Alat Bantu Perencanaan
Alat Bantu Perencanaan
Tujuan Strategis-2
Tujuan Strategis-3
Tujuan Strategis-4
Tujuan Strategis-5
Tujuan Strategis-6
Tujuan Strategis-7
Tujuan Strategis-8
Mewujudkan PMI yang berfungsi baik di semua tingkatan, serta sinergis dalam pelaksanaan
kegiatan, peraturan organisasi, sistem, dan prosedur yang ditetapkan.
Meningkatkan kapasitas sumber daya organisasi PMI di semua tingkatan, baik sumber daya
manusia maupun sarana prasarana yang diperlukan untuk melayani masyarakat.
Meningkatkan kualitas operasi penanganan bencana dan krisis kesehatan di seluruh wilayah
Indonesia, baik dari segi kecepatan, cakupan, dan efektivitas pelayanan.
Meningkatkan ketahanan masyarakat untuk mengurangi risiko dan dampak bencana serta
penyakit melalui program-program kesiapsiagaan, kesehatan, dan sosial serta pelayanan
kesehatan rujukan.
Meningkatkan ketersediaan darah yang aman, mudah dijangkau, dan berkualitas di seluruh
Indonesia.
Memperkuat hubungan kerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah, sektor publik,
swasta, mitra gerakan, lembaga donor, dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka
menjalankan mandat dan fungsi PMI.
11. Jumlah program/proyek baru mendapat dana dari donor. 158 - 167
1.2 AD/ART, Peraturan Organisasi (PO) PMI, dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), serta produk
hukum yang sudah diterbitkan melembaga di semua tingkatan.
1.3 Sistem Perencanaan, Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan (PMER) PMI berfungsi baik di
semua tingkatan.
1.4 Mekanisme koordinasi, komunikasi, dan pembinaan berjalan dengan baik di semua
tingkatan.
2.1 Manajemen SDM PMI yang mencakup rekrutmen, pelatihan, penugasan, supervisi,
pemberian penghargaan, serta penilaian kinerja meningkat.
2.2 Sistem pendidikan dan pelatihan PMI berfungsi dengan baik.
2.3 Ketersediaan sarana prasarana dasar pendukung operasional PMI meningkat.
2.4 Kinerja dan pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam mendukung
operasional PMI meningkat.
3.1 Kapasitas personel spesialis pelayanan darurat PMI meningkat.
3.2 Ketersediaan perangkat pelayanan darurat yang sesuai dengan standar akuntabilitas
meningkat.
3.3 Sistem manajemen pelayanan darurat diimplementasikan di PMI semua tingkatan.
4.1 Kapasitas PMI dalam mengelola program-program berbasis masyarakat di bidang
kesiapsiagaan dan kesehatan meningkat.
4.2 Kapasitas PMI dalam memberikan pelayanan sosial untuk masyarakat meningkat.
4.3 Kapasitas pelayanan RS PMI meningkat.
5.1 Kapasitas Unit Transfusi Darah (UTD) yang sesuai standar nasional meningkat.
5.2 Kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana UTD
Nasional/Prov/Kabupaten/Kota meningkat.
5.3 Ketersediaan darah yang aman, terjangkau dan berkualitas di semua UTD meningkat.
6.1 Hubungan kerja sama PMI di semua tingkatan dengan pemerintah, sektor publik, swasta,
mitra gerakan, organisasi, lembaga donor nasional dan internasional, serta pemangku
kepentingan lainnya menguat di semua tingkatan.
6.2 Kapasitas Pengembangan Sumber Daya (PSD) untuk meningkatkan partisipasi mitra dan
masyarakat menguat.
7.1 Prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi PMI dilaksanakan dengan baik.
7.2 Jangkauan, kualitas, dan intensitas dokumentasi, publikasi, promosi, dan advokasi
kegiatan/pelayanan PMI meningkat.
8.1 Pemahaman personel PMI dan pemangku kepentingan eksternal tentang nilai-nilai
kemanusiaan dan kepalangmerahan meningkat.
1.1 Legalitas Badan Hukum PMI menguat.
1.2 AD/ART, Peraturan Organisasi (PO) PMI, dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), serta produk
hukum yang sudah diterbitkan melembaga di semua tingkatan.
1.3 Sistem Perencanaan, Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan (PMER) PMI berfungsi baik di
semua tingkatan.
1.4 Mekanisme koordinasi, komunikasi, dan pembinaan berjalan dengan baik di semua
tingkatan.
2.1 Manajemen SDM PMI yang mencakup rekrutmen, pelatihan, penugasan, supervisi,
pemberian penghargaan, serta penilaian kinerja meningkat.
2.2 Sistem pendidikan dan pelatihan PMI berfungsi dengan baik.
2.3 Ketersediaan sarana prasarana dasar pendukung operasional PMI meningkat.
2.4 Kinerja dan pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam mendukung
operasional PMI meningkat.
3.1 Kapasitas personel spesialis pelayanan darurat PMI meningkat.
3.2 Ketersediaan perangkat pelayanan darurat yang sesuai dengan standar akuntabilitas
meningkat.
3.3 Sistem manajemen pelayanan darurat diimplementasikan di PMI semua tingkatan.
4.1 Kapasitas PMI dalam mengelola program-program berbasis masyarakat di bidang
kesiapsiagaan dan kesehatan meningkat.
4.2 Kapasitas PMI dalam memberikan pelayanan sosial untuk masyarakat meningkat.
4.3 Kapasitas pelayanan RS PMI meningkat.
5.1 Kapasitas Unit Transfusi Darah (UTD) yang sesuai standar nasional meningkat.
5.2 Kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana UTD
Nasional/Prov/Kabupaten/Kota meningkat.
5.3 Ketersediaan darah yang aman, terjangkau dan berkualitas di semua UTD meningkat.
6.1 Hubungan kerja sama PMI di semua tingkatan dengan pemerintah, sektor publik, swasta,
mitra gerakan, organisasi, lembaga donor nasional dan internasional, serta pemangku
kepentingan lainnya menguat di semua tingkatan.
6.2 Kapasitas Pengembangan Sumber Daya (PSD) untuk meningkatkan partisipasi mitra dan
masyarakat menguat.
7.1 Prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi PMI dilaksanakan dengan baik.
7.2 Jangkauan, kualitas, dan intensitas dokumentasi, publikasi, promosi, dan advokasi
kegiatan/pelayanan PMI meningkat.
8.1 Pemahaman personel PMI dan pemangku kepentingan eksternal tentang nilai-nilai
kemanusiaan dan kepalangmerahan meningkat.
Output
1.1.1 RUU kepalangmerahan menjadi agenda Prolegnas.
1.2.1 AD/ART, Peraturan Organisasi (PO) PMI, dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), serta
produk hukum tersedia dan diimplementasikan di semua tingkatan.
1.3.1 Pengurus dan karyawan PMI di semua tingkatan dibina secara rutin dalam implementasi
sistem Perencanaan, Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan (PMER) oleh fasilitator yang
kompeten.
1.3.2 Dokumen perencanaan dan pelaporan yang sesuai dengan Panduan Perencanaan dan
Pelaporan tersedia di semua tingkatan.
1.3.3 Perangkat (kuesioner/ alat analisis) penilaian peta kapasitas organisasi PMI tersedia
dan digunakan di semua tingkatan.
1.3.4 Program kerja PMI di semua tingkatan dievaluasi sesuai Buku Referensi Perencanaan,
Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan (PMER).
1.3.5 Database Kepengurusan dan Kemarkasan PMI dimutakhirkan secara rutin.
1.4.1 Komunikasi dan koordinasi internal dan antar-tingkatan PMI, termasuk lintas
prov/Kabupaten/Kota terlaksana sesuai aturan yang ditetapkan.
1.4.2 Kegiatan pembinaan berjenjang dalam bidang organisasi dan program dilakukan secara
rutin serta sesuai kebutuhan.
2.1.1 SDM bidang teknis dan manajerial tersedia sesuai kebutuhan dan terlatih untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di PMI semua tingkatan.
2.1.2 Personel PMI mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan baik promotif, preventif,
maupun kuratif secara memadai.
2.1.3 Panduan manajemen PMR dan sukarelawan (KSR dan TSR, termasuk sukarelawan
perusahaan/organisasi/ institusi) diimplementasikan di semua tingkatan.
2.2.1 Pelatih dan fasilitator dilatih, disertifikasi oleh PMI atau badan yang berwenang, dan
memadai untuk dimobilisasi di berbagai pelatihan.
2.2.2 Kurikulum pelatihan nasional yang dibutuhkan oleh internal/eksternal dimutakhirkan oleh
PMI dan diakreditasi oleh lembaga nasional (Kemenkes, Kemenakertrans, BNPB).
2.2.3 Pelatihan-pelatihan PMI dikelola sesuai dengan Petunjuk Teknis (Juknis) manajemen
pelatihan.
2.3.1 Sarana prasarana dasar operasional PMI (markas, posko, gudang, pusdiklat) berfungsi
dengan baik.
2.3.2 Aset atau sarana dan prasarana dasar PMI dikelola sesuai dengan panduan yang
ditetapkan.
2.4.1 Peralatan dan perlengkapan Teknologi Informasi Komunikasi PMI tersedia dan
terpelihara dengan baik.
2.4.2 Jaringan komunikasi dan perangkat lunak yang diperlukan seperti radio komunikasi,
internet, sistem surat elektronik, messaging resmi, aplikasi tersedia dan berfungsi untuk
mendukung operasional pelayanan PMI, termasuk pelayanan donor darah.
3.1.1 Tim Satgana dan spesialis pelayanan darurat tersedia dan siap dimobilisasi di semua
tingkatan, termasuk di tingkat regional dan nasional, sesuai SOP yang ditetapkan.
3.1.2 Simulasi tanggap darurat dilaksanakan di PMI semua tingkatan sesuai kebutuhan dan
rencana kontingensi yang telah disusun.
3.2.1 Peralatan standar pelayanan darurat, termasuk peralatan komunikasi untuk koordinasi,
serta format pencatatan dan pelaporan tersedia dan siap digunakan di semua tingkatan.
3.2.2 Barang bantuan darurat tersedia secara memadai di gudang regional dan tempat
penyimpanan logistik di PMI Provinsi untuk mendukung pelayanan tanggap darurat.
3.3.1 Kerangka kerja, panduan, dan SOP dalam menjalankan mekanisme pelayanan dan
koordinasi tanggap darurat tersedia dan digunakan di PMI semua tingkatan.
3.3.2 Pelayanan ambulans PMI menjadi bagian dari Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) setempat.
3.3.3 Rencana kontingensi dimutakhirkan setiap tahun di PMI semua tingkatan.
3.3.4 Informasi peringatan dini diteruskan kepada masyarakat secara tepat waktu.
3.3.5 Kebutuhan pelayanan RFL dalam masa normal dan masa tanggap darurat ditindaklanjuti
oleh PMI semua tingkatan.
4.1.1 Dokumen panduan/SOP program-program berbasis masyarakat di bidang kesiapsiagaan
dan kesehatan tersedia, termutakhirkan, dan digunakan di PMI.
4.1.2 Perangkat penunjang program-program berbasis masyarakat di bidang kesiapsiagaan
dan kesehatan (seperti media KIE, alat peraga, perangkat M&E) tersedia secara memadai.
4.1.3 Kegiatan-kegiatan program-program berbasis masyarakat di bidang kesiapsiagaan dan
kesehatan dilaksanakan oleh pegawai/ sukarelawan/ fasilitator yang kompeten di PMI semua
tingkatan.
4.2.1 Dokumen panduan/SOP dan perangkat penunjang pelayanan sosial (seperti media KIE,
alat peraga, perangkat M&E) tersedia, termutakhirkan, dan digunakan di PMI.
4.2.2. Kegiatan-kegiatan pelayanan sosial dilaksanakan oleh staf/sukarelawan yang kompeten
di PMI semua tingkatan.
4.3.1 Standar pelayanan rumah sakit (pelayanan pasien, manajemen rumah sakit,
keselamatan pasien, pelayanan pasien TB, HIV/AIDS dan PONEK) berbasis standar akreditasi
rumah sakit KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) atau JCI (Joint Commission International)
disosialisasikan kepada seluruh pegawai rumah sakit untuk menjalankan tugas dan fungsinya.
4.3.2 Staf medis dan staf non-medis rumah sakit bekerja sesuai dengan standar kompetensi
tenaga rumah sakit (kualifikasi pendidikan, kredensial kompetensi, kewenangan klinis,audit
kompetensi).
4.3.3 Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit terlaksana melalui
program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit (K3RS), serta program Sasaran Keselamatan Pasien RS.
4.3.4 Layanan kesehatan umum dan spesialis/sub-spesialis, termasuk layanan unggulan
untuk kebutuhan gaya hidup, tersedia secara memadai.
4.3.5 Pendidikan, pelatihan dan pengembangan, serta penilaian kinerja staf RS terlaksana
dengan baik.
5.1.1 Kebijakan, peraturan, panduan terkait Good Manufacturing Practice (GMP) pelayanan
darah tersedia dan diimplementasikan di UTD semua tingkatan.
5.1.2 Sistem manajemen UTD, termasuk struktur organisasi, kepegawaian, keuangan,
perencanaan dan pelaporan, berjalan dengan baik di semua tingkatan.
5.1.3 Mekanisme komunikasi, koordinasi, dan pembinaan berjalan secara konsisten di
internal UTD, antar tingkatan UTD, dan dengan pemangku kepentingan eksternal (Pemda,
Dinkes, RS, POM Puskesmas, vendor, dll.).
5.2.1 Pegawai UTD terlatih dalam menerapkan GMP dan standar nasional sesuai dengan
tupoksi dan kompetensi yang diperlukan.
5.2.2 Tenaga Ahli Madya Teknik Transfusi Darah yang kompeten dan professional dihasilkan
secara memadai oleh Program D3 Teknologi Transfusi Darah (TTD).
5.2.3 Sarana prasarana, perlengkapan, peralatan, dan bahan habis pakai tersedia secara
memadai dan terstandarisasi di semua UTD.
5.2.4 Sistem Informasi Manajemen Unit Donor Darah (Simudda) berfungsi baik di semua
tingkatan untuk mendukung pencatatan, pelaporan, dan penelusuran pelayanan darah.
5.3.1 Upaya promosi Donor Darah Sukarela (DDS) dilakukan secara rutin dan meluas.
5.3.2 Sentralisasi pengolahan darah, uji saring, dan uji silang serasi dilaksanakan untuk
efektivitas dan efisiensi pelayanan darah.
5.3.3 Darah terdistribusi sesuai kebutuhan RS melalui jejaring pelayanan penyediaan darah.
5.3.4 Produksi reagen, kantong darah, dan fraksionasi plasma dilaksanakan secara mandiri
oleh UTD dan PMI Pusat.
5.3.5 Penelitian dan pengembangan pelayanan darah dilaksanakan oleh UTD Nasional dan
Provinsi.
6.1.1 Dokumen perjanjian kerja sama (MoU dan PKS) antara PMI dengan pemerintah, sektor
publik, swasta, mitra gerakan, organisasi, lembaga donor nasional dan internasional, serta
pemangku kepentingan lainnya tersedia dan diimplementasikan di PMI semua tingkatan.
6.1.2 Upaya membangun kerja sama dengan pemangku kepentingan dilakukan secara
konsisten oleh PMI semua tingkatan, termasuk mengimplementasikan Pedoman Kerja Sama.
6.2.1 Strategi peningkatan kapasitas PSD tersedia dan diimplementasikan oleh personel yang
kompeten di PMI semua tingkatan.
6.2.2 Peta mitra potensial untuk PSD secara nasional tersedia dan disosialisasikan ke PMI
Prov/Kabupaten/Kota.
6.2.3 Panduan yang mengatur mekanisme penggunaan hasil donasi disosialisasikan dan
diimplementasikan oleh PMI.
7.1.1 Laporan perolehan dan penggunaan sumber daya, termasuk laporan keuangan dan
kegiatan, tersedia secara periodik untuk konsumsi internal maupun eksternal.
7.1.2 Audit terhadap penggunaan sumber daya PMI dilakukan setiap tahun oleh pihak internal
maupun eksternal dan ditindaklanjuti dengan baik.
7.1.3 Panduan mekanisme pengumpulan umpan balik dari penerima manfaat tersedia dan
diimplementasikan di PMI semua tingkatan.
7.2.1 Peralatan dan perangkat dasar kehumasan (kamera foto, kamera video, alat
perekam/recorder), serta media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tersedia secara
memadai di PMI semua tingkatan.
7.2.2 Laporan analisis pemberitaan PMI yang dimuat di media massa (cetak, online, TV,
radio) dan media sosial (Twitter dan Facebook) tersedia secara teratur di PMI Pusat/Prov.
7.2.3 Produk-produk kehumasan untuk memublikasikan program dan layanan PMI diterbitkan
secara reguler kepada masyarakat/publik.
8.1.1 Media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Diseminasi Kepalangmerahan yang
diperbarui tersedia secara memadai di setiap tingkatan.
8.1.2 Pembinaan karakter nilai-nilai kemanusiaan dan kepalangmerahan dilaksanakan oleh
diseminator yang kompeten di semua tingkatan.
8.1.3 Kerja sama dengan institusi terkait (TNI, Polri, universitas, sekolah, LSM) dan masyarakat
terjalin untuk mendiseminasikan nilai-nilai kemanusiaan dan kepalangmerahan.
Outcome/Output
1.1 1.1 Legalitas Badan Hukum PMI menguat. 1
1.1.1 1.1.1 RUU kepalangmerahan menjadi agenda Prolegnas. 2
1.2 AD/ART, Peraturan Organisasi (PO) PMI, dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), serta produk 3
1.2 hukum yang sudah diterbitkan melembaga di semua tingkatan.
4
5
1.2.1 AD/ART, Peraturan Organisasi (PO) PMI, dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), serta 6
1.2.1 produk hukum tersedia dan diimplementasikan di semua tingkatan.
7
8
9
10
11
12
1.3 Sistem Perencanaan, Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan (PMER) PMI berfungsi baik di 13
1.3 semua tingkatan.
14
15
1.3.1 Pengurus dan karyawan PMI di semua tingkatan dibina secara rutin dalam implementasi 16
sistem Perencanaan, Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan (PMER) oleh fasilitator yang
1.3.1 kompeten.
17
1.3.2 Dokumen perencanaan dan pelaporan yang sesuai dengan Panduan Perencanaan dan 18
1.3.2 Pelaporan tersedia di semua tingkatan.
19
1.3.3 Perangkat (kuesioner/ alat analisis) penilaian peta kapasitas organisasi PMI tersedia 20
1.3.3 dan digunakan di semua tingkatan.
1.3.4 Program kerja PMI di semua tingkatan dievaluasi sesuai Buku Referensi Perencanaan, 21
1.3.4 Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan (PMER).
1.3.5 Database Kepengurusan dan Kemarkasan PMI dimutakhirkan secara rutin. 22
1.3.5
1.4 Mekanisme koordinasi, komunikasi, dan pembinaan berjalan dengan baik di semua 23
1.4 tingkatan.
1.4.1 Komunikasi dan koordinasi internal dan antar-tingkatan PMI, termasuk lintas 24
1.4.1 prov/Kabupaten/Kota terlaksana sesuai aturan yang ditetapkan.
1.4.2 Kegiatan pembinaan berjenjang dalam bidang organisasi dan program dilakukan secara 25
1.4.2 rutin serta sesuai kebutuhan.
26
27
2.1 Manajemen SDM PMI yang mencakup rekrutmen, pelatihan, penugasan, supervisi, 28
2.1 pemberian penghargaan, serta penilaian kinerja meningkat.
29
30
31
32
33
34
35
2.1.1 SDM bidang teknis dan manajerial tersedia sesuai kebutuhan dan terlatih untuk 36
2.1.1 melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di PMI semua tingkatan.
37
2.1.2 Personel PMI mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, 38
2.1.2 maupun kuratif secara memadai.
2.1.3 Panduan manajemen PMR dan sukarelawan (KSR dan TSR, termasuk sukarelawan 39
2.1.3 perusahaan/organisasi/ institusi) diimplementasikan di semua tingkatan.
40
41
42
2.2 2.2 Sistem pendidikan dan pelatihan PMI berfungsi dengan baik. 43
44
45
2.2.1 Pelatih dan fasilitator dilatih, disertifikasi oleh PMI atau badan yang berwenang, dan 46
2.2.1 memadai untuk dimobilisasi di berbagai pelatihan.
47
48
49
2.2.2 Kurikulum pelatihan nasional yang dibutuhkan oleh internal/eksternal dimutakhirkan oleh 50
2.2.2 PMI dan diakreditasi oleh lembaga nasional (Kemenkes, Kemenakertrans, BNPB).
51
2.2.3 Pelatihan-pelatihan PMI dikelola sesuai dengan Petunjuk Teknis (Juknis) manajemen 52
2.2.3 pelatihan.
53
2.3 2.3 Ketersediaan sarana prasarana dasar pendukung operasional PMI meningkat. 54
55
56
57
2.3.1 Sarana prasarana dasar operasional PMI (markas, posko, gudang, pusdiklat) berfungsi 58
2.3.1 dengan baik.
59
60
2.3.2 Aset atau sarana dan prasarana dasar PMI dikelola sesuai dengan panduan yang 61
2.3.2 ditetapkan.
2.4 Kinerja dan pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam mendukung 62
2.4 operasional PMI meningkat.
63
2.4.1 Peralatan dan perlengkapan Teknologi Informasi Komunikasi PMI tersedia dan 64
2.4.1 terpelihara dengan baik.
2.4.2 Jaringan komunikasi dan perangkat lunak yang diperlukan seperti radio komunikasi, 65
internet, sistem surat elektronik, messaging resmi, aplikasi tersedia dan berfungsi untuk
2.4.2 mendukung operasional pelayanan PMI, termasuk pelayanan donor darah.
66
67
3.1 3.1 Kapasitas personel spesialis pelayanan darurat PMI meningkat. 68
69
3.1.1 Tim Satgana dan spesialis pelayanan darurat tersedia dan siap dimobilisasi di semua 70
3.1.1 tingkatan, termasuk di tingkat regional dan nasional, sesuai SOP yang ditetapkan.
71
3.1.2 Simulasi tanggap darurat dilaksanakan di PMI semua tingkatan sesuai kebutuhan dan 72
3.1.2 rencana kontingensi yang telah disusun.
3.2 Ketersediaan perangkat pelayanan darurat yang sesuai dengan standar akuntabilitas 73
3.2 meningkat.
3.2.1 Peralatan standar pelayanan darurat, termasuk peralatan komunikasi untuk koordinasi, 74
serta format pencatatan dan pelaporan tersedia dan siap digunakan di semua tingkatan.
3.2.1
75
76
77
3.2.2 Barang bantuan darurat tersedia secara memadai di gudang regional dan tempat 78
3.2.2 penyimpanan logistik di PMI Provinsi untuk mendukung pelayanan tanggap darurat.
3.3 Sistem manajemen pelayanan darurat diimplementasikan di PMI semua tingkatan. 79
3.3
80
81
3.3.1 Kerangka kerja, panduan, dan SOP dalam menjalankan mekanisme pelayanan dan 82
3.3.1 koordinasi tanggap darurat tersedia dan digunakan di PMI semua tingkatan.
83
3.3.2 Pelayanan ambulans PMI menjadi bagian dari Sistem Penanggulangan Gawat Darurat 84
3.3.2 Terpadu (SPGDT) setempat.
3.3.3 3.3.3 Rencana kontingensi dimutakhirkan setiap tahun di PMI semua tingkatan. 85
3.3.4 Informasi peringatan dini diteruskan kepada masyarakat secara tepat waktu. 86
3.3.4
3.3.5 Kebutuhan pelayanan RFL dalam masa normal dan masa tanggap darurat ditindaklanjuti 87
3.3.5 oleh PMI semua tingkatan.
4.1 Kapasitas PMI dalam mengelola program-program berbasis masyarakat di bidang 88
4.1 kesiapsiagaan dan kesehatan meningkat.
89
90
91
92
93
4.1.1 Dokumen panduan/SOP program-program berbasis masyarakat di bidang kesiapsiagaan 94
4.1.1 dan kesehatan tersedia, termutakhirkan, dan digunakan di PMI.
4.1.2 Perangkat penunjang program-program berbasis masyarakat di bidang kesiapsiagaan 95
dan kesehatan (seperti media KIE, alat peraga, perangkat M&E) tersedia secara memadai.
4.1.2
4.1.3 Kegiatan-kegiatan program-program berbasis masyarakat di bidang kesiapsiagaan dan 96
kesehatan dilaksanakan oleh pegawai/ sukarelawan/ fasilitator yang kompeten di PMI semua
4.1.3 tingkatan.
97
98
4.2 Kapasitas PMI dalam memberikan pelayanan sosial untuk masyarakat meningkat. 99
4.2
4.2.1 Dokumen panduan/SOP dan perangkat penunjang pelayanan sosial (seperti media KIE, 100
4.2.1 alat peraga, perangkat M&E) tersedia, termutakhirkan, dan digunakan di PMI.
4.2.2. Kegiatan-kegiatan pelayanan sosial dilaksanakan oleh staf/sukarelawan yang kompeten 101
4.2.2 di PMI semua tingkatan.
102
4.3 Kapasitas pelayanan RS PMI meningkat. 103
4.3
104
105
4.3.1 Standar pelayanan rumah sakit (pelayanan pasien, manajemen rumah sakit, 106
keselamatan pasien, pelayanan pasien TB, HIV/AIDS dan PONEK) berbasis standar akreditasi
rumah sakit KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) atau JCI (Joint Commission International)
disosialisasikan kepada seluruh pegawai rumah sakit untuk menjalankan tugas dan fungsinya.
4.3.1
4.3.2 Staf medis dan staf non-medis rumah sakit bekerja sesuai dengan standar kompetensi 107
tenaga rumah sakit (kualifikasi pendidikan, kredensial kompetensi, kewenangan klinis,audit
4.3.2 kompetensi).
4.3.3 Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit terlaksana melalui 108
program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), program Keselamatan dan Kesehatan
4.3.3 Kerja Rumah Sakit (K3RS), serta program Sasaran Keselamatan Pasien RS.
4.3.4 Layanan kesehatan umum dan spesialis/sub-spesialis, termasuk layanan unggulan 109
4.3.4 untuk kebutuhan gaya hidup, tersedia secara memadai.
110
4.3.5 Pendidikan, pelatihan dan pengembangan, serta penilaian kinerja staf RS terlaksana 111
4.3.5 dengan baik.
5.1 Kapasitas Unit Transfusi Darah (UTD) yang sesuai standar nasional meningkat. 112
5.1
113
5.1.1 Kebijakan, peraturan, panduan terkait Good Manufacturing Practice (GMP) pelayanan 114
5.1.1 darah tersedia dan diimplementasikan di UTD semua tingkatan.
115
5.1.2 Sistem manajemen UTD, termasuk struktur organisasi, kepegawaian, keuangan, 116
5.1.2 perencanaan dan pelaporan, berjalan dengan baik di semua tingkatan.
117
118
119
120
5.1.3 Mekanisme komunikasi, koordinasi, dan pembinaan berjalan secara konsisten di 121
internal UTD, antar tingkatan UTD, dan dengan pemangku kepentingan eksternal (Pemda,
5.1.3 Dinkes, RS, POM Puskesmas, vendor, dll.).
5.2 Kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana UTD 122
5.2 Nasional/Prov/Kabupaten/Kota meningkat.
123
5.2.1 Pegawai UTD terlatih dalam menerapkan GMP dan standar nasional sesuai dengan 124
5.2.1 tupoksi dan kompetensi yang diperlukan.
125
5.2.2 Tenaga Ahli Madya Teknik Transfusi Darah yang kompeten dan professional dihasilkan 126
5.2.2 secara memadai oleh Program D3 Teknologi Transfusi Darah (TTD).
5.2.3 Sarana prasarana, perlengkapan, peralatan, dan bahan habis pakai tersedia secara 127
5.2.3 memadai dan terstandarisasi di semua UTD.
128
5.2.4 Sistem Informasi Manajemen Unit Donor Darah (Simudda) berfungsi baik di semua 129
tingkatan untuk mendukung pencatatan, pelaporan, dan penelusuran pelayanan darah.
5.2.4
130
5.3 Ketersediaan darah yang aman, terjangkau dan berkualitas di semua UTD meningkat. 131
5.3
132
5.3.1 Upaya promosi Donor Darah Sukarela (DDS) dilakukan secara rutin dan meluas. 133
5.3.1
5.3.2 Sentralisasi pengolahan darah, uji saring, dan uji silang serasi dilaksanakan untuk 134
5.3.2 efektivitas dan efisiensi pelayanan darah.
135
5.3.3 Darah terdistribusi sesuai kebutuhan RS melalui jejaring pelayanan penyediaan darah. 136
5.3.3
5.3.4 Produksi reagen, kantong darah, dan fraksionasi plasma dilaksanakan secara mandiri 137
5.3.4 oleh UTD dan PMI Pusat.
138
139
140
141
142
143
5.3.5 Penelitian dan pengembangan pelayanan darah dilaksanakan oleh UTD Nasional dan 144
5.3.5 Provinsi.
6.1 Hubungan kerja sama PMI di semua tingkatan dengan pemerintah, sektor publik, swasta, 145
mitra gerakan, organisasi, lembaga donor nasional dan internasional, serta pemangku
6.1 kepentingan lainnya menguat di semua tingkatan.
6.1.1 Dokumen perjanjian kerja sama (MoU dan PKS) antara PMI dengan pemerintah, sektor 146
publik, swasta, mitra gerakan, organisasi, lembaga donor nasional dan internasional, serta
pemangku kepentingan lainnya tersedia dan diimplementasikan di PMI semua tingkatan.
6.1.1
6.1.2 Upaya membangun kerja sama dengan pemangku kepentingan dilakukan secara 147
konsisten oleh PMI semua tingkatan, termasuk mengimplementasikan Pedoman Kerja Sama.
6.1.2
148
149
6.2 Kapasitas Pengembangan Sumber Daya (PSD) untuk meningkatkan partisipasi mitra dan 150
6.2 masyarakat menguat.
151
152
6.2.1 Strategi peningkatan kapasitas PSD tersedia dan diimplementasikan oleh personel yang 153
6.2.1 kompeten di PMI semua tingkatan.
154
155
6.2.2 Peta mitra potensial untuk PSD secara nasional tersedia dan disosialisasikan ke PMI 156
6.2.2 Prov/Kabupaten/Kota.
6.2.3 Panduan yang mengatur mekanisme penggunaan hasil donasi disosialisasikan dan 157
6.2.3 diimplementasikan oleh PMI.
7.1 Prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi PMI dilaksanakan dengan baik. 158
7.1
159
160
7.1.1 Laporan perolehan dan penggunaan sumber daya, termasuk laporan keuangan dan 161
7.1.1 kegiatan, tersedia secara periodik untuk konsumsi internal maupun eksternal.
7.1.2 Audit terhadap penggunaan sumber daya PMI dilakukan setiap tahun oleh pihak internal 162
7.1.2 maupun eksternal dan ditindaklanjuti dengan baik.
7.1.3 Panduan mekanisme pengumpulan umpan balik dari penerima manfaat tersedia dan 163
7.1.3 diimplementasikan di PMI semua tingkatan.
7.2 Jangkauan, kualitas, dan intensitas dokumentasi, publikasi, promosi, dan advokasi 164
7.2 kegiatan/pelayanan PMI meningkat.
7.2.1 Peralatan dan perangkat dasar kehumasan (kamera foto, kamera video, alat 165
perekam/recorder), serta media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tersedia secara
7.2.1 memadai di PMI semua tingkatan.
7.2.2 Laporan analisis pemberitaan PMI yang dimuat di media massa (cetak, online, TV, 166
7.2.2 radio) dan media sosial (Twitter dan Facebook) tersedia secara teratur di PMI Pusat/Prov.
7.2.3 Produk-produk kehumasan untuk memublikasikan program dan layanan PMI diterbitkan 167
7.2.3 secara reguler kepada masyarakat/publik.
8.1 Pemahaman personel PMI dan pemangku kepentingan eksternal tentang nilai-nilai 168
8.1 kemanusiaan dan kepalangmerahan meningkat.
8.1.1 Media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Diseminasi Kepalangmerahan yang 169
8.1.1 diperbarui tersedia secara memadai di setiap tingkatan.
170
8.1.2 Pembinaan karakter nilai-nilai kemanusiaan dan kepalangmerahan dilaksanakan oleh 171
8.1.2 diseminator yang kompeten di semua tingkatan.
8.1.3 Kerja sama dengan institusi terkait (TNI, Polri, universitas, sekolah, LSM) dan masyarakat 172
terjalin untuk mendiseminasikan nilai-nilai kemanusiaan dan kepalangmerahan.
8.1.3
Indikator
1. UU Kepalangmerahan disahkan.
2. Jumlah kegiatan sosialisasi RUU kepalangmerahan.
3. PMI Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota melaksanakan Musyawarah Lima
Tahunan tepat waktu.
4. PMI Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota melaksanakan Musyawarah Kerja
sesuai jadwal yang ditetapkan.
5. Jumlah Peraturan Organisasi (PO) disesuaikan dengan AD/ART.
6. PMI Prov/Kabupaten/Kota menerima sosialisasi AD/ART.
7. PMI Kabupaten/Kota menggunakan rekening atas nama PMI.
8. Jumlah pegawai PMI Kabupaten/Kota memiliki kontrak kerja tertulis.
9. PMI Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota memiliki pencatatan aset sesuai
juklak/juknis.
10. PMI Provinsi/Kabupaten/ Kota memiliki aturan kepegawaian.
11. PMI Provinsi/ Kabupaten/Kota memiliki database kepegawaian yang
diperbarui setiap tahun.
12. Jumlah pegawai yang dimiliki PMI Prov/Kabupaten/Kota
13. PMI Pusat/Prov/ Kabupaten/Kota memiliki rencana kerja tahunan sesuai
Panduan Perencanaan dan Pelaporan.
14. PMI Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota memiliki laporan tahunan sesuai
Panduan Perencanaan dan Pelaporan.
15. Divisi/biro/unit di PMI Pusat memiliki laporan tahunan sesuai Panduan
Perencanaan dan Pelaporan.
16. PMI Provinsi/ Kabupaten/Kota menerima kunjungan bimbingan teknis
PMER.
17. PMI Provinsi/ Kabupaten/Kota menerima sosialisasi Panduan
Perencanaan dan Pelaporan.
18. PMI Provinsi/ Kabupaten/Kota mengirimkan laporan triwulan ke PMI
setingkat di atasnya sesuai Panduan Perencanaan dan Pelaporan.
19. Divisi/Biro/Unit PMI Pusat mengirimkan laporan triwulan ke Kepala Markas
sesuai Panduan Perencanaan dan Pelaporan.
20. PMI Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota memiliki Peta Kapasitas Organisasi
setiap dua tahun.
21. Jumlah program dukungan eksternal yang dievaluasi pada akhir program
oleh PMI Pusat.
22. PMI Provinsi/ Kabupaten/Kota memiliki Database Kepengurusan dan
Kemarkasan yang terdaftar di PMI Pusat.
23. PMI Pusat/Prov/ Kabupaten/Kota melakukan rapat pleno setiap bulan.
24. PMI Provinsi/ Kabupaten/Kota yang memiliki SK Kepengurusan dan
Kemarkasan.
25. PMI Provinsi menerima kunjungan pembinaan dari Pengurus Pusat
minimal satu kali setahun.
26. PMI Kabupaten/Kota menerima kunjungan pembinaan dari Pengurus
Provinsi minimal satu kali setahun.
27. PMI Prov/Kabupaten/Kota menerima kunjungan pembinaan teknis dari
staf PMI setingkat di atasnya minimal satu kali setahun.
28. Jumlah pegawai PMI Prov/Kabupaten/Kota yang digaji sesuai UMP/K.
29. Persentase sukarelawan KSR/TSR Kabupaten/Kota yang non-aktif
selama satu tahun.
30. Persentase sukarelawan (PMR/KSR/TSR) Kabupaten/Kota yang pernah
mengikuti kegiatan setiap triwulan.
31. Jumlah sekolah di Kabupaten/Kota yang memiliki unit PMR aktif.
32. Jumlah sukarelawan mitra (perusahaan/ organisasi/institusi) yang
dimobilisasi oleh PMI Pusat/Prov/ Kabupaten/Kota.
33. Jumlah sukarelawan yang diasuransikan oleh PMI Kabupaten/Kota.
34. Jumlah pengurus dan atau pegawai Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota yang
menerima pelatihan PMER.
35. Jumlah pelatih yang disertifikasi oleh PMI Pusat.
36. Jumlah sukarelawan Kabupaten/Kota yang dilatih spesialisasi pelayanan
prioritas I/II/III.
37. Jumlah pegawai PMI Pusat/ Prov/Kabupaten/Kota yang mengikuti
pelatihan teknis
38. Jumlah layanan yang diberikan oleh poliklinik kepada personel PMI Pusat/
Prov/Kabupaten/Kota setiap tiga bulan.
39. PMI Kabupaten/Kota memiliki Forel/Forpis aktif.
40. PMI Prov/Kabupaten/Kota melaksanakan jumbara.
41. PMI Pusat/Prov melaksanakan temu karya.
42. PMI Kabupaten/Kota memutakhirkan database sukarelawan setiap
triwulan.
43. Jumlah pelatihan PMI yang disertifikasi oleh lembaga nasional.
44. Jumlah kurikulum pelatihan yang diperbarui setidaknya empat tahun sekali
oleh PMI Pusat.
45. Peta analisis kebutuhan diklat secara nasional tersedia di PMI Pusat
setiap tahun.
46. Jumlah pelatih yang disertifikasi oleh PMI Pusat dimobilisasi per tahun.
47. Jumlah fasilitator PMR yang tersedia di sekolah dasar/menengah/ lanjutan
di Kabupaten/Kota.
48. Jumlah pelatih utama yang disahkan melalui SK dari PMI Pusat.
49. Jumlah pelatih yang disertifikasi oleh BNSP.
50. Jumlah kurikulum pelatihan mitra yang siap digunakan.
51. Jumlah pelatihan yang didaftarkan oleh PMI Pusat untuk akreditasi.
52. Jumlah laporan pelatihan dari PMI Prov/Kabupaten/Kota yang sesuai
Juknis manajemen pelatihan.
53. PMI Prov/Kabupaten/Kota memiliki kalender diklat tahunan.
54. Jumlah gudang regional yang berfungsi sesuai ketentuan PMI.
55. PMI Provinsi/Kabupaten /Kota memiliki posko yang aktif/berfungsi.
56. Pusat Pendidikan dan Pelatihan PMI memenuhi standar sertifikasi.
57. Jumlah gudang regional yang memiliki stok minimum ke empat jenis
barang bantuan prioritas.
58. PMI Kabupaten/Kota memiliki setidaknya lima jenis sarana prasarana
dasar operasional markas.
59. PMI Provinsi memiliki tempat penyimpanan barang bantuan.
60. Jumlah kegiatan pendidikan atau pelatihan yang diselenggarakan di
Pusdiklat PMI.
61. PMI Provinsi/ Kabupaten/Kota mengirimkan daftar inventaris aset ke
Pusat setiap tahun.
62. Persentase pengguna yang mengatakan ‘puas’ terhadap layanan surat
elektronik (email) korporat PMI.
63. Jumlah unduhan Aplikasi ‘First Aid PMI’/’Siaga Bencana’.
64. PMI Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota memiliki alokasi biaya pemeliharaan
TIK.
65. PMI Kabupaten/Kota memiliki jaringan internet.
66. Persentase pegawai PMI Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota yang
menggunakan alamat surat elektronik (email) resmi organisasi.
67. PMI Kabupaten/Kota memiliki jaringan radio komunikasi yang berfungsi.
68. Jumlah spesialis tanggap darurat tingkat nasional.
69. Jumlah kegiatan simulasi tanggap darurat di PMI Kabupaten/Kota yang
sesuai SOP
70. Jumlah anggota tim Satgana di PMI Kabupaten/Kota.
71. Jumlah spesialis tanggap darurat di PMI Provinsi.
72. Jumlah kegiatan simulasi tanggap darurat yang dilakukan oleh PMI
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota setiap tahun.
73. Jumlah penerima manfaat yang dijangkau oleh pelayanan darurat PMI
Kabupaten/Kota.
74. PMI Provinsi memiliki setidaknya lima alat pendukung operasional
pelayanan darurat.
75. PMI Kabupaten/Kota memiliki setidaknya empat jenis perlengkapan tim
pelayanan darurat.
76. PMI Kabupaten/Kota memiliki setidaknya dua jenis peralatan komunikasi
untuk keadaan darurat.
77. PMI Kabupaten/Kota memiliki fasilitas pelayanan ambulans 24 x 7.
78. Jumlah stok barang bantuan yang ada di gudang atau tempat
penyimpanan di PMI Provinsi.
79. Jumlah kejadian darurat yang direspon PMI Kabupaten/Kota dalam kurun
waktu enam jam pertama.
80. Jumlah dana kontingensi yang dimiliki PMI
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota.
81. PMI Pusat/ Prov/ Kabupaten/Kota memiliki rencana operasi dalam kurun
waktu 3x24 jam setelah kejadian darurat.
82. Jumlah panduan/ SOP/kurikulum terkait tanggap darurat yang diterbitkan
oleh PMI Pusat.
83. Jumlah laporan kejadian yang dikirimkan PMI Kab/ Kota ke PMI
Pusat/Prov.
84. Jumlah pelayanan ambulans PMI Kabupaten/Kota yang direspon melalui
SPGDT.
85. PMI Pusat/Prov/Kab/ Kota memiliki Rencana Kontingensi tahunan.
86. Jumlah informasi peringatan dini yang diteruskan kepada masyarakat
setempat oleh PMI Kabupaten/Kota.
87. Jumlah kasus RFL yang ditindaklanjuti oleh PMI Kabupaten/Kota hingga
prosedur selesai.
88. PMI Kabupaten/Kota memiliki setidaknya lima desa binaan setiap tahun.
89. PMI Kabupaten/Kota memiliki setidaknya lima sekolah binaan setiap
tahun.
90. Jumlah sekolah sehat di wilayah kerja PMI Kabupaten/Kota.
91. Jumlah sekolah siaga bencana di wilayah kerja PMI Kabupaten/Kota.
92. Jumlah penerima manfaat langsung program kesiapsiagaan bencana di
PMI Kabupaten/Kota.
93. Jumlah penerima manfaat langsung program kesehatan berbasis
masyarakat di PMI Kabupaten/Kota.
94. Jumlah Panduan/SOP program-program berbasis masyarakat yang
tersedia di PMI Pusat.
95. Jumlah materi KIE yang didistribusikan kepada masyarakat oleh PMI
Kabupaten/Kota.
96. Jumlah program berbasis masyarakat yang dilaksanakan di PMI
Kabupaten/Kota.
97. Jumlah spesialis program berbasis masyarakat di PMI Prov.
98. Jumlah pegawai/ sukarelawan PMI Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota yang
menerima pelatihan di bidang program berbasis masyarakat.
99. Jumlah penerima manfaat langsung layanan sosial di PMI
Kabupaten/Kota.
100. Jumlah Panduan/SOP, perangkat penunjang pelayanan sosial yang
tersedia di PMI Pusat.
101. Jumlah kegiatan pelayanan sosial yang dilaksanakan di PMI
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
102. Jumlah pegawai/ sukarelawan PMI Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota yang
menerima pelatihan di bidang pelayanan sosial.
103. RS PMI mendapatkan sertifikat akreditasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) atau Joint Commission International (JCI) tingkat paripurna
Kementerian Kesehatan RI.
104. Rasio Bed Occupancy Rate (BOR) selama setahun.
105. Persentase peningkatan profit rumah sakit per tahun.
106. Jumlah pegawai rumah sakit yang menerima sosialisasi standar
Pelayanan KARS/JCI.
107. Jumlah pegawai rumah sakit yang memenuhi standar kompetensi
penilaian kinerja.
108. Jumlah pegawai rumah sakit yang dilatih dalam PPI/K3RS.
109. Jumlah kunjungan rawat jalan selama setahun di RS PMI.
110. Jumlah jenis layanan spesialis/sub-spesialis yang disediakan di RS PMI
111. Jumlah personel yang telah mendapatkan pendidikan/pelatihan di RS
PMI.
112. UTD Prov/Kabupaten/Kota memenuhi standar Good Manufacturing
Practice (GMP).
113. UTD Prov/Kabupaten/Kota memenuhi Standar Nasional.
114. Jumlah UTD Prov/ Kabupaten/Kota dengan Struktur Organisasi sesuai
standar.
115. Persentase UTD Prov/Kabupaten/Kota yang lulus penilaian Pemantapan
Mutu Eksternal (PME).
116. UTD Nasional/Prov/ Kabupaten/Kota melaksanakan penilaian kinerja
pegawai setiap tahun.
117. Jumlah pegawai UTD Nasional/Prov/Kabupaten/Kota dengan gaji pokok
sesuai sistem penggajian Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berlaku.
118. UTD Nasional/Prov/ Kabupaten/Kota melakukan audit keuangan oleh
eksternal setiap tahun.
119. UTD Nasional/Prov/ Kabupaten/Kota memiliki rencana kerja tahunan.
120. UTD Nasional/Prov/ Kabupaten/Kota memiliki laporan tahunan
pelaksanaan kegiatan.
121. UTD Kabupaten/Kota menerima kunjungan pembinaan dari UTD
Provinsi/Pusat minimal sekali setahun.
122. Jumlah Diklat UTD yang diakreditasi oleh Kemenkes.
123. Jumlah pegawai UTD Nasional/Prov/Kabupaten/ Kota yang memenuhi
25 Satuan Kredit Profesional (SKP) dalam 5 tahun.
124. Jumlah pegawai UTD Nasional/Prov/Kabupaten/ Kota yang mengikuti
pelatihan GMP.
125. Jumlah pegawai UTD Nasional/Prov/Kabupaten/ Kota yang
mendapatkan pelatihan minimal sekali setahun
126. Persentase lulusan Program D3 TTD yang terserap di institusi pelayanan
kesehatan.
127. UTD Nasional/Prov/ Kabupaten/Kota memiliki peralatan sesuai dengan
kelas pelayanannya.
128. UTD Nasional/Prov/ Kabupaten/Kota menggunakan kantong darah dan
reagen yang sesuai standar nasional
129. UTD Nasional/Prov/ Kabupaten/Kota menggunakan Sistem Informasi
Manajemen Unit Donor Darah (Simudda)
130. UTD Prov/Kabupaten/Kota mengirimkan laporan kegiatan pelayanan ke
UTD Nasional melalui SIMUDDA.
131. Persentase pedonor darah sukarela di UTD Prov/Kabupaten/Kota yang
menyumbangkan darahnya 3-4 kali dalam setahun.
132. Jumlah darah (kantong) yang dapat digunakan untuk pengobatan setiap
tahun di UTD Prov/Kabupaten/Kota.
133. Jumlah orang yang dijangkau dalam kegiatan promosi Donor Darah
Sukarela (DDS) setiap triwulan oleh UTD Nasional/Prov/Kab/ Kota.
134. Jumlah UTD Kabupaten/Kota yang menjalankan sentralisasi.
135. Jumlah sentralisasi yang terbentuk
136. Persentase permintaan darah yang rasional dan sesuai indikasi medis di
RS terpenuhi di wilayah kerja UTD Kabupaten/Kota.
137. Jumlah jenis reagen yang diproduksi.
138. Jumlah reagen yang diproduksi.
139. Jumlah produk minipool cryoprecipitate yang diproduksi.
140. Persentase kemajuan pembangunan pabrik kantong darah.
141. Persentase penggunaan kantong Korean Green Cross (KGC) Original
Equipment Manufacturer (OEM) di semua UTD.
142. Persentase kemajuan pembangunan fraksionator plasma.
143. Jumlah kantong plasma yang dikirim ke fraksionator dalam setahun.
144. Jumlah penelitian yang dilakukan oleh UTD Nasional/Prov.
145. Jumlah mitra yang memiliki kerja sama formal dengan PMI
Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota.
146. Jumlah Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh PMI
Pusat/Prov/ Kabupaten/Kota.
147. Jumlah media promosi yang telah didistribusikan ke mitra potensial oleh
PMI Pusat/Prov /Kabupaten/Kota
148. Jumlah MoU yang ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS)
oleh PMI Pusat/Prov /Kabupaten/Kota.
149. Jumlah kegiatan yang dilakukan oleh PMI Pusat/Prov/ Kabupaten/Kota
bekerja sama dengan mitra.
150. Jumlah pendapatan unit usaha PMI Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota per
tahun.
151. Jumlah proposal yang diajukan PMI Pusat disetujui oleh lembaga donor.
152. Jumlah pendapatan PMI Prov/Kabupaten/Kota yang berasal dari
pelatihan eksternal.
153. PMI Provinsi mengirimkan dokumen strategi peningkatan kapasitas PSD
ke PMI Pusat.
154. Jumlah unit usaha PMI Pusat/Prov /Kabupaten/Kota yang masih aktif
beroperasi.
155. Jumlah pelatihan yang diberikan oleh PMI Prov/Kabupaten/Kota kepada
eksternal.
156. PMI Provinsi/ Kabupaten/Kota menerima laporan peta potensi mitra
PSD.
157. PMI Provinsi/ Kabupaten/Kota menerima dana donasi sesuai dengan
panduan yang ditetapkan.
158. PMI Prov/Kabupaten/Kota menerbitkan laporan hasil penggalangan dana
setiap tahun.
159. Persentase anggaran PMI Kabupaten/Kota yang dialokasikan untuk
pelayanan.
160. PMI Pusat/Prov melakukan audit eksternal terhadap penggunaan dana
PMI setiap tahun.
161. Jumlah laporan keuangan yang dikirimkan kepada mitra setiap tiga bulan
oleh PMI Pusat/Prov/ Kabupaten/Kota.
162. PMI Kabupaten/Kota melakukan audit terhadap penggunaan dana PMI.
163. PMI Kabupaten/Kota melakukan setidaknya satu kali ‘survey
pengumpulan umpan balik’ dalam setahun.
164. Jumlah orang yang dijangkau oleh pemberitaan media massa tentang
program/pelayanan PMI Kabupaten/Kota.
165. PMI Prov/Kabupaten/Kota memiliki setidaknya dua peralatan dasar
kehumasan.
166. Jumlah total berita PMI yang dimuat pada media massa lokal/nasional di
Pusat/Prov/ Kabupaten/Kota.
167. Jumlah produk promosi/publikasi yang didistribusikan oleh PMI
Pusat/Prov/ Kabupaten/Kota.
168. Persentase responden yang disurvey oleh PMI Pusat yang dapat
menyebutkan mandat PMI secara benar.
169. Jumlah diseminator yang sertifikasi di PMI
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota.
170. Jumlah orang yang mengikuti kegiatan diseminasi kepalangmerahan di
PMI Kabupaten/Kota.
171. Jumlah media KIE Diseminasi Kepalangmerahan yang didistribusikan
oleh PMI Pusat/Prov/ Kabupaten/Kota.
172. Jumlah kegiatan diseminasi yang dilaksanakan oleh PMI Pusat/Prov/
Kabupaten/Kota bersama mitra.
CONTOH KEGIATAN-KEGIATAN UNT
OP PMI Pusat
TUJUAN STRATEGIS 1:
Mewujudkan PMI yang berfungsi baik di semua tingkatan, serta sinergis dalam pelaksanaan kegiatan, pe
1.1.1 · Melaksanakan pertemuan advokasi dengan DPR/DPRD,
Pemerintah Pusat dan daerah, dan Ormas.
· Menyelenggarakan seminar/lokakarya legislasi
kepalangmerahan.
1.2.1 · Mencetak, mendistribusikan, dan mensosialisasikan AD/ART
(bahasa Indonesia dan Inggris).
· Melaksanakan Musyawarah Kerja.
· Meninjau dan merevisi PO/Juklak.
· Mensosialisasikan PO/Juklak.
· Menyelenggarakan lokakarya penyusunan hirarki produk
hukum PMI dan perangkatnya.
1.3.1 · Mensosialisasikan Renstra/Renops.
TUJUAN STRATEGIS 2: Meningkatkan kapasitas sumber daya organisasi PMI di semua tingkatan, baik sum
masyarakat.
2.1.1 · Menyusun dan memutakhirkan database kepegawaian.
TUJUAN STRATEGIS 3: Meningkatkan kualitas operasi penanganan bencana dan krisis kesehatan di selur
3.1.1 · Membentuk dan melatih tim spesialis TDB regional, nasional
dan internasional.
· Menyusun panduan pelayanan respon darurat dan pasca
bencana (mis. Cash Transfer Program (CTP), Dead Bodies
Management (DBM), Disaster Victims Identification (DVI)).
TUJUAN STRATEGIS 4: Meningkatkan ketahanan masyarakat untuk mengurangi risiko dan dampak benca
pelayanan kesehatan rujukan.
4.1.1 · Meninjau, merevisi dan menerbitkan panduan/SOP program-
program berbasis masyarakat di bidang kesiapsiagaan dan
kesehatan (mis. ICBRR, CBHFA).
4.1.2 · Menyusun dan mencetak media KIE dan alat peraga untuk
program-program berbasis masyarakat.
·
4.1.3 · Menyelenggarakan pelatihan tingkat nasional untuk personil
kegiatan program-program berbasis masyarakat (mis. Sekolah
Sehat, Sekolah/Kampus Siaga Bencana, ICBRR, KPBBM).
· Merekrut staf medis dan non-medis sesuai standar kompetensi personil RS.
· Menyusun/merevisi, mensosialisasikan, dan memantau pelaksanaan panduan pelayanan beserta SOPnya
4.3.3 · Melaksanakan pelatihan pelatih PPI, K3RS, dan Keselamatan Pasien.
· Memantau pelaksanaan program PPI, K3RS, dan Keselamatan Pasien secara berkala.
· Melaksanakan simulasi PPI, K3RS dan Keselamatan Pasien RS secara berkala.
4.3.4 · Memberikan pendidikan berkelanjutan uuntuk tenaga medik sub-spesialis.
· Mengajukan akreditasi seksi pendidikan dan pelatihan, serta sertifikasi pelatih kepada Kemenkes.
TUJUAN STRATEGIS 5: Meningkatkan ketersediaan darah yang aman, mudah dijangkau, dan berkualitas
5.1.1 · Meninjau, merevisi dan menerbitkan kebijakan, peraturan,
panduan terkait GMP pelayanan darah.
· Mendiseminasikan kebijakan, peraturan, panduan terkait GMP
pelayanan darah ke UDDP/C.
5.1.2 · Melakukan penilaian PME terhadap UDD dan penilaian kinerja
pegawai (DP2).
5.1.3 · Memantau UDD semua tingkatan dalam pembuatan rencana
kerja, laporan pelaksanaan kegiatan tahunan, dan laporan
kegiatan pelayanan melalui SIMUDDA.
TUJUAN STRATEGIS 8: Meningkatkan pemahaman seluruh elemen masyarakat tentang nilai-nilai keman
Internasional melalui upaya komunikasi, edukasi, dan diseminasi.
8.1.1 · Meninjau, merevisi dan atau menyusun media KIE Diseminasi
Kepalangmerahan sesuai kelompok sasaran (mis. jurnalis,
kelompok usia sekolah, usia bekerja).
an, serta sinergis dalam pelaksanaan kegiatan, peraturan organisasi, sistem, dan prosedur yang ditetapkan.
· Memberikan masukan terhadap RUU Kepalangmerahan.
· Mensosialisasikan Renstra/Renops.
daya organisasi PMI di semua tingkatan, baik sumber daya manusia maupun sarana prasarana yang diperlukan untuk me
N/A
· Mengelola aset
· Menyusun laporan inventarisasi aset.
penanganan bencana dan krisis kesehatan di seluruh wilayah Indonesia, baik dari segi kecepatan, cakupan, dan efektivit
· Menyeleksi, melatih, membina Satgana PMI Kab/Kota untuk
menjadi tim respon provinsi.
· Mendiseminasikan panduan pelayanan respon darurat dan
pasca bencana
·
·
nance Imaging (MRI), C Arm, dental X-ray, laparoskopi, dan Cath Lab.
TIKes dan sarana pendukungnya.
N/A
ma dengan pemerintah pusat dan daerah, sektor publik, swasta, mitra gerakan, lembaga donor, dan pemangku kepentin
N/A
N/A
· Mengelola aset
· Menyusun laporan inventarisasi aset.
·
an KARS.
standar profesi.
b.
nesia.
· Melaksanakan kebijakan, panduan terkait GMP pelayanan
darah di UDDC
N/A
rnasional.
· Membuat laporan periodik perolehan dan penggunaan donasi,
untuk internal maupun eksternal.
N/A
Tujuan Strategis :
Tujuan Strategis …. :
Sub Total -
Pengurus
PALANG MERAH INDONESIA
Kabupaten ……………….
Ketua
………………………………………………..
###
Q1 Q2 Q3 Q4 Akhir Tahun
Tujuan Strategis 1
Mewujudkan PMI yang berfungsi baik di semua tingkatan, serta sinergis dalam pelaksanaan kegiatan, peraturan organisasi, sistem, dan prosedur yang ditetapkan.
1.2 AD/ART, Peraturan Organisasi (PO) PMI, dan Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak), serta produk hukum yang sudah
diterbitkan melembaga di semua tingkatan.
3. PMI Kabupaten A melaksanakan Musyawarah Lima Tahunan
tepat waktu. 1 1 1 1
4. PMI Kabupaten A melaksanakan Musyawarah Kerja sesuai
jadwal yang ditetapkan. 1 1 1 1
8. Jumlah pegawai PMI Kabupaten/Kota memiliki kontrak kerja
tertulis. 2 2 100% 2 1 50% 4 3
3.1 Kapasitas personel spesialis pelayanan darurat PMI
meningkat.
70. Jumlah anggota tim Satgana di PMI Kabupaten/Kota. 30 20 67% 30 30 100% 60 50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Akhir Tahun
100%
100%
75%
83%
PROGRAM KERJA PMI KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2017
Tujuan Strategis 1 :
Mewujudkan PMI yang berfungsi baik disemua tingkatan, serta sinergi dalam pelaksanaan, peraturan organisasi, dan prosedur yang ditetapkan
Outcome Indikator Target Output Indikator Target Kegiatan Anggaran
1.2 AD/ART, Peraturan 4 PMI Kota Desember 1.2.1 AD/ART, Peraturan 6 PMI Kota menerima Des Melaksanakan 10,020,000.0
Organisasi (PO) PMI melaksanakan 2017 Organisasi (PO) PMI sosialisasi AD/ART 2017 Musyawarah Kerja
dan Petunjuk Musyawarah Kerja dan Petunjuk Jan-Des 1 Rapat Pengurus PMI Kota 4,000,000.0
Pelaksanaan (Juklak), sesuai jadwal yang Pelaksanaan (Juklak), 2 Rapat Pengurus PMI Kec. 3,000,000.0
serta produk hukum telah ditetapkan serta produk hukum Mei Peringatan HUT PM/BSM 3,000,000.0
yang sudah diterbitkan tersedia dan Sept Peringatan HUT PMI 4,000,000.0
melembaga di PMI diimplentasikan di April 1 Pemilihan Pengurus 2,000,000.0
Kota PMI Kota Kecamatan
2 Pelantikan Pengurus 9,000,000.0
Kecamatan
8 Jumlah pegawai PMI 40 orang Memutakhirkan -
yang memiliki kontrak SK Kontrak setiap tahun
kerja tertulis
9 PMI Kota memiliki Pebruari Mencatat aset sesuai -
pencatatan aset sesuai 2017 juklak juknis
Juklak / Juknis
10 PMI Kota memiliki Pebruari Update peraturan -
aturan kepagawaian 2017 kepegawaian
11 PMI Kota memiliki Nop Update database -
database yang 2017 Kepegawaian
diperbarui setiap tahun
1.3 Sistem Perencanaan, 13 PMI Kota memiliki Jan-Des 1.3.2 Dokumen Perencanaan 18 PMI kota mengirim Jan - Des 1 Menyusun rencana -
Monitoring, Evaluasi, rencana kerja 2017 dan pelaporan yang laporan semester ke PMI 2017 kerja tahunan
dan Pelaporan (PMER) tahunan sesuai sesuai dengan Panduan Provinsi sesuai Panduan 2 Membuat laporan -
PMI berfungsi baik Panduan Perencanaan Perencanaan dan Perencanaan Semester
di PMI Kota dan Pelaporan Pelaporan tersedia
4
1.3.5 database Kepengurusan 22 PMI Kota Memiliki Data Pebruari Menyusun dan -
dan Kemarkasan PMI di base Kepengurusan dan 2017 memutakhirkan
mutakhirkan secara Kemarkasan database kepengurusan
rutin dan kemarkasan
1.4 Mekanisme koodinasi 23 PMI Kota melakukan 1.4.1 Komunikasi dan 24 PMI Kota memiliki SK Jan-Des 1 Rapat Pleno Pengurus 4,400,000.0
komunikasi, dan rapat pleno setiap koordinasi internal dan Kepengurusan dan 2017 2 Rapat rutin Markas 420,000.0
pembinaan berjalan bulan antar tingkatan PMI, Kemarkasan 3 Rapat Rutin Karyawan 2,400,000.0
dengan baik di PMI terlaksana seauai aturan 4 Rapat Pengurus Kec 3,000,000.0
Kota yang ditetapkan
1.4.2 Kegiatan pembinaan 27 PMI Kota menerima Jul-17 1 Pembinaan pengurus 4,400,000.0
berjenjang bidang or- kunjungan pembinaan Kota dalam rangka
ganisasi dan program teknis dari staf PMI pemantapan keyakinan
dilakukan secara rutin setingkat di atasnya beragama
sesuai kebutuhan minimal 1 x setahun ( Halal Bihalal )
2 Bingkisan Lebaran 19,500,000.0
(Pengurus Kota / Kec.
Dewan Kehormatan,
Karyawan
Sub Total 69,140,000.0
Tujuan Strategis 2 :
Meningkatkan kapasitas sumber daya organisasi PMI di semua tingkatan, baik sumber daya manusia maupun sarana dan prasaran yang diperlukan untuk melayani masyarakat
Outcome Indikator Target Output Indikator Target Kegiatan Anggaran
2.1 Manajemen SDM PMI 28 Jumlah pegawai PMI Jan - Des 1 Gaji karyawan Markas 184,200,000.0
yang mencakup Kota yang digaji dan Poliklinik 90,900,000.0
rekrutmen, pelatihan, sesuai UMK 2 Operasional 13,200,000.0
penugasan, supervisi pelaksana harian
pemberian 29 Persentase relawan ……. % 2.1.1 SDM bidang teknis 31 Jumlah relawan Kota Jan - Des 1 Melakukan pelatihan 17,500,000.0
penghargaan, serta KSR/TSR Kota yang dan manajerial tersedia spesialisasi dasar KSR
penilaian kinerja non aktif selama sesuai kebutuhan dan pelayanan prioritas 2 Pembinaan Relawan PMI 2,400,000.0
meningkat satu tahun terlatih untuk I/II/III Fasl.PMR/KSR/TSR/Sibat
5
9 ATK , FC 4,800,000.0
10 Perjalanan dinas dalam 30,000,000.0
dan luar provinsi
Pajak kenadaraan 2,000,000.0
59 PMI Kota memiliki jan - Des 11 Perawatan gedung, 20,000,000.0
tempat penyimpanan
barang bantuan
2.3.2 Aset atau sarana 61 PMI Kota mengirim Nop 1 Menyusun dan -
dan prasarana daftar inventaris aset 2017 mengirim daftar
dasar PMI dikelola ke PMI Pusat setiap inventaris aset
sesuai dengan tahun
panduan yang
ditetapkan
Tujuan Strategis 3 :
Meningkatkan kualitas operasi penanganan bencana dan krisis kesehatan di seluruh wilayah Indonesia, baik dari segi kecepatan, cakupan, dan efektivitas pelayanan
3.3 Sistem manajemen 79 Jumlah kejadian Aktual 3.3.1 Kerangka kerja, panduan 83 Jumlah laporan Aktual 1 Mengirim laporan setiap -
pelayanan darurat darurat yang direspon dan SOP dalam kegiatan yang dikirim kejadian bencana
diimplementasikan PMI Kota dalam kurun menjalankan mekanisme PMI Kota ke PMI
di PMI PMI Kota waktu enam jam pelayanan dan koordi- Provinsi
pertama nasi tanggap darurat
tersedia serta siap
digunakan di PMI Kota
Sub Total 23,750,000.0
Tujuan Strategis 4 :
Meningkatan ketahanan masyarakat untuk mengurangi risiko dan dampak bencana serta penyakit melalui program-progran kesiapsiagaan, kesehatan,
dan sosial, serta pelayanan kesehatan rujukan.
Outcome Indikator Target Output Indikator Target Kegiatan Anggaran
4.2 Kapasitas PMI 99 Jumlah penerima 4,188 4.2.2 Kegiatan-kegiatan 101 Jumlah kegiatan Jan-Des Bakti Sosial 8,000,000.0
dalam memberikan manfaat langsung orang pelayanan sosial pelayanan sosial yang 2017 dalam SPK / MPS
pelayanan sosial layanan sosial oleh staf / sukarelawan di PMI Kota
untuk masyarakat di PMI Kota yang kompeten di PMI
meningkat Kota 102 Jumlah pegawai/ Jan-Des 1 Pelayanan Pos PP 7,750,000.0
sukarelawan PMI Kota 2017 Hari Raya Idul fitri
yang menerima 2 Pos PP Markas PMI 1,500,000.0
pelatihan di bidang 3 Pelayanan Pos PP 5,500,000.0
pelayanan sosial . Natal 2017/ Tahun Baru
4 Pos PP SEMIPRO 1,500,000.0
5 Pos PP POR Kota 1,000,000.0
6 PosPP Hari Besar Nas. 1,000,000.0
Tujuan Strategis 5 :
Meningkatkan ketersediaan darah yang aman, mudah dijangkau, dan berkualitas di seluruh Indonesia
Outcome Indikator Target Output Indikator Target Kegiatan Anggaran
5.1 Kapasitas Unit Donor 112 UTD Kota Probolinggo 35 5.1.1 Kebijakan,peraturan, 114 UTD Kota dengan Triwulan 1 1 memutakhirkan struktur
Darah (UTD) yang memenuhi standart panduan terkait Good Struktur Organisasi organisasi sesuai
sesuai standart Good Manifacturing Manufacturing Practice sesuai standart. standart
nasional meningkat Praktice (GMP) (GMP) pelayanan darah Triwulan 2 2 Pelaksanaan ISO (lanjut) 40,000,000.0
tersedia dan Triwulan 2 3 Update SPO terbaru 10,000,000.0
113 UTD Kota memenuhi diimplementasikan Triwulan 2 4 Pembuatan TPS 20,000,000.0
standart nasional di UTD Kota Triwulan 1 5 Pembuangan limbah 12,000,000.0
Triwulan 2 6 Perijinan UTD dan staf -
SUB TOTAL 82,000,000.0
5.1.2 Sistem manajemen 116 UTD Kota melaksanakan 1 Terbentuk standar
UTD, termasuk struktur penilaian kinerja penilaian pegawai UTD
organisasi,kepegawaian pegawai setiap tahun
keuangan, perencanaan 117 Jumlah pegawai UTD 12 kali 1 Penggajian sesuai PNS 480,000,000.0
dan pelaporan, berjalan dengan gaji pokok sesuai dan kemampuan UTD
dengan baik sistem penggajian 12 kali 2 Pembayaran BPJS Staf 15,255,000.0
Pegawai Negeri Sipil 1 kali 3 Gaji-13 26,000,000.0
(PNS) yang berlaku. 1 kali 4 Tunjangan Hari Raya staf 16,150,000.0
9
5.2 Kapasitas Sumber 122 Diklat UTD Kota 5.2.1 Pegawai UTD terlatih 124 Jumlah pegawai UTD 4 kali 1 Pelatihan tentang GMP 16,000,000.0
Daya Manusia (SDM) yang diakreditasi oleh dalam menerapkan GMP Kota yang mengikuti dan implementasi
dan sarana prasarana Kemenkes. dan standart nasional pelatihan GMP
UTD Kota meningkat sesuai dengan tupoksi 125 Jumlah pegawai UTD 6 kali 2 Seminar Ilmiah 18,000,000.0
dan kompetensi yang Kota yang mendapat
diperlukan pelatihan minimal 1 kali 3 Studi banding GMP 30,000,000.0
sekali setahun
5 kali 4 Pelatihan UTDP 45,000,000.0
SUB TOTAL 109,000,000.0
10
123 Jumlah Pegawai UTD 5.2.2 Tenaga Ahli Madya 126 Persentase lulusan 1 kali 1 Penerimaan pegawai 2,000,000.0
Nasional/Prov/ Kab/ teknik Transfusi Darah Program D3 TTD yang baru UTD
Kota yang memenuhi yangkopeten dan terserap diinstitusi
25 Satuan Kredit profesional dihasilkan pelayanan kesehatan.
Personal (SKP) dalam secara memadahi oleh
5 tahun. Program D3 teknologi
Transfusi Darah (TTD).
SUB TOTAL 2,000,000.0
5.2.3 Sarana prasarana 127 UTD Kota memiliki Triwulan 1 1 Pengandaan 2 unit kursi 40,000,000.0
perlengkapan, peralatan peralatan sesuai dengan donor
dan bahan habis pakai kelas pelayanannya Triwulan 1 2 Pengadaan 1 Unit Motor 25,000,000.0
tersedia secara memadai pengantar darah
dan terstandarisasi Triwulan 1 3 Pengadaan 2 unit printer 1,200,000.0
di UTD Kota Triwulan 1 4 Pengadaan TV Penunggu 4,000,000.0
Triwulan 1 5 Pengadaan lemari logistik 15,000,000.0
6 Pengadaan hemoscale -
Triwulan 1 7 Pengadaan mikropipet 9,000,000.0
5uL, 25uL, 50uL
Triwulan 1 8 Pengadaan indikator suhu 5,000,000.0
Triwulan 2 9 Pengadaan penunjang 1,000,000.0
lainya (klem, gunting, dll)
6 kali 10 Sevis alat dan penunjang 15,000,000.0
kegiatan UTD PMI
Triwulan 3 11 Pajak Mobil UTD PMI 900,000.0
12 kali 12 Pembayaran rekening 66,600,000.0
listrik, air, telepon /
internet
Triwulan 1 13 Perbaikan Gedung dan 233,545,000.0
Sarana Penunjang
11
128 UTD Kota menggunakan 7.680 test 1 Pengadaan reagen IMLTD 998,400,000.0
kantong darah dan 9.600 bags 2 Pengadaan kantong 480,000,000.0
reagen yang sesuai darah
standart nasional. 6 kali 3 Pengadaan Reagen 270,000,000.0
Cross Match (Liss & Gell)
6 kali 4 Pengadaan Antisera 38,880,000.0
Golongan Darah A,B,D
12 kali 5 Pengadaan Reagent Hb 55,000,000.0
Microcuvette & Cupri S
12 kali 6 Pengadaan BHP yang lain 36,000,000.0
Handscoen, Alkohol70%,
yellowtipe, Handyplas,
plester, Pz,Alsever,
amidis tabung, dll
12 kali 7 Pengadaan konsumsi 12,000,000.0
donor darah
12 kali 8 Belanja Keperluan 42,000,000.0
rumah Tangga UTD PMI
12 kali 9 Belanja Adinistrasi kantor 48,000,000.0
dan laboratorium
SUB TOTAL 981,880,000.0
5.2.4 Sistem Informasi 129 UTD Kota menggunakan Triwulan 1 1 Pemasangan dan 7,040,000.0
Manajemen Unit Donor Sistem Informasi pelatihan SIMMUDA
Darah (SIMMUDA) Manajemen Unit Donor (lanjutan)
berfungsi baik disemua Darah (SIMMUDA) Triwulan 1 2 Pengadaan Printer 6,000,000.0
tingkatan untuk barcode
mendukung pencatatan, 130 UTD Kota mengirim Triwulan 1 3 Pengadaan scanner 3,000,000.0
pelaporan dan penelu laporan kegiatan barcode
suran pelayanan darah. pelayanan ke UTD
Nasional melelui
SIMMUDA
SUB TOTAL 16,040,000.0
12
5.3 Ketersediaan darah 131 Persentase pendonor 5.3.1 Upaya promosi Donor 133 Jumlah darah yang 1000 lbr 1 Pembuatan leaflet 1,500,000.0
yang aman, terjangkau darah sukarela di UTD Darah Sukarela(DDS) dijangkau dalam
dan berkualitas di Kota yang dilakukan secara rutin kegiatan promosi Donor 6 buah 2 Pembuatan banner tiap 900,000.0
UTD Kota menyumbangkan dan meluas. Darah Sukarela (DDS) Forkesi
darahnya 3-4 kali setiap triwulan oleh
dalam setahun UTD Kota. 750 eks 3 Pembuatan Kalender 8,250,000.0
SUB TOTAL 10,650,000.0
132 Jumlah darah 5.3.2 Sentralisasi pengolahan 134 Jumlah UTD Kota yang 0
(kantong) yang dapat darah , uji saing dan uji menjalankan
digunakan untuk silang serasi sentralisasi
pengobatan setiap dilaksanakan untuk
tahun di UTD Kota efektifitas dan efisiensi 135 Jumlah sentralisasi
pelayanan darah yang terbentuk
5.3.3 Darah terdistribusi 136 Persentase permintaan 0
sesuai kebutuhan RS darah yang rasional dan
melalui jejaring sesuai indikasi medis
pelayanan penyediaan di RS terpenuhi di
darah wilayah kerja UTD Kota
SUB TOTAL -
Triwulan 3 1 Pembuatan Piagam 600,000.0
Penghargaan DDS 10x,
25x dan 50x
Pengurus Kota
PALANG MERAH INDONESIA
Probolinggo
Ketua
H. INDI EKO YANUARTO, ST. MM.
14