Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL JOURNAL REVIEW

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
EMY TYA SAGITA
4163311018
DOSEN PENGAMPU:
Drs.Robenhart Tamba, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


EKSTENSI A
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dimana saat kini saya masih
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah tentang CRITICAL JURNAL
REVIEW, yang merupakan kewajiban saya tentang CJR pada mata Perkembangan Peserta
Didik .Yang diampu oleh tim dosen Bapak Drs.Robenhart Tamba, M.Pd.
Tujuan dari tugas ini yaitu untuk memaparkan isi dalam jurnal tentang Faktor
keluarga dan karakteristik remaja terhadap prilaku seksual pranikah. Disamping itu supaya
mendapatkan bekal yang ada untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang bagaimana
mengkritik jurnal yang baik.

Demikianlah kata pengantar yang dapat saya sampaikan, saya mohon maaf apabila
banyak kesalahan kata yang telah saya perbuat.Terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja adalah sebuah tahap kehidupan yang bersifat peralihan dari kehidupan yang
seutuhnya bergantung pada orang lain menjadi kehidupan yang mampu berdiri
sendiri.Masalah kesehatan reproduksi remaja dapat menghambat peningkatan kualitas remaja.
Salah satu perilaku reproduksi tidak sehat adalah perilaku seksual pranikah berisiko. Masa
sekarang lebih dikenal dengan sebutan era globalisasi. Globalisasi dapat diartikan sebagai
hubungan tanpa batas antar individu diseluruh dunia. Hubungan tanpa batas mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam hal ekonomi, teknologi, budaya, politik, sosial
maupun informasi. Satu sisi, globalisasi memudahkan antar individu untuk saling berbagi
ilmu pengetahuan guna membawa negara menuju negara yang brilian.
Perilaku menyimpang remaja sering dikenal dengan sebutan kenakalan remaja.
Kenakalan remaja dapat menimbulkan berbagai permasalahan antara lain permasalahan
sosial, pendidikan, ekonomi,maupun kesehatan. Beberapa kenakalan yang sering merasuki
diri remaja adalah merokok, mengkonsumsi alkohol, narkoba, masalah sekolah, dan perilaku
seksualpranikah. Adapun yang melatarbelakangi dari critical journal ini untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari 2 jurnal yang telah di baca dan dipahami.

B. TUJUAN
 Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari jurnal yang dikritisi
 Mengetahui perbedaan antara jurnal yang dikritisi dengan jurnal pembanding.
 Mengamati tata bahasa yang mempengaruhi pembaca dalam mehaminya.

C. RUMUSAN MASALAH
 Apa yang menjadi perbedaan antara jurnal I dengan jurnal II ?
 Apa kelemahan dan kelebihan antara jurnal I dan jurnal II ?
 Bagaimana tata bahasa yang digunakan pada jurnal I dan jurnal II ?
BAB II
ANALISIS JURNAL

A. INDETITAS JURNAL I

Judul : Peranan Faktor Keluarga dan Karakteristik remaja terhadap perilaku seksual Pranikah.
Volume : 3
Nomor : 1
Tahun : 2014
Jurnal : Biometrika dan Kependudukan

A. Sajian Materi

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik


remaja dan faktor keluarga terhadap perilaku seksual pranikah. Variabel bebas
penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, jumlah uang saku, pola asuh orang tua,
pola komunikasi keluarga, dan bentuk keluarga. Teknik analisis data
menggunakan uji regresi logistik ganda multinomial, dengan kelompok perilaku
seksual pranikah berisiko rendah sebagai kelompok pembanding
keluarga terhadap perilaku seksual pranikah pada siswaMasa sekarang lebih dikenal
dengan sebutan era globalisasi. Globalisasi dapat diartikan sebagai hubungan tanpa batas
antar individu diseluruh dunia. Hubungan tanpa batas mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia, baik dalam hal ekonomi, teknologi, budaya, politik, sosial
maupun informasi. Globalisasi dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata pisau yang tajam. Satu
sisi, globalisasi memudahkan antar individu untuk saling berbagi ilmu pengetahuan guna
membawa negara menuju negara yang brilian. Sisi lain, globalisasi juga menyebabkan
terjadinya pergeseran budaya, dapat menjadi semakin baik atau semakin buruk. Berdasarkan
data statistik Indonesia, jumlah remaja usia 15-24 tahun pada tahun 2011, 2012, dan 2013
sebanyak 21,33 juta, 20,94 juta, dan 20,54 juta. Menurut BKKBN, jumlah remaja yang
banyak sebenarnya dapat menjadi kunci emas pembangunan negara sehingga Indonesia dapat
berkembang pesat. Menurut Stanley Hall masa remaja merupakan masa storm and stress
karena mereka telah diberi kebebasan untuk memilih jalan hidup sendiri. Berdasarkan hasil
survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia tahun 2012, jumlah remaja yang pernah
melakukan hubungan seksual pranikah pada usia 15-19 tahun sebanyak 0,7% perempuan dan
4,5% laki-laki serta sebagian besar bertempat tinggal diperkotaan. Hasil survei juga
menunjukkan bahwa responden perempuan yang telah melakukan hubungan seksual pranikah
bersikap setuju terhadap kejadian seksual pernah melakukan ciuman, 62% pernah
melakukan petting, 10,2% pernah melakukan hubungan kelamin, dan semua responden
mengaku pasti berpegangan tangan saat berpacaran. Survei yang dilakukan oleh BKKBN
tahun 2010 menunjukkan bahwa 54% remaja di Surabaya telah melakukan hubungan seksual
pranikah. Berdasarkan data sangat rahasia yang dimiliki oleh sebuah sekolah di Surabaya,
sejak tahun 2011 sampai 2013 telah tercatat sebanyak 5 siswa yang drop out karena
melakukan perilaku seksual beresiko tinggi. Sarwono juga berpendapat bahwa perilaku
seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja disebabkan karena orang tua yang tidak terbuka
dengan remajanya dalam penyampaian informasi terkait seksualitas. Hal ini karena
komunikasi positif antara orang tua dan remaja dapat membentuk pola kepribadian yang
sehat dan normal bagi remaja itu sendiri.
Jika ditinjau berdasarkan jeniskelamin, diketahui bahwa sebagian besarresponden
berjenis kelamin laki-laki. Keadaan tersebut merupakan pemicu terjadinya perilaku seksual
pranikah yang berisiko sedang maupun tinggi pada remaja laki-laki. Jika dibandingkan
dengan remaja yang berperilaku seksual pranikah berisiko rendah, laki-laki memiliki peluang
136,406 kali lebih besar untuk berperilaku seksual pranikah berisiko sedang daripada
perempuan. Namun untuk yang berisik tinggi remaja laki-laki memiliki peluang
42,131 kali lebih besar daripada perempuan jika dibandingkan dengan
remaja yang berperilaku seksual pranikah berisiko rendah. Jenis kelamin merupakan
faktor risiko terkecil terjadinya perilaku seksual pranikah berisiko tinggi pada
remaja, jika dibandingkan dengan remaja yang berperilaku seksual berisiko rendah. Variabel
kelima adalah pola komunikasi keluarga. Pola komunikasi keluarga mempengaruhi perilaku
seksual pranikah pada siswa SMA “X” Surabaya. Berdasarkan hasil analisis data diketahui
bahwa pola komunikasi keluarga berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah pada
remaja.
variabel yang mempengaruhi perilaku seksual pranikahpada siswa SMA “X”
Surabaya adalah jenis kelamin, pola asuh orang tua, dan pola komunikasi keluarga
Komentar
A. KEUNGGULAN
 JURNAL I:

Jurnal ini bagus karena menjelaskan karakteristik remaja dengan mengaitkan


berbagai macam faktor dan pola asuh orang tua. Jurnal ini menjelaskan dengan
peranan keluarga terhadap karateristik remaja terhadap prilaku seksual
pranikah
B. KELEMAHAN
 JURNAL I:

Tabel hasil penelitian yang ada pada jurnal sulit untuk dipahami.jurnal ini
akan menjadikan pembaca membutuhkan waktu dalam memahaminya.
A. INDETITAS JURNAL II

Judul : Personal dan Soaial Yang Mempengaruhi Sikap Remaja Terhadap


Hubungan Seks Pranikah
Volume : 04
Nomor : 2
Tahun : 2009
Jurnal : Promosi Kesehatan Indonesia

A. Sajian Materi
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian darilingkungan
tertentu. Masa remaja merupakan suatu tahap dengan perubahan yang cepat dan penuh
tantangan yang sulit. Pemahaman tentang perilaku seksual yang kurang pada masa remaja
sangat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya. Salah satu faktor penting yang
berhubungan dengan perilaku seksual adalah pola asuh orang tua. Lima sampai sepuluh
persen wanita dan delapan belas sampai tiga puluh delapan persen pria muda berusia 16-24
tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka.
Temuan-temuan tersebut mengindikasikan bahwa 5%-10% pria muda usia 15-24 tahun yang
tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual yang berisiko. Penelitian yang
dilakukan oleh Taufik dan Anganthi dengan subyek sebanyak 1250 siswa SMU kelas III di
Surakarta (611 laki-laki dan 639 perempuan) mendapatkan hasil ditemukan 164 subjek
(13,12%) telah melakukan hubungan seksual, yang terdiri atas 139 subjek (11,12%) laki-laki
dan 25 subjek (2%) perempuan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nursal (2008), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seorang remaja untuk melakukan hubungan seksual sehingga pemerintah
harus mengeluarkan kebijakan untuk meminimalisasi perilaku seks bebas, faktor-faktor
tersebut yaitu meliputi jenis kelamin, usia pubertas, pengetahuan, sikap, status perkawinan
orang tua, pola asuh orangtua, jumlah pacar, lama pertemuan dengan pacar, paparan media
elektronik dan media cetak. Berdasarkan uraian di atas salah satu faktor penting yang
berhubungan dengan perilaku seksual adalah pola asuh orang tua. Berdasarkan analisa World
Health Organization (WHO) pada berbagai literatur kesehatan reproduksi dari seluruh dunia
yang menyatakan bahwa pola asuh adalah merupakan faktor risiko perilaku seksual risiko
berat. Pola asuh orang tua juga memiliki pengaruh yang amat besar dalam membentuk
kepribadian anak yang tangguh sehingga anak berkembang menjadi pribadi yang percaya
diri, berinisiatif, berambisi, beremosi stabil, bertanggung jawab, mampu menjalin hubungan
interpersonal yang positif dan lain-lain.

Hanif, menyatakan bahwa pola asuh sangat penting bagi anak karena anak dapat
belajar tentang sesuatu yang hasilnya akan dapat diharapkan oleh masyarakat sekitarnya. Pola
asuh juga akan berpengaruh dalam perilaku anak. Pola asuh orang tua dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu kesamaan disiplin yang digunakan orang tua, penyesuaian
dengan cara yang disetujui kelompok, usia orang tua, pendidikan orang tua, jenis kelamin
orang tua, keadaan sosial ekonomi, konsep mengenai peran orang tua, jenis kelamin anak,
usia anak, dan situasI.Orang tua sebagai pemberi pengasuhan kepada anak sangat berperan
dalam mengarahkan dan menanamkan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari dimana
sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang
kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar diresapi oleh anak dan bisa berkembang
menjadi suatu kebiasaan bagi anak. Penerapan pola asuh tertentu dapat membentuk perilaku
anak yang berbeda-beda. responden yang pernah melakukan masturbasi sebanyak 8,6%,
berpegangan tangan sebanyak 31,8%, bermimpi tentang seks sebanyak 28,5% yang masih
tergolong wajar, sedangkan perilaku seksual pranikah yang tidak wajar terdiri dari berkata
jorok sebanyak 25,8%, melihat dengan sengaja sesuatu yang berbau seks sebanyak 10,6%,
sengaja berfantasi seksual sebanyak 17,9%, pernah berciuman sebanyak 11,9%, pernah
berpelukan sebanyak 7,3%, pernah memegang bagian sensitif orang lain sebanyak 8,6%, dan
menggesekkan alat kelamin ke tubuh orang lain sebanyak 1,3%. Orang tua yang mampu
memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya
cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang
tuanya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang
diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua
dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.
Komentar

KEUNGGULAN
 JURNAL II:
Jurnal ini sangat bagus karena menjelaskan prilaku seksual remaja yang
berkaitan dengan pola asuh oranng tua.

KELEMAHAN
 JURNAL II:
Jurnal ini tidak menggunakan hpotesis disaat pembahasan. Penulisan bahasa
masih ada yang belum efektif. Tidak menjelaskan definisi melainkan
langsung menjelaskan dengan menggunakan pendapat dari beberapa ahli.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari hasil kritikal kedua jurnal tersebut dapat saya simpulkan Pola asuh yang
diterapkan orang tua pada remaja. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel
yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada siswa adalah jenis kelamin, pola asuh
orang tua, pola komunikasi keluarga, dan bentuk keluarga. Variabel yang tidak dapat
dimodifikasi guna meminimalisasi terjadinya perilaku seksual pranikah berisiko sedang
maupun tinggi pada remaja adalah jenis kelamin dan bentuk keluarga. Bentuk keluarga
termasuk variabel yang susah untuk diubah karena erat kaitannya dengan budaya.
Sedangkan variabel yang dapat dimodifikasi adalah pola asuh orang tua dan pola
komunikasi keluarga. Jika dibandingkan dengan kelompok remaja yang berperilaku seksual
berisiko rendah, remaja yang memiliki peluang lebih besar untuk untuk berperilaku seksual
berisiko sedang adalah remaja yang berjenis kelamin laki-laki, di asuh secara otoritarian
maupun permisif, dan memiliki pola komunikasi keluarga yang negatif. Sedangkan remaja
yang memiliki peluang lebih besar untuk untuk berperilaku seksual berisiko tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok remaja yang berperilaku seksual berisiko rendah adalah
remaja yang berjenis kelamin laki-laki, di asuh secara permisif, memiliki pola komunikasi
keluarga yang negatif, dan tinggal bersama keluarga luas (extended family). Jadi dapat remaja
laki-laki yang tinggal bersama keluarga luas (extended family) merupakan population at risk
terjadinya perilaku seksual pranikah baik berisiko sedang maupun tinggi.

Saran

Pihak sekolah sebaiknya membuat program dan kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan peran aktif orang tua dalam mendukung proses belajar mengajar di sekolah.
Salah satu contoh programnya adalah program penyaluran informasi tentang kegiatan
akademik, kegiatan nonakademik, dan setiap prestasi yang diraih siswa melalui SMS center
kepada seluruh nomor handphone orang tua siswa. Hal ini bertujuan agar orang tua terpacu
untuk memotivasi anaknya menjadi siswa berprestasi. Sebaiknya orang tua tetap bisa
memepertahankan posisinya sebagai orangtua tunggal meski tinggal satu rumah dengan
keluarga yang lain.

Anda mungkin juga menyukai