Anda di halaman 1dari 15

1. Obat yang tepat untuk batuk kering?

E. Dektrometorfan HBr
Dextromethorphan adalah golongan obat antitusif yang dapat digunakan untuk meredakan
batuk kering yang muncul akibat infeksi tertentu, seperti flu atau sinusitis.
Dextromethorphan bekerja dengan cara menekan dorongan untuk batuk yang berasal dari
otak.

2. Rasa kesakitan atau kekuatiran akan keembuhan penderita termasuk pada biaya?
C. intangible cost
Berikut ini adalah macam - macam biaya yang dikeluarkan oleh seorang pasien menurut
ilmu farmakoekonomi :
a. Biaya Medik langsung ( Direct medical cost)
- Biaya terapi
- Biaya monitoring terapi
- Biaya pemberian obat
- Biaya konsultasi dan konseling pasien
- Biaya tes diagnostik
- Biaya Rawat Inap
- Biaya Visite klinis
- Kunjungan ke UGD
- Biaya kunjungan ke rumah
- Biaya Pelayanan rawat jalan
- Biaya perawat

b. Biaya non-medik langsung (Direct non-medical cost)


- Biaya perjalanan menuju pelayanan kesehatan
- Biaya bantuan non-medik terkait kesehatan pasien
- Biaya penginapan untuk keluarga pasien ( bila pengobatan dilakukan di luar kota)
- Pelayanan untuk perawatan anak pasien ( bila ditinggal berobat keluar kota )

c. Biaya tak teraba (intangible cost)


- Biaya nyeri dan sakit, lemah, cemas

d. Biaya tidak langsung ( indirect cost )


- Kehilangan produktivitas pasien
- Kehilangan produktivitas karena mortalitas diri

3. Seorang pasien A 40 thn adalah eksekutif muda di suatu perusahaan menderita flu, batuk
produktif dan demam setelah 3 hari menghadiri rapat kerja di daerah puncak. Setelah
kembali dari luar kota, pasien A segera ke dokter di perusahaanya dan mendapat R/ yg berisi
parasetamol, amoksisilin, gliseril guaiakolat, bromheksin, dan enervon C. Menurut prinsip
terapi 5T dan 1W, obat mana yang tidak tepat untuk pasien A?
A. Amoksisilin
 Parasetamol: tepat untuk demam
 Gliseril guaiakolat: tepat untuk pengobatan batuk produktif sebagai ekspetorasia
 Bromheksin: tepat untuk pengobatan batuk produktif sbg mukolitik
 Enervon C: waspada untuk memulihkan sistem kekebalan tubuh
 Amoksisilin: flu dan batuk tidak harus selalu diberikan antibiotic karena flu dan batuk
disebabkan oleh virus bukan oleh infeksi bakteri sehingga penggunaan antibiotic kurang
efektif. Tapi jika batuk dan flu sudah terjadi dalam waktu yang lama dan terlihat adanya
perubahan warna dahak dan peradangan pada tenggorokan yang menunjukkan kekhasan
dari infeksi bakteri, maka penggunaan antibiotik perlu diberikan kepada pasien.
4. Penyesuaian dosis penelitian pada penderita gagal ginjal menggunakan faktor?
E. klirens kreatinin
Memperkirakan GFR sangat penting sebagai awal diagnosis dan monitoring pasien dengan
gagal ginjal kronik. Perkiraan nilai klirens kreatinin sangat penting sebagai petunjuk
penyesuaian dosis pada penurunan fungsi ginjal

5. Golongan obat yang harus dihindarkan pada gangguan saluran cerna yaitu?
D. Antiinflamasi NSAID
Obat golongan NSAID non-selektif dapat menghambat COX1 dan COX2 sehingga dapat
mengakibatkan iritasi lambung

6. Pada penderita usia lanjut diawali dengan dosis yang lebih kecil dari dosis biasa dengan
pertimbangan faktor farmakokinetik penderita yaitu?
B. penurunan laju filtrasi glomerulus
Efek usia pada ginjal berpengaruh besar pada ekskresi beberapa obat. Umumnya obat
diekskresi melalui filtrasi glomerolus yang sederhana dan kecepatan ekskresinya berkaitan
dengan kecepatan filtrasi glomerolus (oleh karena itu berhubungan juga dengan bersihan
kreatinin). Misalnya digoksin dan antibiotik golongan aminoglikosida. Pada usia lanjut,
fungsi ginjal berkurang, begitu juga dengan aliran darah ke ginjal sehingga kecepatan filtrasi
glomerolus berkurang sekitar 30 % dibandingkan pada orang yang lebih muda.

7. Penggabungan DNA virus HIV ke dalam genom sel target membutuhkan enzim?
A. reverse transcriptase
DNA virus untai ganda mereplikasi menggunakan enzim reverse transcriptase.

8. Gejala HIV berupa wasting syndrome (berat badan berkurang >10% dari BB semula,
disertai diare kronik tanpa penyebab yg jelas >1 bulan) diamati pada?
C. stadium klinik III
Gejala pada stadium III antara lain:
 Penurunan berat badan lebih dari 10% dari perkiraan berat badan sebelumnya tanpa
penyebab yang jelas.
 Mencret-mencret (diare) kronis yang tidak jelas penyebabnya lebih dari 1 bulan.
 Demam yang terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari 1 bulan yang tidak jelas
penyebabnya.
 Infeksi jamur di mulut (candidiasis oral).
 Oral hairy leukoplakia.
 Tuberkulosis paru yang terdiagnosis 2 tahun terakhir.
 Radang mulut akut nekrotik, ginggivitis (radang gusi), periodontitis yang berulang dan
tidak kunjung sembuh.
 Hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan turunnya sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit.

9. Pedoman terapi HIV/AIDS memberikan informais tentang 4S, yaitu starting, substituting,
switching, and stopping. Pemilihan obat yg harus diteruskan bila harus mengganti sebagian
regimen pengobatan termasuk dalam kegiatan?
B. subtituting
Pedoman ini juga memberikan informasi tentang 4S: starting, substituting, switching, and
stopping, yaitu saat yang tepat untuk memulai ART (starting), memilih obat yang harus
diteruskan bila harus mengganti sebagian rejimen pengobatan (substituting), alasan untuk
mengganti seluruh rejimen (switching) dan saat menghentikan ART (stopping).

10. Indikator kerusakan sistem kekebalan tubuh oleh HIV diamati dari nilai?
A. jumlah CD 4
kecepatan penurunan CD4 (baik jumlah absolut maupun persentase CD4) telah terbukti
dapat dipakai sebagai petunjuk perkembangan penyakit AIDS. Jumlah CD4 menurun secara
bertahap selama perjalanan penyakit. Kecepatan penurunannya dari waktu ke waktu rata-rata
100 sel/tahun.

11. Seorang pria 45 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri dada, pada anamnesis
keluhan timbul saat ativitas, berkurang saat istirahat, pemeriksaan fisis ditemukan tekanan
darah 150/90 mmHg, nadi 72x/menit, TB 156 cm, BB 72 kg, paru dan jantung dalam batas
normal. Dilakukan pemeriksaan EKG dalam batas normal. Dokter jaga sangat curiga suatu
angina pectoris stabil. Pengobatan awal yg dapat diberikan adalah?
A. nitrat
Obat golongan nitrat merupakan lini (pilihan) pertama dalam pengobatan angina pektoris.
Mekanisme kerja obat golongan nitrat dimulai ketika metabolisme obat pertama kali
melepaskan ion nitit (NO2–), Di dalam sel, NO2– diubah menjadi nitrat oksida (NO), yang
kemudian mengaktivasi guanilat siklase, yang menyebabkan peningkatan konsentrasi
guanosin monofosfat siklik (cGMP) intraseluler pada sel otot polos vascular, sehingga akan
menimbulkan relaksasi otot polos, termasuk arteri dan vena. Nitrat organik menurunkan
kerja jantung melalui efek dilatasi pembuluh darah sistemik.
12. Pada pemeriksaan profill lipid pasien no 11 di dapat kadar kolesterol total 200 mg/dL, kadar
LDL 120 mg/dL, HDL 30 mg/dL, dan trigliserida 150 mg/dL, pasien tsb mengalami gejala
dyslipidemia. Manakah dr obat hipolipidemia tsb yg direkomendasikan?
D. atorvastatin
Pengobatan untuk dislipidemia atau pencegahan pertama untuk penyakit kardiovaskular
(angina pectoris)

13. Efek samping yg sering timbul pada pemakaian statin adl?


A. sakit kepala
Efek samping statin: sakit kepala, nyeri dada, edema perifer, insomnia, pusing, kelelahan,
diare, dyspepsia, nausea.

14. Untuk menurunkan hipertensi pada pasien no 11 diberikan verapamil, apakah yg terjadi jika
penggunaan verapamil diatas berbarengan dg penggunaan obat hipolipidemia?
A. peningkatan kadar statin
Inhibitor CYP3A4 dapat meningkatkan efek/kadar statin contoh inhibitor meliputi:antifungi
golonganazol,klaritromisin,diklofenak,doksisiklin,eritromisin,imatinib,isoniazid,nefazodon,n
icardipin,propofol,inhibitor protease,kuinidin, telitromisin dan verapamil

15. Apa yg dapat terdeteksi pada saat pemeriksaan laboratorium jika terjadi interaksi obat tsb?
B. peningkatan kadar kreatinin
Interaksi obat terjadi apabila penggunaan verapamil dan statin diberi bersamaan yaitu dapat
terjadi peningkatan kreatinin kinase lebih dr 5 kali lipat pada batas normal tertinggi dan
meningkatan resiko kerusakan otot

16. Wanita 55 tahun datang ke RS dengan nyeri dada yg khas (typical angina pectoris) sejak 3
hari lalu. Episode nyeri sekitar 5 menit. Pemeriksaan fisis dalam batas normal, EKG normal,
riwayat DM yg lama. Pemeriksaan lab yg dianjurkan utk menegakkan adanya kejadian
coroner akut?
E. CK-MB
CK-MB berguna untuk menunjukkan proses infark yang meningkat dalam beberapa jam dan
kembali normal dalam 48 jam

17. Penilaian keamanan obat golongan statin terutama terfokus pada otot peripheral dan liver
(hati). Pilihlah salah satu jawaban dbawah ini parameter pada otot peripheral yg dapat dilihat
jika tjd efek samping statin:
B. Peningkatan aminotransferase alanine > 2 kali diatas normal
Aminotransferase alanine adalah suatu enzim yang terdapat di dalam sel hati. Ketika sel hati
mengalami kerusakan, maka enzim ini akan keluar dan mengalir ke dalam aliran darah
 Tingkat kinase creatinine serum >4 kali diatas normal
 Proteinurea kondisi dimana terdapat terlalu banyak protein dalam urin yang disebabkan
oleh kerusakan ginjal, sehingga tidak disebabkan oleh otot peripheral ataupun hati
 SGOT dan SPGT > 4 kali diatas normal. SGOT dan SPGT adalah enzim yg tidak spesifik
hanya terdapat di dalam hati saja, melainkan juga terdapat dalam sel darah, jantung dan
otot. Oleh karena itu SGOT atau SPGT tinggi tidak serta merta menunjukkan adanya
kelainan di sel hati, sehingga diperlukan pemeriksaan SGOT disertai SGPT. Apabila
kedua enzim ini meningkat maka sudah dapat dipastikan adanya kerusakan pada sel hati

18. Pria umur 35 th datang ke UGD dengan keluhan nyeir dada kiri yg menjalar lke lengan kiri
yg baru pertama kali dialaminya. Lama nyeri 1-2 menit dan tidak ada riwayat trauma dada.
Pada EKG ditemukan elevasi segmen ST di V1-V1. Setelah diberikan ISDN sublingual, 5
menit kemudian nyeri dada hilang dan EKG ulang ST elevasi menghilang. Diagnosis pada
pasien ini adalah?
B. angina pectoris stabil

19. Dibawah ini gambar perbedaan gol statin thd penurunan kadar LDL di dalam darah
Pada gambar tsb?
B. efek penurunan LDL simvastatin dosis 10 mg lebih besar dibandingkan pravastatin dosis
10 mg

20. Pria 57 tahun masuk UGD karena didiagnosa aritmia supraventrikel takikardi dan dilakukan
pemeriksaan jantung. Pada pemeriksaan EKG sbg berikut frekuensi 250/menit, gelombang P
sukar dikenali karena bertumpuk pada T. Obat yg tepat diberikan pada pasien tsb adalah?
A. amiodaron
Injeksi intravena amiodaron dapat digunakan dalam resusitasi jantung-paru untuk fibrilasi
ventrikel atau pulseless tachycardia yang tidak memberikan respon terhadap intervensi yang
lain.
Amiodaron mempunyai waktu paruh yang sangat panjang (sampai berminggu-minggu) dan
hanya perlu diberikan sekali sehari

Soal Uraian A
SOAL A

1. Contoh kasus singkat terapi ir-rasional dengan masalah :


a. Pasien memperoleh obat tanpa indikasi
Seseorang menderita flu dengan gejala demam dan sakit kepala, kemudian diberikan
beberapa obat seperti parasetamol sebagai obat sakit kepala dan demam dan
amoksisilin sebagai antibiotik untuk membunuh bakteri. Padahal virus tidak bisa
diatasi dengan obat antibiotik. Jadi, pasien tersebut sedang menerima obat yang tidak
ada indikasinya Sedangkan parasetamol diminum hanya ketika anda demam/sakit
kepala. Jika demam atau nyeri sudah tidak dirasakan lagi, maka parasetamol tidak
perlu lagi anda minum. Contoh kasus parasetamol ini merupakan salah satu DRP
yang termasuk ke dalam kategori penggunaan obat yang tidak ada indikasi (lagi),
karena setelah gejala penyakit tidak ada maka obat untuk mengatasi gejala penyakit
tersebut tidak lagi diperlukan.
b. Pasien memperoleh obat dengan dosis subterapi
Misalnya anda seharusnya minum obat 3 kali sehari, tetapi ternyata anda hanya
minum 2 kali saja. Jika demikian maka kadar obat di dalam tubuh anda tidak
mencukupi untuk memberikan efek terapi.

c. Pasien mengalami reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD)


Reaksi ini terdiri dari:
 Efek samping obat. Hampir semua obat mempunyai efek samping, tetapi tidak
semua efek samping tersebut mempunyai makna secara klinis dan sebagian
besarnya dapat diabaikan dan tidak cukup mengganggu. Tetapi, untuk obat-obat
tertentu anda (sebagai pasien) sebenarnya harus dikasih tau bahwa suatu obat A
efek sampingnya begini dan begitu, sehingga anda bisa mengambil langkah yang
tepat ketika itu benar-benar terjadi.
 Keracunan obat: Hal ini biasanya terjadi karena penggunaan obat yang melebihi
dosis, atau karena penggunaan obat yang meskipun tidak melebihi dosis, tetapi
digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama atau bahkan terus-menerus.
 Reaksi alergi: Reaksi alergi merupakan reaksi yang khusus dan bersifat individual
dan tidak bisa diprediksi. Misalnya ada pasien yang ternyata alergi terhadap
Antalgin, maka ketika petugas kesehatan tidak tahu dan kemudian memberikan
obat tersebut kepada pasien, maka akan terjadi reaksi alergi.
 Terjadi interaksi obat yang menimbulkan efek yang merugikan. Hal ini terjadi
ketika anda meminum beberapa obat sekaligus sehingga sebagian obat tertentu
berinteraksi dengan obat tertentu lainnya (tidak dengan sembarang obat).

2. Pedoman pemberian obat pada anak-anak dan lanjut usia!


 Anak terutama neonatus mempunyai respons yang berbeda terhadap pemberian
obat dibandingkan dengan orang dewasa. Perhatian khusus perlu diberikan pada
masa neonatus (umur 0-30 hari) karena dosis harus selalu dihitung dengan cermat.
Pada umur ini, risiko efek toksik bertambah karena filtrasi ginjal yang belum
efisien, defisiensi relatif enzim, sensitivitas organ target yang berbeda, dan belum
memadainya sistim detoksifikasi yang menyebabkan lambatnya eksresi obat. Jika
memungkinkan, injeksi intramuskular harus dihindarkan karena menyebabkan
rasa sakit pada anak. Seyogyanya obat yang diresepkan untuk anak memang obat
yang mempunyai lisensi khusus untuk anak, namun demikian anak sering
membutuhkan obat yang tidak mempunyai lisensi khusus.
Menetapkan kekuatan sediaan obat dalam bentuk kapsul atau tablet penting
dilakukan karena sebetulnya banyak anak yang bisa menelan kapsul atau tablet
dan menyukai obat dalam bentuk padat. Orang tua mempunyai peranan yang
penting dalam membantu menentukan sediaan yang tepat untuk anak. Apabila
dibutuhkan resep obat berbentuk sediaan cair yang diberikan secara oral kurang
dari 5 ml, maka bisa diberikan bentuk sediaan tetes yang diberikan secara oral.
Pada pemberian sediaan tetes secara oral, hendaknya orang tua anak diberi
tambahan informasi untuk jangan menambahkan sediaan tersebut pada susu atau
makanan bayi/anak. Apabila diberikan bersama dengan susu atau makanan
bayi/anak, kemungkinan bisa terjadi interaksi atau dosis yang diberikan berkurang
karena anak tidak menghabiskan susu atau makanan tersebut. Orang tua harus
diperingatkan agar menjauhkan semua obat dari jangkauan anak.
 Pasien lansia memerlukan pelayanan farmasi yang berbeda dari pasien usia muda.
Penyakit yang beragam dan kerumitan regimen pengobatan adalah hal yang sering
terjadi pada pasien lansia. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pasien
mengalami kesulitan dalam mematuhi proses pengobatan mereka sendiri seperti
menggunakan obat dengan indikasi yang salah, menggunakan obat dengan dosis
yang tidak tepat atau menghentikan penggunaan obat.
Pada pasien lansia keseimbangan antara manfaat pemberian dengan bahaya yang
mungkin timbul dari beberapa obat-obatan dapat berubah. Oleh karena itu, obat
untuk pasien lansia harus ditinjau secara berkala dan obat-obatan yang tidak
bermanfaat harus dihentikan.
Untuk mengatasi gejala seperti sakit kepala, sulit tidur dan pusing lebih tepat
menggunakan pendekatan non farmakologikal, bila hal ini berhubungan dengan
tekanan sosial seperti menjanda, kesepian dan diusir/dikucilkan keluarga.
Pada beberapa kasus pemberian obat-obat profilaksis mungkin tidak tepat jika
obat-obat tersebut dapat menyebabkan komplikasi dengan pengobatan yang
sedang dijalani atau menyebabkan efek samping yang sebenarnya bisa dihindari,
terutama pada pasien lansia dengan prognosis atau kondisi kesehatan yang buruk.
Bagaimanapun, pasien lansia tidak dapat mengesampingkan obat-obatan yang
dapat membantu mereka, seperti antikoagulan atau obat anti platelet untuk
fibrilasi atrial, antihipertensi, statin, dan obat untuk osteoporosis.

3. Perbedaan mekanisme kerja ARV golongan analog nukleosida (NRTI), analog


nukleotida (NtRTI), dan non-nukleosida (NNRTI)!
RTI bekerja dengan menghambat enzim reverse transkriptase selama proses transkripsi
RNA virus pada DNA pejamu. Analog NRTI akan mengalami fosforilasi menjadi bentuk
trifosfat, yang kemudian secara kompetitif mengganggu transkripsi nukleotida. Akibatnya
rantai DNA virus akan mengalami terminasi. Obat yang termasuk NRTI antara lain
zidovudin, zalcitabine, abacavir, didanosine, stavudine, lamivudine, dan tenofovir.
Sedangkan analog NNRTI akan berikatan langsung dengan enzim reverse transkriptase
dan menginaktifkannya. Obat yang termasuk NNRTI antara lain efavirenz, nevirapine,
delavirdine, dan etravirine.

Soal Uraian B
1.1 penatalaksanaan asma bronkial
A. PENDIDIKAN / EDUKASI KEPADA PENDERITA DAN KELUARGA
Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang
komprehensif, dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi dari seorang
dokter Puskesmas di satu pihak dan adanya pengertian serta kerjasama penderita
dan keluarganya di pihak lain. Pendidikan kepada penderita dan keluarganya
adalah menjadi tanggung jawab dokter Puskesmas, sehingga dicapai hasil
pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak.

Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan
keluarganya adalah :

1. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma :


- Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna.
- Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena faktor
tertentu bisa kambuh lagi.
- Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan pengobatan
jangka panjang secara teratur.

2. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan,


seperti :

- Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing, kuda dan
spora jamur.
- Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu.
- Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan.
- Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang lembab.
- Infeksi saluran pernafasan.
- Pemakaian narkoba atau napza serta merokok.
- Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan.
- Stres fisik atau kelelahan.

3. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu


perbaikan dan mengurangi serangan :

- Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan (bersifat


individual).
- Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.
- Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza.
- Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan.
- Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin dan lembab.
- Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis.
- Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk dan
pilek.
- Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat simptomatis
maupun obat profilaksis.
- Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan banyak minum air
hangat guna membantu pengenceran dahak.
- Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di
lingkungan dengan temperatur hangat.
4. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat – obatan yang
diberikan oleh dokter :

- Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus.


- Steroid : untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan.
- Ekspektoran : untuk mengencerkan dan mengeluarkan dahak.
- Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya infeksi
saluran nafas.

5. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan.

6. Mengetahui kapan “self treatment” atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan
segera mencari pertolongan dokter.

Penderita dan keluarganya juga harus mengetahui beberapa pandangan yang salah
tentang asma, seperti :

1. Bahwa asma semata-mata timbul karena alergi, kecemasan atau stres, padahal
keadaan bronkus yang hiperaktif merupakan faktor utama.
2. Tidak ada sesak bukan berarti tidak ada serangan.
3. Baru berobat atau minum obat bila sesak nafas saja dan segera berhenti minum
obat bila sesak nafas berkurang atau hilang.

B. PENGOBATAN

1. PENGOBATAN SIMPTOMATIK

Tujuan Pengobatan Simpatomimetik adalah :

a. Mengatasi serangan asma dengan segera.


b. Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin.
c. Mencegah serangan berikutnya.

Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik di Puskesmas adalah :

a. Bronkodilator golongan simpatomimetik (beta adrenergik / agonis beta)

– Adrenalin (Epinefrin) injeksi.


Obat ini tersedia di Puskesmas dalam kemasan ampul 2 cc
Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 : 1.000 injeksi subcutan.
Dosis bayi dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc.
Bila belum ada perbaikan, bisa diulangi sampai 3 X tiap15-30 menit.

– Efedrin
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg.
Aktif dan efektif diberikan peroral.
Dosis :

– Salbutamol
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet kemasan 2 mg dan 4 mg.
Bersama Terbutalin (tidak tersedia di Puskesmas) Salbutamol merupakan
bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan efek samping minimal.
Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB

b. Bronkodilator golongan teofilin

– Teofilin
Obat ini tidak tersedia di Puskesmas.
Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral atau IV.

– Aminofilin
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan injeksi 240 mg/ampul.
Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan. Dapat diulang 6-8 jam
kemudian , bila tidak ada perbaikan.
Dosis : 3-4 X 3-5 mg/kg BB
c. Kortikosteroid

Obat ini tersedia di Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai dalam keadaan :

– Pengobatan dengan bronkodilator baik pada asma akut maupun kronis tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
– Keadaan asma yang membahayakan jiwa penderita (contoh : status asmatikus)

Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat diberikan dalam
dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off.
Obat pilihan :

– Hidrocortison
Dosis : 4 X 4-5 mg/kg BB
– Dexamethason
Dosis :

d. Ekspektoran

Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan


menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan dan
dikeluarkan.
Sebaiknya jangan memberikan ekspektoran yang mengandung antihistamin, sedian
yang ada di Puskesmas adalah :

– Obat Batuk Hitam (OBH)


– Obat Batuk Putih (OBP)
– Glicseril guaiakolat (GG)

e. Antibiotik

Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan
infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.
Antibiotika yang efektif untuk saluran pernafasan dan ada di Puskesmas adalah :

2. PENGOBATAN PROFILAKSIS

Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling rasional,


karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada faktor-faktor yang menyebabkan
bronkospasme.
Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang, dengan
cara kerja obat sebagai berikut :

a. Menghambat pelepasan mediator.


b. Menekan hiperaktivitas bronkus.

Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah :

a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.


b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.
c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.
d. Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi serangan dan
meringankan beratnya serangan.

Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :

a. Steroid dalam bentuk aerosol.


b. Disodium Cromolyn.
c. Ketotifen.
d. Tranilast.
Sangat disayangkan hingga saat ini obat-obatan tersebut belum tersedia di
Puskesmas, sehingga untuk memenuhi terapi tersebut dokter Puskesmas harus
memberikan resep luar (ke Apotik), di mana hal ini akan menjadi problem tersendiri
bagi penderita dari keluarga miskin.

1.2 target terapi


1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma

1.3 cara pemakaian Ventolin MDI


Ventolin Inhaler 100 mcg/puff mengandung Salbutamol merupakan Obat yang
termasuk ke dalam Golongan Obat Keras sehingga pada setiap pembelian nya harus
menggunakan resep Dokter. Selain itu, dosis penggunaan Ventolin Inhaler 100
mcg/puff juga harus dikonsultasikan dengan Dokter terlebih dahulu sebelum
digunakan, karena Dosis Penggunaan nya berbeda-beda setiap individu nya
tergantung berat tidaknya penyakit yang diderita. Ventolin Inhaler 100 mcg/puff
diberikan dengan dosis sebagai berikut :
 Dewasa : 1-2 puff dosis 3-4 kali/hari
 Anak : 1 puff 3-4 kali/hari
 Ventolin Inhaler : setiap 1 kali semprot Ventolin Inhaler mengandung salbutamol
sulfat 100 mcg

Ventolin Inhaler 100 mcg/puff sebaiknya diberikan pada saat perut kosong dan
diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Untuk hasil yang lebih
maksimal, Ventolin Inhaler 100 mcg/puff diminum dalam waktu yang sama setiap
hari nya. Jika tidak sengaja lupa meminum Ventolin Inhaler 100 mcg/puff, disarankan
untuk segera meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu
dekat. Jangan mengganti dosis yang terlewat dengan menggandakan dosis pada
jadwal berikutnya. Hentikan penggunaan Ventolin Inhaler 100 mcg/puff bila gejala
mulai membaik.

4. DRP yang terjadi dari pemberian obat-obatan


2. Tuan G (68 tahun)
a) Data objektif :
 BB 95 kg
 TB 175 cm
b) Data subjektif
 Dibawa ke UGD karena sakit dibag dada durasi 20-30 menit
 Sakit dirasakan saat istirahat, menyebarke bag rahang
 Nausea & diaforesis
 Rasa sakit mulai 6jam stlh sarapan
 Nyeri tidak hilang sudah 3x nitrogliserin
 Sakit dada terjadi intermitten slma 4 minggu terakhir.
c) Riwayat
PENYAKIT
 Hipertensi
 Hiperlipidemia
 DM Tipe 2
 Penyakit jantung koroner

KELUARGA
 Ayah – serangan jantung
 Ibu – hipertensi dan DM 2

SOSIAL
 MEROKOK sejak usia 40 th berhenti sejak stenting

d) Riwayat pengobatan
 Aspirin oral 80 mg 1x/sehari
 Metoprolol 25 mg 2x/sehari
 Simvastatin 40 mg 1x/sehari sebelum tidur
 Metformin 250 mg 2x/sehari
 Nitrogliserin (jika nyeri)

e) Hasil pemeriksaan lab


Na : 134 mmol = AMAN ( 135-144 mEq/L) – ( d: hiponatremia, trigliserid tinggi
menurunkan kadar Na) ... nilai kritis <120
K : 4,4 mmol (3,6-4,8 mEq/L)
Cl : 102 mEq/L (9,7-106 mEq/L)
Ca : 9,8 mg/Dl (8,8-10,4 mg/dl)
Mg : 2 mg/Dl (1,7 -2,3 md/dl)
BUN : 15 mg/dl
Serum creatinin : 1,0 mg/dl (0,6-1,3 mg/dl)- (up:ganguan fungsi ginjal mis 2-3
mg/dl fungsi ginjal menurun 50%)
Random glucose : 140 mg/dl (70-100 mg/dl)
AIC : 7,6% (non diabet : 4-6% ; diabet :< 7%)
Total cholestrol : 159 mg/dl (<200 mg/dl)
LDL :105 md/dl (<100 mg/dl)
HDL : 36 mg/Dl (>50 mg/dl)
Trigliserida : 92 mg/ml (p :40-160 mg/dl ; w : 35-135 mg/dl)

AST (aspartat aminotransferase)/SGOT : 22 u/l (5-35 u/l) –(up: hati, pankreastitis,


ginjal akut ; down : pasien asidosis dgn DM)
ALT (alanin aminotransferase) /SGPT :30 u/l (5-35 u/l) – (up :penyakit
hepatoselular,hepatitis, sirosis aktif)
ALP(alkalin fosfatase) : 75 u/l (30-130u/l)
Troponin : 8,6 ng/ML
Hb : 14.0 g/dl ( p :13-18 g/dl ; w:12-16 g/dl) -( down : anemia , up: paru kronik,
gagal jantung kongestif)
WBC : 5,000/mm3
Platelet : 268,000/mm3 = trombosit (170-380 x 103/mm3) – (d : pendarahan)
INR :1,0
APTT : 32,4 detik

PERTANYAAN A
A. Apa faktor resiko untuk berkembangnya penyakit arteri koroner
yang dimiliki pasien tersebut?
Jawaban
Pasien memiliki riwayat penyakit (hipertensi, DM tipe 2 serta
hiperlipidemia).
Pasien memiliki riwayat merokok
Pasien juga memiliki berat badan yang melebihi (obsesitas)
B. Tujuan terapi pasien tersebut?
Jawaban
Dari pengobatan yang didapatkan obat obat yang diberikan bertujuan
Aspirin – sebagai antiagregasi platelet
Metoprolol – sebagai obat hipertensi
Simvastatin – karena pasien mempunyai nilai kolesterol LDL dan HDL
yang tinggi, untuk mencegah penyumbatan yang disebabkan oleh lipid
dipembuluh darah,menurunkan kadar LDL
Metformin – obat pengontrol gula darah agar stabil
Nitrogliserin – obat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri pada
saat terjadi serangan sebagai vasodilator (meningkatkan suplai oksigen
C. Jelaskan management pengobatan yang sesuai untuk mencapai tujuan
terapi tersebut?
Jawaban .
Pada
Obat diminum harus rutin dan dipakai sesuai dengan cara pakai masing-
masing tersebut .untuk obat kolestrol dan hipertensi harus dikonsumsi
seumur hidup.

PERTANYAAN B
A. Jelaskan obat yang paling sesuai untuk manajement akut koroner sindrom
untuk pasien tesebut paska keluar dari RS ?
Jawaban
 ACE inh : lisinopril (meningkatkan suplai oksigen
 Bisoprolol : concor2,5 mg/hr
 Rosuvastatin 20mg/hr u/menjaga profil lipid
 Clopidogrel 600 mg/hariatauaspirin 80 mg
 Metformin 500 mg 2x / sehari
 ISDN sublingual
B. Jelaskan poin-poin edukasi yang anda sampaikan ke pasien sebelum
pasien pulang ?
Jawaban
 Disarankan pada pasien untuk lebih memodifikasi gaya hidup
dengan konsumsi makanan yang sehat.
 Olahraga ringan yang cukup
 Untuk obat obat antihipertensi dan hiperlipidemia harus diminum
teratur setiap hari lebih di sarankan untuk mengonsumsi malam
hari.
 Untuk obat nitrogliserin obat digunakan saat nyeri digunakan
dibawah lidah ditahan sampai semua obat larut semua.

Anda mungkin juga menyukai