Anda di halaman 1dari 13

PENENTUAN KADAR AIR TOTAL PADA CONTOH

YANG TELAH DI PREPARASI

I. Tujuan Percobaan
- Mengetahui kadar air total yang terkandung dalam batubara
- Melakukan analisis menggunakan alat dengan baik dan benar

II. Alat dan Bahan yang Digunakan


 Alat yang digunakan
- Neraca analitik
- Oven pengering
- Pan/Loyang pengering
- Top loading balance
- Cawan + penutup
- Desikator

 Bahan yang digunakan


- Batubara 60 mesh

III. Gambar Alat (terlampir)

IV. Langkah Kerja


 Penentuan Kadar Air Sisa
a) Memanaskan cawan kosong pada kondisi dimana sampel akan
dikeringkan, mendinginkan cawan beserta tutup dalam desikator
selama 15-30 menit
b) Menimbang 1 gr sampel, menuangkan dalam cawan, menutup dan
menimbang sampai berat konstan (± 0,1 gr)
c) Menempatkan cawan tanpa tutup dalam oven yang telah dipanaskan
pada suhu 107 ± 3˚C, menutup oven, memanaskan selama 1 jam,
membuka oven, cawan diusahakan dengan tutup segera cawan
didinginkan dalam desikator
d) Menimbang segera setelah pencapaian suhu ruang

V. Dasar teori

Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu cebakan
sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran bahan berselulosa
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan ini terpadatkan dan terubah karena adanya
proses tekanan dan panas. Bentuk awal dari hasil penimbunan dan pemadatan ini adalah
berupa gambut yang setelah mengalami tekanan dan pemanasan akan berubah berturut-
turut menjadi lignit, sub-bituminus, bituminus atau antrasit tergantung dari besarnya
tekanan dan pemanasan yang dialaminya.
Pada dasarnya batubara memiliki tiga komponen yaitu batubara murni, zat mineral dan
lengas total. Pada perlakuan panas yang diberikan kepada batubara maka akan terjadi
penguraian terhadap batubara, cara ini biasa ditunjukkan pada saat memberi perlakuan
panas terhadap batubara, cara ini disebut analisis proksimat. Dalam pengungkapan kualitas
batubara, analisis atau pengujian terhadap kualitas batubara didasarkan pada keadaan “As
Received (ar), Air Dried Base (adb), Dry Base (db), Dry Ash Free (daf), atau Dry Mineral
Matter Free (dmmf)”.

Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun yang terurai dari
batubara apabila dipanaskan sampai kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk-bentuk yang
menggambarkan ikatan serta asal mula air tersebut di dalam batubara.
Ada dua bentuk/wujud moisture pada batubara yakni air yang terdapat di dalam batubara
dalam bentuk H2O dan air hasil penguraian zat organik yang ada dalam batubara karena
adanya oksidasi terhadap batubara tersebut.
Air yang terdapat dalam batubara dalam bentuk H2O dibagi dalam 3 bentuk yakni :
1. Inherent moisture ialah air yang secara fisik terikat di dalam rongga-rongga kapiler
serta pori2 batubara yang relatif kecil, serta mempunyai tekan uap air yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan tekanan uap air yang terdapat pada permukaan batubara.

2. Adherent moisture ialah air yang terdapat permukaan batubaraatau di dalam pori2
batubara yang relatif besar. Air dalam bentuk ini mudah menguap pada suhu ruangan.

3. Air kristal ialah air yang terikat secara kimia pada mineral-mineral dalam batubara.
Bentuk ini menguap pada suhu yang cukup tinggi, tergantung dari jenis mineral yang
mengikatnya, penguapan pada umumnya mulai terjadi pada suhu diatas 450 derajat celcius.
Beberapa badan standarisasi international membuat metode untuk penetapan air kristal ini,
namun jarang orang mempergunakannya, amerika menetapkan bahwa air kristal yang
terdapat di dalam batubara ialah 8% dari kadar abu batubara, sedangkan negara-negara
eropa menetapkan sebesar 9% dari kadar abu batubara.

PENGERTIAN MOISTURE PADA BATUBARA

 Air total contoh batubara adalah jumlah air bebas dan air sisa dari contoh
batubara tersebut.
 Air bebas adalah air yang dibebaskan pada contoh yang dikeringkan dalan suhu
kamar
 Air sisa adalah contoh air yang masih terkandung dalam contoh yang telah
dikeringkan pada suhu kamar.

Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat dalam pori-pori
batubara baik besar maupun kecil dan yang terbentuk dari penguraian batubara selama
pemanasan.Moisture batubara ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan
sampai pada suhu 105 – 110 derajat celcius.
Berdasarkan pengertian diatas, serta melihat kembali kepada bentuk2 air yang terdapat di
dalam batubara, maka hanya air dalam bentuk inherent dan bentuk adherent sajalah yang
dapat dikategorikan sebagai moisture batubara, sedangkan 2 bentuk lainnya, yaitu air
kristal mineral dan air hasil penguaraian zat organik karena oksidasi, tidak termasuk
sebagai air batubara.

ISTILAH YANG DIPAKAI

Berdasarkan bentuk-bentuk air yang dianggap sebagai air batubara, kemudian


muncullah bermacam istilah yang dipergunakan, istilah-istilah tersebut antara lain :

Kondisi 1 : Inherent moisture (moisture holding capacity : bed moisture, equilibrium


moisture) dan Adherent moisture (surface moisture, free moisture).

Kondisi 2 : Total moisture terdiri dari 2 yakni Free moisture (air dry loss, extraneous
moisture) dan Residual moisture.

Kondisi 3 : Free moisture dan moisture (air dried moisture, moisture in the analysis sample)
selain istilah-istilah tersebut masih banyak istilah lainnya yang dipergunakan orang, seperti
natural moisture, internal moisture, critical moisture, chemically combined moisture, as
received moisture dan lain sebagainya.

PEMBAHASAN ISTILAH
 Kondisi 1
1. Inherent moisture
Inherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat di dalam rongga-rongga
kapiler dan pori-pori batubara yang relatif kecil, pada kedalaman aslinya yang secara teori
dinyatakan bahwa kondisi tersebut ialah kondisi dengan tingkat kelembapan 100% serta
suhu 30 derajat celcius.Karena sulitnya mengsimulasi kondisi batubara di kedalaman
aslinya, maka badan-badan standarisasi menetapkan kondisi pendekatan untuk
dipergunakan pada metode standar pengujian di laboratorium.Standar internasional,
British, Australia dan Amerika menetapkan bahwa kondisi pendekatan tersebut ialah
kondisi dengan tingkat kelembapan 96 – 97 % dengan suhu 30 derajat celcius. sedangkan
standar jepang menetapkan kondisi tersebut pada tingkat kelembapan 67 % dengan suhu
30 derajat celcius. sehingga hasil yang diperoleh dengan standar jepang selalu lebih kecil
dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan standar lainnya.
Banyaknya jumlah inherent moisture dalam suatu batubara dapat dipergunakan
sebagai tolok ukur tinggi rendahnya tingkat rank batubara tersebut. Semakin tinggi nilai
inherent moisture suatu batubara, semakin rendah tingkat rank batubara tersebut.
Bed moisture ialah istilah lain inherent moisture yang banyak dipakai, sedangkan moisture
holding capacity (MHC) ialah istilah yang dipakai oleh international standard (ISO),
British Standard (BS) dan Australia Standard (AS), sedangkan American Standard
(ASTM) mempergunakan istilah Equipment moisture, Moisture Holding Capacity dan
equilibrium moisture ialah istilah yang dipergunakan untuk nama pengujian.

2. Adherent moisture
Adherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat pada permukaan batubara
dan pori-pori batubara yang relatif besar.Surface moisture ialah istilah yang dipergunakan
oleh international standard (ISO),BS,AS sedangkan ASTM mempergunakan istilah free
moisture.Nilai adherent moisture diperoleh dari pengurangan nilai total moisture oleh nilai
inherent moisture (Adherent moisture = total moisture – inherent moisture).
Keberadaan adherent moisture pada batubara dimungkinkan terjadi dalam beberapa situasi,
antara lain :
1. Bercampurnya air tanah dengan batubara pada waktu penambangan maupun pada kondisi
asalnya di dalam tanah.
2. Taburan air hujan pada tumpukan batubara
3. sisa-sisa air yang tertinggal pada permukaan batubara setelah proses pencucian.
4. Air yang disemprotkan untuk mengurangi debu pada tumpukan batubara.

Keberadaan adherent moisture ini dapat dikurangi jumlahnya dengan proses


penirisan (drainage), centrifuge, pengeringan di udara terbuka, pengeringan dengan
pemanasan.Oleh karena sebagian besar moisture ini terdapat pada permukaan batubara,
maka semakin luas permukaan suatu batubara, semakin besar pula jumlah surface
moisture-nya, ini berarti bahwa semakin halus suatu batubara, semakin besar pula surface
moisture-nya.
Pada batubara yang halus, keberadaan surface moisture-nya sangat kuat, karena
adanya ikatan antara moisture pada permukaan partikel-partikelnya, yang disebut dengan
“bridging” sehingga sulit sekali untuk dikurangi, dan apabila mencapai jumlah yang cukup
besar terlebih lagi kalau mengandung mineral cukup besar pula, maka akan menimbulkan
masalah yang serius pada penanganan batubara tersebut (coal handling), oleh karena itulah
pada waktu pembelian batubara selalu diperiksa jumlah partikel halusnya.

 Kondisi 2
1.Total Moisture
ialah seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara dalam bentuk inherent dan
adherent pada kondisi saat batubara tersebut diambil contohnya (as sampled) atau
pada pada kondisi saat batubara tersebut diterima (as received).
Nilai total moisture diperoleh dari hasil perhitungan niali free moisture dengan
nilai residual moisture dengan rumus.
% TM = % FM + % RM x (1 – % FM/100)
Nilai-nilai free moisture dan residual moisture diperoleh dari hasil analisis penetapan total
moisture metode dua tahap (two state determination).

a. Free Moisture (FM) ialah jumlah air yang menguap apabila contoh batubara yang baru
diterima atau yang baru diambil, dikeringkan dalam ruangan terbuka pada kondisi tertentu
sampai didapat berat konstannya.
Berat konstan ialah berat penimbangan terakhir apabila pada dua penimbangan terakhir
dicapai perbedaan berat < 0,1%/jam.
Free moisture istilah yang dipakai ISO, BS dan AS sedangkan ASTM mempergunakan
istilah air dry loss (ADL) . Pada ASTM dikenal juga istilah free moisture akan tetapi istilah
tersebut mempunyai pengertian yang berbeda dengan istilah free moisture yang
dipergunakan oleh ISO, BS, AS.
b. Residual Moisture ialah jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang sudah
kering (setelah free moisturenya menguap) apabila dipanaskan kembali pada suhu 105 –
110 derajat celcius, proses pengerjaan untuk mendapatkan nilai residual moisture
merupakan tahap kedua dari penetapan total moisture (metode dua tahap).

 Kondisi 3
1. Free Moisture (informatif) ialah istilah yang dipergunakan untuk mengambarkan
persen jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang dikeringkan pada kondisi
ruangan (suhu dan kelembapan ruangan) yang kadang2 dibantu dengan hembusan kipas
angin. Pengeringan tidak perlu dilakukan sampai dicapai berat konstan. Pengeringan justru
harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh metode standar. Hal ini dilakukan agar
pengeringan tidak terlalu berlebihan karena akan terjadi oksidasi terhadap batubara
tersebut sehingga mengurangi nilai calorific value.
Air dry loss ialah istilah yang dipergunakan dalam ASTM . Nilai free moisture ini sifatnya
hanya informatif dan nilainya dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya tidak selalu
harus sama.
2. Air dried moisture, ISO, BS dan AS mempergunakan ukuran partikel -212 um,
sedangkan ASTM mempergunakan partkel ukuran -250 um. Air dried moisture ialah air
yang menguap dari contoh yang halus apabila dipanaskan pada suhu 105 – 110 derajat
celcius dan penetapannya merupakan bagian dari analisis proximate, istilah lain yang
banyak dipergunakan ialah moisture in the analysis sample atau moisture saja. Nilai
moisture ini hanya dipergunakan untuk menghitung hasil-hasil analisis lainnya, yang ada
hubungannya dengan moisture ke dalam basis yang diinginkan. Hal ini perlu dilakukan
apabila kita akan memperbandingkan dua hasil analisis dari contoh yang sama atau
diperlukan juga untuk pengklasifikasian batubara tersebut.

Tabel.Susunan unsur gambut, lignit, batubara subbitumen, bitumen, dan antrasit


Karbon Volatile Matter Calorivic Value Moisture
Gambut 60% > 53% 16,8 MJ/kg > 75% insitu
Lignit 60-71% 53-49% 23,0 MJ/kg 35% insitu
Subbitumen 71-77% 49-42% 29,3 MJ/kg 25-10% insitu
Bitumen 77-87% 42-29% 36,3 MJ/kg 8% insitu
( Muchjidin, Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara, 2006)

VI. Data Pengamatan

Ukuran Massa Massa Massa Massa Massa


Batubara Cawan + Sampel Cawan setelah 30 setelah 30
Sample (gr) Kosong menit menit
(gr) (gr) pemanasan1 pemanasan2
60 Mesh 23,7598 0,8683 22,7115 23,4846 gr 23,3974 gr

VII. Perhitungan

 Pemanasan 1
Berat sample = (Berat cawan + batubara ) – cawan kosong
= 23,4846 gr – 22,7115 gr
= 0,7731 gr
 Pemanasan 2
Berat sample = (Berat cawan + batubara ) – cawan kosong
= 23,3974 gr – 22,7115 gr
= 0,6859 gr
Kadar Air Bebas=12,8087 %
Kadar Air Sisa (R):

W−H
R =( ) X 100 %
W

0,8683 gr − 0,6859 gr
=( ) X 100 %
0,8683 gr

=21,0065%

 Penentuan Kadar Air Total


𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ( 100−𝐴𝐷𝐿)
%M = ( ) + 𝐴𝐷𝐿
100
21,0065(100−12,8087 )%
=( ) + 12,8087 %
100

= 31,1245%
VIII. Analisis Data

Percobaan yang dilakukan kali ini yaitu menentukan kadar air total pada sampel batubara.
Kadar air sisa pada batubara adalah kadar air yang secara fisik terikat dalam rongga-rongga kapiler
serta pori-pori batubara yang relatif kecil serta mempunyai tekanan uap air yang lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan uap air yang terdapat pada permukaan batubara (free moisture).
Sampel batubara yang digunakan pada penentuan kadar air sisa ini sebanyak 1 gr yang berukuran
60 mesh. Tahapan-tahapan yang dilakukan secara umum adalah pengeringan, pendinginan, dan
penimbangan.

Langkah pertama yang dilakukan adalah pengeringan crussible. Ini dilakukan untuk
menghilangkan air/uap air yang terdapat pada permukaan crussible pada ruang terbuka yang dapat
mempengaruhi penentuan kadar air sisa pada sampel batubara. Pengeringan dilakukan selama 30
menit dengan suhu 107°C. Setelah itu crussible didinginkan pada desikator kemudian ditimbamg.
Kemudian melakukan pengeringan sampel batubara. Batubara dimasukkan kedalam crussible
yang telah didinginkan, lalu crussible yang berisi batubara ditimbang. Lalu dikeringkan didalam
oven dengan suhu 107±3°C selama 30 menit, lalu didinginkan didalam desikator. Kemudian
melakukan pengeringan sekali lagi sampai mendapati berat konstan.

Tujuan pengeringan sampel yaitu untuk mengetahui kadar air yang terikat dalam pori-pori
sampel batubara. Setelah dioven, didinginkan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat
batubara setelah dikeringkan selisih dari berat crussible+sampel sebelum dioven dan sesudah
dioven merupakan massa air yang hilang dari batubara. Data yang didapat pada pemanasan 1
adalah 0,7731 gr Pada pemanasan 2 adalah 0,6859 gr.Dari data tersebut dapat dihitung penentuan
kadar air total sebesar 31,1245%
IX. Kesimpulan

 Air Total adalah merupakan jumlah kadar air yang terdiri dari kadar air
bebas dan air sisa .
 Air Sisa adalah air yang terikat secara fisik didalam rongga-rongga kapiler
serta pori-pori batubara yang relatif kecil .
 Kadar air sisa = 21,0065%
 Kadar air total = 31,1245%
X. DAFTAR PUSTAKA

 Jobsheet penuntun praktikum analisa batubara.2019.Penentuan kadar air total


pada contoh yang telah dipreparasi.Politeknik Negeri Sriwijaya:Palembang
 https://idhamds.wordpress.com/2008/09/15/moisture-batubara-bagian-1/
( Diakses pada tanggal 5 oktober 2019)
 http://rismayantianalisabatubara.blogspot.co.id/2012/02/laporan-analisa-
batubara-di-ptjembayan.html ( Diakses pada tanggal 5 oktober 2019)
XI. GAMBAR ALAT

Desikator Neraca Analitik

Pan Pengering Oven Pengering

Cawan Porselen

Anda mungkin juga menyukai