Anda di halaman 1dari 3

Tugas Cerpen

Nama : I Dewa Nyoman Gede Megantara


NIM : 20190110104
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

ANGKAT GELAS

“Ting ting!, Mari kita bersulang”, terdengar suara sekelompok pemuda yang sedang asik
berpesta minuman beralkohol. Riko dan teman-temannya membunyikan gelasnya sembari
bernyanyi di sebuah Kafe Bulan.

Setelah mentari menghilang, tiba-tiba terdengar suara “Greng! Greng! Brum! Brum!”
sekelompok pemuda lainya datang ke kafe tersebut. Dua orang pemuda yang masih duduk
di bangku Sekolah Menengah, Agus dan Yuda terlihat berjalan di depan teman-temannya
memimpin kelompok mereka. Mereka mencari tempat duduk dan memasan minuman.
Kemudian Agus terlihat asik menuangkan minuman ke sloki dan memberikan teman-
temanya secara bergantian. Yuda memainkan gitarnya memimpin teman-temannya
bernyanyi sembari menikmati minuman keras yang disebut arak, minuman beralkohol
berasal dari Bali.

Semakin keras dan keras terdengar nyanyian dari dua kelompok pemuda, seolah-olah terlihat
saling menunjukan bahwa kelompok mereka lebih hebat. “Wong deso!” terdengar
celetukan yang memancing celetukan balasan “Kanggo Cang!”, -Kanggo Cang- adalah
bahasa Bali yang berarti -terserah aku dong!-.

Tiba-tiba kelompok yang dipimpin oleh Agus dan Yuda berdiri, mereka bersama-sama
berjalan mengarah ke parkir. Semua mata tiba-tiba mengarah ke arah jalan dan situasi
sejenak sepi. Mereka menghidupkan motornya “brum!”, dan pergi meninggalkan Kafe
Bulan.

Sesaat kemudian, Wayan dan Adi datang kembali ke Kafe Bulan, “Jek gas kerasin jog, pang
makejang ningeh!” kata Adi kepada Wayan yang berarti –digas keras-keras supaya semua
dengar-. “Brum! Brum!”, mereka berdua dalam keadaan mata merah dan mengegas keras
motornya seolah-olah mereka membawa sesuatu yang disembunyikan, hingga semua
pengunjung Kafe berdiri dan melihat ke arah jalan. Wayan memberhentikan motornya dan
Adi turun dari motornya berdiri disamping Wayan dengan menyembunyikan tangan
kanannya ke belakang badanya.

Riko sambil merapikan rambutnya, dengan gagah berjalan ke arah Wayan dan Adi berteriak
“Ngapain kalian ribut, kalian kira kalian aja punya motor butut seperti ini!”. Riko terus
mengoceh mendekat ke arah Wayan dan Adi.

“Tolong” teriakan keras dari Riko, dan tidak terdengar lagi suaranya, ternyata itu adalah
teriakan terakhir Riko. Semua orang menuju ke arah jalan, tepat di depan Kafe tersebut.
Suasana yang sangat mencekam, gemuruh dan kacau terjadi. Sekejap saat itu suara motor
Wayan yang sedang membonceng Adi perlahan menjauh.

“Tolong!!! Tolong!!!, ambulan-ambulan telpon ambulan!”, terdengar suara-suara orang yang


sedang berkumpul di depan Kafe tersebut. Darah merah teruarai melumuri aspal, Rika
terbaring di aspal. Riko diangkat oleh rekan-rekannya. “stoop pak! Stop! Tolong bawak
anak ini ke Rumah Sakit terdekat!, teriak seseroang yang berada di dekat Riko saat sebuah
mobil melintas di jalan tersebut. Kemudian mobil itu membawa Riko ke Rumah Sakit.
Dua orang sahabat Riko bernama Jhon dan Edo memeluk Riko dalam perjalanan ke
Rumah Sakit, dan berkata “Tahan Ko tahan, aku tau kamu orang kuat”.

Badan Riko yang berlumur darah di dorong dengan Ranjang Pasien menuju ruang UGD.
“Stop! tidak ada yang boleh masuk, selain dokter dan perawat dilarang masuk!” kata
perawat yang bertugas di Rumah Sakit tersebut. Kemudian pintu UGD ditutup oleh
perawat. Para teman-teman Riko memenuhi Rumah sakit dating menyusul dan menunggu
Riko. Suasana Rumah sakit yang sebelumnya sepi tiba-tiba menjadi rame dan mencekam.

Dua jam kemudian Riko dipindahkan ke Ruang ICU, Dokter yang keluar dari ICU seketika
itu didekati oleh kerumunan teman-teman Riko “Dok bagaimana keadaan teman saya?”,
tanya teman-teman Riko. Dokter tersebut diam saat ditanya berulang-ulang oleh teman
Riko. Dokter berkata “kalian semua berdoa saja agar teman kalian Riko baik-baik saja”
kemudian dokter pergi meninggalkan teman-teman Riko.
Kesokan harinya, sekitar jam 2 siang, dokter mengijinkan keluarga atau teman Riko, hanya
satu orang dijinkan melihat Riko ke ruang ICU. Ayah Riko masuk dengan menggunakan
pakian Rumah Sakit. Dengan perasaan tegang Ayah Riko pelan-pelan mendekati Riko, dan
melihat mata Riko. Ayah Riko memanggil “Riiko”, kemudian Riko menoleh “Iya Ayah”,
Riko menjawab dengan keadaan terbalut perban di tangan dan punggungnya karena
tertebas parang yang dilakukan oleh Adi, begitu juga pada keningnya akibat pukulan oleh
Wayan menggunakan helm. Terlihat bibir Ayah Riko mulai tersenyum, namun juga
mengeluarkan air mata.

Malam itu juga, beberapa jam kemudian setelah kejadian di Depan Kafe Bulan terjadi, Polisi
menangkap Wayan dan Adi di rumah Adi dan membawanya ke Kantor Polisi. Orang tua
Adi menyerahkan anaknya kepada pihak yang berwajib. Wajah Ibunya Adi terlihat pucat
dan air matanya tidak henti-henti menetes. Dengan tangan terikat borgol dan wajah yang
pucat Wayan dan Adi masuk ke mobil Polisi. Terlihat wajah penyesalan di wajah mereka
berdua.

Alkohol bisa menyebabkan mabuk. Dan sangat mabuk, alkohol menyebabkan kehilangan
kontrol dirimu sehingga berbuat hal yang aneh-aneh. Jangan pernah merusak masa depan
karena hanya ingin terlihat hebat di depan teman-teman.

“Wiiii wiiiie” begitu suara sirine dengan lampu dengan kilau biru menjauh dari Rumah Adi.

Anda mungkin juga menyukai