2 Juli 2015
Anna Rufaidah
Program Studi Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
anroef@gmail.com
Abstract: The purpose of this research is to know whether there are significant effects of
intelligence and student interests toward the decision of the selection programs . The research
was conducted at Class XI at High School around Depok City with total sample 60 students
that randomly taken. The method used in the research was a survey. Data of Intelligence Data
intelligence were acquired from document obtained through an IQ test, Students' Interests, and
the decision of the selection programs were acquired from the test. The data was analysed
using descriptive statistical method, multiple correlation coefficient, determination coefficient,
and multiple regression analysis. To test the statistics is used ttest and ftest . The result of data
analyzes shown there are significant effects of intelligence and Students' Interests towards the
decision of the selection programs
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intelegensi dan
minat siswa terhadap putusan pemilihan jurusan. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh
intelegensi dan minat secara bersama - sama terhadap putusan pemilihan jurusan. Metode
penelitian yang digunakan adalah survei. Sampel berukuran 60 yang dipilih secara random
dari SMA kelas XI pada Kota Depok. Data intelegensi diperoleh melalui dokumen hasil tes
IQ. Data Minat Belajar Siswa dan Putusan Pemilihan Jurusan diambil melalui uji. Data
dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif, koefisien korelasi ganda person,
koefisien determinasi dan analisis regresi. Uji statistik digunakan uji t dan f. Berdasarkan
analisis data maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
intelegensi dan minat siswa terhadap putusan pemilihan jurusan.
139
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015
Pendidikan memiliki peran sentral dalam hanya dikenal di SMA dengan 3 macam
pengembangan sumber daya manusia, jurusan yaitu A (sains), B (bahasa/budaya)
demikian yang diamanatkan Undang-Undang dan C (sosial). Pengistilahan ini mengalami
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 1 perubahan dan spesifikasi pada masa-masa
ayat 1. Pengaruh pendidikan terhadap berikutnya seperti A1, A2, A3, dan A4. Dan
seseorang adalah pengaruh yang menuju akhirnya kembali seperti sekarang,
kedewasaan seorang anak, untuk menolong penamaan jurusan tidak lagi menggunakan
anak yang kelak dapat dan sanggup memenuhi lambang huruf atau angka, tetapi dengan
tugas hidup dan tanggung jawabnya sendiri. kategori IPA, IPS, dan Bahasa..
Mendidik adalah memimpin anak kearah Penjurusan diperkenalkan sebagai upaya
kedewasaan, sehingga yang dituju dengan untuk lebih mengarahkan siswa berdasarkan
pendidikan adalah kedewasaan. minat dan kemampuan akademiknya. Siswa
Agar proses pendewasaan mencapai yang mempunyai kemampuan sains dan ilmu
sasaran, maka pengembangan proses eksakta yang baik biasanya akan memilih
pembelajaran harus mengacu pada jurusan IPA, dan yang memiliki minat pada
pengembangan potensi-potensi yang terdapat social ekonomi akan memilih jurusan IPS,
pada anak didik. Karena berdasarkan potensi lalu yang gemar berbahasa akan memilih
tersebut akan lebih memudahkan pengajar jurusan Bahasa.
dalam memberi materi pengajaran, Pemilihan jurusan saat dibangku Sekolah
bimbingan dan pelatihan sesuai dengan Menengah Atas, nampaknya merupakan hal
kecerdasan, minat dan bakat peserta didik. yang cukup sulit dan membingungkan bagi
Setiap manusia dilahirkan unik dengan seorang pelajar yang duduk di kelas X,
bakat dan kepribadian yang berbeda. Dalam apakah ia akan memilih jurusan IPA atau
pendidikan di sekolah, perbedaan masing- IPS? Tentunya bukan pilihan yang mudah.
masing siswa harus diperhatikan karena Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berada
dapat menentukan baik buruknya prestasi pada jenjang yang strategis dan kritis bagi
belajar siswa Sejalan dengan itu, Slamet perkembangan dan masa depannya. Pada
Iman Santoso (1979) mengemukakan, bahwa masa ini siswa berada di pintu gerbang untuk
tujuan sekolah yang mendasar adalah memasuki dunia perguruan tinggi yang
mengembangkan semua bakat dan merupakan wahana untuk membentuk
kemampuan siswa, selama proses pendidikan integritas cita-cita yang diinginkan di masa
hingga mencapai tingkat akhir mendatang. Siswa juga berada pada persiapan
Pada pembelajaran tingkat Sekolah untuk memasuki dunia kerja yang penuh
Menengah Atas kita mengenal adanya tantangan dan kompetisi.
sistem penjurusan, yang meliputi jurusan Pengarahan sejak dini ini dimaksudkan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu untuk memudahkan siswa memilih bidang
Pengetahuan Alam dan Jurusan Bahasa. ilmu yang akan ditekuninya di Universitas
Penjurusan atau Course yang ditawarkan atau akademi yang tentunya akan mengarah
di level pendidikan menengah diterapkan di pula kepada karirnya kelak. Tetapi penjurusan
Indonesia sejak jaman Belanda. Sekolah HBS di tingkat SMA tidak selalu menjamin bahwa
yang merupakan Sekolah Menengah untuk seorang siswa akan memilih bidang studi
anak-anak Eropa, dan AMS yang merupakan yang sama di Universitas, karena pada
sekolah menengah atas untuk anak-anak kenyataannya banyak siswa program IPA
pribumi pertama kalinya dibagi atas 2 course yang memilih jurusan Ekonomi, Politik,
yaitu Budaya (Kelompok A) dan Sains Hubungan Internasional, atau siswa jurusan
(kelompok B). Pada masa-masa selanjutnya IPS yang memilih program Bahasa.
sistem penjurusan di Indonesia diterapkan IPA dan IPS sebenarnya tidak lebih dari
sejak SMP, yang kemudian dihapuskan pada sekedar upaya pengelompokan ilmu
tahun 1962. Sistem penjurusan kemudian pengetahuan. Tidak lebih dari itu. Bukan
140
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015
anak tangga yang berbeda ketinggian. Seperti menjadi orang yang sukses. Asalkan kompeten
anggapan sebagian orang yang memandang di bidangnya. Oleh karenanya pemahaman yang
IPA lebih tinggi dan lebih mulia dari IPS. benar sejak dini, yakni sejak di bangku SMA
Putusan para siswa dalam mengambil harus diberikan kepada siswa. Agar bisa
jurusan, terkadang di pengaruhi oleh memilih jurusan dengan benar ketika memasuki
berbagai macam faktor seperti misalnya kelas XI. Tentu pilihan tersebut harus
pendapat orang tua, teman atau figure yang disesuaikan dengan talenta yang dimiliki, yakni
diidolakan. Jika hanya mendasarkan pada minat dan bakat siswa.
factor-faktor tersebut tanpa menelaah
kemampuannya, seseorang bisa mengambil KAJIAN PUSTAKA
putusan yang bertolak belakang dengan Pengertian Intelegensi
minat dan bakatnya. Hal demikian bisa
menimbulkan permasalahan dikemudian Sejak dilahirkan, manusia dilengkapi
misalnya, muncul keengganan untuk belajar dengan otak dan beragam potensi yang dapat
sehingga menurunnya kualitas dan prestasi dikembangkan. Melalui kecerdasan yang
akademik karena salah memilih jurusan. dimilikinya manusia mampu mengelola alam
Secara psikologis siswa berada pada masa dan lingkungan sesuai dengan kebutuhannya.
pematangan kedewasaan dan pematangan diri. Inteligensi atau kemampuan menerima dan
Salah satu aspek pematangan diri adalah memecahkan masalah adalah faktor yang
pekerjaan dan profesi. Mereka memulai menggerakkan siswa sehingga ia berhasil
mengidentifikasi jenis pekerjaan dan profesi atau gagal dalam menghadapi lingkungan
yang akan digeluti di masa mendatang yang belajarnya. Intelegensi sebagai sumber
sesuai dengan bakat, minat dan kecerdasannya, potensi belajar memiliki banyak definisi.
serta sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dalam Kamus Psikologi, kata intelegensi
Pengambilan putusan untuk memilih diartikan sebagai : (1). Kemampuan
jurusan dalam suatu bidang studi sebagaimana menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
dilakukan dalam bidang lainnya, merupakan situasi baru secara cepat dan efektif. (2).
suatu pilihan. Pemilihan jurusan merupakan hal Kemampuan .menggunakan konsep abstrak
yang kompleks dan mempengaruhi banyak secara efektif (J.P. Chaplin : 2009:253)
aspek kehidupan, karenanya harus dilakukan Garrt menyatakan bahwa "Intelligence,
dengan penuh pertimbangan dan kehati-hatian. includes at least the ablities demanded in the
Pemilihan jurusan menjadi bagian penting solution of problems which require the
dalam perkembangan karir pada usia remaja comprehension and use of symbols"
terus meningkat seiring dengan usia, dan (Soemanto, 2006:142). Dalam definisi Garrt
menjadi dinamika penting pada masa Sekolah ditekankan bahwa inteligensi setidak-
Menengah Atas. Apabila pilihan telah tidaknya mencakup kemampuan yang
dijatuhkan, maka berbagai konsekuensi telah diperlukan untuk pemecahan masalah-
menanti. Ada yang gagal atau tidak sesuai masalah yang memerlukan pengertian serta
dengan yang diharapkan dan ada juga yang menggunakan simbol-simbol. Masih dalam
berhasil sesuai dengan harapan. Berhubungan Soemanto (2006: 142), Bischop seorang
dengan bidang studi adalah menyangkut psikolog Amerika mengatakan : "Intelligence
tentang masa depan peserta didik, maka is the ability to slove problems of all kinds"
apakah pilihannya akan mengantarkannya yang berarti inteligensi adalah kemampuan
pada kesejahteraan yang didasari oleh untuk memecahkan berbagai jenis masalah.
kesesuaian antara kemampuan, bakat dan Definisi-definisi lain juga tak kalah
minat dengan pilihan tersebut. bervariasinya, seperti yang disampaikan oleh
Jurusan apapun yang dipilih seorang Alfred Binet, seorang psikologi Prancis, salah
alumni siswa SMA akan bisa menghantarkan satu penemu pertama alat ukur intelegensi
141
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015
menggambarkan " Intelegensi sebagai penilaian sendiri" (Alfred Binet dalam Sarlito :
atau disebut juga akal yang baik (good sense), 2010;154).
berfikir praktis (practical sense), inisiatif, Nana Syaodih (2007: 100-101)
kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri mengkategorikan intelegensi (kecerdasan
pada keadaan serta kritik pada diri intelektual) ke dalam beberapa tingkat
IQ Kategori Persentase
140 keatas Genius 0,25%
130-139 Sangat cerdas 0,75%
120-129 Cerdas 6%
110-119 Di atas normal 13%
90-109 Normal 60%
80-89 Di bawah normal 13%
70-79 Bodoh (dull) 6%
50-69 Debil (moron) 0,75%
25-49 Imbecile 0,20%
Di bawah 25 Idiot 0,05%
142
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015
143
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015
waktu penjurusan, guru BK/BP telah Sig untuk baris Intelegensi (Variabel X1).
melakukan psikotes sehingga potensi siswa Nilai thitung adalah bilangan yang tertera
secara psikologis lebih dapat lebih tergali pada kolom t untuk baris Intelegensi
dan penjurusan yang akan dilakukan tidak (Variabel X1). Sedangkan nilai ttabel adalah
salah arah. nilai tabel distribusi t untuk taraf nyata 5%
Keputusan pemilihan jurusan dapat dengan derajat kepercayaan (df = n - 2) =
diartikan sebagai kepastian (telah membuat 58 dimana n adalah banyaknya responden.
ketetapan) dalam memilih jurusan studi. Maka nilai Sig = 0,000 dan thitung = 2,982,
Setiap siswa kelas X yang akan naik ke sedangkan ttabel = 2,002. Karena nilai Sig< 0,05
kelas XI akan mengalami penjurusan studi. dan thitung>ttabel maka H0 ditolak yang berarti
Siswa dihadapkan pada pilihan-pilihan terdapat pengaruh yang signifikan variabel
jurusan studi yang ada di sekolah. bebas X1 (Intelegensi) terhadap variabel terikat
METODOLOGI PENELITIAN Y (Putusan Pemilihan Jurusan).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini Dari hasil pengujian regresi tersebut
bersifat kuantitatif dan menggunakan metode maka bisa disimpulkan bahwa terdapat
survei. Penelitian dilakukan pada 60 orang pengaruh yang signifikan variabel bebas X1
siswa kelas XI SMA Swasta di Wilayah Kota (Intelegensi) terhadap variabel terikat Y
Depok. Penelitian ini terdiri dari 3 variabel, (Putusan Pemilihan Jurusan ).
yaitu variabel Putusan Pemilihan Jurusan (Y) Pengaruh Minat Terhadap Putusan
sebagai variabel terikat, variabel intelegensi Pemilihan Jurusan
(X1) dan minat siswa (X2) sebagai variabel Untuk membuktikan hipotesis tersebut
bebas. Teknik pengumpulan data yang adalah dengan memperhatikan nilai/bilangan
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan : yang tertera pada kolom t atau kolom Sig untuk
Teknik pengumpulan data variabel intelegensi baris minat (Variabel X2). Menurut ketentuan
dilakukan dengan cara melihat dokumen hasil yang ada, kriteria signifikansi regresi tersebut
tes IQ yang telah dilaksanakan sekolah. Teknik adalah "jika thitung>ttabel maka H0 ditolak" atau
pengumpulan data variabel minat siswa "jika Sig< 0,05 maka H0 ditolak", yang berarti
dilakukan dengan instrumen non tes berbentuk bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
kuesioner. Teknik pengumpulan data variabel variabel bebas X2 terhadap variabel terikat Y.
putusan pemilihan jurusan dilakukan dengan Nilai Sig adalah bilangan yang tertera pada
instrumen non tes berbentuk kuesioner. Putusan kolom Sig untuk baris Minat siswa (Variabel
pemilihan jurusan dijadikan sebagai variabel X2). Nilai thitung adalah bilangan yang tertera
terikat pada kolom t untuk baris Minat siswa (Variabel
X2). Sedangkan nilai ttabel adalah nilai tabel
HASIL PENELITIAN distribusi t untuk taraf nyata 5% dengan derajat
Pengaruh Intelegensi Terhadap Putusan kepercayaan (df = n - 2)
Pemilihan Jurusan 58 dimana n adalah banyaknya responden.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut Maka nilai Sig = 0,000 dan thitung = 3,711,
adalah dengan memperhatikan nilai/bilangan sedangkan ttabel = 2,002. Karena nilai Sig<
yang tertera pada kolom t atau kolom Sig 0,05 dan thitung>ttabel maka H0 diterima yang
untuk baris Perhatian Orang Tua (Variabel berarti terdapat pengaruh yang signifikan
X1). Menurut ketentuan yang ada, kriteria variabel bebas X2 (Minat Siswa) terhadap
signifikansi regresi tersebut adalah "jika variabel terikat Y (Putusan Pemilihan
thitung>ttabel maka H0 ditolak" atau "jika Sig< Jurusan). Dari hasil pengujian regresi tersebut
0,05 maka H0 ditolak", yang berarti bahwa maka bisa disimpulkan bahwa terdapat
terdapat pengaruh yang signifikan variabel pengaruh yang signifikan variabel bebas X 2
bebas X1 terhadap variabel terikat Y. Nilai (Minat Siswa) terhadap variabel terikat Y
Sig adalah bilangan yang tertera pada kolom (Putusan Pemilihan Jurusan).
144
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015
145
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015
Sarwono, Sarlito W. 2010. Pengantar psikologi Syaodih Sukmadinata, Nana, 2007. Landasan
umum, Jakarta: Rajawali Pers. Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda karya.
Sujanto, Agus. 2008. Psikologi umum. Jakarta:
Bumi Aksara.
146