Anda di halaman 1dari 5

Kraniotomi untuk pengangkatan tumor (gbr.

9-2)

1. Pasien bedag saraf amat beragam dalam hubungannya dengan proses penyakit yang
mendasari, kelompok tanda dan gejala, dan proses penyesuaian terhadap perubahan
akibat penyakit. Pasien yang menjalani kraniotomi untuk pengangkatan tumor
mempunyai diagnose keperawatan potensial cedera yang berhubungan dengan
perubahan tekanan intracranial dan fungsi sensori prseptual. Pasien mempunyai potensial
cedera tambahan akibat kejang. Mungkin ada hemiplegic, pemotongan lapangan
pandang, penurunan pendengaran, dan kerusakan saraf unilateral, semuanya memerlukan
asuhan keperawatan khusus. Gangguan cedera tubuh dan harga diri akibat hilangnya
rabut saat kepala dicukur. Mungkin ada kurang pengetahuan, perubahan proses piker,
keterbatasan mobilitas, cemas dan perubahan tingkat kesadaran dan kemampuan
berkomunikasi. Diagnose keperawatan individu bergantung pada pengkajian
keperawatan. Tinjau rekam medic untuk merencanakan kebutuhan pasien yang spesifik
dalam hubungannya dengan operasi yang di rencanakan, posisi pasien, kebutuhan dan
peralatan dan perlengkapan khusus, tindakan pendahuluan (jalur, kateter, cukur, dan lain-
lain).
2. Kateter folley biasanya dipantau untuk memantau keluaran urin, khususnya penting
dalam hubungannya dengan lama prosedur yang diantispasi dan penggunaan diuretik
intraaoperatif. Gunakan teknik aseptic. Tempatkan kantung drainase ditempat yang
mudah diamati. Catat pemasangan kateter. Pastikan selang tidak tertekuk atau tertekan
selama perubahan posisi.
3. Peralatan pemantauan khusus yang mungkin digunakan oleh pasien ini adalah jalur
tekanan intracranial, kateter swan-ganz, kateter epidural, jalur arteri, dan kateter tekanan
vena sentral. Catat alat pemamtauan khusus dan hasil pencatatan sesuai dengan tantanan
institusi.
4. Posisi terlentang biasanya di pilih untuk tumor supratentorial. Lihat posisi untuk
kranioplasi dalam rencana perawatan sebelumnya. Untuk tumor infratentorial atau fossa
posterior, digunakan posisi duduk. Tambahkan penahanan kaki di meja operasi. Pasang
perban acc atau stocking antiemboli untuk mencegah statis vena bila belum dipasang.
Pakaian antigravitsi mungkin digunakan. Pasien diletakan dalam posisi duduk dengan
perlahan-lahan, dengan pemamtauan tanda-tanda vital yang diteliti oleh staf anastesia.
Sebuah kerangka U dipasang dibelakang atau disisi meja operasi bila posisi tersebut
sudah pas. Alat penahan tengkorak ditambahkan, bahu stabilikan dengan plaster adhesive
ke kerangka U atau alat bantu duduk. Jalur arteri mungkin di pasang dan di tegaskan
dengan fluoroskopi, dengan spuit 50 ml dan stopcock tiga jalur siap untuk enarik udara.
Sebuah stetoskop esophageal aau unit Doppler mungkin digunakan. Besiaplah untuk
membantu staf anastesia. Kaji tempat tertekan ( oksiput, skapula, siku, sacrum, tumit dan
genital ) dan beri bantalan pelindung.
5. Siapkan kulit sesuai dengan protocol institusi. Bila rambut dicukur, jelaskan prosedur
tersebut dan lakukan sesuai dengan kebijakan yang ada, khususnya pembuangan rambut
yang benar. Catat penggunaan tanda di kulit dan penyuntikan ditemapt insisi.
6. Keadaan kulit harus dicatat sebelum dan sesudah prosedur persiapan kulit. Cari dan catat
adanya goresan, abrasi dan ruam.
7. Kulit harus dikaji sebelum dan sesudah pemasangan bantalan dispresif bedah listrik.
8. Pemasangan duk mungkin rumit untuk prosedur bedah saraf tertentu. Siapkan penutupan
khusus dan pantau teknik aseptic dengan seksama. Bantu memasang duk pada mikroskop
dan peralatan khusus lainnya.
9. Berbagai obat mungkin diberikan selama bedah saraf. Obat ini meliputi hemostatik
topical, tombin, lilin tulang, anestetik local dengan atau lapangan steril harus diberi label.
Periksa catatan apakah pasien alergi sebelum member obat. Catat nama obat, dosis, cara
pemberian, waktu pemberian, dan yang memberikan obat.
10. Peralatan khusus harus siap sebelum pasien masuk OK. Tinjauan rekam medis yang teliti,
konsultasi dengan dokter, dan pengalaman keperawatan sabaiknya digunakan untuk
memastikan bahwa apa yang dibutuhkan telah tersedia dan tersusun dalam urutan kerja
yang benar. Untuk kraniotomi untuk tumor, pasien memerlukan instrumentasi kranotomi,
cottonoid, bola kapas, retractor otak, klip dan perangkatnya, dura artificial, jarum
ventrikel, klip raney atau klip hemostatik kulit lainnya, forsep pituitary, dan instrument
mikro sesuai permintaan.
11. Laser mungkin digunakan. Peralatan steril mencakup pegangan tangan, pengarah laser,
exhaust hose wand, dan duk tangan. Peralatan nonsteril mencakup evakutor asap, mesin
pengisap asap, pipa penyaring, dan kaca mata. Ikuti protocol instusi untuk keamanan
laser. Lihat praktik yang direkomendasikan perawat kamar operasi untuk laser
memodifikasi rencana perawatan ini.
12. Dua jalur alat ppenghisap harus tersedia dan berfungsi dengan baik. Siapkan ujung
penghisap frazier ekstra, stilet, dan selang.
13. Uji semua bor sebelum digunakan. Ikuti protocol inatitusi untukpenggunaan bor listrik
dan bor bertenaga udara.
14. Cairan irigasi, larutan intravena, dan darah dihangatkan membantu dalam
mempertahankan normotermia. Siapkan alat untuk penghangat darah. Sediakan dua buah
spuit besar dan cairan irigasi yang adekuat untuk prosedur prngrboran dan koagulasi
bipolar. Campurkan dengan seksama dan beri label pada cairan irigasi antibiotic.
15. Catat keluaran urin dan darah yang hilang.
16. Ikuti protocol institusi untuk mengawetkan, member label, dan pengiriman specimen,
potong beku, dan kultur. Seka peemukaan eksterior container yang diterima dari lapangan
operasi dengan desinfektan. Pada pengangkatan tumor, mungkin perlu untuk menyaring
isi alat pengisap untuk specimen. Catat specimen yang kultur.
17. Lakukan perhitungan sesuai dengan protocol institusi. Selain penghitungan instrument,
benda-benda tajam, dan spons pertimbangkan perlunya penghitungan cattonoid, bola
kapas, dan ujung alat bedah listrik dan bantalan pembersih. Catat hasil penghitungan.
18. Periksa tempat bantalan dispersive bedah listrik setiap perubahan posisi dan bila bantalan
tersebut diangkat.
19. Catan drain, kateter, selang silastik, dan matrial pemintas (shunting).
20. Bantu pemasangan balutan. Beri ruang yang cukup untuk pembengkakan postoperative
bila memasang plester untuk mencegah “luka akibat plaster”.

Kraniotomi untuk aneurisma intracranial (gbr. 9-3)

1. Pasien bedah saraf amat beragam dalam hubungannya dengan proses penyakit yang
mendasari, kelompok tanda dan gejala, dan penyesuaian terhadapa perubahan akibat
penyakit. Pasien yang menjalani kraniotomi untuk aneurisma intrakarial mempunyai
diagnose keperawatan perubahan perfusi jaringan selebral dan perubaharan perfusi
jaringan perifer. Tujuan dan kreteria yang disarankan sebagai evaluasi untuk hasil yang
perlu dimodifikasi sesuai dengan status mental pasien. Potensial ruftur, yang diikuti
perdarahan dan intervensi darurat, harus direncanakan. Jalan nafas dan tanda-tanda vital
pasien harus di pantau. Mungkin ada kelemahan atau paralisis, afasia, rigiditas nukal,
sakit kepala hebat, atau sensivitas yang ekstrum terhadap cahaya, semuanya memerlukan
asuhan keperawatan kusus. Gangguan cintra tubuh dan harga diri akibat hilangnya
rambut saat kepala di cukur. Mungkin ada kurang pengetahuan, perubahan proses piker,
keterbatasan mobilitas, cemas, dan perubahan tingkat kesadaran dan kemampuan
berkomunikasi. Diagnoasa keperawatan individu tergantung pada pengkajian
keperawatan. Tinjau rekam medic untuk merencankan kebutuhan pasien yang spesifik
dalam hubungannya dengan operasi yang direncanakan, posisi pasien, kebutuhan
peralatan dan perlengkapan khusus, tindakan pendahuluan (jalur, kateter, cukur dan lain-
lain). Periksa apaah film rontgen dan hasil evaluasi diagnostic lain telah tersedia. Bagi
pasien yang menjalani kraniotomi untuk aneurisma intracranial, CT scan dan arteriogram
biasnya di perlukan.
2. Kateter folley biasanya dipantau untuk memantau keluaran urin, khususnya penting
dalam hubungannya dengan lama prosedur yang diantispasi dan penggunaan diuretik
intraaoperatif. Gunakan teknik aseptic. Tempatkan kantung drainase ditempat yang
mudah diamati. Catat pemasangan kateter. Pastikan selang tidak tertekuk atau tertekan
selama perubahan posisi.
3. Peralatan pemantauan khusus yang mungkin digunakan oleh pasien ini adalah jalur
tekanan intracranial, kateter swan-ganz, kateter epidural, jalur arteri, dan kateter tekanan
vena sentral. Catat alat pemamtauan khusus dan hasil pencatatan sesuai dengan tantanan
institusi.
4. Posisi terlentang atau posisi duduk biasanya dipilih. Lihat dua rencana perawatan
sebelumnya untuk pemberian posisi untuk kranioplasti dan kraniotomi unntuk
pengangkatan tumor.
5. Siapkan kulit sesuai dengan protocol intitusi. Bila rambut dicukur, jelaksan prosedur
tersebut dan lakukan sesuai dengan kebijakan yang ada, khususnya pembuangan rambut
yang benar. Catat penggunaan tanda di kulit dan penyuntikan ditempat insisi.
6. Keadaan kulit harus dicatat sebelum dan sesudah prosedur persiapan kulit. Cari dan catat
adanya goresan, abrasi dan ruam.
7. Kulit harus dikaji sebelum dan sesudah pemasangan bantalan dispresif bedah listrik.
8. Pemasangan duk mungkin rumit untuk prosedur bedah saraf tertentu. Siapkan penutupan
khusus dan pantau teknik aseptic dengan seksama. Bantu memasang duk pada mikroskop
dan peralatan khusus lainnya.
9. Berbagai obat mungkin diberikan selama bedah saraf. Obat ini meliputi hemostatik
topical, tombin, lilin tulang, anestetik local dengan atau lapangan steril harus diberi label.
Periksa catatan apakah pasien alergi sebelum member obat. Catat nama obat, dosis, cara
pemberian, waktu pemberian, dan yang memberikan obat.
10. Peralatan khusus harus siap sebelum pasien masuk OK. Tijauan rekam medic yang teliti,
konsultasi denga kolega dokter, dan pengalaman keperawatan sebaiknya digunakan untuk
memastikan bahwa apa yang ada di buthkan telah tersedia dan tersusun dalam urutan
kerja yang benar. Untuk perbaikan aneurisma, pasien memerlukan instrumentasi
krauitomi, cottonoid, bola kapas, retractor otak, klip dan perangkatnya (sementara atau
permanen dengan dua perangkat untuk setiap tipe klip), instrument mikro sesuai
permintaan, dan kitangioplasti. Lampu kepala, lup mikro, mikroskop, kauteri bipolar, dan
laser mungkin juga diperlukan. Periksa semua peralatan sebelum digunakan. Catat
tindakan pencegahan keamanan yang dilakukan.
11. Untuk mengontrol kemungkinan perdarahan, hipotensi artificial atau disengaja harus
dilakukan. Natrnium nitropusid merupakan agen pilihan untuk menginduksi hipotensi.
Lakukan kolaborasi dengan staf anestia dalam menagani terapi obat dan memantau tanda-
tanda vital.
12. Dua jalur alat pengisap harus tersedia dan berfungsi dengan baik. Siapkan ujung pengisap
frazier ekstra, stilet dans edang.
13. Uji semua bor sebelum digunakan. Ikuti protocol institusi untuk penggunaan bor listrik
dan bor bertenaga udara.
14. Cairan irigasi, larutan intravena, dan darah dihangatkan membantu dalam
mempertahankan normotermia. Siapkan alat untuk penghangat darah. Sediakan dua buah
spuit besar dan cairan irigasi yang adekuat untuk prosedur prngrboran dan koagulasi
bipolar. Campurkan dengan seksama dan beri label pada cairan irigasi antibiotic.
15. Catat keluaran urin dan darah yang hilang.
16. Selama perbaikan, tindakan pencegahan khusus khusus harus dilakukan. Tim OK tdiak
boleh menyandar di meja operasi gerakan yang mempengaruhi bidang operasi dapat
mempengaruhi perbaikan yang dilakukan. Kebisingan dan stimulasi lingkungan harus
dikendalikan. Kecuali dalam keadaan mendesak, staf keperawatan perioperatif tidak
boleh ditekan diantara jari. Bila klip tertekan maka harus dibuang. Kitangioplasti harus
siap dipakai, demikian juga dengan bipolar. Siapkan alat penghisap.
17. Ikuti protocol institusi untuk mengawetkan, memberi label, dan pengiriman specimen dan
kultur. Seka permukaan eksterior container yang diterima dari lapangan operasi dengan
desinfektan. Catat specimen dan kultur.
18. Lakukan penghitungan sesuai dengan protocol institusi. Selain penghitugan instrument,
benda-benda tajam, dan spons pertimbangan perlunya penghitungan cottonoid, bola
kapas, dan ujung alat bedah listrik dan bantalan pembersih. Catat hasil penghitungan.
19. Periksa tempat bantalan dispersive bedah listrik setiap perubahan posisi dan bila bantalan
tersebut diangkat.
20. Catat drain, kateter, selang silastik, dan material pemintas (shunting).
21. Bantu pemasangan balutan. Beri ruang yang cukup untuk pembengkakan postoperative
bila memasang palster untuk mencegah “luka akibat plaster”.

Anda mungkin juga menyukai