Anda di halaman 1dari 3

PENGGUNAAN DNA PADA FORENSIK

Penggunaan utama genetika forensik tetap terkait dengan analisis bukti


biologis yang bisa didapatkan dari TKP. Namun, perluasan aspek-aspek lain dari
profil DNA juga penting, seperti pengujian parental, sebagian besar untuk
menentukan paternitas. Genetika forensik juga digunakan untuk identifikasi
jenazah manusia yang mana merupakan area lain yang terus berkembang, dari
identifikasi tubuh individu hingga identifikasi korban bencana (DVI) pada
pertengahan 1990-an. Menyusul keberhasilannya dalam DVI, genetika forensik
telah diterapkan pada kasus-kasus yang lebih kompleks, seperti identifikasi orang
hilang di Balkan setelah pecahnya Yugoslavia. Penggunaannya di daerah pasca
konflik terus tumbuh dengan proyek identifikasi skala besar di beberapa negara
dan DNA memainkan peran utama.1

Pertemuan International Society of Forensic Genetics tahun 2015 di


Kraków, Polandia brtfokus pada teknologi baru seperti Next Generation
Sequencing (NGS). NGS menggunakan teknik massively parallel sequencing
(MPS). MPS dapat menganalisa DNA autosomal, DNA mitokondria, dan metilasi
DNA.2,3

Metode NGS memungkinkan sejumlah besar data dihasilkan dari sedikit


jejak DNA, dan tidak hanya memungkinkan identitas untuk ditegakkan, tetapi
juga memungkinkan prediksi usia, keturunan bio-geografis dan fenotip (warna
rambut, kulit dan mata). Alat baru ini rutin digunakan dalam kasus yang ada,
tetapi tidak diragukan lagi akan digunakan dalam beberapa konteks. Kemampuan
untuk menghasilkan sejumlah besar data akan menghadirkan masalahnya sendiri
dalam hal mengevaluasi bukti DNA, membawanya ke pengadilan hukum, dan
masalah etika.2, 3
Selain analisis penanda forensik klasik, metode NGS memungkinkan
perluasan investigasi genetik forensik ke area baru yang berkaitan dengan
kedokteran forensik. Ketika seseorang meninggal secara tak terduga dan tanpa
alasan yang jelas, shotgun atau sekuensing exome dapat mengidentifikasi varian
genetik yang terkait dengan penyakit yang diketahui dan membantu ahli patologi
dalam menemukan penyebab kematian. Di Denmark, diperkirakan bahwa sekitar
20% dari semua kematian disebabkan oleh serangan jantung mendadak yang tidak
terduga, dan sepertiga dari kematian ini tetap tidak dapat dijelaskan bahkan
setelah otopsi. Diasumsikan bahwa banyak dari individu-individu ini memiliki
kelainan genetik dan bahwa sekuensing gen yang dipilih dapat mengidentifikasi
varian terkait penyakit.3

NGS juga dapat digunakan untuk menyaring varian gen yang terlibat
dalam metabolisme obat-obatan tertentu dan melengkapi investigasi toksikologi
untuk menilai apakah kematian yang tak terduga adalah kecelakaan atau
direncanakan sebelumnya. Juga dimungkinkan untuk menyelidiki DNA dari
bakteri, virus dan jamur pada korban untuk mengidentifikasi penyakit yang
menyebabkan mikroorganisme atau mencari ketidakseimbangan dalam komunitas
mikroba yang dapat memberikan petunjuk tentang penyebab kematian.3

Keterbatasan utama dalam penggunaan NGS adalah waktu pengukuran


yang panjang yang saat ini masih dibutuhkan oleh sistem MPS. Sekali jalan,
dengan langkah-langkah seperti isolasi DNA, pembuatan library dan analisis data,
dapat dengan mudah memakan waktu beberapa hari. Analisis data, manajemen
data (base) dan kurangnya nomenklatur yang jelas adalah masalah penting.
Tantangan-tantangan ini juga disebutkan oleh Van Neste et al., Yang meminta
penggunaan satu sistem tunggal untuk memproses semua data yang diperoleh
dengan sequencing. Teknik MSP juga membutuhkan biaya mesin dan peralatan
yang besar, sebagaimana disebutkan dalam survei pada tahun 2017.2

Referensi:
1. Goodwin WH. DNA profiling: The first 30 years. Science and Justice.

2015 Dec 1;55(6):375-6.

2. Bruijns B, Tiggelaar R, Gardeniers H. Massively parallel sequencing

techniques for forensics: A review. Electrophoresis. 2018

Nov;39(21):2642-54.

3. Børsting C, Morling N. Next generation sequencing and its applications in

forensic genetics. Forensic Science International: Genetics. 2015 Sep

1;18:78-89.

Anda mungkin juga menyukai