Anda di halaman 1dari 7

3.

DIABETES MELITUS DAN RETINOPATI

I NYOMAN IKA PRAPTA SWARTAWAN


030.14.089
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 jumlah penderita diabetes


melitus terbesar di dunia. Jumlah ini akan mencapai 21,3 juta pada tahun 2013.
Salah satu komplikasi dari DM adalah komplikasi mikrovaskular pada mata yaitu
retinopati yang jika terus berlanjut akan menjadi penyebab kebutaan. Retinopati
diabetik merupakan penyebab kebutaan terbesar di Amerika Serikat, prevalensi
retinopati diabetik sendiri di Amerika sebesar 4,1juta orang.

Penelitian epidemio-logis di Amerika, Australia, Eropa dan Asia melaporkan


bahwa jumlah penderita retinopati diabetik akan meningkat dari 100,8 juta pada
tahun 2012 menjadi 154,9 juta pada tahun 2030 dengan 30% di antaranya ter-
ancam kebutaan.The Diab Care Asia 2008 Study dengan melibatkan 1.785
penderita DM pada 18 pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia
melaporkan bahwa 42% penderita DM akan mengalami komplikasi retinopati dan
6,4% diantaranya merupakan retinopati DM proliferatif. Faktor resiko yang
mempengaruhi se-orang penyandang DM menderita gangguan retina yaitu lamanya
seseorang menyandang DM, ketergantungan insulin pada DM tipe 2, nefropati dan
hipertensi. Selain itu, pubertas dan kehamilan dapat mempercepat progresivitas
retinopati diabetik. Hampir se-mua penyandang DM tipe 1 akan meng-alami
retinopati diabetik dengan berbagai derajat setelah 20 tahun dan 60% pada DM tipe
2.

Kebutaan akibat retinopati diabetik menjadi masalah kesehatan yang


diwaspadai di dunia karena kebutaan akan menurunkan kualitas hidup dan
produktivitas penderita yang akhirnya menimbulkan beban sosial masyarakat.
Masalah utama dalam pena-nganan retinopati diabetik adalah keterlambatan
diagnosis karena sebagian besar penderita pada tahap awal tidak mengalami
gangguan penglihatan. Dokter umum di pelayanan kesehatan primer memegang
peranan penting dalam deteksi dini retinopati diabetik, penata-laksanaan awal,
menentukan kasus rujukan ke dokter spesialis mata dan menerimanya kembali.
Apabila peranan tersebut dilaksa-nakan dengan baik, maka risiko kebutaan akan
menurun hingga mencapai lebih dari 90%.Berdasarkan uraian di atas, dapat
diketahui bahwa dengan semakin mening-katnya prevalensi penyakit DM maka
risiko mengalami komplikasi retinopati diabetik akan semakin meningkat pula.
Sejalan dengan hal tersebut maka gangguan fungsi penglihatan seperti penurunan
ketajaman penglihatan bahkan kebutaan akan semakin meningkat dan membawa
dampak berupa beban sosial.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Meta-analysis, Journal of Diabetes and its Complications. 2009 July


;23:244-8 Jurnal ini membahas tentang tujuan untuk mengevaluasi korelasi
profil lipid dan presentasi klinis edema makula di Tipe 2 diabetes mellitus
(DM) pasien, serta membedakan lipid serum puasa dan kadar HbA1c.

2. Meta-analysis, Diabetes Mellitus and Risk of Age-Related Macular


Degeneration: A Systematic Review and Meta-Analysis.2014
September;9. Jurnal ini membahas tentang Age-Related Macular
Degeneration (AMD) sebagai penyebab utama kehilangan penglihatan pada
orang lanjut usia.

3. Venesia Pengan, Harry J.G. Sumual dan Laya M. Rares. Kecenderungan


Penderita Retinopati Diabetik. Juli 2014;2(2). Jurnal ini membahas
peningkatan jumlah penderita retinopati diabetik pada tahun 2012 - 2013 dan
meneliti data-data penderita retinopati diabetik di Balai Kesehatan Mata
Masyarakat.

4. Meta-analysis. Komunikasi Jangka Pendek dan Jangka Panjang


Diabetes Melitus Tipe 1. April 2009;10(6). Jurnal ini membahas tentang
frekuensi komplikasi jangka pendek yaitu ketoasidosis dan jangka panjang
yaitu nefropati dan retinopati berdasarkan kontrol metabolik, lama menderita
diabetes, dan biaya pengobatan.

5. Nur Aini, Widati Fatmaningrum dan Ah. Yusuf, Upaya Meningkatkan


Perilaku Pasien dalam Tatalaksana Diabetes Mellitus dengan
Pendekatan Teori Model Behavioral System Dorothy E. Johnson.April
2011;6:1-10. Jurnal ini membahas perbedaan pengetahuan, sikap, praktek,
puasa gula darah dan 2 jam post prandial (PP) karena motivasi dan
pendidikan Metode: Penelitian eksperimental ini dengan Acak Kelompok
Kontrol Pretest Posttest Design.

6. Agung Endro Nugroho, Hewan Percobaan Diabetes Mellitus : Patologi


Dan Mekanisme Aksi Diabetogenik. Oktober 2006;7:378-382. Jurnal ini
membahas tentang Hewan percobaan diabetes mellitus tipe 1 dan 2 dapat
dibuat melalui beberapa cara yaitu pankreaktomi; induksi senyawa kimia
(diabetogenik) misalnya dengan streptosotosin, aloksan asam
dehidroaskorbat, asam dialurat, asam ksanturenat; induksi virus, ataupun
secara genetika.
7. Fadma Yuliani, Fadil Oenzil dan Detty Iryani, Hubungan Berbagai Faktor
Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2. 2014;3(1). Jurnal ini membahas tentang hubungan
yang sangat bermakna antara antara jenis kelamin, dislipidemia dan merokok
dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner pada penderita DM tipe 2 dan
terdapat hubungan yang bermakna antara lama menderita DM, hipertensi,
dan obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner pada penderita DM
tipe 2.

8. Pradana Soewondo, Alessandra Ferrario dan Dicky Levenus Tahapary,


Tantangan dalam pengelolaan diabetes di Indonesia: tinjauan pustaka.
2013;9(63). Jurnal ini membahas bukti beban, pengeluaran, komplikasi,
pengobatan, dan hasil dari diabetes di Indonesia dan implikasinya pada saat
ini.

9. Rusman Shiddiq, Wahid Heru Widodo dan Bambang Poernomo,


Hubungan Hipertensi dan Glycohemoglobin (HbA1c) dengan Kejadian
Retinopati Diabetik pada Penderita Diabetes Mellitus di RSUD Margono
Soekarjo Purwokerto. September 2011;5(3). Jurnal ini membahas
hubungan hipertensi dengan kejadian retinopati diabetik pada penderita
Diabetes Mellitus di RSUD Margono Soekarjo.Dimana tidak ada hubungan
HbA1c dengan kejadian retinopati diabetik pada penderita Diabetes Mellitus
di RSUD Margono Soekarjo.

10. Meta-analysis, Risk of esophageal cancer in diabetes mellitus:meta-


analysis of observational studies. 2012;23:263-272. Jurnal ini membahas
epidemiologi studi untuk mengevaluasi hubungan dari sejarah DM dengan
risiko kanker.
PEMBAHASAN

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya


semakin meningkat dari tahun ke tahun.5 Menurut American Diabetes Association
(ADA) 2010, DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.7 Sedangkan menurut Unger dan Foster Diabetes mellitus (DM) merupakan
suatu penyakit yang melibatkan hormon endokrin pankreas, antara lain insulin dan
glukagon. Manifestasi utamanya mencakup gangguan metabolisme lipid,
karbohidrat, dan protein yang pada gilirannya merangsang kondisi hiperglikemia. 6

Dalam perjalanan penyakit Diabetes Mellitus dapat menimbulkan bermacam-


macam komplikasi, Komplikasi mikrovaskular dapat terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda. Hal yang mendukung mudahnya terjadi komplikasi adalah umur
muda, masa pubertas, dan kontrol metabolik yang tidak baik dan menyebabkan
komplikasi mikrovaskular yaitu retinopati, nefropati, dan neuropati.Tanda pertama
nefropati diabetik adalah mikroalbuminuria. Untuk mengetahui komplikasi nefropati
diperlukan lebih banyak subjek dan waktu penelitian yang lebih lama. Mikroalbumin
disebabkan gangguan ginjal akibat kepatuhan pemakaian obat yang kurang baik,
sehingga perlu evaluasi lebih mendalam mengenai penyebabnya. 4 Komplikasi
makrovaskular dapat menyebabkan percepatan pembentukan aterosklerosis yang
dapat mengganggu fungsi kardiovaskular.9

Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan terbesar di Amerika


Serikat, prevalensi retinopati diabetik sendiri di Amerika sebesar 4,1 juta orang.
Penelitian epidemio-logis di Amerika, Australia, Eropa dan Asia melaporkan bahwa
jumlah penderita retino-pati diabetik akan meningkat dari 100,8 juta pada tahun 2012
menjadi 154,9 juta pada tahun 2030 dengan 30% di antaranya ter-ancam kebutaan.3
Varma et al. menyatakan bahwa faktor risiko yang sangat berperan dalam kejadian
retinopati diabetik yaitu lama menderita diabetes, peningkatan glycohemoglobin
(HbA1c), peningkatan tekanan darah sistolik dan jenis kelamin laki-laki. Selain itu,
Varma et al. menyimpulkan bahwa kontrol glukosa dan hipertensi pada pasien
diabetes tipe 2 dapat mengurangi risiko terjadinya retinopati diabetik.9 Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan bahwa faktor risiko retinopati diabetik (RD) adalah
tingkat glikemik dan kontrol tekanan darah, durasi diabetes, kehadiran nefropati, dan
mengangkat lipid serum yang disampaikan Aiello et al.1
PENUTUP

D. Kesimpulan
Jadi kesimpulannya Diabetes Mellitus meruapakan penyakit berbahaya yang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini sebenarnya bukan karena parahnya penyakit
diabetes yang diderita namun lebih sering akibat komplikasi yang dipicu oleh
diabetes itu sendiri. Sedangkan Retinopati diabetik yang dialami oleh penderita
diabetes akan sangat erat kaitannya dengan kadar gula darahnya yang mengalami
peningkatan cukup drastis. Apabila kelebihan gula dalam darah akan lebih
cenderung memicu penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan darah pun
meningkat. Tekanan darah yang meningkat dapat meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler. Sementara itu penyempitan pembuluh daraf yang terjadi dapat
mengurangi asupan nutrisi dan oksigen ke organ tertentu. Salah satu organ penting
yang dapat terkena dampaknya adalah Retina yang merupakan lensa mata.

E. Saran
Jadi dari kesimpulannya didapat kita harus mencegah penyakit tersebut dengan cara
yaitu :

1. Perubahan Gaya Hidup

 Perubahan gaya hidup sangat perlu dilakukan untuk dapat menghindari


diabetes karena gaya hidup seseorang dapat mempertinggi resiko
diabetes. Sebagai contoh gaya hidup instan yang dijalani orang-orang
pada umumnya akan sangat berdampak pada meningkatnya kadar gula
darah.

2. Diet Seimbang

 Diet seimbang perlu dilakuin untuk mencegah diabetes sebelum terlambat.


Karenanya tinggalkanlah diet yang ketat yang dapat menyiksa tubuh anda
dan dapat membuat tubuh kekurangan nutrisi. Gantilah dengan diet
seimbang dengan cara mengonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan
segar.

3. Olahraga Teratur

 Dengan berolahraga teratur akan dapat menjaga berat badan anda karena
olahraga akan membantu anda dalam membakar lemak berlebih di dalam
tubuh serta dapat menurunkan resiko diabetes.
REFERENCES

1. Dicle O, et al. Journal of Diabetes and its Complications. 2009 July;23:244-8


2. Pancy OS, et al. Diabetes Mellitus and Risk of Age-Related Macular
Degeneration: A Systematic Review and Meta-Analysis. 2014 September;9
3. Venesia P, Harry JGS, Laya MR. Kecenderungan Penderita Retinopati
Diabetik. Juli 2014;2(2)
4. Indra WH, et al. Komplikasi Jangka Panjang dan Jangka Pendek Diabetes
Mellitus Tipe 1. April 2009;10(6)
5. Nur A, Widati F, Ah Yusuf. Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien dalam
Tatalaksana Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori Model Behavioral
System Dorothy E. Johnson. April 2011;6:1-10
6. Agung EN. Hewan Percobaan Diabetes Mellitus : Patologi Dan Mekanisme
Aksi Diabetogenik. Oktober 2006;7:378-382
7. Fadma Y, Fadil O, Detty I. Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
2014;3(1)
8. Pradana S, Alessandra F, Dicky LT. Challenges in diabetes management in
Indonesia:a literature review. 2013;9(63)
9. Rusman S, Wahid HW, Bambang P. Hubungan Hipertensi dan
Glycohemoglobin (hba1c) dengan Kejadian Retinopati Diabetik pada
Penderita Diabetes Melitus di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.
September 2011;5(3)
10. Wen H, et al. Risk of Esophageal Cancer in Diabetes Mellitus:a Meta-
Analysis of Observational Studies. 2012;23:263-272

Anda mungkin juga menyukai