Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dimana saat kini saya masih
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah tentang CRITICAL JURNAL
REVIEW, yang merupakan kewajiban saya tentang CJR pada mata Perkembangan Peserta
Didik .Yang diampu oleh tim dosen Bapak Drs.Robenhart Tamba, M.Pd.
Tujuan dari tugas ini yaitu untuk memaparkan isi dalam jurnal tentang Faktor
keluarga dan karakteristik remaja terhadap prilaku seksual pranikah. Disamping itu supaya
mendapatkan bekal yang ada untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang bagaimana
mengkritik jurnal yang baik.
Demikianlah kata pengantar yang dapat saya sampaikan, saya mohon maaf apabila
banyak kesalahan kata yang telah saya perbuat.Terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah sebuah tahap kehidupan yang bersifat peralihan dari kehidupan yang
seutuhnya bergantung pada orang lain menjadi kehidupan yang mampu berdiri
sendiri.Masalah kesehatan reproduksi remaja dapat menghambat peningkatan kualitas remaja.
Salah satu perilaku reproduksi tidak sehat adalah perilaku seksual pranikah berisiko. Masa
sekarang lebih dikenal dengan sebutan era globalisasi. Globalisasi dapat diartikan sebagai
hubungan tanpa batas antar individu diseluruh dunia. Hubungan tanpa batas mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam hal ekonomi, teknologi, budaya, politik, sosial
maupun informasi. Satu sisi, globalisasi memudahkan antar individu untuk saling berbagi
ilmu pengetahuan guna membawa negara menuju negara yang brilian.
Perilaku menyimpang remaja sering dikenal dengan sebutan kenakalan remaja.
Kenakalan remaja dapat menimbulkan berbagai permasalahan antara lain permasalahan
sosial, pendidikan, ekonomi,maupun kesehatan. Beberapa kenakalan yang sering merasuki
diri remaja adalah merokok, mengkonsumsi alkohol, narkoba, masalah sekolah, dan perilaku
seksualpranikah. Adapun yang melatarbelakangi dari critical journal ini untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari 2 jurnal yang telah di baca dan dipahami.
B. TUJUAN
Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari jurnal yang dikritisi
Mengetahui perbedaan antara jurnal yang dikritisi dengan jurnal pembanding.
Mengamati tata bahasa yang mempengaruhi pembaca dalam mehaminya.
C. RUMUSAN MASALAH
Apa yang menjadi perbedaan antara jurnal I dengan jurnal II ?
Apa kelemahan dan kelebihan antara jurnal I dan jurnal II ?
Bagaimana tata bahasa yang digunakan pada jurnal I dan jurnal II ?
BAB II
ANALISIS JURNAL
A. INDETITAS JURNAL I
Judul : Peranan Faktor Keluarga dan Karakteristik remaja terhadap perilaku seksual Pranikah.
Volume : 3
Nomor : 1
Tahun : 2014
Jurnal : Biometrika dan Kependudukan
A. Sajian Materi
Tabel hasil penelitian yang ada pada jurnal sulit untuk dipahami.jurnal ini
akan menjadikan pembaca membutuhkan waktu dalam memahaminya.
A. INDETITAS JURNAL II
A. Sajian Materi
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian darilingkungan
tertentu. Masa remaja merupakan suatu tahap dengan perubahan yang cepat dan penuh
tantangan yang sulit. Pemahaman tentang perilaku seksual yang kurang pada masa remaja
sangat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya. Salah satu faktor penting yang
berhubungan dengan perilaku seksual adalah pola asuh orang tua. Lima sampai sepuluh
persen wanita dan delapan belas sampai tiga puluh delapan persen pria muda berusia 16-24
tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka.
Temuan-temuan tersebut mengindikasikan bahwa 5%-10% pria muda usia 15-24 tahun yang
tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual yang berisiko. Penelitian yang
dilakukan oleh Taufik dan Anganthi dengan subyek sebanyak 1250 siswa SMU kelas III di
Surakarta (611 laki-laki dan 639 perempuan) mendapatkan hasil ditemukan 164 subjek
(13,12%) telah melakukan hubungan seksual, yang terdiri atas 139 subjek (11,12%) laki-laki
dan 25 subjek (2%) perempuan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nursal (2008), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seorang remaja untuk melakukan hubungan seksual sehingga pemerintah
harus mengeluarkan kebijakan untuk meminimalisasi perilaku seks bebas, faktor-faktor
tersebut yaitu meliputi jenis kelamin, usia pubertas, pengetahuan, sikap, status perkawinan
orang tua, pola asuh orangtua, jumlah pacar, lama pertemuan dengan pacar, paparan media
elektronik dan media cetak. Berdasarkan uraian di atas salah satu faktor penting yang
berhubungan dengan perilaku seksual adalah pola asuh orang tua. Berdasarkan analisa World
Health Organization (WHO) pada berbagai literatur kesehatan reproduksi dari seluruh dunia
yang menyatakan bahwa pola asuh adalah merupakan faktor risiko perilaku seksual risiko
berat. Pola asuh orang tua juga memiliki pengaruh yang amat besar dalam membentuk
kepribadian anak yang tangguh sehingga anak berkembang menjadi pribadi yang percaya
diri, berinisiatif, berambisi, beremosi stabil, bertanggung jawab, mampu menjalin hubungan
interpersonal yang positif dan lain-lain.
Hanif, menyatakan bahwa pola asuh sangat penting bagi anak karena anak dapat
belajar tentang sesuatu yang hasilnya akan dapat diharapkan oleh masyarakat sekitarnya. Pola
asuh juga akan berpengaruh dalam perilaku anak. Pola asuh orang tua dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu kesamaan disiplin yang digunakan orang tua, penyesuaian
dengan cara yang disetujui kelompok, usia orang tua, pendidikan orang tua, jenis kelamin
orang tua, keadaan sosial ekonomi, konsep mengenai peran orang tua, jenis kelamin anak,
usia anak, dan situasI.Orang tua sebagai pemberi pengasuhan kepada anak sangat berperan
dalam mengarahkan dan menanamkan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari dimana
sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang
kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar diresapi oleh anak dan bisa berkembang
menjadi suatu kebiasaan bagi anak. Penerapan pola asuh tertentu dapat membentuk perilaku
anak yang berbeda-beda. responden yang pernah melakukan masturbasi sebanyak 8,6%,
berpegangan tangan sebanyak 31,8%, bermimpi tentang seks sebanyak 28,5% yang masih
tergolong wajar, sedangkan perilaku seksual pranikah yang tidak wajar terdiri dari berkata
jorok sebanyak 25,8%, melihat dengan sengaja sesuatu yang berbau seks sebanyak 10,6%,
sengaja berfantasi seksual sebanyak 17,9%, pernah berciuman sebanyak 11,9%, pernah
berpelukan sebanyak 7,3%, pernah memegang bagian sensitif orang lain sebanyak 8,6%, dan
menggesekkan alat kelamin ke tubuh orang lain sebanyak 1,3%. Orang tua yang mampu
memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya
cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang
tuanya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang
diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua
dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.
Komentar
KEUNGGULAN
JURNAL II:
Jurnal ini sangat bagus karena menjelaskan prilaku seksual remaja yang
berkaitan dengan pola asuh oranng tua.
KELEMAHAN
JURNAL II:
Jurnal ini tidak menggunakan hpotesis disaat pembahasan. Penulisan bahasa
masih ada yang belum efektif. Tidak menjelaskan definisi melainkan
langsung menjelaskan dengan menggunakan pendapat dari beberapa ahli.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil kritikal kedua jurnal tersebut dapat saya simpulkan Pola asuh yang
diterapkan orang tua pada remaja. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel
yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada siswa adalah jenis kelamin, pola asuh
orang tua, pola komunikasi keluarga, dan bentuk keluarga. Variabel yang tidak dapat
dimodifikasi guna meminimalisasi terjadinya perilaku seksual pranikah berisiko sedang
maupun tinggi pada remaja adalah jenis kelamin dan bentuk keluarga. Bentuk keluarga
termasuk variabel yang susah untuk diubah karena erat kaitannya dengan budaya.
Sedangkan variabel yang dapat dimodifikasi adalah pola asuh orang tua dan pola
komunikasi keluarga. Jika dibandingkan dengan kelompok remaja yang berperilaku seksual
berisiko rendah, remaja yang memiliki peluang lebih besar untuk untuk berperilaku seksual
berisiko sedang adalah remaja yang berjenis kelamin laki-laki, di asuh secara otoritarian
maupun permisif, dan memiliki pola komunikasi keluarga yang negatif. Sedangkan remaja
yang memiliki peluang lebih besar untuk untuk berperilaku seksual berisiko tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok remaja yang berperilaku seksual berisiko rendah adalah
remaja yang berjenis kelamin laki-laki, di asuh secara permisif, memiliki pola komunikasi
keluarga yang negatif, dan tinggal bersama keluarga luas (extended family). Jadi dapat remaja
laki-laki yang tinggal bersama keluarga luas (extended family) merupakan population at risk
terjadinya perilaku seksual pranikah baik berisiko sedang maupun tinggi.
Saran
Pihak sekolah sebaiknya membuat program dan kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan peran aktif orang tua dalam mendukung proses belajar mengajar di sekolah.
Salah satu contoh programnya adalah program penyaluran informasi tentang kegiatan
akademik, kegiatan nonakademik, dan setiap prestasi yang diraih siswa melalui SMS center
kepada seluruh nomor handphone orang tua siswa. Hal ini bertujuan agar orang tua terpacu
untuk memotivasi anaknya menjadi siswa berprestasi. Sebaiknya orang tua tetap bisa
memepertahankan posisinya sebagai orangtua tunggal meski tinggal satu rumah dengan
keluarga yang lain.