KEGANASAN UROGENITALIA
Oleh :
Indira Dewi W. 030.15.088
Viona Violetta 03014196
Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistemurinarius dan sistem
genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian
bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter, sedangkan
traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra.
Tumor traktus urogenitalia merupakan keganasan yang sering dijumpai yang mungkin
terlewatkan karena kekurangwaspadaan dokter dalam mengenali penyakit ini. Diantara
keganasan urogenitalia, karsinoma kelenjar prostat merupakan keganasan yang angka
kejadiannya paling banyak, kemudian disusul oleh keganasan buli - buli. Gejala penting dan
sering dianggap remeh oleh pasien adalah hematuria yang berulang. Keganasan urogenitalia
dapat tumbuh di seluruh organ urogenitalia mulai dari ginjal beserta salurannya, ureter, buli-
buli, prostat, uretra, testis, dan penis. Tumor primer yang berada di saluran kemih, seringkali
menyebabkan hematuria, membentuk bekuan darah, dan menyebabkan retensi urine. Jika
membuntu ureter dapat menimbulkan kolik, hidronefrosis, dan kerusakan ginjal.
Karsinoma prostat merupakan keganasan yang terbanyak diantara keganasan system
urogenitalia pria. Karsinoma buli-buli merupakan keganasan kedua terbanyak ada sisem
urogenitalia setelah karsinoma prostat. Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomer
tiga terbanyak setelah tumor prostat dan tumor kandung kemih. Tumor ureter memiliki angka
kejadian kurang dari 1% dari seluruh tumor urogenitalia.. Tumor testis merupakan keganasan
terbanyak pada pria yang berusia 15-35 tahun, dan merupakan 1-2% semua neoplasma pada
pria.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Stadium
Untuk mengukur derajat penyebaran tumor ditentukan dalam stadium tumor. Menurut
Perhimpunan Kanker Dunia, tingkat invasi tumor dinyatakan dalam sistem TNM atau Tumor
Nodul Metastasis.
T adalah tingkat pertumbuhan tumor didalam organ atau tingkat penyebaran tumor ke
organ sekitarnya. T diberi tanda dari T0 sampai T4.
N berarti penyebaran tumor secara limfogen. Terdapatnya penyebaran secara
limfogen ini dinilai dari adanya pembesaran limfonudi yang mengandung sel-sel ganas. N
diberi tanda dari N0 sampai N3.
M berarti penyebaran secara hematogen ke organ-organ lain yang letaknya berjauhan
dari tumor primer. M diberi tanda M0 jika tidak dijumpai adanya metastasis dan M1 jika
sudah terdapat metastasis secara hematogen.1
2.2.1.1 Etiologi
Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya adnokarsinoma ginjal, tetapi
hingga saat ini belum diketemukan agen yang spesifik sebagai penyebabnya. Merokok
merupakan faktor resiko yang paling dekat dengan timbulnya kanker ginjal. Semakin lama
merokok, dan semakin muda seseorang mulai merokok semakin besar kemungkinan
menderita kanker ginjal. Meskipun belum ada bukti yang kuat diduga kejadian kanker ginal
berhubungan dengan konsumsi kopi, obat-obatan jenis analgetika, dan pemberian estrogen.1
2.2.1.2 Patologi
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada didalam
korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor bisa berasal dari
tubulus distalis maupun duktus kolegentes. Biasanya tumor ini disertai dengan pseudokapsul
yang terdiri atas parenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan tumor dan jaringan fibrosa.
Tidak jarang ditemukan kista yang berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan
dirresorbsi. Fasia gerota merupakan barrier yang menahan penyebaran tumor ke organ
sekitanya.1
2.2.1.3 Stadium
Robson membagi derajat invasi adenokarsinoma ginjal dalam 4 stadium;
Stadium 1 dimana tumor masih terbatas didalam ginjal dengan fasia gerota masih utuh.
Stadium 2 terjadi invasi ke jaringan lemak perirenal, dengan fasia gerota masih utuh. Stadium
3 terjadi invasi ke vena renalis atau vena kava atau limfonudi regional. Stadium 4 terjadi
ekstensi ke organ sekitartnya/metastasis jauh (usus).1
2.2.1.5 Pencitraan
Pemeriksaan IVU biasanya dikerjakan atas indikasi adanya hematuria, tetapi jika
diduga ada massa pada ginjal pemeriksaan dilanjutkan dengan CT scan atau MRI. CT scan
merupakan pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada karsinoma ginjal oleh karena
mempunyai akurasi yang cukup tinggi dalam mengetahui adanya penyebaran tumor pada
vena renalis, vena cava, ekstensi perirenal, dan metastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal.
MRI dapat mengungkapkan adanya invasi tumor pada vena renalis dan vena cava anpa
membutuhkan kontras, tetapi kelemahannya adalah kurang sensitive mengenali lesi solid
yang berukuran kurang dari 3 cm. Dahulu arteriografi selektif merupakan pilihan untuk
menegakkan diagnosis karsinoma ginjal. Gambaran klasik arteriogram pada karsinoma ini
adalah : neovaskularisasi, fistula aeteriovenus, pooling bahan kontras, dan aksentuasi
pembuluh darah pada kapsul ginjal.1
2.2.1.6 Terapi
Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefroktomi radikal, yaitu
mengangkat ginjal beserta kapsula Gerota. Tindakan ini merupakan terapi baku emas bagi
tumor Grawitz stadium awal. Pada tumor yang terletak di kutub atas ginjal, dianjutkan untuk
mengangkat kelenjar adrenal. Nefroktomi bisa dilakukan melalui operasi terbuka ataupun
laparoskopi. Pada beberapa kasus masih mungkin dilakukan pengangkatan tumor dan
sebagian dari ginjal, dengan menyisakan ginjal yang masih sehat. Tindakan ini dikerjakan
pada 1) tumor yang mengenai ginjal tunggal, 2) tumor multifocal dan bilateral, terutama pada
pasien sindroma von Hippel lindau, untuk mencegah terjadinya terapi penggantian ginjal
(renal replacement), dan 3) stadium T1 dengan ginjalsisi kontra lateralnya normal, kecuali
kalau tumor dekat dengan system pelvikalises ginjal. Nefrektomi paliatif seringkali
diindikasikan untuk mengatasi keluhan akibat tumor (nyeri atau hematuria). Tindakan ini
didahului dengan embolisasi arteri renalis yang bertujuan untuk memudahkan operasi.
Kontrol keadaan klinis dilakukan setiap 6 bulan, dan pemeriksaan foto CT scan abdomen dan
dada setiap tahun hingga 3-10 tahun.
Embolisasi merupakan tindakan yang diindikasikan pada pasien yang mengeluh
hematuria, yang karena keadaannya tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan.
Terapi hormonal dengan menggunakan preparat hormon progestagen belum bayak diketahui
hasilnya bahkan disebutkan tidak banyak memberi manfaat. Imunoterapi dengan memakai
interferon atau dikombinasikan dengan interleukin memiliki hasil yang belum jelas dan
harganya sangat mahal. Radiasi eksterna tidak banyak memberikan manfaat pada
adenokarsinoma ginjal karena tumor ini adalah tumor yang radioresisten. Inhibitor
Angiogenesis memungkinkan untuk dijadikan terapi karena sebagian besar RCC
menunjukkan peningkatan angiogenesis. 1
2.2.2 Nefroblastoma
Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak berusia
kurang dari 10 tahun, dan paling sering dijumai pada umur 3,5 tahun. Tumor ini merupakan
tumor urogenitalia yang paling banyak menyerang anak-anak, menempati urutan nomer dua
keganasan intraabdominal pada anak dan nomer lima pada kasus keganasan pada anak secara
keseluruhan. Kurang lebih 10% tumor ini menyerang kedua ginjal secara bersamaan.
Nefroblastoma seing dikenal dengan nama tumor Wilm atau karsinoma sel embrional. Tumor
Wilm sering diikuti dengan kelainan bawaan berupa: anridia, hemihipertrofi, dan anomali
organ urogenitalia.1,3.
2.2.2.1 Patologi
Secara patologi, Wilms’ tumordiperkirakan terjadi saat embrional. Tumor berasal dari
blastema metanefrik dan terdiri atas blastema, stroma, dan epitel. Dari irisan berwarna abu-
abu dan terdapat fokus nekrosis atau perdarahan. Blastema umumnya hilang pada minggu ke-
36 masa gestasi, namun demikian diperkirakan satu persen dari neonatus yang lahir memiliki
residual blastema pada ginjalnya. Sel-sel tersebut dideskripsikan sebagai nephrogenic rests
yang oleh Beckwith diperkirakan sebagai fokus dari sel nefrogenik abnormal dan persisten
yang dapat diinduksi dan membentuk Wilms’ tumor. Secara histopatologik dibedakan 2 jenis
nefroblastoma, yaitu Favorable dan Unfavorable. rup unfavourableterdiri atas Wilms’
tumordengan histopatologi anaplastik(nukleus dan sitologi yang atipia secara ekstrim).
Histologi anaplastik terdapat pada 5% Wilms’ tumordan pada umumnya terjadi pada anak
yang berusia lebih tua dengan rerata umur 5 tahun dan sering terjadi pada ras Afrika dan
Amerika. Anaplastik sendiri dapat bersifat fokal maupun difusa, dengansubtipe fokal
memiliki kecenderungan sedikit lebih favourable dibandingkan anaplastik difusa. 1,4,5
Setelah melewati kapsul ginjal, tumor akan mengadakan invasi ke organ di sekitarnya
dan menyebar secara limfogen melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara
hematogen melalui vena renalis ke vena kava, kemudian mengadakan metastasis ke paru
(85%), hepar (10%), dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal kontralateral.1
2.2.2.2 Stadium
National Wilm’s Tumor Study membagi tingkat penyebaran tumor ini (setelah
dilakukan nefrektomi) dalam 5 stadium:1
- I : Tumor terbatas pada ginjal dan dapat dieksisi sempurna
- II : Tumor meluas keluar ginjal dan dapat dieksisi sempurna, mungkin telah
mengadakan penetrasi ke jaringan lemak perirenal, limfonudi para aorta atau ke vasa
renalis
- III : Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari biopsy atau rupture
yang terjadi sebelum atau selama operasi
- IV : Metastasis hematogen
- V : Tumor bilateral
CT-Scan abdomen dapat mengkonfirmasi adanya massa yang berasal dari intrarenal
dan mempertegas anatomi tumor. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan informasi adanya
pertumbuhan tumor ke dalam vena cava inferior, integritas dari ginjal kontralateral, dan
kemungkinan adanya metastase ke limfonodus atau hepar.7,8,9
Gambar 2. Gambaran MRI pasien dengan massa pada ginjal kiri, dugaan Wilm’s Tumor
2.2.2.4 Tatalaksana
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah
kontralateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. Pembedahan ini kadang kala diawali
dengan pemberian sitostatika atau radiasi.1
Pemberian sitostatika dimulai sebelum pembedahan dan dilanjutkan beberapa seri
setelah pembedahan dengan memberikan hasil yang cukup bagus. Sitostatika yang
dipergunakan adalah kombinasi dari Actinomisin D dengan Vincristine.
Radiasi eksterna diberikan sebelum atau setelah operasi dan adang kala diberikan
berselingan dengan sitostatika sbaga terapi sandwich. Tumor Wilm memberikan respons
yang cukup baik terhadap radioterapi (bersifa radiosensitif).1
2.2.3 Tumor pelvis renalis
Sesuai dengan jenis histopatologisnya tumor ini dibedakan dalam dua jenis, yaitu (1)
karsinoma sel transitional dan (2) karsinoma sel skuamosa. Seperti halnya mukosa yang
terdapat pada kaliks, ureter, buli-buli, dan ureta proksimal, pielum juga dilapisi oleh sel-sel
transisional. Karsinoma sel transisional ini dapat timbul secara bersamaan pada organ-organ
tadi. Karsinoma sel skuamosa biasanya merupakan metaplasia sel-sel pelvis renalis karena
adanya batu yang menahun pada pelvis renalis.1
2.2.3.2 Terapi
Terapi yang paling baik untuk tumor ini pada stadium awal adalah nefrouretektomi
dengan mengambil cuff dari buli-buli.1
2.2.4.2 Terapi
Terapi yang dipilih adalah nefroureterektomi yaitu mengangkat ginjal, ureter beserta
cuff buli-buli sebanyak 2 cm di sekeliling muara ureter.1
Yang termasuk karsinoma buli-buli non muscle invasive adalah 1) kanker papiler
non-ivasif (pTa), 2) tumor hanya menginvasi lamina propria (pT1), dan 3) karsinoma in situ
(Cis). Pengelolaan ketiga jenis kanker tersebut adalah dengan pembedahan endourologi,
yakni transurethral resection of bladder tumor (TURBT) dan terapi ajuvan intravesika.
Namun pada kanker yang sudah invasi pada stroma (T1) dan gradasinya tinggi, seringkali
tidak cukup hanya dengan tindakan endourologi saja, karena seringkali prognosisnya tidak
baik, dan menyerupai dengan jenis yang sudah invasi pada otot detrusor.
Kanker buli-buli invasi otot detrusor adalah kelompok anker yang sudah menembus
atau berada di dalam dinding (otot) buli-buli. Yang termasuk kategori ini adalah kanker yang
terbatas pada buli-buli (T2), sudah menembus dinding hingga sampai lemak perivesika (T3),
invasi ke organ sekelilingnya (T4). Jenis invasive ini menunjukan pola pertumbuhan yang
agresif yang dalam waktu dekat sudah menyebar secara sistemik. Karena itu terapi ditujukan
untuk mencegah agresifitas tumor local dan mencegah metastasis.1
2.2.5.6 Pencitraan
Pemeriksaan IVU dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect dan
mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum. Didapatkannya
hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter
atau muara ureter.CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ
sekitarnya.1
2.2.5.7 Terapi
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah reseksi
transuretra buli-buli. Pada tindakan ini dapat sekaligus ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi
selanjutnya tegantung pada stadiumnya.1
2.2.6.1 Etiologi
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab adalah; predisposisi genetic, pengaruh
hormonal, diet, pengaruh lingkungan, dan infeksi. Kemungkinan untuk menderita kanker
prostat menjadi dua kali jika saudara laki-lakinya menderita penyakit ini. Kemungkinannya
naik menjadi lima kali jika ayah dan saudaranya juga menderita. Kesemuanya itu
menunjukkan adanya faktor genetika yang melandasi terjadinya kanker prostat.1
2.2.6.2 Patologi
Kemungkinan tahapan pathogenesis kanker adalah: kelenjar prostat normal PIN
(prostate ikntreaepithelial neoplasia karsinoma prostat karsinoma prostat stadium lanjut
karsinoma prostatmetastasis HRPC (hormone refractory prostate cancer). Jenis
histopatologis karsinoma prostat sbagian besar adalah adeno=karsinoma. Kurang lebih 75%
terdapat pada zona perifer prostat dan 15-20% terdapat pada zona sentral dan zona
transisional.
2.2.6.3 Penyebaran
Tumor yang berada pada kelenjar prostat tumbuh menembus kapsul prostat dan
mengadakan infiltrasi ke organ sekiarnya. Penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfe
pada daerah pelvis menuju kelenjar limfe retroperitoneal dan penyebaran secara hematogen
melalui vena vertebralis menuju tulang-ulang pelvis, femur sebelah proksimal, vertebra
lumbalis, kosta, paru, hepar, dan otak.1
2.2.6.7 Pencitraan
USG transrektal (TRUS) dapat menunjukkanadanya area hipo-ekoik (605) yang
merupakan salah satu tanda adanya kanker prostat dan sekaligus mengetahui kemungkinan
adanya ekstensi tumor ke ekstrakapsuler. Selain itu dengan tuntunan USG dapat diambil
contoh jaringan pada area yang dicurigai keganasan melalui biopsi aspirasi dengan jarum
halus (BAJAH).
CT scan diperiksa jika dicurigai adanya metastasis pada limfonudi (N), yaitu pada
pasien yang menunjukkan skor Gleason >7 atau kadar PSA tinggi. Dibandingkan dengan
ultrasonografi transrektal, MRI lebih akurat dalam menentukan luas ekstensi tumor ke
ekstrakapsuler atau ke vesikula seminalis.
Pemeriksaan sintigrafi pada tulang dipergunakan untuk mencari metastasis hematogen
pada tulang, tetapi beberapa kelaninan tulang juga memberikan hasil positif palsu, antara lain
artritis degenerative tulang belakang, penyakit paget, setelah sembuh dari cedera patah
tulang, dan penyakit tulang lainnya. Karena itu dalam hal ini perlu dikonfirmasikan dengan
foto polos pada daerah yang dicurigai.
2.2.6.8 Terapi
- Observasi : ditujukan untuk pasien dalam stadium T1 engan umur harapan hidup
urang dari 10 tahun
- Prostatektomi radikal :pengangkatan kelenjar prostat bersama dengan vesikula
seminalis. Dapat menimbulkan penyulit antara lain perdarahan, disfungsi ereksi, dan
inkontinensia. Dengan teknik nerve sparring, terjadinya kerusakan pembuluh darah
dan saraf yang memelihara penis dapat dihindari sehingga timbulnya penyulit berupa
disfungsi ereksi dapat diperkecil.
- Radiasi : Ditujukan untuk pasien tua atau pasien dengan tumor loko-invasif dann
tumor yang telah mengadakan metastasis. Pemberian radiasi eksterna biasanya
didahului dengan limfadenektomi. Diseksi kelenjar limfe saat ini dapat dikerjakan
melalui bedah laparoskopik disamping operasi terbuka.
- Terapi hormonal : berdasarkan atas konsep dari Hugins, yaitu sel epitel prostat akan
mengalami atrofi jika sumber androgen ditiadakan”. Sumber androgen ditiadakan
dengan cara pembedahan atau dengan medikamentosa. Meniadakan sumber/pengaruh
androgen pada sel target disebut sebagai androgen deprivation therapy (ADT). Labrie
menganjurkan untuk melakukan blokde androgen total oleh karena masih adanya
sumber androgen selain dari testis yaitu dari kelenjar suprarenal sebesar 10% dari
seluruh rtestosrteron yang beredar didalam tubuh.
2.2.7.1 Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor
testis, antara lain:
1. Maldesensus testis
2. Trauma testis
3. Atrofi atau infeksi testis
4. Pengaruh hormon
Terdapat 7-10% pasien dengan karsinoma testis menderita maldesensus testis, proses
tumorgenesis pasien dengan maldesensus 48 kali lebih besar daripada testis normal meskipun
sudah dilakukakn orkidopeksi.
Sebagian besar (95%) tumor testis berasal dari sel germinal sedangkan sisanya berasal dari
non germinal.
1. Germinal
a) Seminoma
- Klasik
- Anaplastik
- Spermatositik
b) Non seminoma
- Karsinoma sel embrional
- Kariokarsinoma
- Teratoma
- Tumor yolk sac
2. Non germinal
a) Tumor sel leydig
b) Tumor sel sertoli
c) Gonadoblastoma
3. Sekunder (metastase) tumor
a) Limfoma
b) Leukimia infiltrate
2.2.7.2 Stadium
Berdasarkan system klasifikasi TNM, penentuan T dilakukan setelah orkidektomi
berdasarkan atas pemeriksaan histopatologik. Beberapa cara penentuan stadium klinis yang
lebih sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb, yaitu stadium A atau I untuk tumor testis
yang masih terbatas pada testis, stadium B atau II untuk tumor yang telah mengadakan
penyebaran ke kelenjar regional (para aorta) dan stadium C atau III untuk tumor yang telah
menyebar keluar dar kelenjar retroperitoneum atau telah mengadakan metastasis
supradiafragma. Stadium II dibedakan menjadi stadium IIA untuk pembesaran limfonudi para
aorta yang beum teraba dan stadium IIB untuk pembesaran limfonudi yang telah terab
(>10cm).
2. HCG = adalah glikoprotein pada keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas.
Penanda ini meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, 40-60% pada karsinoma
embrional, 5-10% pada seminoma murni
2.2.7.6 Pencitraan
Pemeriksaan ultrasonografi dapat membedakan dengan jelas lesi intrate stikuler atau
ekstratestikuler da massa padat atau kistik. Pemeriksaan CT scan berguna untuk menentukan
ada tidaknya metastasis pada retroperitoneum
2.2.7.8 Tatalaksana
Pada dugaan tumor testis tidak diperkenankan melakukan biopsi testis untuk
penegakan diagnosis patologi anatomi tetapi dengan cara mengambil jaringan melalui radikal
orkidektomi. Dari hasil pemeriksaan patologi dapat dikategorikan antara seminoma dan non
seminoma. Jenis seminoma memberikan respon yang yang cukup baik terhadap radiasi
sedangkan jenis non seminoma tidak sensitif. Oleh karena itu radiasi eksterna dipakai sebagai
ajuvan terapi pada seminoma testis. Pada non seminoma yang belum melewat stadium III
dilakukan pembersihan kelenjar retroperitoneal atau retroperitoneal lymphnode disection
(RPLND). Tindakan diseksi kelenjar pada pembesaran aorta yang sangat besar didahului
dengan pemberian sitostatika terlebih dahulu dengan harapan akan terjadi downstaging dan
ukuran tumor akan mengecil. Sitostatika yang diberikan di berbagai klinik tidak sama. Di
beberapa klinik diberikan kombinasi regimen PVB (Sisplatinum, Vinblastin, dan Bleomisin).
1,13,14,15,16
2.2.8.1 Etiologi
Dari berbagai penelitian diketemukan adanya hubungan antara karsinoma penis
dengan hygiene penis yang kurang bersih. Hal ini diduga karena iritasi smegma
mengakibatkan inflamasi kronis sehingga merangsang timbulnya keganasan penis. Sirkumsisi
yang dilakukan pada masa anak atau bayi akan memperkecil kejadian karsinoma penis
dikemudian hari. Kejadian karsinoma ini meningat pada pria atu suku bangsa yang tidak
menjalani sirkumsisi, antaa lain India, Cina, dan Afrika.
2.2.8.2 Stadium
I. Tumor terbatas pada glans penis atau prepusium
II. Tumor sudah mengenai batang penis
III. Tumor terbatas pada batang penis tetapi sudah didapatkan metastasis pada
kelenjar limfa inguinal
IV. Tumor sudah melampaui batang penis dan kelenjar limfe inguinal sudah tak dapat
Dioperasi (inoperable) atau btelah terjadi metastasis jauh
Gambar 5. Stadium tumor penis
2.2.8.3 Gambaran klinis
Lesi primer berupa tumor yang kotor, berbau dan serng mengalami infeksi, ulserasi,
serta oerdarahan. Kaadang-kadang didapatkan pembesaran kelenjar limfe inguinal yang nyeri
karena infeksi atau pembesaran kelenjar limfe subklavia. Diagnosis ditegakkan melalui
pemeriksaan patologi dri biopsi pada lesi primer, sedangkan pemeriksaan penciraan
dibutuhkan guna menentukan penyebara tumor ke organ lain.
2.2.8.4 Terapi
1. Menghilangkan lesi primer
Tujuan pengobatan ini adalah menghilangkan lesi primer, mencegah kekambuhan,
dan jika mungkin mempertahankan penis agar pasien dapat miksi dengan berdiri
atau dapat melakukan senggama. Tindakan yang dapat dilakukan adalah sirkumsisi,
penektomi parsial, penektomi total dan uretrostomi perineal, terapi laser dengan
Nd:YAG, terapi topical dengan kemoterapi, dan radiasi.