Anda di halaman 1dari 8

RENCANA KAGIATAN (PRA PLANNING)

LANSIA BRIGHT (BERIKAN GERAKAN ANTI HIPERTENSI)


DI RW 1 DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN

Disusun oleh:

Kelompok 1
RW 1 Desa Kebumen

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIX


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING)
LANSIA BRIGHT (BERIKAN GERAKAN ANTI HIPERTENSI)

A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari
bayi sampai menjadi tua. Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 jumlah
penduduk lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta jiwa atau sebesar 8,05 %
dari total jumlah penduduk. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada
tahun 2010 yang hanya 18,1 juta jiwa atau sebesar 9,6 % dari total jumlah
penduduk (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2010).
Jumlah penduduk lansia diperkirakan akan terus meningkat dan diperkirakan
pada tahun 2020 mencapai 28,8 juta jiwa atau sebesar 11,34% dari total
jum;ah penduduk (Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2007).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013, jumlah penduduk
lansia di Jawa Tengah pada tahun 2013 menempati urutan ke dua untuk
provinsi dengan proporsi lanjut usia tertinggi yakni sebesar 11,11%.
Sedangkan di kabupaten Banymas sendiri, berdasarkan data dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dindukcapil) jumlah penduduk lansia
pada tahun 2015 mencapai 255.298 jiwa atau sebesar 12,81% dari total
jumlah penduduk. Peningkatan jumlah lansia tersebut dapat diiringi dengan
peningkatan angka kesakitan lansia yang disebabkan oleh penurunan fungsi
tubuh atau penyakit degeneratif. Dalam menanggulangi masalah tersebut,
diperlukan adanya tindakan preventif dan promotif untuk mencegah timbulya
masalah kesehatan pada lansia serta tindakan kuratif yang sesuai dengan
kondisi lansia agar tidak berlanjut pada komplikasi. Media pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat salah satunya adalah posyandu. Melalui
posyandu, seluruh lapisan masyarakat yang dimulai dari ibu hamil, bayi,
balita, pasangan usia subur, sampai lansia dapat memperoleh pelayanan
kesehatan dasar yang dibutuhkan.
Posyandu lansia merupakan salah satu keterpaduan terhadap lansia di
tingkat desa atau masing-masing wilayah kerja puskesmas (Depkes RI, 2003).
Maksud dari keterpaduan tersebut adalah memberikan pelayanan kesehatan
yang dilatarbelakangi masalah penyakit yang ada. Tujuan penyelenggaraan
posyandu adalah untuk meningkatkan kemudahan diatara lansia dalam
memperoleh pelayanan dalam segi kesehatan maupun pelayanan lainnya
(Komnas Lansia, 2010). Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan
sarana lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit, dan upaya
rehabilitasi bagi lansia dengan program-program antara lain pengukuan tinggi
badan dan berat badan, pmeriksaan tekanan darah, pemeriksaan berkala dan
pengobatan ringan, latihan fisik seperti olah raga, dan diberikan penyuluhan-
penyuluhan tentang kesehatan. Bagi lansia yang teratur dalam memanfaatkan
posyandu lansia, akan terkontrol kesehatannya. Namun pada kenyataannya,
pemanfaatan posyadu lansia belum optimal. Hal tersebut dibuktikan
berdasarkan data Sumiati (2012) yang menyebutkan bahwa rata-rata
kunjungan lansia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan hanya sebesar
19,53%, sedangkan target cakupannya adalah 70%. Pemanfaatan posyandu
lansia dapat dipengaruhi oleh beberaoa faktor, yaitu faktor motivasi dan
kesadaran lansia akan pentingnya kesehatan (Pujiono, 2009). Sedangkan
motovasi untuk mengikuti posyandu dapat diberikan oleh pengasuh lansia
(care provider). Yang berperan sebagai pengasuh lansia (care provider) baik
dari keluarga maupun tetangga terdekat lansia yang dapat membantu lansia
dalam pemeliharaan kesehatan.
Peran care provider sangat penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan lansia, dimana lansia membutuhkan orang yang dapat membantu
lansia dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari (Activity Daily Living),
membantu mendapatkan pelayanan kesehatan, dan membantu mengatur pola
nutrisi yang sesuai dengan kondisi kesehatan lansia. berdasarkan hal tersebut,
peran care provider sangatlah penting dalam menjaga kesehatan dan
kesejahteraan lansia.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 1-5
November 2019 didapatkan data bahwa dari 73 lansia di RW 1 Desa
Kebumen, sebagian besar mengalami penyakit tekanan darah tinggi 29 orang
(39,7%), kemudian sebanyak 19 orang (26%) memiliki penyakit rematik.
Mayoritas lansia di RW1 juga mengalami keluhan pegal linu.
Keikutsertaan dalam posyandu lansia di RW 1 Desa Kebumen juga
belum maksimal. Sebanyak 42 lansia (57,5%) dari total 73 lansia tidak
mengikuti posyandu lansia. Lansia di RW 1 Desa Kebumen juga mayoritas
(73 orang) mengonsumsi gorengan hampir setiap hari. Jenis minuman yang
paling sering dikonsumsi lansia adalah air putih dan kopi. Sebanyak 38 orang
(6152,5%) lansia di RW 1 mengonsumsi kopi setiap harinya.
Kemampuan aktivitas keseharian lansia di RW 1 Desa Kebumen
sebgian besar masih mandiri seenuhnya yaitu sejumlah 71 orang (97,3%).
Hasil pengkajian juga didapatkan data lebih banyak lansia yang tidak bekerja
yaitu sebanyak 23 orang (31,5%).
Berdasarkan beberapa permasalahan yang diuraikan di atas, kami
merencanakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan lansia melalui program LANSIA “BRIGHT” ( Berikan Gerakan
Anti Hipertensi). Kami berharap melalui program ini, dapat meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan lansia meliputi upaya promotif, preventif, dan
kuratif dengan memanfaatkan sumber daya masyarakat yang ada.

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan komunitas
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)
2. Tujuan umum
Setelah program LANSIA BRIGHT dapat terlaksana diharapkan
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan prilaku kesehatan beresiko di RW
1 Desa Kebumen dapat berkurang.
3. Tujuan khusus
a. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 minggu diharapkan
komunitas lansia mampu :
a) Komunitas lansia mengetahui makanan yang dianjurkan dan dijauhi
untuk penderita hipertensi.
b) Komunitas lansia mengetahui dan mempraktekan Rileksasi Otot
Progresif (ROP) untuk menurunkan tekanan darah.
c) Komunitas lansia dapat mempraktekan konsumsi keseharian
makanan yang dianjurkan dan dijauhi untuk penderita hipertensi

C. RANCANGAN KEGIATAN

1. Screening tekanan darah


a. Topik : Pemeriksaan tekanan darah
b. Metode : Pemeriksaan tekanan darah sistol dan diastol.
c. Media : Spignomanometer, stetoskop.
d. Waktu : Sabtu, 16 November 2019
e. Tempat : Rumah Bu Purwati
f. Sasaran : Lansia
g. Pengorganisasian:
Koordinator : Gustiani Ike S.
Pelaksana : Anis Cahyan Dewantara
Ayu Diah Lestari
Buana Resti D.

2. Penyuluhan tentang hipertensi


a. Topik : Konsep dasar hipertensi dan makanan yang dianjurkan
dan dijauhi untuk penderita hipertensi.
b. Metode : Ceramah dan diskusi
c. Media : Leaflet, power point, sound sistem
d. Waktu : Sabtu, 16 November 2019
e. Tempat : Rumah Ibu Purwati
f. Sasaran : Lansia
g. Pengorganisasian
Ketua Peaksana :
Pemateri : Kristian Adi Nugroho
Fasilitator : Zahrotul Uliyah
Anggoro Dwi Laksono
Gustiani Ike S.
Anis Cahyan Dewantara
Ayu Diah Lestari
Buana Resti D.
Observer : Nadya Rohmatul Lailia
Moderator : Nabila Alma Maitsani
h. Seting tempat

Keterangan :

: Penyaji

: Fasilitator
: Klien/keluarga

: observer

: moderator

3. Rileksasi Otot Progresif (ROP)


a. Topik : Rileksasi otot progresif (ROP)
b. Metode : Penjelasan tentang ROP dan demonstrasi ROP bersama
c. Media : Video, laptop dan speaker
d. Waktu : Sabtu, 19 November 2019
e. Tempat : Rumah bu Purwati
f. Sasaran : Lansia
g. Pengorganisasian
Pemateri : Kristian Adi Nugroho
Fasilitator : Zahrotul Uliyah
Anggoro Dwi Laksono
Gustiani Ike S.
Anis Cahyan Dewantara
Ayu Diah Lestari
Buana Resti D.
Observer : Nadya Rohmatul Lailia
Moderator : Nabila Alma Maitsani
h. Seting tempat

Keterangan :

: Penyaji

: Fasilitator

: Klien/keluarga

: observer

: moderator
D. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi struktur
1. Pelaksanaan kegiatan terhadap kontrak waktu dan tempat.
2. Jumlah lansia yang mengikuti kegiatan.
3. Kesesuaian fungsi alat, bahan dan media dengan yang dibutuhkan.
b. Evaluasi proses
1. Lansia berpartisipasi secara aktif dan mendengarkan penyuluhan
dengan baik.
2. Instruktur ROP dapat mendemonstrasikan ROP dengan baik.
3. Lansia dapat memerhatikan dan memeragakan terapi ROP.
4. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat tanpa izin selama acara
berlangsung.
c. Evaluasi hasil
1. Lansia menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan terkait
penyakit dan pengelolaan penyakit.
2. Lansia dapat mengikuti kegiatan posyandu lansia.
3. Lansia dapat mengikuti kegiatan ROP.
4. Lansia dapat mempraktikkan terapi ROP secara mandiri.
5. Lansia dapat menjaga nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi
lansia.
REFERENSI

Badan Pusat Statistik. (2013). Statistik penduduk lanjut usia. Jakarta: Author
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyumas. (2015).
Laporan Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur per
Kabupaten/Kota pada 30 Juni 2015. Purwokerto: Author.
Depkes, RI. (2003). Pedoman pengelolaan kesehatan di kelompok usia lanjut.
Jakarta: Author.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran kesehatan lanjut usia di
Indonesia. Jakarta: Author.
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2010. Jumlah lansia
Indonesia, lima besar terbanyak di dunia. Dalam:
http//2010.kemenkop.go.id/content/jumlah-lansia-indonesia-lima-besar
terbanyak-di-dunia, diakses tanggal 16 November 2019.
Kementerian Sosial Republik Indonesia. (2007). Penduduk lansia di Indonesia
dan masalah kesejaheraannya.
Dalam:http//www.kemsos.go.id/modules,php?
name=News&file=article&sid=522, diakses tanggal 16 November 2019.
Komnas Lansia. (2010). Pedoman pelaksanaan posyandu lansia. Jakarta: Author.
Sumiati. (2012). Pemanfaatan posyandu lansiadi wilayah kerja puskesmas
Wonorejo Samarinda 2012. Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai