Anda di halaman 1dari 51

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum ini telah disetujui oleh Pembimbing dan diketahui oleh
Dosen Penanggungjawab Praktikum Analisis Perancangan Kerja I, pada jurusan
Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Buana Perjuangan Karawang. Sehingga
dapat diajukan untuk tugas Modul 2 praktikum Analisis Perancangan Kerja I tahun
akademik 2019/2020.

Karawang, 1 November 2019

Dosen Penanggung Jawab Asistan Laboratorium

(Ir.Nana Rahdiana, S.T., M.T.,IPM) (Falahal Majid)

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktikum ....................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ..................................................................... 2
1.5 Sistematika Laporan ................................................................... 3

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................. 5

2.1 Pengukuran Waktu Kerja ............................................................ 5


2.2 Pengukuran Waktu Kerja Metode Jam Henti ............................. 8
2.3 Uji Validasi Data ........................................................................ 11
2.3.1 Uji Keseragaman Data .................................................... 12
2.3.2 Uji Kecukupan Data ........................................................ 13
2.3.3 Uji Kenormalan Data ...................................................... 14
2.4 Faktor Penyesuaian dan Faktor Kelonggaran ............................. 15
2.4.1. Faktor Penyesuaian ......................................................... 15
2.4.2. Faktor Kelonggaran......................................................... 27
2.5 Waktu Siklus ............................................................................... 29
2.6 Waktu Normal............................................................................. 30
2.7 Waktu Baku ................................................................................ 31

BAB III. MEODOLOGI PRAKTIKUM .................................................. 32

3.1 Metode Praktikum....................................................................... 32


3.2 Alat dan Bahan............................................................................ 33

BAB 1V. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA .............................. 34

4.1 Deskeipsi Kerja *(Studi Kasus : Perakitan Steker) .................... 34


4.2 Peta Tangan Kiri – Tangan Kanan .............................................. 35

iii
4.3 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Waktu Kerja ............................. 36
4.4 Uji Validasi Data ........................................................................ 38
4.4.1 Uji Keseragaman Data....................................................... 40
4.4.2 Uji Kecukupan Data .......................................................... 41
4.5 Perhitungan Waktu Siklus .......................................................... 41
4.6 Penentuan Faktor Penyesuaian ................................................... 42
4.7 Perhitungan Waktu Normal ........................................................ 43
4.8 Perhitungan Faktor Kelonggaran ................................................ 43
4.9 Perhitungan Waktu Baku ............................................................ 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 46

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 46


5.2 Saran ........................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 48

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya pengukuran waktu (motion study) adalah suatu teknik untuk
mencatat, mempelajari dan menganalisa tentang beberapa gerakan bagian badan dari
pekerja (operator) pada saat menyelesaikan pekerjaan (Sutalaksana,I.Z,dkk,1979).
Dalam dunia industri, waktu kerja merupakan salah satu faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam suatu sistem produksi. Waktu kerja berperan penting dalam
penentuan produktivitas kerja serta dapat menjadi tolak ukur untuk menentukan
metode kerja yang lebih baik dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Untuk
mengkomunikasikan hasil dari pengukuran tersebut dibutuhkan Peta Kerja. Peta Kerja
adalah salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk mengkomunikasikan lantai
produksi secara luas guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai tahap yang
terakhir. Melalui peta-peta kerja ini juga kita bisa mendapatkan informasi-informasi
yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metode kerja seperti, jumlah benda yang
harus dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas mesin, bahan-bahan khusus yang harus
disediakan dan alat-alat khusus yang harus disediakan.
Penelitian pengukuran waktu kerja ini dilakukan untuk mengetahui atau
menganalisa gerakan-gerakan pada saat proses perakitan, sehingga didapatkan waktu
tertentu dalam proses perakitan dari awal hingga akhir. Dari waktu yang telah
didapatkan maka kita bisa menganalisa seberapa berpengaruhnya gerakan-gerakan
pada proses perakitan terhadap waktu yang telah didapatkan. Sehingga gerakan-
gerakan yang kurang efisien bisa diminimalisir dan kita bisa dapatkan waktu optimal
untuk merakit benda tersebut.
Pada praktikum kali ini melakukan perakitan menggunakan steker. Yang diamati
adalah waktu baku, menggunakan metode pengukuran waktu kerja secara langsung

1
yaitu jam henti (Stopwatch) yang kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan
peta tangan kiri-tangan kanan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari hasil praktikum ini yaitu :
a) Bagaimana cara mengukur waktu kerja dengan menggunakan metode jam henti
(stopwatch)?
b) Bagaimana cara menghitung waktu baku dari hasil pengukuran waktu metode jam
henti tersebut?
c) Bagaimana cara menghitung uji kecukupan data? berapa hasilnya?
d) Bagaimana cara menghitung uji keseragaman data?
e) Bagaimana cara menentukan Rating Performance dari suatu sistem kerja?

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini yaitu :
a) Praktikan memahami konsep pengukuran waktu metode jam henti.
b) Praktikan memahami cara pengukuran waktu baku serta penggunaannya.
c) Praktikan dapat mengaplikasikan konsep pengukuran waktu baku dalam
merancang system atau stasiun kerja.
d) Praktikan memahami Rating Performance (Performance Rating) dari suatu system
kerja.
e) Praktikan dapat memahami dan menghitung nilai uji validasi data yang meliputi
kecukupan dan keseragaman data.

1.4 Manfaat Praktikum


Manfaat dari diadakannya praktkum tentang metode jam henti ini yaiu:
a) Praktikan mampu melakukan perhitungan waktu baku.
b) Praktikan mampu membuat peta tangan kiri dan kanan.
c) Praktikan mampu menganalisis waktu baku.

2
d) Praktikan mampu mengolah data menggunakan Microsoft excel.

1.5 Sistematika Laporan


Sistematika penulisan laporan ini yaitu :
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.6 Latar Belakang
1.7 Rumusan Masalah
1.8 Tujuan Praktikum
1.9 Manfaat Praktikum
1.10 Sistematika Laporan

BAB II. LANDASAN TEORI

2.8 Pengukuran Waktu Kerja


2.9 Pengukuran Waktu Kerja Metode Jam Henti
2.10 Uji Validasi Data Pengukuran Waktu Kerja Metode Jam Henti
2.11 Faktor Penyesuaian dan Faktor Kelonggaran
2.12 Waktu Siklus
2.13 Waktu Normal
2.14 Waktu Baku

BAB III. MEODOLOGI PRAKTIKUM

3.3 Metode Praktikum


3.4 Alat dan Bahan

BAB 1V. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

4.10 Deskeipsi Kerja *(Studi Kasus : Perakitan Steker)


4.11 Peta Tangan Kiri – Tangan Kanan
4.12 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Waktu Kerja

3
4.13 Uji Validasi Data
4.14 Perhitungan Waktu Siklus
4.15 Penentuan Faktor Penyesuaian
4.16 Perhitungan Waktu Normal
4.17 Perhitungan Faktor Kelonggaran
4.18 Perhitungan Waktu Baku

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.3 Kesimpulan
5.4 Saran

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengukuran Waktu Kerja

Pengukuran waktu kerja adalah kegiatan mengamati pekerjaan dan mencatat

waktu kerja baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat

pengukuran yang disiapkan. Kegiatan pengukuran waktu kerja ini berhubungan

dengan usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan dalam menyelesaikan

suatu pekerjaan.

Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dikelompokkan menjadi

2, yaitu :

A) Pengukuran waktu kerja secara langsung

Pengukuran dilaksankan langsung ditempat dimana pekerjaan berlangsung.

Pengukuran kerja langsung dilakukan dengan cara :

a. Pengukuran waktu dengan jam henti ﴾Stopwatch time study﴿

Metode ini dikemukakan oleh Frederick W. Taylor pada abad ke-19, sesuai

digunakan untuk pengukuran pekerjaan yang berlangsung singkat serta berulang

﴾repetitive﴿. Langkah-langkah pengukuran waktu kerja dengan jam henti ini adalah

sebagai berikut :

1) Definisikan pekerjaan, maksud dan tujuan dari pengukuran ini kepada pekerja

yang dipilih

5
2) Lakukan pencatatan informasi yang berkaitan dengan penyelesaian elemen

kerja tersebut

3) Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur


4) Tetapkan rate of performans dari pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja
5) Tentukan waktu kerja normal berdasarkan penyesuaian waktu pengamatan
dengan performance kerja pekerja.
6) Tentukan waktu longgar ﴾allowance time﴿bagi pekerja
7) Tentukan waktu kerja baku ﴾standad time﴿

b. Pengukuran waktu kerja dengan metode sampling kerja ﴾work sampling﴿

Metode ini dikemukakan oleh L.H.C. Tippett sorang sarjana inggris. Metode
sampling kerja ini berdasarkan hukum probabilitas, sehingga pengamatan suatu
objek cukup dengan mengambil beberapa contoh ﴾sample﴿ yang diambil secara
acak dari polpulasi yang ada. Metode ini sesuai digunakan untuk pekerjaan yang
sifatnya tidak berulang dan memiliki siklus waktu panjang. Langkah-langkah
pengukuran waktu kerja dengan metode sampling kerja ﴾work sampling﴿ sebagai
berikut :
1) Lakukan penentuan jumlah sample yang dibutuhkan
2) Lakukan uji keseragaman dan kecukupan data
3) Tentukan tingkat ketelitian yang dibutuhkan dalam pengamatan
4) Lakukan analisa hasil akhir yang berkaitan dengan presentase delay
5) Gunakan peta kontrol untuk mengetahui kondisi-kondisi kerja yang wajar

B) Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung

Pengukuran waktu kerja secara tidak lansung dilakukan dengan cara :

a. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dengan metode standart data

Metode ini biasanya digunakan untuk mengukur kerja mesin atau satu operasi

tertentu saja, dimana data yang diperoleh sama sekali tidak bisa digunakan untuk

jenis operasi lainnya. Oleh karena itu, metode ini khusus diaplikasikan untuk

elemen kegiatan konstan seperti set-up, loading/unloading, handling machine, dan

6
sebagainya. Keuntungan dari metode ini yaitu akan mengurangi aktivitas

pengukuran kerja tertentu, mempercepat proses yang diperlukan untuk penetapan

waktu baku yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan. Perhitungan waktu

baku dengan metode ini tidak dilakukan dengan aktivitas time study secara

langsung, melainkan dengan cara perhitungan berdasarkan rumus-rumus yang ada

atas elemen pekerjaan tersebut.

b. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dengan metode analisa regresi

Metode analisa regresi berguna untuk menyederhanakan pengukuran waktu


dengan metode standart data. Hal ini dibutuhkan apabila elemen kerja yang diukur
tidak berupa variabel.
c. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dengan data waktu gerakan
Pengukuran waktu kerja secara tidak lansung dengan data waktu gerakan

yaitu pengukuran waktu yang tidak langsung berdasarkan elemem-elemen

pekerjaannya, melainkan berdasarkan elemen-elemen gerakannya. Elemen

gerakan timbul dari gagasan konsep Therbligs yang dikemukakan oleh Frank dan

Lilian Gilberth. Menetapkan waktu baku dengan pengukuran metode ini

menggunakan data waktu gerakan yang terdiri atas sekumpulan data waktu dan

prosedur sistematis yang dilakukan dengan menganalisa dan membagi setiap

operasi kerja yang dilakukan secara manual kedalam gerakan-gerakan kerja,

gerakan anggota tubuh/gerakan-gerakan manual lainnya. Pengukuran waktu kerja

secara tidak langsung dengan data waktu gerakan ini dibagi atas beberapa metode,

yaitu :

- Analisa waktu gerakan ﴾motion time analysis﴿

- Waktu gerakan baku ﴾motion time standard﴿

- Waktu gerakan dimensi ﴾dimention motion time﴿

- Faktor-faktor kerja ﴾work factors﴿

7
- Pengukuran waktu gerakan ﴾motion time measurement﴿

- Pengukuran waktu gerakan dasar ﴾basic motion time ﴿

Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum pengukuran agar didapat

hasil yang baik, yaitu :

- Tetapkan tujuan pengukuran

- Lakukan penelitian pendahuluan

- Lakukan pengamatan terhadap kondisi kerja

- Pilih operator yang baik

- Lakukan pelatihan operator

- Uraikan pekerjaan atas elemen –elemen kerja

- Persiapkan alat-alat pengukuran yang akan digunakan.

2.2 Pengukuran Waktu Kerja Metode Jam Henti

Pengukuran waktu kerja menggunakan jam henti diperkenalkan Frederick W.


Taylor pada abad ke-19. Metode ini baik untuk diaplikasikan pada pekerjaan yang
singkat dan berulang (repetitive). Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku
untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang akan dipergunakan sebagai waktu
standar penyelesaian suatu pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan
pekerjaan yang sama
Aktivitas pengukuran kerja dengan jam henti umumnya diaplikasikan pada
industri manufakturing yang memiliki karakteristik kerja yang berulang,
terspesifikasi jelas, dan menghasilkan output yang relatif sama.
1 Waktu Siklus dan Jumlah Pengamatan
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada
umumnya sedikit berbeda dari siklus ke siklus kerja sekalipun operator bekerja pada
kecepatan normal dan seragam, setiap elemen dalam siklus yang berbeda tidak
selalu bisa diselesaikan dalam waktu yang sama.

8
Aktivitas pengukuran kerja pada dasarnya merupakan proses sampling.
Konsekuensinya adalah semakin besar jumlah siklus kerja diukur maka akan
semakin mendekati kebenaran akan data waktu yang diperoleh. Konsistensi dari
hasil pengukuran dan pembacaan waktu merupakan hal yang sangat diperlukan
dalam proses pengukuran kerja. Semakin kecil variasi data yang ada, jumlah
pengukuran yang harus dilakukan akan semakin sedikit.
Waktu siklus dihitung dengan menggunakan rumus:

Ws 
x
N
Keterangan:
Ws = waktu siklus
x = rata-rata waktu pengamatan
N = jumlah pengamatan yang dilakukan
Untuk mengetahui apakah jumlah pengamatan yang dilakukan sudah
memenuhi syarat (mencukupi) atau masih kurang dapat diketahui dengan rumus:
K
N ( Xi) 2  ( xi) 2
N’ = S
 xi

Keterangan:
N’ = jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan
s = tingkat kepercayaan
k = konstanta
x = waktu pengamatan
N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan

Nilai k ditentukan dengan ketentuan:


a) Jika tingkat kepercayaan 99% maka k = 3
b) Jika tingkat kepercayaan 95% maka k = 2
c) Jika tingkat kepercayaan 68% maka k = 1

9
1. Keseragaman Data

Test keseragaman data perlu dilakukan sebelum data yang diperoleh ditetapkan
waktu standar (waktu normal). Test keseragaman data dapat menggunakan peta
kontrol (control chart). Apabila terdapat data yang di atas BKA atau di bawah BKB
maka data tersebut perlu dibuang.

BKA = x + 3SD dan BKB = x – 3SD

Keterangan:

BKA = Batas Kontrol Atas atau Upper Control Limit (UCL)

BKB = Batas Kontrol Bawah atau Lower Control Limit (LCL)

SD = Standar Deviasi

3 Performance Rating (Rating Factor)

Di dalam praktek pengukuran kerja, metode penetapan rating performance


kerja operator didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu operator speed, space atau
tempo. Sistem ini dikenal sebagai perfomance rating atau speed rating.

Rating faktor ini umumnya dinyatakan dalam persentase (%) atau angka
desimal, di mana performance kerja normal sama dengan 100% atau 1,00.
Penetapan besar kecilnya angka ditetapkan oleh sendiri oleh time study analist.

10
4 Waktu Normal

Rating faktor pada dasarnya digunakan untuk menormalkan waktu kerja yang
diperoleh dari pengukuran kerja akibat kecepatan kerja operator yang berbeda-
beda.

5 Waktu Longgar (Allowance) dan Waktu Baku (Standard Time)

Waktu normal semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang


berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan kerja
yang normal. Pada kenyataannya operator tidak akan mampu bekerja secara terus-
menerus tanpa adanya interupsi. Operator akan sering menghentikan kerja dan
membutuhkan waktu-waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs,
istirahat melepas lelah dan alasan-alasan lain di luar kontrolnya.

Waktu longgar yang dibutuhkan dan akan menginterupsi proses produksi ini
diklasifikasikan menjadi personal allowance, fatigue allowance, dan delay
allowance.

Waktu baku atau waktu standar adalah waktu normal yang telah
memperhitungkan waktu-waktu longgar atau allowance tersebut.

2.3 Uji Validasi Data Pengukuran Waktu Kerja Metode Jam Henti

a. Waktu Baku

Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang

memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Waktu baku yang dimaksud disini sudah termasuk waktu kelonggaran yang

diperoleh dengan memperhatikan situasi dan kondisi kerja yang diukur. Waktu

baku berguna untuk :

- Perencanaan kebutuhan tenaga kerja

- Estimasi biaya untuk upah pekerja

11
- Penjadwalan produksi dan penganggaran

- Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja

- Indikasi output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja

Pengukuran waktu baku dapat dilakukan setelah data yang terkumpul cukup

dan ditentukan tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian yang diinginkan. Apabila

data yang terkunpul tidak memenuhi syarat uji kecukupan data, maka perlu

dilakukan pengumpulan data ulang agar dapat dihitung waktu bakunya. Langkah-

langkah yang perlu dilakukan untuk memperolah waktu baku, antara lain :

2.3.1 Uji keseragaman data

Langkah-langkah yang harus diperhatikan :


1. Data-data yang diperoleh dari observasi dikelompokkan dalam subgroup
kemudian dilakukan perhitungan rata-rata

X =
 Xi
n

dimana :

n : jumlah data setiap subgorup

2. Setiap rata-rata subgroup dihitung rata-rata populasinya

x
x
N
Dimana :
N : jumlah total subgroup

3. Hitung standart deviasi dari distribusi harga rata-rata subgroup


 


 ( xi  x ) 2


 ( xi  x ) 2

N N 1

4. Hitung standart deviasi populasi dari standart populasi subgroup

12
 
 x
n
5. Menentukan BKA dan BKB sebagai batas kontrol tingkat penyimpangan data.

_ 
BKA = X  Zx BKB = X  Z x

Dimana :

Z = besar tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan yang digunakan

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran

dari waktu penyelesaian sebenarnya. Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya

keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi.

Z adalah bilangan konversi pada distribusi normal sesuai tingkat kepercayaan yang

digunakan.

6. Gambar grafik

2.3.2 Uji kecukupan data

Untuk mengetahui apakah data yang digunakan sudah mencukupi atau

belum.

k
N ( Xi) 2  ( xi) 2
N’ = s
 xi

Dimana : k = konstanta untuk tingkat kepercayaan

S = tingkat ketelitian

Bila hasil perhitungan N’<N berarti data cukup. Jika tidak maka perlu dilakukan

pengukuran ulang.

13
2.3.3 Uji kenormalan data

Untuk menguji ketepatan suatu fungsi dengan menggunakan khi-kuadrat dan

dengan membandingkan hasil observasi dengan frekuensi harapan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan :

1. Tentukan Panjang Kelas

K = 1 + 3.3 log n dimana n = jumlah data

2. Tentukan lebar kelas

R
I
k
3. Tentukan luas wilayah (N) dibawah kurva normal dengan menggunakan table
Z, berdasarkan hasil pengamatan Zn.
bataskelasatas  x
ZX 

4. Tentukan perbandingan X2HITUNG dan X2TABEL untuk mengetahui kenormalan


data

(o i  e i )
X2hitung =  e
X2table = (  ,V)i

Dimana :
Oi = frekuensi hasil observasi
Ei = frekuensi harapan
 = tingkat kepercyaan
V = deerajat kebebasan

14
2.4 Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran

2.4.1. Faktor Penyesuain

Setelah melakukan pengukuran, pengukur harus mengamati kewajaran kerja

yang ditujukan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja

tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena

mengalami kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk.

Sebab- sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu

singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak

diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari

kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar. Andaikata

ketidakwajaran ada maka pengukur harus mengetahui dan menilai seberapa jauh

hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah penyesuaian

dilakukan.

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata

atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian.

Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat),

maka harga p nya akan lebih besar dari atu (p1); sebaliknya jika operator

dipandang bekerja dibawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p).

Seandainya pengukur berpendapat bahwa opeator bekerja dengan wajar maka

harga p nya sama dengan satu (p = 1).

Beberapa cara menetukan faktor penyesuaian :

1. Cara Persentase

Cara persentase merupakan cara yang paling awal digunakan dalam

melakukan penysuaian. Disini besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya

15
ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama melakukan pengukuran.

Jadi sesuai dengan pengukuran dia menentukan harga p yang menurut

pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan

waktu siklus. Terlihat bahwa penyesuaiannya diselesaikan dengan cara yang

sangat sederhana. Memang cara ini merupakan cara yang paling mudah dan

sederhana, namun segera pula terlihat adanya kekurangan ketelitian sebagai akibat

dari ”kasarnya” cara penilaian. Dari kelemahan inilah kemudian dikembangkan

cara-cara lain yang dipandang sebagai cara yang lebih objektif. Cara-cara ini

umumnya memberikan ”patokan” yang dimaksudkan untuk mengarahkan

penilaian pengukur terhadap kerja operator.

2. Cara Shumard

Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas

performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri.

Tabel 2.1 Penyesuaian menurut cara Shumard


Kelas Penyesuaian Kelas Penyesuaian
Superlast 100 Good - 65
Fast + 95 Normal 60
Fast 90 Fair + 55
Fast - 85 Fair 50
Excellent 80 Fair - 45
Good + 75 Poor 40
Good - 70

Disini pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja operator

menurut kelas-kelas. Seorang yang dipandang bekerja normal diberi nilai 60,

dengan nama performance kerja yang lain dibandingkan untuk menghitung faktor

penyesuaian. Bila performance seorang operator dinilai Excellent, maka dia

mendapat nilai 80, dan karena faktor penyesuainya adalah :

16
P = 80/60 = 1,33

Jika waktu siklus rata-rata sama dengan 276,4 detik, maka waktu normalnya :

Wn = 276,4 * 1,33 = 367,6 detik

3. Cara Westinghouse

Berbeda dengan cara Shumard, cara westinghouse mengarahkan penilaian

pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam

bekerja yaitu Ketrampilan, Usaha, Kondisi kerja, dan Konsistensi. Setiap faktor

terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing.

Ketrampilan atau Skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara

kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan ketrampilan, tetapi hanya

sampai ketingkat tertentu saja. Untuk keperluan penyesuaian ketrampilan dibagi

menjadi enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan

berikut ini :

SUPER SKILL : 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya

2. Bekerja dengan sempurna

3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik

4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga

sulit untuk diikuti.

5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-

gerakan mesin

6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya

tidak terlampau terlihat lancarnya

7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan

merencana tentang apa yang dikerjakan

17
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang

bersangkutan adalah pekerja yang baik.

EXCELLENT SKILL : 1. Percaya pada diri sendiri

2. Tampak cocok cocok dengan pekerjannya

3. Terlihat telah terlatih baik

4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan

pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-

pemeriksaan

5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan- urutannya

dijalankan tanpa kesalahan

6. Menggunakan peralatan dengan baik

7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu

8. Bekerjanya cpat tetapi halus

9. Bekerja berirama dan terkoordinasi

GOOD SKILL : 1. Kualitas hasil baik

2. Bekerjanya tanpa lebih baik dari pada kebanyakan

pekerjaan pada umumnya

3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang

ketrampilannya lebih rendah

4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap

5. Tidak memerlukan banyak pengawasan

6. Tiada keragu-raguan

7. Bekerjanya ”stabil”

18
8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik

9. Gerakan-gerakannya cepat

AVERAGE SKILL : 1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri

2. Gerakannya cepat tapi tidak lambat

3. Terlihat adanya pekerjaan-

pekerjaan yang perencanaan

4. Tampak sebagai pekerja yang cakap

5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya

keragu-raguan

6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik

7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk

beluk pekerjaannya

8. Bekerjanya cukup teliti

9. Secara keseluruhan cukup memuaskan

FAIR SKILL : 1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik

2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya

3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum

melakukan gerakan

4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup

5. Tampaknya tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah

ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama

6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi

19
tidak tampak selalu yakin

7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri

8. Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat

rendah

9. Biasanya tidak ragu-ragu menjalankan gerakan-

gerakannya

POOR SKILL : 1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikirannya

2. Gerakan-gerakannya kaku

3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan gerakannya

4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang

bersangkutan

5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya

6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja

7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan

8. Tidak adanya kesalahan-kesalahan

9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri

Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi atas kelas-kelas dengan

ciri masing-masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan

yang ditujukan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaanya. Berikut ini

ada enam kelas usaha dengan ciri-cirinya.

EXCESSIVE EFFORT : 1. Kecepatan sangat berlebihan

2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat

20
membahayakan kesehatannya.

3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat

dipertahankan sepanjang hari kerja

EXCELLENT EFFORT : 1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi

2. Gerakan-gerakan lebih ”ekonomis” daripada

operator-operator biasa

3. Penuh perhatian pada pekerjannya

4. Banyak memberi saran-saran


5. Menerima saran-saran dan petunjuk swngan

senang

6. Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran

waktu

7. Tidak apat bertahan lebih dari beberapa hari

8. Bangga atas kelbihannya

9. Gerakan-gerakan yang salah terjaadi sangat jarang

sekali

10. Bekerjanya sistematis

11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen

ke elemen lain tidak terlihat

GOOD EFFORT : 1. Bekerja berirama

2. Saat-saat mengganggur sangat sedikit, bahkan kadang-

kadang tidak ada

3. Penuh perhatian pada pekerjaannya

4. Senang pada pekerjaannya

5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang

21
hari

6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu

7. Menerima saran-saran dan petunjuk swngan senang

8. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja


9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi

10. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik

11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan

AVERAGE EFFORT : 1. Tidak sebaik good, tatapi lebih baik dari pada

poor

2. Bekerja dengan stabil

3. Menerima saran-saran tetapi tidak

melaksanakannya

4. Set up dilaksanakan dengan baik

5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan

FAIR EFFORT : 1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal

2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada

pekerjaannya

3. Kurang sungguh-sungguh

4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya

5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja balu

6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik

7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada

pekerjaannya

8. Terlampau hati-hati

22
9. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja

10. Gerakan-gerakannya tidak terencana

POOR EFFORT : 1. Banyak membuang-buang waktu

2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja

3. Tidak mau menerima saran-saran

4. Tampak mala dan lambat bekerja

5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk

mengambil alatalat dan bahan-bahan

6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi

7. Tidak pduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang

dipakai

8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur

9. Set up kerjanya tidak baik

Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau Condition pada cara Westinghouse

adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan

kebisingan ruangan. Faktor kondisi kerja juga sering disebut sebagai faktor

manajemen , karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau

memperbaiki apa yang dicerminkan oleh operator.

Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu ideal, excellent, good, fair dan

poor. Kondisi Ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena berdasarkan

karakteristiknya masing-masing pekerja membutuhkan kondisi ideal sendiri-

sendiri. Suatu kondisi yang dianggap good untuk sautu pekerjaan dapat saja

dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerjaan yang lain. Pada dasarnya

23
kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk pekerjaan yang

bersangkutan, yaitu yang memungkinkan performance maksimal dari pekerja..

sebaiknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya

pekerjaan bahkan sangat menghambat pencapaian performance yang baik. Sudah

tentu suatu pengetahuan tentang keadaan bagaimana yang disebut ideal, dan

bagaiomana pula yang disebut poor perlu memiliki agar penilaian terhadap kondisi

kerja dalam rangka melakukan penyesuaian dapat dilakukan dengan seteliti

mungkin.

Faktor yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau Consistency. Faktor

ini perlu diperhatikan karena kenyataannya bahwa setiap pengukuran waktu

angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang

ditunjukkan pekerja selalu beubah-ubah dari satu sikluske siklus lainnya, dari jam

ke jam lainnya, bahkan dari hari ke hari lainnya.selama masih dalam batas-batas

kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal

tersebut harus diperhatikan. Sebagaimana halnya dengan faktor- faktor lainnya,

konsistensi juga dibagi menjadi enam kelas yaitu : Perfect, Excellent, Good,

Average, fair, dan Poor. Tabel penyesuai menurut Westinghouse dapat dilihat

pada lampiran.

4. Cara Objektif

Cara objektif memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat

kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama

menentukan berapa harga p untuk mendapatkan waktu normal.

Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam

pengertian biasa. Jika operator bekerja dengan kecepatan wajar maka diberi nilai

24
satu. Cara menentukan besarnya p tidak berbeda dengan cara menentukan faktor

penyesuaian dengan cara persentase. Perbedannya terletak pada yang dinilai.

Untuk kesulitan kerja disediakan sebuah tabel yang menunjukkan berbagai

keadaan kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan tersebut memerlukan banyak

anggota badan, apakah ada pedal kaki dan sebagainya. Angka yang ditunjukkan

dalam tabel adalah dalam perseratus dan jika nilai dari setiap kondisi kesulitan

kerja yang bersangkutan dengan pekerjaan yang sedang diukur dijumlahkan akan

menghasilkan P2 yaitu notasi bagi bagian penyesuaian objektif untuk tingkat

keseulitan pekerjaan.

Tabel 2.2 penyesuaian menurut tingkat kesulitan, cara obyektif

Keadaan Lambang Penyesuaian

Anggota terpakai
Jari A 0
Pergelangan tangan dari jari B 1
Lengan bawah, pergelangan tangan dan jari C 2
Lengan atas, lengan bawah, dst D 5
Badan E 8
Mengangkat beban dan lantai dengan kaki E2 10

Pedal kaki
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu
dibawah kaki F 0
Satu atau dua pedal dengan sumbu tidak dibawah G 5
kaki
Penggunaan tangan
Keadaan tangan saling bantu atau bergantian H 0
Kdua tangan mengerjakan gerakan yang sama
pada saat yang sama H 18
2
Koordinasi mata dengan tangan
Sangat sedikit I 0
Cukup dekat J 2

25
Konstan dan dekat K 4
Sangat dekat L 7
Lebih kecil dari 0.04 cm M 10
Peralatan
Dapat ditangani dengan mudah N 0
Dengan sedikit kontrol O 1
Perlu kontrol dan penekanan P 2
Perlu penanganan dan hati-hati Q 3
Mudah pecah dan patah R 5
Berat beban ﴾kg﴿ Tangan Kaki
0.45 B 2 1
-
1
0.9 B 5 1
-
2
1.35 B 6 1
-
3
1.8 B 10 1
-
4
2.25 B 13 1
-
5
2.7 B 15 3
-
6
3.15 B 17 4
-
7
3.6 B 19 5
-
8
4.05 B 20 6
-
9
4.5 B 22 7
-
1
0
4.95 B 24 8

26
-
1
1
5.4 B 25 9
-
1
2
5.85 B 27 10
-
1
3
6.3 B 28 10
-
1
4

5. Cara Bedaux dan Sintesa

Dua cara lain yang dikembangkan untuk lebih mengobjektifkan

penyesuaian adalah cara Bedaux dab cara Sintesa. Pada dasarnya cara Bedaux

tidak banyak berbeda dengan cara Shumard, hanya saja nilai-nilai pada cara

Bedaux dinyatakan dalam ”B”

Sedangkan cara Sintesa agar berbeda debgan cara-cara lain, dimana dalam

cara ini waktu penyelesaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan harga-

harga yang diperoleh dari tabel-tabel data waktu gerakan untuk dihitung harga

rata-ratanya.harga rata-rata yang dinilai sebagai penyesuaian bagi satu siklus yang

bersangkutan.

2.4.2 Faktor Kelonggaran

Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan penysuaian

satu hal lain yang kerapkali terlupakan adalah menembah kelonggaran atas waktu

normal yang telah didapatkan. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu :

1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi

27
Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti

minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap-

cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun

kejemuan dalam kerja. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan

pribadi seperti itu, berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena

setiap pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dengan ”tuntutan” yang

berbeda-beda.

Berdasarkan penelitian, ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria

berbeda dengan pekerja wanita; misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan pada

kondisi-kondisi normal pria memerlukan 2 -2.5 dan wanita 5% (persentase ini

adalah dari waktu normal).

2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa Fatique

Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik

jumlah maupun kwalitas. Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja

untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan

pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila ini

berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika anggota badan

yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali

walaupun sangat dikehendaki. Hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan

pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa,

sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa

fatique ini.

3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai

28
hambata. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang

berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak dapat

dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya.

Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan tak terhindarkan adalah

- Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas

- Melakukan penyesuaian

- Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong

yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya

- Mengasah alat potong

- Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang

2.5 Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu antara penyelesaian dari dua pertemuan berturut-
turut, asumsikan konstan untuk semua pertemuan.Dapat dikatakan waktu siklus
,merupakan hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam stopwatch.
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada
umumnya kan sedikit berbeda dengan dari siklus ke siklus kerja sekalipun operator
bekerja pada kecepatan normal dan uniform ,tiap-tiap elemen dalam siklus yang
berbeda tidak selalu akan bias disesuaikan dalam waktu yang persis sama.Variasi
dan nilai waktu ini bias disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu diantaranya bias
terjadi karena perbedaan didalam menetapkan saat mulai atau berakhirnya suatu
elemen kerja yang seharusnya dibaca dari stopwatch.
Waktu siklus dihitung dengan menggunakan rumus:

Dimana:

29
X = Waktu Siklus
x = Waktu pengamatan
n= Jumlah pengamatan yang dilakukan
Untuk Mengetahui apakah jumlah pengamatan yang dilakukan sudah memenuhi
syarat (mencukupi) atau masih kurang dapat ditentukan dengan rumus:

2.6 Waktu Normal


Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan factor
penyesuaian , yaitu waktu siklus rata-rata dikalikan dengan factor prnyesuaian.
Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan rating performance
kerja operator adalah didasarkan pada satu factor tunggal yaitu operator speed,space
atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai “performance Rating/speed Rating)”. Rating
Faktor ini umumnya dinyatakan dalam persentase persentase(%) atau angka
decimal ,Dimana Performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1,00.
Rating factor pada umumnya diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja yang
diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau pkecepatan kerja operator yang
berubah-ubah.Untuk maksud ini , maka waktu normal dapat diperoleh dari rumus
berikut:

Nilai waktu yang diperoleh disini masih belum bias kita tetapkan sebagai waktu
baku untuk penyelesaian suatu operasi kerja,karena disini factor-faktor yang
berkaitan dengan waktu kelonggaran (Allowance Time) agar operator bekerja
sebaik-baiknya masih belum dikaitkan.

30
2.7 Waktu Baku
Waktu standar adalah waktu yang sebenarnya digunakan operator untuk
memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap part harus
dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk mengatasi kelelahan atau
untuk factor-faktor yang tidak dapat dihindarkan. Namun jangka waktu
penggunaannya waktu standard ada batasnya. Dengan demikian waktu baku
tersebut dapat diperoleh dengan menagplikasikan rumus berikut.

Rumus (1) Merupakan Rumus secara umum yang paling banyak dipakai
menghitung waktu baku, Meskipun sebenarnya rumus tersebut kurang teliti
bilamana dibandingkan dengan rumus (2).

31
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Metode Praktikum


Terdapat dua teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran waktu,
yaitu secara langsung dan tidak langsung, antara lain :
a. Pengukuran waktu secara langsung
1. Pengukuran Waktu Metode Jam Henti (stopwatch time study).
2. Sampling Pekerjaan (work sampling).
b. Pengukuran waktu secara tidak langsung
1. Work Factor (WF) System.
2. Maynard Operation Sequence Time (MOST System).
3. Motion Time Measurement (MTM System).
4. Dan lain lain.

Metodologi yang digunakan pada praktikum Analisis Perancangan Kerja Modul


2 tentang Pengukuran Waktu Kerja Metode Jam Henti atau perakitan Steker dengan
metode pengambilan data langsung melalui Stopwatch dan direcord menggunakan
kamera ponsel. Perakitan dimulai dari:
Mengambil 1 buah Rumah Steker sebagai Base, pemasangan 2 buah Socket
(Konduktor) pada Rumah Steker, pemasangan Rumah Steker kedua sebagai
penutup, pemasangan Mur pada dudukannya, pemasangan Baut sebagai pengunci,
selanjutnya mengencangkan baut dengan obeng.
Pada saat proses perakitan Steker berlangsung, pengambilan data menggunakan
Stopwatch dan 1 kamera handphone untuk mengambil video pada saaat perakitan
berlangsung. Dan hasil pengamatan dibuat dalam peta tangan kiri dan kanan.

32
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada Praktikum Modul 2 Analisis
Perancangan Kerja 1 adalah sebagai berikut :
1. Alat
Berikut adalah alat-alat yang digunakan pada praktikum ini :
a. Kamera
b. Tripod
c. Meja kerja
d. Software Microsoft word dan Microsoft Exel
e. Kursi
f. Table pengamatan modul 2
g. Obeng
h. Komputer/laptop
2. Bahan
Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini :
a. Steker
b. Mur

33
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Deskripsi Kerja (Studi Kasus : Perakitan Steker)


Praktikum APK modul 2 ini adalah proses perakitan steker dengan
mengamati satu operator yang sedang bekerja merakit steker dan mengambil data
waktu kerja operator dalam membuat steker sebanyak 50 steker.
Dalam praktikum ini setelah mendapatkan data waktu kerja operator dalam
membuat steker sebanyak 50 buah, setiap kelompok diminta untuk melakukan
perhitungan data waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku sesuai dengan urutan
di atas. Adapun data yang diambil adalah data pengukuran waktu perakitan steker.
Prosedur Praktikum pada Modul 2 tentang pengukuran waktu metode jam henti,
analisis perancangan kerja 1 adalah sebagai berikut :
1. Setiap praktikum harus membentuk kelompok praktikum yang terdiri dari 8
orang perkelompok
2. Membagi tugas kelompok praktikum sebagai berikut :
a. 1 orang sebagai operator perakit steker
b. 3 orang sebagai pencatat waktu
c. 1 orang sebagai camera man
3. Berikut merupakan work instruction praktikum modul 2 analisis perancangan
kerja 1 :
a. Ambil 1 buah rumah steker sebagai base,
b. Pasangkan 2 buah socket (konduktor) pada rumah steker
c. Pasangkan rumah steker kedua sebagai penutup,
d. Pasangkan mur pada dudukan nya,
e. Pasangkan baut sebagai pengunci,
f. Kencangkan dengan obeng.
g. Catet waktu penyelesaian setiap proses perakitan persatu unit steker.

34
4.2 Peta Tangan Kiri – Tangan Kanan
Adapun peta tangan kiri – tangan kanan pada operator praktikum modul 2
sebagai berikut :
PETA TANGAN KANAN DAN TANGAN KIRI

Tangan
Operasi : Tangan Kanan Dan Tangan Kiri Ringkasan
Operator : Fajar Ibnu Shidiq Kiri Kanan
Tanggal : 23 Oktober 2019 Waktu Efektif
Metode : Sekarang √ Waktu Tidak Efektif
Usulan Waktu Siklus 26.1 detik

Sketsa Denah Kerja :

Tangan Kiri Tangan Kanan


Deskripsi Jarak (cm) Waktu Lambang Waktu Jarak (cm) Deskripsi

Menunggu cover bawah 30 2.4 detik D Re 2.4 detik 30 Mengambil cover bawah
Memegang cover bawah 32 5.7 detik G Re 5.7 detik 31 Mengambil besi colokan
Menahan cover bawah 35 6.3 detik U H 6.3 detik 31 Merakit steker
Memegang cover bawah 31 3.1 detik G Re 3.1 detik 32 Mengambil mur
Memegang cover bawah 32 3.4 detik G Re 3.4 detik 32 Mengambil baut
Menahan mur pada steker 32 5.2 detik U H 5.2 detik 33 Memasang baut ke steker

TOTAL 26.1 detik 26.1 detik


RINGKASAN
WAKTU TIAP SIKLUS : 26.1 detik
JUMLAH PRODUK TIAP SIKLUS : 1 pcs
WAKTU UNTUK MEMBUAT SATU PRODUK : 26.1 detik

35
4.3 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Waktu Kerja
Berikut adalah data lembar pengamatan 1 (pengambilan data waktu jam henti
(komulatif)) hasil praktikum modul 2 :

LEMBAR PENGAMATAN

Lembar Pengamatan 1. Pengambilan Data Waktu Metode Jam Henti


Pekerjaan : Perakitan Steker
Nama Operator : Fajar Ibnu Sidiq
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 21th
Hari, Tanggal : Kamis, 23 Oktober 2019
Waktu : 20.00

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kumulatif 30,85 63 88 113 147 175 228 254 277 300

Aktual 30,85 32,15 25 34 28 28 53 26 23 23

No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Kumulatif 328 375 403 420 442 463 493 524 546 568

Aktual 28 47 28 17 22 21 30 31 22 22

No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Kumulatif 600 646 669 693 714 741 761 789 833 859

Aktual 32 46 23 47 21 27 20 28 44 26

No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Kumulatif 883 908 939 985 1005 1038 1070 1090 1146 1170

Aktual 24 25 31 46 20 33 32 20 56 24

No 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

Kumulatif 1197 1222 1245 1266 1289 1312 1331 1352 1385 1407

Aktual 27 25 23 21 23 23 19 21 33 22
Tabel 4.1 Lembar pengamatan

36
Berikut adalah data awal rekapitulasi hasil pengukuran waktu kerja :
Rekapitulasi Hasil Pengukuran Waktu Kerja
Kegiatan : Perakitan Steker Hari/Tanggal : Kamis, 23 Oktober
2019
Mesin/Alat : Steker Jam : 20.00
Operator : Fajar Ibnu Shidiq Stasiun Kerja : 1
Nama Jabatan : Mahasiswa Pengamat :Kelompok 35

Sub Group Waktu Pengukuran X


Ke
1 30,85 32,15 25 34 28 30
2 28 53 26 23 23 30,6
3 28 47 28 17 22 28,4
4 21 30 31 22 22 25,2
5 32 46 23 47 21 33.8
6 27 20 28 44 26 29
7 24 25 31 46 20 29,2
8 33 32 20 56 24 33
9 27 25 23 21 23 23,8
10 23 19 21 33 22 23,6

X 286,6

Tabel 4.2 rekapitulasi hasil pengukuran waktu kerja

37
4.4 Uji Validasi Data
Data rekapitulasi hasil pengukuran waktu kerja sebagai berikut :
Rekapitulasi Hasil Pengukuran Waktu Kerja
Kegiatan : Perakitan Steker Hari/Tanggal : Kamis, 23 Oktober
2019
Mesin/Alat : Steker Jam : 20.00
Operator : Fajar Ibnu Shidiq Stasiun Kerja : 1
Nama Jabatan : Mahasiswa Pengamat :Kelompok 35

Sub Group Waktu Pengukuran X


Ke
1 30,85 32,15 25 34 28 30
2 28 53 26 23 23 30,6
3 28 47 28 17 22 28,4
4 21 30 31 22 22 25,2
5 32 46 23 47 21 33,8
6 27 20 28 44 26 29
7 24 25 31 46 20 29,2
8 33 32 20 56 24 33
9 27 25 23 21 23 23,8
10 23 19 21 33 22 23,6

X 286,6

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Waktu Kerja

a. Menghitung nilai rata-rata subgrup


𝑥𝑖
1) 𝑥̅1 = = 30,85 + 32,15 + 25 +34 + 28 = 30
𝑛
𝑥𝑖
2) 𝑥̅ 2 = = 28 + 53 +26 + 23 +23 = 30,6
𝑛
𝑥𝑖
3) 𝑥̅ 3 = = 28 + 47 + 28 +17 + 22 = 28,4
𝑛
𝑥𝑖
4) 𝑥̅ 4 = = 21 + 30 + 31 +22 + 22 = 25,2
𝑛

38
𝑥𝑖
5) 𝑥̅5 = = 32 + 46 + 23 + 47 + 21 = 33,8
𝑛
𝑥𝑖
6) 𝑥̅6 = = 27 + 20 + 28 + 44 +26 = 29
𝑛
𝑥𝑖
7) 𝑥̅7 = = 24 + 25 + 31 + 46 + 20 = 29,2
𝑛
𝑥𝑖
8) 𝑥̅ 8 = = 33 + 32 + 20 + 56 + 24 = 33
𝑛
𝑥𝑖
9) 𝑥̅ 9 = = 27 + 25 + 21 + 23 + 23 = 23,8
𝑛
𝑥𝑖
10) 𝑥̅10 = = 23 + 19 + 21 + 33 + 22 = 23,6
𝑛
11) ∑ 𝑥̅𝑖 = 𝑥̅1 + 𝑥̅2 + 𝑥̅3 + ........ + 𝑥̅10 = 286,6

b. Menghitung rata-rata dari rata-rata subgrup


∑ 𝑥̅𝑖 286,4
𝑥̿ = = = 28,66
𝑛 10

c. Menghitung standar deviasi

∑(𝑥𝑖 −𝑥̿ )2
𝜎 = √
𝑁−1

(30,85 − 28,66)2 + (32,15 − 28,66)2 + (25 − 28,66)2 +. . ⋯ + (22 − 28,66)2


= √
50 − 1

4070,602
= √ = √83.07 = 9,1
49

d. Menghitung standar deviasi dari distribusi nilai rata-rata subgrup


𝜎 9,1 9,1
𝜎𝑥̅ = = = = 2,88
√𝑛 √10 3,162

39
4.4.1 Menentukan uji kecukupan data
Dik :
Tingkat ketelitian 90%
Tingkat keyakinan 10%
Maka :
∝= 1−𝛾 𝑧∝ = −1,6−0,04
2

= 1 − 0,9 = |−1,64|
= 0,1 = 1,64 ≈ 2
∝ 0.1
= = 0,05 s = 10% = 0,1
2 2

 X 
2
z/s N 

2 2
 x - 
 
'
N 


x 

2
 2 / 0,1 50(30,85 2  32,15 2  25 2  ......  22 2 ) - 30,85  32,15  25  ......  222 
 
'
N  30,85  32,15  25  34  28....  22 
 

2
 20 50(45.202) - (1432) 2 
  
'
N  1432 
 

2
 20 (2260100) - (2050624) 
  
'
N  1432 
 

2
 20. 394,6847 
 
'
N 
 1432 

 5,5
' 2
N
 30,25
'
N
[ N’ < N Data dikatakan Cukup ]

40
4.4.2 Menentukan Uji Keseragaman Data
Untuk mengetahui keseragaman data, maka harus mencari nilai Batas
Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) sebagai berikut :
1) 𝐵𝐾𝐴 = 𝑋̿ + 𝑧𝜎𝑥̅ 2) 𝐵𝐾𝐵 = 𝑥̿ − 𝑧𝜎𝑥̅
= 28,66 + 2 . 2,88 = 28,66 − 2 . 2,88
= 28,66 + 5,76 = 28,66 − 5,76
= 34,42 = 22,9

Chart Title
40 BKA Nilai rata-rata subgrup BKB
35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 4.1 Grafik BKA &BKB rekapitulasi Hasil Pengukuran Waktu Kerja

Setelah di lakukan uji keseragaman data, pada data rekapitulasi hasil


pengukuran waktu kerja dinyatakan :
[Data Dikatakan Seragam]
Karena tidak ada data yang melewati Batas Kontrol Atas (BKA) maupun
Batas Kontrol Bawah (BKB).

4.5 Perhitungan Waktu Siklus


Berikut adalah perhitungan untuk mencari waktu siklus pada praktikum ini.
Dik :

 Xi  30,85  32,15  25  .....  22  1432


N = 50

41
Maka :
∑ 𝑥𝑖 1432
𝑊𝑠 = = = 28,64 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑁 50

4.6 Penentuan Faktor Penyesuaian


Metode yang dapat digunakan untuk menentukan faktor penyesuaian terdiri
dari 4 metode yaitu, metode prosentase, shumard, westinghouse, objektif. Pada
praktikum ini, kami menggunakan metode westinghouse dalam menentukan faktor
penyesuaian pada praktikum ini.

a. Tabel Faktor Penyesuaian


Berikut adalah gambar tabel faktor penyesuaian metode westinghouse

Gambar 4.2 Tabel westinghouse

42
b. Penentuan Faktor Penyesuaian
Berikut adalah penentuan tabel faktor penyesuaian metode westinghouse yang
akan digunakan untuk menghitung waktu normal.

Faktor Penyesuaian Westinghouse


Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Ketrampilan Good C1 0,06
Usaha Good C1 0,05
Kondisi Kerja Exellent B 0,04
Konsistensi Good C 0,01
Tabel 4.4 Penentuan faktor penyesuaian Westinghouse

4.7 Perhitungan Waktu Normal


Berikut adalah perhitungan untuk mencari waktu normal
𝑊𝑁 = 𝑊𝑠 𝑥 𝑃
Perhitungan faktor penyelesaian dengan cara westinghouse
Keterampilan : Good (C1) = 0,06
Usaha : Good (C1) = 0,05
Kondisi Kerja : Exellent (B) = 0,04
Konsistensi : Good (C) = 0,01 +
P1 = 0,16
P = 1 + 0,16 = 1,16

𝑊𝑁 = 𝑊𝑠 𝑥 𝑃 = 28,64 𝑥 1,16 = 33,22 detik

4.8 Perhitungan Faktor Kelonggaran


Secara umum, faktor kelonggaran diklasifikasikan menjadi Kelonggaran
untuk kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan , dan
kelonggaran untuk rasa lelah (Fatique)

43
a. Tabel Faktor Kelonggaran
Berikut adalah gambar dari tabel faktor kelonggaran

Gambar 4.3 Tabel Faktor Kelonggaran

b. Perhitungan Faktor Kelonggaran


Perhitungan faktor kelonggaran.
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (laki-laki) = 2.5 %

44
Kelonggaran untuk menghilangkan fatique :
- Tenaga yang dikeluarkan dapat diabaikan =6%
- Sikap kerja duduk = 1%
- Gerakan kerja normal =0%
- Pandangan hampir terus-menerus = 7%
- Suhu dan kelembaban normal = 2.5%
- Keadaan atmosfir baik =0
- Keadaan lingkungan fisik baik =0
- Kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan = 5%

Total Kelonggaran = 24%

4.9 Perhitungan Waktu Baku


Dari hasil praktikum ini, waktu baku nya dapat dihitung dengan Cara :
Wb  Wn  (Wn  allowance )
Karena diketahui nilai factor kelonggarannya yaitu 24%, maka waktu
bakunya :
Wb  33,22  (33,22  0,24)

Wb  33,22  7,9728

Wb  41,1928 detik

45
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini yaitu :

1. Pengukuran waktu kerja metode jam henti merupakan pengukuran waktu kerja
secara langsung yaitu dengan menggunakan stopwatch. Dimana pengamat
langsung mengamati operator sambil menghitung waktu yang dibutuhkan oleh
operator untuk mengerjakan satu unit produk.
2. Waktu baku dapat dihitung jika waktu normal sudah diketahui dan allowance
sudah ditentukan. Perhitungan waktu baku menentukan berapa waktu rata-rata
yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan satu unit produk.
3. Perhitungan Uji kecukupan data dilakukan untuk menentukan bahwa data yang
diambil sudah cukup. Dan dari hasil perhitungan pada data yang diperoleh dari
praktikum ini didapat bahwa data sudah mencukupi dengan nilai N’ = 30,25
lebih kecil dari 50
4. Perhitungan uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui bahwa data
yang dihasilkan dari praktikum ini sudah seragam, berada diantara Batas
Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah. Dari perhitungan yang dilakukan,
diketahui bahwa data sudah seragam.
5. Performance Ratting yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu metode
Westinghouse, yaitu dengan cara mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang
dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu
Ketrampilan, Usaha, Kondisi kerja, dan Konsistensi.

5.2 Saran
Ada beberapa saran yang kami berikan untuk praktikum ke depannya, yaitu:

1. Kami mengharapkan semoga praktik dapat dilakukan dengan baik dan kami
dapat membuat benda kerja dengan sungguhan.
2. Kalau bisa praktik diadakan selama mata kuliah berlangsung supaya jadwal pr

46
aktek tidak terlalu singkat dan kami dapat membuat laporan dengan lebih baik
3. Ruangan praktek lebih diperbesar supaya lebih leluasa dalam melaksakankan
praktek.
4. Waktu dalam pelaksanaan lebih di tambah hal itu untuk memperbanyak ilmu d
alam pelaksanaan praktek dan tidak terburu-buru

47
DAFTAR PUSTAKA

Sutalaksana dkk. 2006. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung. Jurusan Teknik
Industri ITB.
Rahdiana, Nana. 2019. Modul Praktikum Analisis Perancangan Kerja 1.
Karawang. Jurusan Teknik Industri UBP.

A.M., Madyana., 1996, Analisis Perancangan Kerja., Jilid 1, Yogyakarta, Penerbit


Universitas Atma Jaya

48

Anda mungkin juga menyukai