap 1000 wanita subur

usia 20-24 tahun.

3 Ratio/ Rasio

Ukuran perbandingan satu jumlah dengan jumlah yang lainnya atau

perbandingan antara dua bilangan, misalnya satu subgrup penduduk

dengan subgrup penduduk lainnya. Contoh: Sex Ratio adalah jumlah

laki-laki per 100 perempuan. Sex Ratio di provinsi XYZ pada tahun

50
2013 adalah 105, artinya pada tahun 2o13 ada 100 orang perempuan,

ada 105 orang laki-laki.

4 Proporsi/Persentase

Ukuran perbandingan antara dua bilangan, dimana pembilangnya

merupakan bagian dari penyebut atau jumlah satu subgrup penduduk

dibagi dengan jumlah seluruh penduduk. Bila proporsi ini dinyatakan

dalam per 100 (persen), maka proporsi pun berganti nama menjadi

persentase. Oleh karena itu, proporsi/persentase penduduk analoginya

mirip dengan Crude Rate yang telah dibahas sebelumnya.

5 Konstanta/Bilangan Konstan

Bilangan tetap -biasanya 100, 1000 atau 100.000- dimana rate ,

ratio, atau proporsi dapat dikalikan untuk menggambarkan ukuran-

ukuran dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti. Dalam rumus,

bilangan konstan biasanya ditulis sebagai “k“.

6 Kohor, Prevalensi, dan Insidence

o Kohor adalah sekelompok penduduk yang mempunyai pengalaman waktu

yang sama dari suatu peristiwa demografi tertentu. Yang paling sering

digunakan adalah kohor kelahiran. Contoh: Kohor kelahiran menggambarkan

penduduk di suatu daerah yang lahir pada tahun yang sama.

o Tingkat Prevalensi Kontrasepsi adalah jumlah perempuan usia reproduksi

yang menggunakan kontrasepsi per 100 perempuan usia reproduksi.

o Insidence Rate biasanya ukuran rate yang digunakan untuk analisis

morbiditas (kesakitan/penyakit). Contoh: Insidence Rate penyakit TBC di

51
Kenya pada tahun 1996 adalah 97 per 100.000 penduduk, artinya pada tahun

1996 ada 97 orang menderita TBC tiap 100.000 penduduk Kenya.

D. Faktor – Faktor Demografi

Demografi dalma perilaku konsumen ada beberapa aspek yaitu struktur

kependududkan, sosial, ekonomi, dan status. Berikut ini adlaah

penjabarannya :

1 Demografi dalam struktur kependudukan

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika

kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan

distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap

waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.Analisis

kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau

kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,

kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.

2 Demografi dalam kelas sosial

Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke

dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota

setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama dan para

anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih

rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang

berkisar dari status yang rendah sampai yang tinggi. Dengan demikian,

para anggota kelas sosial tertentu merasa para anggota kelas sosial

52
lainnya mempunyai status yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari

pada mereka. Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar.

Para konsumen membeli berbagai produk tertentu karena produk-

produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri maupun

kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin menghindari

berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk tersebut

adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”. Pendekatan yang

sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai

kategori yang luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan

ukuran objektif dari kelas sosial. Peneliti konsumen telah menemukan

bukti bahwa di setiap kelas sosial, ada faktor-faktor gaya hidup tertentu

(kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku bersama) yang cenderung

membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas sosial lainnya.

3 Demografi dalam ekonomi

Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana

seseorang memilih untuk menggunakan waktu, uang dan energi dan

merefleksikan nilai-nilai, rasa, dan kesukaan. Gaya hidup adalah

bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya

yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan

terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi

sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.

Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya

hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup, bagaimana

menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka.

53
Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif

internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan

dan persepsi mereka terhadap sesuatu. Gaya hidup yang diinginkan

oleh seseorang mempengaruhi perilaku pembelian yang ada dalam

dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan mengubah

gaya hidup individu tersebut.

4 Demografi dalam status sosial

Jenis-Jenis Status Sosial

a) Ascribed Status

Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis

kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain

sebagainya.

b) Achieved Status

Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena

kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu

seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.

c) Assigned Status

Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam

lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan

karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti

seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan

sebagainya.

Bagaimana faktor demografi dapat mempengaruhi keputusan

pemasaran?

54
Ada beberapa faktor demografi yang dapat mempengaruhi keputusan

pemasaran, yaitu:

a) Lingkungan ekonomi

Faktor ini dapat mempengaruhi daya beli dan pola pengeluaran

konsumen, karena suatu bangsa mempunyai tingkat dan distribusi

pendapatan yang berbeda-beda.

b) Lingkungan teknologi

Faktor ini sangat berperan penting karena lingkungan teknologi

mempunyai kekuatan untuk menciptakan teknologi baru seperti

alat-alat elektronik, dll yang bermanfaat untuk kebutuhan manusia.

Dengan adanya teknologi maka akan menciptakan peluang dan

pasar baru.

c) Lingkungan politik

Lingkungan politik ini terdiri dari hukum, badan hukum dan

pemerintah. Hal ini sangat mempengaruhi keputusan pemasaran

karena lembaga politik dapat membatasi suatu organisasi atau

individu dalam masyarakat.

d) Lingkungan alam

Lingkungan alam sangat menentukan tersedianya bahan baku

untuk produksi atau tidak. Hal ini sering menjadi pertimbangan

bagi pemasar untuk memasarkan produknya.

e) Lingkungan budaya

Manusia tumbuh dalam masyarakat tertentu yang membentuk

keyakinan dan nilai dasarnya. Karakteristik budaya yang

55
mempengaruhi pengambilan keputusan pemasaran adalah

keteguhan pada nilai-nilai budaya dan perubahan dalam nilai

budaya sekunder.

Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi tinggi rendahnya

pertumbuhan penduduk :

1. Struktur umur

2. Struktur perkawinan

3. Umur kawin pertama

4. Paritas

5. Disrupsi perkawinan

6. Proporsi yang kawin

E. Dinamika Kependudukan

Dinamika penduduk adalah perubahan keadaan penduduk. Perubahan -

perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal.Dinamika atau

perubahan lebih cenderung pada perkembangan jumlah penduduk suatu

negara atau wilayah tersebut. Jumlah penduduk tersebut dapat diketahui

melalui sensus, registrasi dan survey penduduk. Sensus pertama

dilaksanakan pada tahun 1930 pada zaman Hindia Belanda. Sedangkan

sensus yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dimulai pada tahun

1961,1971, 1980, 1990, 2000, dan yang terakhir tahun 2010. Pertumbuhan

penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial

ekonomi dan masalah penduduk. Jumlah penduduk akan berpengaruh

terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah.

56
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dinamika Penduduk

Jumlah penduduk dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu

yaitu bertambah atau berkurang. Dinamika penduduk atau perubahan

jumlah penduduk dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu :

a. Kelahiran (natalitas)

b. Kematian (mortalitas)

c. Migrasi (perpindahan)

Jumlah kelahiran dan kematian sangat menentukan dalam

pertumbuhan penduduk Indonesia, oleh karena itu kita perlu

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran dan kematian.

Faktor yang menunjang dan menghambat kelahiran (natalitas) di

Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Kelahiran (fertilitas)

Pengukuran tingkat kelahiran ini sulit untuk dilakukan, karena

banyak bayi-bayi yang yang meninggal beberap saat kelahiran tidak

dicatatkan dalam peristiwa kelahiran atau kematian dan sering

dicatatkan sebagai lahir mati. Tinggi rendahnya tingkat kelahiran

dalam suatu kelompok penduduk tergantung pada struktur umur,

penggunaan alat kontrasepsi, pengangguran, tingkat pendidikan,

status pekerjaan wanita serta pembangunan ekonomi. Penunjang

Kelahiran (Pro Natalitas) antara lain :

1) Kawin usia muda

2) Pandangan “banyak anak banyak rezeki”

3) Anak menjadi harapan bagi orang tua sebagai pencari nafkah

57
4) Anak merupakan penentu status sosial

5) Anak merupakan penerus keturunan terutama anak laki-laki.

Penghambat Kelahiran (Anti Natalitas) antara lain :

1) Pelaksanan Program Keluarga Berencana (KB)

2) Penundaan usia perkawinan dengan alasan menyelesaikan

pendidikan

3) Semakin banyak wanita karir.

Beberapa fertilitas yang sering digunakan adalah:

1) Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate)

Angka kelahiran kasar adalah angka yang mrnunjukkan jumlah

kelahiran pertahun di satu tempat per seribu penduduk.

CBR dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

CBR = L /P x 1.000

Keterangan:

CBR = Crude birth Rate ( angka kelahiran kasar )

L = jumlah kelahiran selama 1 tahun

P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun

1.000 = konstanta

Kriteria angka kelahiran kasar (CBR) dibedakan menjadi tiga macam.

Cbr <20, termasuk kriteria rendah

Cbr antara 20-30, termasuk kriteria sedang

Cbr >30, termasuk kriteria tinggi

2) Angka kelahiran khusus (Age Specific Birth Rate / ASBR)

58
Angka kelahiran khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya

kelahiran bayi setiap 1.000 penduduk wanita pada kelompok umur

tertentu. Asbr dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

ASBR = Li / Pi x 1.000

Keterangan :

ASBR = angka kelahiran khusus

Li = jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur

tertentu

Pi = jumlah penduduk wanita umur tertentu pada pertengahan

tahun

1.000 = konstanta

3) Angka kelahiran umum (General fertility Rate / GFR)

Angka kalahiran umum yaitu angka yang menunjukkan banyaknya

kelahiran setian 1.000wanita yang berusia 15-49 tahun dalam satu

tahun. GFR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

GFR = L / W(15-49) x 1.000

Keterangan :

GFR = angka kelahiran umum

L = jumlah kelahiran selama satu tahun

W(15-49) = jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada

pertengahan tahun

1.000 = konstanta besar kecilnya angka kelahiran (natalitas)

dipengaruhi oleh beberapa faktor

Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran.

59
1) Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)

1) Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki

2) Sifat alami manusia yang ingin malanjutkan keturunan

3) Pernikahan usia dini(usia muda)

4) Adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika

dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang

belum memiliki anak laki-laki akan berusaha untuk mempunyai anak

laki-laki

5) Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi

keluarga yang belum memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya

mamiliki anak

2) Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)

1) Adanya program keluarga berencana (KB)

2) Kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan

3) Adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjangan

anak bagi PNS

4) Adanya UU perkawinan yang membatasi usia pernikahan

5) Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan

dan karier

6) Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak

Penggolongan angka kelahiran kasar (CBR) :

a) Angka kelahiran rendah apabila kurang dari 30 per 1000

penduduk

60
b) Angka kelahiran sedang, apabila antara 30 – 40 per 1000

penduduk

c) Angka kelahiran tinggi, apabila lebih dari 40 per 1000 penduduk

b. Kematian (mortalitas)

Ada beberapa tingkat kematian, yaitu tingkat kematian kasar(crude

death rate) dan tingkat kematian khusus(age specific death rate).

Tingkat kematian kasar (crude death rate) adalah banyaknya orang

yang meninggal pada suatu tahun per jumlah penduduk

pertengahan tahun tersebut. Tingkat kematian khusus (age specific

death rate) dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain umur,

jenis kelamin, pekerjaan. Faktor yang menunjang dan menghambat

kematian (mortalitas) di Indonesia, adalah sebagai berikut :

Penunjang Kematian (Pro Mortalitas) antara lain :

1) Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

2) Fasilitas kesehatan yang belum memadai

3) Keadaan gizi penduduk yang rendah

4) Terjadinya bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi,

banjir

5) Peparangan, wabah penyakit, pembunuhan

Penghambat Kematian (Anti Mortalitas) antara lain :

1) Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan

2) Fasilitas kesehatan yang memadai

3) Meningkatnya keadaan gizi penduduk

61
4) Memperbanyak tenaga medis seperti dokter, dan bidan

Angka kematian kasar yaitu angka yang menunjukkan banyaknya

kematian setiap 1.000 penduduk dalam waktu satu tahun. CBR dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

CDR = M /P x 1.000

Keterangan :

CDR = angka kematian kasarx

M = jumlah kematian selama satu tahun

P = jumlah penduduk pertengahan tahun

= konstanta

Kriteria angka kematian kasar (CDR) dibedakan menjadi tiga macam:

CDR <10, termasuk kriteria rendah

CDR antara 10-20, termasuk kriteria sedang

CDR >20, termasuk kriteria tinggi

2. Angka kematian khusus ( Age Specific Death Rate / ASDR )

Angka kematian khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya

kematian setiap 1.000 penduduk pada golongan umur tertentu dalam

waktu satu tahun. ASDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus

berikut ini.

ASDR = Mi / Pi x 1.000

Keterangan :

ASDR = angka kematian khusus

Mi = jumlah kematian pada kelompok umur tertentu

62
Pi = jumlah penduduk pada kelompok tertentu

= konstanta

3. Angka kematian bayi ( Infant Mortality Rate / IMR )

Angka kematian bayi yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian

bayi (anak yang umurnya di bawah satu tahun ) setiap 1.000 kelahiranbayi

hidup dalam satu tahun. IMR dapat dihitung dengan menggunakan rumus

berikut ini.

IMR = (Db / Pb ) x 1000

Keterangan :

IMR = angka kematian bayi

Db = jumlah kematian bayi sebelum umur satu tahun

Pb = jumlah kelahiran hidup dalam waktu yang sama

= konstanta

Kriteria angka kematian bayi dibedakan menjadi berikut ini:

IMR <35, termasuk kriteria rendah

IMR antara 35-75, termasuk kriteria sedang

IMS antara 75-125, termasuk kriteria tinggi

IMR >125, termasuk kriteria sangat tinggi

Penggolongan angka kelahiran kasar :

1) angka kematian rendah apabila kurang dari 10 per 1000

penduduk

2) angka kematian sedang, apabila antara 10 – 20 per 1000

penduduk

63
3) angka kematian tinggi, apabila lebih dari 20 per 1000 penduduk

Tinggi rendahnya angka kematian penduduk dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat

a. Faktor pendorong kematian ( promortalitas )

1) Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan

sebagainya

2) Adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dan

sebagainya

3) Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah

4) Adanya peperangan , kecelakaan, dan sebagainya

5) Tingkat pencermaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat

b. Faktor penghambat kematian ( antimortalitas )

1) Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik

2) Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan

3) Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai

mecam penyakit dapat diobati

4) Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga

tidak melakukantindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena

ajaran agama melarang hal tersebut

c. Migrasi Penduduk

Migrasi merupakan akibat dari keadaan lingkungan alam yang kurang

menguntungkan. Sebagai akibat dari keadaan alam yang kurang

menguntungkan menimbulkan terbatasnya sumber daya yang mendukung

penduduk di daerah tersebut. Yang perlu diperhatikan seorang migran

64
dalam menentukan keputusan untuk pindah ke daerah lain yaitu faktor

persediaan sumber daya alam, faktor lingkungan sosial budaya, faktor

potensi ekonomi. Dengan mengetahui faktor-faktor dimuka, setidaknya

terhindar dari akibat negatif. Untuk mengetahui pertumbuhan penduduk

suatu daerah cepat atau lambat dilihat dari bentuk piramida penduduk.

Karena dengan melihat bentuk piramida penduduk akan diketahui

mengenai perbandingan jumlah penduduk anank-anak, dewasa, dan orang

tua pada wilayah yang bersangkutan. Keadaan struktur penduduk yang

berbeda-beda akan menunjukkan bentuk piramida yang berbeda pula.

Struktur penduduk ada tiga jenis, yaitu piramida penduduk muda, piramida

stasioner, dan piramida penduduk tua. Migrasi merupakan bagian dari

mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk

dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat

nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional maupun

internasional, dan ada pula mobilitas penduduk permanen

(menetap).Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi. Migrasi adalah

perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati

batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.

Jenis-jenis Migrasi:

Migrasi Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke

negara lainnya.

1) Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara

lain dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi

disebut imigran

65
2) Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara

lain. Orang yang melakukan emigrasi disebut emigrant

3) Remigrasi atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara

asalnya

Migrasi Nasional atau Internal, yaitu perpindahan penduduk di dalam satu

Negara :

1) Urbanisasi, yaitu perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan

menetap

2) Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang

padat penduduk ke pulau yang jarang penduduknya di dalam

wilayah republik Indonesia. Transmigrasi pertama kali

dilakukan di Indonesia pada tahun 1905 oleh pemerintah

Belanda yang dikenal dengan nama kolonisasi.

a) Transmigrasi Khusus, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan

degan tujuan tertentu, seperti penduduk yang terkena

bencana alam dan daerah yang terkena pembangunan

proyek

b) Transmigrasi Spontan (swakarsa), yaitu transmigrasi yang

dilakukan oleh seseorang atas kemauan dan biaya sendiri

c) Transmigrasi Lokal, yaitu transmigrasi dari suatu daerah ke

daerah yang lain dalam propinsi atau pulau yang sama

d) Transmigrasi Umum, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan

dan dibiayai oleh pemerintah.

66
e) Ruralisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa

dengan tujuan menetap. Ruralisasi merupakan kebalikan

dari urbanisasi. Selain jenis migrasi yang disebutkan di

atas, terdapat jenis migrasi yang disebut evakuasi. Evakuasi

adalah perpindahan penduduk yang yang terjadi karena

adanya ancaman akibat bahaya perang, bencana alam dan

sebagainya. Evakuasi dapat bersifat nasional maupun

internasional.

1. Rasio ketergantungan

Rasio ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara

jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk

65 tahun keatas dibandingkan dengan usia 15-64 tahun. Rasio

ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni rasio ketergantungan

muda dan rasio ketergantungan tua.

Rasio ketergantungan merupakan indikator demografi yang sangat

penting. Semakin tingginya presentase dependency ratio menunjukkan

semakin tingginya beban yang harus di tanggung penduduk yang

produkteif dan tidak produktif lagi. Sedangkan presentase dependency

ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang

di tanggung penduduk yang produktif dan tidak produktif lagi.

Ratio ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk

usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak

67
produktif(65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64

tahun).

RKtotal = P(0-14) : P(65+) / P(15-64) x 100

RKmuda = P(0-14) / P(15-64) x 100

RKtua = P(65+) / P(15-64) x 100

Keterangan :

RKtotal = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua

RKmuda = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda

RKtua = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua

P(0-14) = jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)

P(65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas)

P(15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64)

2. Angka Perkawinan Umum

Angka perkawinan umum (APU) menunjukkan proporsi penduduk yang

berstatus kawin terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas pada

pertengahan tahun untuk satu tahun tertentu.

Konsep perkawinan lebih difokuskan kepada keadaan dimana seorang

laki-laki dan seorang perempuan hidup bersama dalam kurun waktu yang

lama. Dalam hal ini hidup bersama dapat dikukuhkan dengan perkawinan

yang syah sesuai dengan UU atau peraturan hukum yang ada (Perkawinan

de jure) ataupun tanda pengesahan perkawinan (de jure). Tetapi untuk

keperluanstudi demografi, badan pusat statistik mendefisinikan seseorang

berstatus kawin apabila mereka terikat dalam perkawinan pada saat

pencacahan baik yang tinggal bersama maupun terpisah yang menikah

68
secara syah maupun yang hidup bersama yang oleh masyarakat

disekelilingnya dianggap syah sebagai suami istri (BPS,200). Indikator

perkawinan berguna bagi penentu kebujakan dan pelaksanaan program

kependudukan terutama dalam pengembangan program-program

peningkatan kualitas keluarga dan perencanaan keluarga.

3. Pengaruh Program KB

Berikut ini dalah beberapa istilah yang digunakan dalam analisa keluarga

berencana (KB) beserta definisinya.

a. Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya

berusia 15-49 tahun

b. Pemakai alat atau cara KB adalah seseorang yang sedang atau pernah

memakai alat atau cara KB

c. Pernah memakai alat atau cara KB (ever user) adalah seseorang yang

pernah memakai alat atau cara KB

d. Pemakai alat atau cara KB aktif (current user) adalah seseorang yang

sedang memakai alat atau cara KB

e. Alat atau cara KB adalah alat atau cara yang digunakan untuk

mengatur kelahiran

Kebutuhan KB yang tidak di[penuhi (unment need) adalah presentase

perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau ingin

menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat atau cara KB

F. Transisi Demografi

a) Definisi Transisi Demografi

69
Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortilitas

yang besar. Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah

Demografi. Istilah Demografi pertama sekali ditemukan oleh Achille

Guillard.

Perubahan atau transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Transisi Demografi Indonesia Tahun 1950-2050 Sumber : World

Population Prospect, Economic and Social Affairs, UN Garis yang

berwarna biru itu menggambarkan angka kelahiran. Garis yang berwarna

merah itu menunjukkan angka kematian. Pada gambar diatas terlihat

transisi penduduk ada posisi stabil pada tingkat kelahiran tinggi, menjadi

turun ke stabil pada kelahiran dan kematian rendah.

1) Pada keadaan I

Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaannya

masih alami tingkat kelahiran tinggi/ tidak terkendali dan tingkat ekonomi

yang rendah, sehingga kesehatan dan gizi lingkungan kurang mendukung.

Akibatnya kelaparan dan kejadian penyakit tinggi sehingga tingkat

kematian pun tinggi (kondisi pra intervensi/pembangunan).

2) Pada keadaan II

Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan

teknologi, misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-

lain. Kondisi ekonomi makin membaik akibat pembangunan dan

pendapatan penduduk meningkat sehingga kesehatan semakin baik.

Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi angka

kematian menurun (akibat kesehatan dan lain- lain). Pada kondisi ini akan

70
terasa tingginya laju pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami

indonesia pada periode tahun 1970 sampai 1980 dengan angka

pertumbuhan 2,32 % per tahun.

3) Pada keadaan III

Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian

penduduk, maka sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung

punya anak sedikit, maka turunnya tingkat kematian juga diikuti turunnya

tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk menjadi tidak tinggi

lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan penduduk

indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85 %.

4) Pada keadaan IV

Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus,

maka akan mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang

rendah indonesia sedang menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu

penduduk bertambah sangat rendah atau tanpa pertumbuhan.

Demikian lah gambaran transisi demografi yang dapat dipercepat dengan

peningkatan pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan,

pendidikan, dan kb.

G. Tahap-tahap Transisi Demografi

Menurut blacker (1947) ada 5 tahap dalam teori transisi demografi,dimana

khususnya phase 2 dan 3 adalah tahap transisi.

Tahap-tahap dalam transisi demografi yaitu :

1. Tahap stasioner tinggi

71
Tingkat kelahiran: tinggi

Tingkat kematian: tinggi

Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah

Contoh: Eropa abad 14

2. Tahap awal perkembangan

Tingkat kelahiran: tinggi (ada budaya pro natalis)

Tingkat kematian: lambat menurun

Pertumbuhan alami: lambat

Contoh: India sebelum pd ii

3. Tahap akhir perkembangan

Tingkat kelahiran: menurun

Tingkat kematian: menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran

Pertumbuhan alami: cepat

Contoh: Australia, selandia baru tahun ‘30an.

4. Tahap stasioner rendah

Tingkat kelahiran: rendah

Tingkat kematian: rendah

Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah

Contoh: Perancis sebelum pd ii

5. Tahap menurun

Tingkat kelahiran: rendah

Tingkat kematian: lebih tinggi dari tingkat kelahiran

Pertumbuhan alami: negatif

Contoh: Jerman Timur & Barat tahun ‘75

72
Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi

bagi negara-negara berkembang. Bila di Eropa, penurunan mortalitas lebih

dikarenakan pembangunan sosial ekonomi, namun penurunan mortalitas

dan fertilitas di negara-negara berkembang lebih karena pengaruh faktor-

faktor lain seperti: peningkatan pemakaian kontrasepsi, peningkatan

perhatian pemerintah, modernisasi, pembangunan, tingkat kesehatan,

keadaan geografis, kebijakan politis, kemajuan iptek, perubahan pola pikir

masyarakat dan lainnya.

H. Epidemiologi keperawatan

Dalam ilmu keperawatan dikenal istilah community health nursing

(CHN) atau keperawatan kesehatan masyarakat, dimana ilmu

pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat meneliti

dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk

intervensi dan evaluasi literatur riset epidemiologi. Metode

epidemiologi sebagai standard kesehatan, disajikan sebagai alat

untuk memperkirakan kebutuhan masyarakat. Monitoring

perubahan status kesehatan masyarakat dan evaluasi pengaruh

program pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan.

Riset/studi epidemiologi memunculkan badan pengetahuan (body

of knowledge) termasuk riwayat asal penyakit, pola terjadinya

penyakit, dan faktor-faktor resiko tinggi terjadinya penyakit,

sebagai informasi awal untuk CHN. Pengetahuan ini memberi

kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi program

73
intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan

penyakit, serta meminimalkan kecacatan. Program utama

pencegahan difokuskan pada menjaga jarak perantara penyakit dari

host/tuan rumah yang rentan, pengurangan kelangsungan hidup

agent, penambahan resistensi host dan mengubah kejadian

hubungan host, agent, dan lingkungan. Kedua, program

mengurangi resiko dan screening, ketiga : strategi mencegah pada

pribadi perawat dengan body of knowlwdge yang berasal dari riset

epidemiologi, sebagai dasar untuk pengkajian individu dan

kebutuhan kesehatan keluarga dan intervensi perencanaan

perawatan.

I. Masalah Kependudukan di Indonesia

Kependudukan indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang cukup

drastis dan dari tahun ke tahun tidak selalu menunjukan trend peningkatan secara

global di seluruh indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia

memiliki masalah-masalah kependudukan yang cukup serius dan harus segera

diatasi.

Masalah-masalah kependudukan di Indonesia dapat kita simpulkan yaitu:

a. Jumlah penduduk besar

b. Pertumbuhan penduduk cepat.

c. Persebaran penduduk tidak merata.

d. Kualitas penduduk rendah.

74
e. Komposisi penduduk sebagian besar berusia muda.

Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan

pembangunan karena menjadi subyek dan obyek pembangunan.

Jumlah penduduk yang besar bermanfaat dalam:

Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.

Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.

Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk besar

yaitu nomor 3 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:

Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan

kemampuan pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga

berakibat seperti masih banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan,

timbulnya pemukiman kumuh.

Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan

serta fasilitas sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini

cukup sulit diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor

swasta untuk mengatasi masalah ini. Peran serta swasta yang telah dilakukan

antara lain pembangunan pabrik/industri, sekolah swasta, rumah sakit swasta dan

lain-lain.

Cara mengatasi :

PHBK adalah pandangan, sikap dan perilaku yang responsif, rasional dan

bertanggung jawab terhadap pemecahan masalah kependudukan di suatu wilayah

75
atau negara untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat

yang adil, makmur, merata dan berkualitas. Ciri-ciri PHBK adalah :

1. Peduli terhadap manusia dan kebutuhan hidupnya

2. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan ekonominya

3. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan sosial, budaya dan

agama

4. Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan lingkingan hidup

Dalam operasionalnya PHBK yang harus dilakukan oleh seluruh penduduk

mencakup 10 perilaku hidup, yaitu :

1. Penundaan Usia Perkawinan: laki-laki 25 tahun, perempuan 20 tahun

UU No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan

adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk

membentuk satu rumah tangga atau keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Berdasarkan undang-undang tersebut terlihat bahwa seseorang yang

melangsungkan perkawinan harus mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.

Untuk mencapai itu, syarat minimal yang harus dimiliki oleh pasangan suami istri

adalah sehat dalam artian sehat secara jasmani, mental, ekonomi dan sosial

sehingga memungkinan keluarga tersebut dapat melakukan hal-hal yang

produktif.

76
Kondisi sehat secara jasmani, mental, ekonomi dan sosial bagi pasangan suami

istri diyakini dicapai oleh laki-laki pada usia 25 tahun dan perempuan 20 tahun.

Dari sisi fertilitas, semakin dewasa seorang wanita melangsungkan

perkawinan maka kesempatan untuk hamil dan melahirkan akan semakin pendek,

sebaliknya semakin muda seorang perempuan melangsungkan perkawinan maka

akan semakin panjang bagi perempuan untuk dapat hamil dan melahirkan.

Pendewasaan usia perkawinan harus terus digelorakan kepada penduduk

khususnya perempuan, karena perkawinan muda masih banyak terjadi.

Memiliki 2 anak lebih baik

Salah satu fungsi perkawinan adalah untuk meneruskan keturunan. Dalam

pelaksanaannya fungsi tersebut harus bisa dikontrol dengan baik, dalam artian

pasangan suami istri harus betul-betul dapat merencanakan berapa jumlah anak

yang dinginkan sesuai dengan kemampuannya. Dalam merencanakan berapa

jumlah anak, secara teori dapat dilihat dari sisi apa pasangan suami istri menilai

tentang anak, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

Anak dilihat dari sisi pembiayaan (cost) yang harus dikeluarkan

Bila pasangan suami istri menilai kepemilikan anak dari sisi pembiayaan yang

harus dikeluarkan, ada kecenderungan pasangan suami istri untuk memiliki anak

sedikit.

2. Anak dinilai sebagai investasi untuk masa depan

77
Bila anak dinilai sebagai investasi masa depan tempat di mana anak akan

dijadikan tempat berlindung pada saat pasangan memasuki hari tua, biasanya ada

kecenderungan pasangan suami istri untuk mempunyai anak banyak. Sering

terlontar dari ucapan seorang ibu pada anakanya “nak, kalau sudah tua aku tinggal

keliling ke rumah anak, satu bulan di kamu, satu bulan di adikmu satu bulan di

kakakmu dan seterusnya”. Ucapan ini tentu mengindikasikan bahwa anak

dijadikan sebagai investasi orang tua di masa depan.

Untuk melihat berapa sebaiknya jumlah anak dimiliki oleh pasangan suami istri,

sebaiknya kepada para keluarga disosialisakan tentang Reproduksi Sehat.

Melalui pola reproduksi sehat dapat diketahui bahwa umur yang paling

aman untuk melahirkan adalah pada saat perempuan berusia 20-30 tahun dengan

jarak melahirkan yang paling bagus adalah 5 tahun. Dengan pola tersebut maka

pasangan suami istri akan mempunyai anak sesuai dengan program yang

dilaksanakan pemerintah mempunyai 2 anak lebih baik.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian pada Rumah-rumah Sakit Pendidikan di

Indonesia sekitar tahun 1980-1981 dapat disimpulkan, antara lain : 1). resiko

melahirkan dua anak saja relatif lebih kecil dari pada melahirkan anak lebih dari

dua; 2). jarak antara tiap kehamilan yang dianggap cukup aman adalah 3 sampai 4

tahun; 3). usia terbaik danpaling aman bagi ibu untuk melahirkan ialah 20 s.d 30

tahun; dan 4). resikofbahaya kematian perinatal (bayi lahir) sangat kecil bila ibu

melahirkan pada usia antara 20 sampai 30 tahun (PKMI, 1992).

Penelitian Surapaty dan Prayitno, 1995 menyebutkan resiko kematian

maternal di Sumatera Selatan dan Jawa Timur lebih tinggi pada mereka yang tidak

78
ikut KB. Penelitian Setiawan dan Dasuki (1995) menyebutkan bahwa kehamilan

pada usia remajamemberikan tambahan resiko terjadinya BBLR 4 kali,

dibandingkan dengan kehamilan pada usia reproduksi sehat (Setiawan dan

Dasuki, 1995). Sedangkan hasil penelitian Sangian dan Rattu di RSUP Manado

pada tahun 1997 menyebutkan bahwa secara keseluruhan penyulit kehamilan pada

wanita yang berusia di bawah 20 tahun (primi muda) lebih tinggi dibandingkan

primi usia reproduksi sehat pada usia 20 – 30 tahun

3. Mengatur Jarak Kelahiran

Dalam pola reproduksi sehat dijelaskan, disamping pasangan suami istri

diupayakan untuk mempunyai anak 2 orang saja, juga harus diupayakan agar jarak

kelahiran anak yang satu dengan anak yang lainnya dapat diatur dengan baik,

kalau memungkinkan 5 tahun.Graef dkk (1996) mengemukakan bahwa makin

muda atau makin tua usia ibu, maka makin tinggi resiko ibu beserta anaknya. Bila

seorang ibu telah melahirkan lebih dari empat orang anak, maka resiko bagi ibu

dan anaknya makin besar pada setiap kel2hiran berikutnya. Meskipun demikian,

resiko tertinggi ada pada kelahiran yangberjarak kurang dari 2 tahun. Pendapat

Graef dkk., ini didukung oleh temuanUnited Stated Agency for International

Development (USAID) yang menyebutkan bahwa angka mortalitas bayi yang

79
mempunyai jarak kelahiran kurang dari 2 tahun menunjukkan 71 % lebih tinggi

dibandingkan yang berjarak dua sampai tiga tahun (Graef dkk., 1996).

4. Menggunakan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi bertujuan untuk menjarangkan kelahiran.

Banyak cara kontrasepsi yang dapat dipakai oleh pasangan suami istri, baik yang

bersifat hormonal, seperti suntik KB, pil, implan maupun yang bersifat non

hormonal seperti IUD, Kondom maupun media operasi. Setiap kontrasepsi yang

dipakai apapun jenisnya mempunyai keefektifan dalam mencegah kehamilan.

5. Meningkatkan usaha ekonomi keluarga

Salah satu fungsi keluarga yang harus dilaksanakan oleh setiap keluarga

adalah fungsi ekonomi. Dalam hal ini kepada para istri dapat diberi peluang untuk

melakukan usaha ekonomi produktif dalam rangka meningkatkan ekonomi

keluarga. Untuk kepentingan ini sejak dekade tahun 1980-an BKKBN telah

mengembangkan program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera

(UPPKS), di mana kepada keluarga-keluarga diberikan peluang untuk dapat

melakukan usaha dengan pemberian bantuan modal dan bimbingan usaha

bekerjasama dengan sektor-sektor terkait.

6. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

80
Salah satu permasalahan kualitas penduduk Indonesia saat ini adalah

masih tinggi angka kematian ibu karena hamil dan melahirkan, yaitu masih

berkisar 228/100.000 kelahiran hidup. Salah satu upaya untuk menekan angka

kematian ibu adalah melalui persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

angka persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan, seperti dukun bayi

masih cukup tinggi, yaitu sekitar 24 %. Untuk Sumatera Selatan persalinan yang

ditolong oleh tenaga non kesehatan (dukun) lebih tinggi dari angka nasional, yaitu

sekitar 28,6 %. Dalam upaya mencapai derajat kesehatan ibu perlu terus

disosialisasikan tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

7. Melaporkan setiap kelahiran, kematian, dan perpindahan

Untuk kepentingan perencanaan program pembangunan data merupakan

hal yang sangat vital. Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan data

registrasi vital yang akurat sehingga bisa dimanfaatkan dalam perencanaan

program pembangunan yang tepat guna dan berhasil guna, masyarakat diharapkan

mempunyai kesadaran tertib administrasi kependudukan, artinya melaporkan

setiap kejadian vital (kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk) kepada

petugas. Hasil uji coba kegiatan PHBK yang dilakukan di 4 propinsi terpilih yaitu

Nangroe Aceh Darussalam, Bali, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat pada

umumnya masalah pelaporan kelahiran menjadi hal yang patut menjadi perhatian.

81
Perlu kerjasama yang dikembangkan oleh petugas terkait dengan tertib

adminstrasi, masyarakat perlu difasilitasi dalam membiasakan diri melaporkan

kejadian vital, seperti untuk pembuatan akta kelahiran. Bidan atau siapapun yang

menolong persalinan harus berupaya memberi bantuan masyarakat untuk

mendapatkan akte kelahiran anaknya. Begitu tenaga kesehatan menolong

persalinan mungkin bisa langsung membantu masyarakat untuk melaporkan

persalinannya melalui surat keterangan lahir kepada petugas kelurahan untuk

selanjutnya diproses di Kecamatan dan Kantor Catatan Sipil.

8. Keluarga ramah anak dan lingkungan

Dalam upaya menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera perlu

diciptakan hubungan yang serasi dan selaras antar anggota keluarga. Orang tua

diharapkan dapat menciptakan kelyarga ramah anak, antara lain melalui

pemberian penghargaan kepada anak (misalnya mengucapkan terima kasih

apabila ditolong anak), peduli terhadap kebutuhan anak.

Disamping menciptakan keluarga ramah anak, setiap keluarga juga harus

menciptakan keluarga ramah lingkungan. Keluarga harus menciptakan hubungan

yang serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini patut

disadari karena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dan

selalu membutuhkan orang lain.

9. Keluarga berkarakter (sosial, budaya, agama)

Pola kehidupan modern saat ini telah berdampak pada karakter anak

bangsa. Pengaruh negatif globalisasi menimbulkan masyarakat Indonesia kini

82
mulai banyak yang bersifat individualistis, budaya bangsa Indonesia yang terkenal

dengan keramahtamahan dan sifat gotong royong kini mulai bergeser menjadi

pola hidup yang keras. Banyak permasalahan yang bisa diselesaikan secara

kekeluargaan berakhir dengan tindakan kekerasan dan anarkis, seperti

penganiayaan bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan pembunuhan. Kondisi

tersebut diperparah dengan buruknya tingkat perekonomian masyarakat dan

semakin sulitnya hidup serta kerasnya tingkat pesaingan. Nilai-nilai agama

banyak yang dilanggar. Sebagian masyarakat banyak yang sudah tidak malu lagi

tatkala berbuat kesalahan.

Untuk menciptakan keluarga berkarakter, sudah saatnya keluarga

menjalankan fungsi sosial budaya artinya keluarga harus mempunyai filter atau

penyaring terhadap budaya, nilai dan moral yang tidak sesuai dengan kepribadian

bangsa. Saat ini kita merindukan kembali bangsa Indonesia yang terkenal dengan

keramahtamahan dan kegotongroyongannya.

10. Keluarga peduli pendidikan

Pendidikan merupakan pondasi bagi seseorang untuk dapat membedakan

mana yang baik dan mana yang tidak baik. Malalui pendidikan yang diberikan

oleh kepala keluarga kepada anggota keluarganya diharapkan SDM Indonesia

dapat terus ditingkatkan sehingga dapat bersaing baik secara regional maupun

internasional. Saat ini keprihatinan melanda bangsa Indonesia. Penilaian IPM

yang dikeluarkan oleh UNDP telah menempatkan SDM Indonesia berada pada

urutan ke 124 dari 187 negara.

83
Untuk dapat memberikan pendidikan yang layak kepada anggota

keluarganya, setiap keluarga harus mempunyai kemampuan ekonomi yang

mumpuni. Perencanaan jumlah anak yang dimiliki akan sangat membantu

keluarga dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

Akhirnya kita berharap 10 butir PHBK ini dapat dilakukan seluruh

penduduk dengan segenap kesadaran. Butir-butir PHBK semoga bukan hanya

slogan saja tetapi dapat menjadi Life Style atau gaya hidup keluarga di Indonesia,

sehingga bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang kuat, mandiri dan maju

sejajar dengan bangsa-bangsa lain.

Penyebab :

Salah satu penyebab Permasalahan Kependudukan Akibat Kurangnya

Kepedulian Terhadap Program KB Kurangnya pergerakan pemerintah pada

program KB menyebabkan permasalahan penduduk yang kompleks dan kualitas

penduduk Indonesia tetap rendah. Selama ini, masalah kependudukan boleh

dikatakan masih kurang mendapat perhatian dari masyarakat maupun tokoh-tokoh

masyarakat. Memang pada saat ini sebagian besar orang pada umumnya sudah

tidak berkeberatan lagi dengan program untuk mengontrol kelahiran, tetapi masih

kurang sekali kesadaran untuk melaksanakannya dan dianggap sebagai hal yang

tidak penting. Sebenarnya masalah kependudukan ini adalah masalah yang

penting karena sebenarnya berkaitan erat dengan masalah ekonomi, hukum dan

norma agama. Jadi, memang tidak bisa diabaikan begitu saja. Masalah ini sudah

bisa diatasi dengan baik apabila sejak dulu sudah ada pergerakan yang sungguh-

sungguh dari pihak pemerintah maupun tokoh-tokoh masyarakat untuk mengatasi

84
masalah ini. Dahulu masih banyak orang yang menentang program KB dan

kalaupun sudah ada yang menyetujuinya, umumnya mereka masih tidak mau

melaksanakannya. Pada zaman Orde Lama, dari pihak pemerintah pun tidak ada

kesadaran akan masalah ini padahal pada saat itu jumlah penduduk Indonesia

masih berkisar 100 juta jiwa dan seandainya pada saat itu sudah ada upaya yang

sungguh-sungguh tentunya tidak perlu penduduk Indonesia meledak seperti

sekarang ini. Tingkat kematian menurun dengan cukup drastis sedangkan tingkat

kelahiran tetap bertambah, maka ruang kehidupan bumi kita semakin sempit dan

semakin sulit memenuhi kebutuhan pangan karena tingkat pertumbuhan penduduk

dunia yang sekitar 1,2 persen per tahun. Jumlah lahan ini pun semakin hari

semakin berkurang karena semakin meningkatnya kebutuhan akan perumahan.

Pada saat ini tidak perlu sampai ada pertempuran antar negara untuk

memperebutkan sumber makanan seperti yang terjadi pada suku-suku primitif,

tetapi persaingan antar individu untuk memperebutkan sumber makanan yaitu

pekerjaan. Apabila tidak mendapatkan pekerjaan mereka akan menjadi

pengangguran, sulit untuk mendapatkan makanan dan tempat tinggal, dan

kemiskinan terjadi dimana-mana. Mereka yang tidak mendapatkan tempat yang

layak terpaksa mencari tempat yang kurang layak, yang tidak mendapatkan yang

kurang layak terpaksa mencari yang tidak layak. Dan dari hari ke hari semakin

besar jumlahnya. Ini tentu pada akhirnya menimbulkan berbagai macam masalah

sosial yang susah untuk diatasi.

Masalah kependudukan merupakan masalah yang serius, tidak saja bagi negara-

negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, tetapi juga bagi negara-negara

maju. Masalah kependudukan dewasa ini sudah menjadi masalah besar bagi dunia

85
secara keseluruhan disamping masalah ekonomi secara global. Perkembangan

penduduk tanpa disertai dengan kontrol untuk mengatur jumlah penduduk yang

diinginkan, hanya akan menimbulkan problema sosial dan ekonomi dengan segala

akibatnya. Pertambahan penduduk yang besar dari tahun ke tahun memerlukan

investasi dan sarana di bidang pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya.

Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan

distribusi yang tidak merata. Hal ini dibarengi dengan masalah lain yang lebih

spesifik, yaitu angka fertilitas dan angka mortalitas yang relatif tinggi. Indonesia

adalah negara yang mempunya banyak penduduk, Jumlah penduduk Indonesia

menempati urutan pertama negara di kawasan Asia Tenggara sedangkan

menempati urutan ke-5 . Jumlah penduduk Indonesia berada pada urutan ke-4

(215,27 ju ta jiwa), setelah Cina (1,306 milyar jiwa), India (1,068 milyar jiwa).

Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia memiliki masalah-masalah

kependudukan yang cukup serius dan harus segera diatasi agar tidak terjadi

ledakan penduduk. Faktor terjadinya ledakan penduduk antara lain adalah :

1. Jumlah penduduk yang besar.

2. Pertumbuhan penduduk yang cepat.

3. Penyebaran penduduk yang tidak merata.

Menurut saya dalam menanggapi masalah ini, Pemerintah harus dapat menjamin

terpenuhinya kebutuhan hidupnya dan juga menyediakan lapangan kerja, sarana

dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas sosial lainnya. Dengan

kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit diatasi, oleh karena itu

pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta untuk mengatasi masalah ini.

86
Peran serta swasta yang telah dilakukan antara lain pembangunan pabrik/industri,

sekolah swasta, rumah sakit swasta dan lain-lain.

J. Pertumbuhan Penduduk Indonesia dan Permasalahannya

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah

populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan

pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah

pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan

demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada

pertumbuhan penduduk dunia.

Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah

nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah populasi meningkat. NPP

hanya merujuk pada perubahan populasi pada periode waktu unit, sering

diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam populasi ketika

dimulainya periode.

Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah

rasio, bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung

sebagai persentase populasi ketika dimulainya periode. Yang merupakan:

K. Persebaran Kepadatan Penduduk dan Permasalahannya

Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di

suatu wilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau

tidak.

87
Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-rata

ppenduduk pada setiap Km2 pada suatu wilayah negara.

Faktor-faktor yang memppengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk

tiap-tiap daerah atau negara sebagai berikut:

1. Faktor Fisiografis

2. Faktor Biologis

3. Faktor Kebudayaan dan Teknologi

Kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Kepadatan penduduk aritmatik sangat mudah dalam perhitungannya.

Data kepadatan penduduk aritmatik sangat bermanfaat. Contohnya adalah

dengan diketahui tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah, maka

dapat digunakan untuk perencanaan penyediaan fasilitas sosial. Jika pada

suatu daerah memiliki kepadatan penduduk aritmatik yang rendah, maka

penyediaan fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dapat digabung dengan

daerah yang berdekatan.

2. Kepadatan penduduk Indonesia antara pulau yang satu dan pulau yang lain

tidak seimbang.

Selain itu, kepadatan penduduk antara provinsi yang satu dengan provinsi

yang lain juga tidak seimbang. Hal ini disebabkan karena persebaran

penduduk tidak merata. Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi

di pulau Jawa dan Madura. Padahal, luas wilayah pulau Jawa dan Madura

hanya sebagian kecil dari luas wilayah negara Indonesia. Akibatnya, pulau

Jawa dan Madura memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,

sedangkan di daerah-daerah lain tingkat penduduknya rendah. Provinsi

88
yang paling padat penduduknya adalah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam

mendukung kehidupan penduduknya. Daya dukung lingkungan dari

berbagai daerah di Indonesia tidak sama. Daya dukung lingkungan pulau

Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan pulau-pulau lain, sehingga setiap

satuan luas di Pulau Jawa dapat mendukung kehidupan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan, misalnya di Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan

Sumatra.

Kemampuan suatu wilayah dalam mendukung kehidupan itu ada batasnya.

Apabila kemampuan wilayah dalam mendukung lingkungan terlampau,

dapat berakibat pada terjadinya tekanan=tekanan penduduk. Jadi,

meskipun di Jawa daya dukung lingkungannya tinggi, namun juga perlu

diingat batas kemampuan wilayah ter sebut dalam mendukung kehidupan.

L. Struktur Umur Penduduk dan Permasalahannya

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat

digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah

cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida

penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk

bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan

penduduk perempuan menurut umur.

M. Piramida penduduk

adalah grafik mendatar yang menyajikan data kependudukan dalam bentuk

diagram batang yang menunjukkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis

89
kelamin. Tersusun dari garis atau koordinat vertikal yang digunakan untuk

menyatakan golongan umur. Dimulai dari umur 0–4, 5–9, dan seterusnya hingga

usia maksimal yang bisa dicapai oleh penduduk di suatu wilayah.

Jenis kelamin laki-laki di sebelah kiri, sedangkan golongan perempuan di

sebelah kanan. Garis horizontal digunakan untuk menunjukkan jumlah, biasanya

dalam jutaan, tetapi tergantung pada kuantitas penduduk.

Bentuk piramida penduduk berbeda-beda untuk setiap wilayah atau negara.

Meskipun bentuknya berbeda-beda, pada dasarnya dapat dikelompokkan

menjadi tiga. Masing-masing bentuk mencerminkan karakteristik penduduknya.

Ketiga bentuk piramida penduduk itu sebagai berikut.

1. Piramida Penduduk Muda (Expansive)

Suatu wilayah yang memiliki angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian

yang rendah sehingga daerah ini mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat.

Piramida ini dicirikan sebagian besar penduduk masuk dalam kelompok umur

muda. Contohnya adalah negara-negara yang sedang berkembang, misalnya

Indonesia, Malaysia, Filipina, dan India.

Ciri-ciri komposisi penduduk ekspansif antara lain sebagai berikut.

 Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) sangat besar, sedangkan usia tua

sedikit.

90
 Angka kelahiran jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka

kematian.

 Pertumbuhan penduduk relatif tinggi.

 Sebagian besar terdapat di negara-negara berkembang, seperti Indonesia,

Malaysia, Thailand, Republik Rakyat Cina, Mesir, dan India.

2. Piramida Penduduk Stasioner

Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan tingkat kelahiran yang hampir

sama dengan tingkat kematian atau bersifat stasioner. Pertumbuhan penduduk

cenderung tetap. Piramida ini menunjukkan jumlah penduduk muda, dewasa, dan

tua hampir sama. Contoh: bentuk piramida penduduk Jepang dan Singapura serta

beberapa negara yang tergolong maju.

Ciri-ciri komposisi penduduk stasioner antara lain sebagai berikut.

 Perbandingan jumlah penduduk pada kelompok usia muda dan dewasa

relatif seimbang.

 Tingkat kelahiran umumnya tidak begitu tinggi, demikian pula dengan

angka kematian relatif lebih rendah.

 Pertumbuhan penduduk kecil.

 Terdapat di beberapa negara maju antara lain Amerika Serikat, Belanda,

dan Inggris.

91
3. Piramida Penduduk Tua (Constructive)

Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan tingkat kelahiran yang lebih

rendah dari tingkat kematian atau bersifat konstruktif. Penurunan tingkat kelahiran

yang tajam menyebabkan pertumbuhan penduduk mengalami penurunan.

Piramida penduduk ini memiliki umur median (pertengahan) sangat tinggi.

Contoh: piramida penduduk negara Jerman, Belgia, dan Swiss

Ciri-ciri komposisi penduduk konstruktif antara lain sebagai berikut.

 Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) dan usia tua (di atas usia 64

tahun) sangat kecil.

 Jumlah penduduk yang tinggi terkonsentrasi pada ke lompok usia dewasa.

 Angka kelahiran sangat rendah, demikian juga angka kematian.

 Pertumbuhan penduduk sangat rendah mendekati nol, bahkan

pertumbuhan penduduk sebagian mencapai tingkat negatif.

 Jumlah penduduk cenderung berkurang dari tahun ke tahun.

 Negara yang berada pada fase ini, antara lain Swedia, Jerman, dan Belgia.

92
Contoh Tiga Bentuk Piramida Penduduk

Dengan melihat bentuk piramida penduduk, maka akan diketahui apakah negara

itu bercirikan penduduk tua atau muda. Suatu negara disebut berpenduduk tua

apabila sebagian besar penduduk di negara itu sudah berumur tua. Sedang suatu

negara disebut berpenduduk muda apabila sebagian penduduk negara itu masih

berumur muda.

N. Administrasi Kependudukan

Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan

penertiban dalam penertiban dokumen dan data kependudukan melalui

Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, Pengelolaan Informasi penduduk

serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik & Pembangunan

sektor lain.

Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh

Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti

autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan

Pencatatan Sipil. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk,

93
pencatatan atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk

rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen

Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.

Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus

dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan KK,

KTP dan / atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah

datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

Nomor Induk Kependudukan (NIK) adalah nomor identitas Penduduk yang

bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar

sebagai Penduduk Indonesia. Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas

resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana

yang berlaku di seluruh wilayah NKRI.

Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh

seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana. Peristiwa

Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran,

kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan

anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status

kewarganegaraan.

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah sistem

informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

memfasilitasi pengolahan informasi Administrasi Kependudukan di tingkat

Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.

O. Manfaat Dokumen Kependudukan

94
1. Memberikan kejelasan identitas dan status bagi penduduk (individual &

kelompok).

2. Memberikan kepastian hukum.

3. Memberikan perlindungan hukum dan kenyamanan bagi pemiliknya.

Memberikan manfaat bagi kepentingan administrasi & pelayanan publik

lainnya.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Merupakan salah satu cabang ilmu epidimiologi yang menggunakan sistem

pendekatan epidemiologi dalam menganlisa berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan nidang demografi serta faktor – faktor yang

mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi di dalam

95
masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanaya

memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk serta demografis

dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam

masyarakat tetapi juga sanagt berperan dalam berbagai aspek

kependududukan serta keluarag berencana . Pelayanan melalui jasa , yang

erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan , kesejahteraan

rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan serta

sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini peranan epidemiologi

kependududkan sangat penting untuk digunakan sebagai dasar dalam

mengambil kebijakan dan dalam menyusun perencanaan yang baik. Juga

sedang dikembangan epidemiologi sistem reproduksi yang erat kaitannya

dengan gerakan keluarga berencana dan kependudukan.

B. SARAN

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atsa maka, penulis mengajukan

beberapa saran yang ditujukan kepada kelompok kami dan mengajak

kepada teman – teman maupun pembaca lain untuk menjadi bahan

pertimbangan dan masukan demi meningktakan mutu dan kualitas kita

96
sebagai seorang perawat , yaitu : perlunya mempelajari secara mendalam

tentang epidemiologi kependudukan .

DAFTAR PUSTAKA

Arsip mata kuliah fkm unhas 2006

Bahan Ajar Dasar Epidemiologi Universitas Indonesia, oleh Syahrizal Syarif.

Biran Afandi, Kontrasepsi, Keluarga Berencana, Ilmu Kebidanan, Jakarta,

Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawiroharjo, 1991

97
BKKBN, Gerakan keluarga Berencana Nasional, Jakarta, 1998

BKKBN, Kependudukan KB dan KIA, Bandung Balai Litbang, 1999

Budiarto, eko.2003. Pengantar epidemiologi.jakarta: penerbit buku kedokteran

egc

Budiarto, eko.2003.Pengantar epidemiologi.Jakarta: penerbit buku

kedokteran,egc

Budioro, B.. 2007. Pengantar Epidemiologi edisi II. Semarang : Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Bustan mn ( 2002 ). Pengantar epidemiologi, jakarta, rineka cipta

Departemen Kesehatan RI. 2004. Buku Pedoman Penyelidikan dan

Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit).

Effendy, Nasrul. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2. Jakarta :

EGC, 1998.Leavel, H.R and Clark, E.G. Preventive Medicine for the Doctor in

His Community, 3th Edition, Mc Graw-Hill Inc, New York, 1965.

Beaglehole, R. R. Bonita, T. Kjellstrom. Basic Epidemiology, WHO, Geneva,

1993.

Stanhope and Lancaster. Community Health Nursing ; Process and practise for

Promoting Health, Mosby Company St. Louis, USA, 1989.

Chandra, Budiman. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta ; EGC,

1996.

98
http://arisdyulistiawan.blogspot.com/2016/11/tugas-mata-kuliah-perawatan-

komunitas.html?m=1 Mar 12 at 6:43 PM

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/04/makalah-konsep-

kependudukan-di.html

http://morfhine.blogspot.com/2009/10/dasar-e-p-i-d-e-m-i-o-l-o-g-i-

ragil.html?m=1 Mar 12 at 6:43 PM

http://ratunovitasari96.blogspot.com/2016/05/trias-epidemiologi.html?m=1 Mar

12 at 6:43 PM

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/868/Modul%20Prinsip

%20Epidemiologi.pdf Mar 12 at 6:43 PM

http://warnawarnidina.blogspot.com/2010/10/kependudukan-dan-mobilitas-

sosial.html [diakses 21 MARET 2011].

http://web.unair.ac.id/admin/file/f_17960_Epidemiologi.pdf Mar 12 at 6:43 PM

http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/83/115/

http://www.hprory.com/transisi-demografi/

http://www.klikharry.com/2012/04/08/sejarah-epidemiologi/ Mar 12 at 6:43 PM

https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2012/12/epidemilogi-

kependudukan.html?m=1 Mar 12 at 6:43 PM

https://novitara119495212.wordpress.com/2018/10/01/epidemiologi-

penyelidikan-wabah-klb-di-komunitas/amp/ Mar 12 at 6:43 PM

99
https://praynadeak.wordpress.com/2013/02/03/ukuran-dasar-demografi/amp/ Mar

12 at 6:43 PM

https://www.academia.edu/5420629/PENGERTIAN_EPIDEMIOLOGI

https://www.gurupendidikan.co.id/piramida-penduduk-pengertian-ciri-dan-

macam-beserta-contohnya-secara-lengkap/ Mar 12 at 6:43 PM

Kamus Besar Bahasa Indonesia.Tim Kompre Angkatan 51 Sekolah Tinggi Ilmu

Statistik. 2012. Modul Kompre Statistik Kependudukan. Jakarta

Kartasapoetra, G dan Hartini. 2007. Kamus Sosiologi dan Kependudukan.

Jakarta: Bumi Aksara

Nasry, nur dasar-dasar epidemiologi.Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu

Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Rajab,Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.

Jakarta : EGC.

Rianti,Emy,DKK. 2009. Buku Ajar Epidemiologi dalam Kebidanan. Jakarta :

Trans Info Media.

100

Anda mungkin juga menyukai