Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia
pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut yang saling
berinteraksi. Hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia
defisiensi besi adalah 12-28% angka kematian janin, 30% kematian perinatal, dan
7-10% angka kematian neonatal. Anemia secara umum merupakan salah satu
masalah yang terjadi di Indonesia, penyebab anemia yang paling banyak terjadi
karena kekurangan zat besi. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan
data, namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03
(tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (1).
Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan. Anemia pada
kehamilan yaitu kondisi wanita hamil bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari
10gr% yang normalnya 12-15 gr%. (2).
Anemia merupakan masalah gizi utama yang terjadi di seluruh dunia.
Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia 15-49 tahun
yang menderita anemia di enam Negara yaitu Afrika, Amerika, Asia, Eropa,
Mediteran Timur, dan wilayah Pasifik Barat sebesar 409-595 juta orang
(Dignass, et al., 2015). Di Asia prevalensi anemia pada wanita usia 15-45 tahun
mencapai 191 juta orang dan Indonesia menempati urutan ke 8 dari 11 negara di
Asia setelah Srilangka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5 juta orang pada
usia 10-19 tahun (3).
Gejala yang sering muncul pada penderita anemia adalah mudah lelah,
kurang tenaga atau lemas, dan kurangnya konsentrasi. Kekurangan zat besi dapat
mempengaruhi derajat kesehatan, kemampuan saat belajar dan perkembangan
otak anak remaja (4). Hasil penelitian di Ngapur India, pada anak usia 6-11 tahun
yang menderita anemia defisiensi zat besi memiliki skor IQ tidak melebihi nilai
rata-rata dengan gangguan pemusatan perhatian dan fungsi kognitif. Apabila
anemia pada remaja dibiarkan dan tidak segera diatasi maka ketika hamil kelak
akan berdampak terhadap janin yang dikandungnya dan akan lahir bayi anemia
dengan kecerdasan intelektual di bawah rata-rata.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengobatan anemia pada kondisi wanita hamil?

C. Tujuan
Meningkatkan sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah pada kondisi
wanita hamil.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan. Batas normal
dari kadar Hb dalam darah dapat dilihat pada tabel berikut :

Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dL)


Anak-anak 6 – 59 bulan 11,0
5 – 11 tahun 11,5
12 – 14 tahun 12,0
Dewasa Wanita > 15 tahun 12,0
Wanita hamil 13,0
Laki-laki > 15 tahun 12,0

Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi
esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel
darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit
malaria, infeksi cacing tambang.

B. Klasifikasi anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan
hemoglobin yang dikandungnya.
1. Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah
hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik yaitu :
a. Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12, asam folat dan
gangguan sintesis DNA.
b. Anemia Non Megaloblastik adalah eritropolesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
2. Mikrositik Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh
defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta gangguan
metabolisme besi lainnya.
3. Normositik Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah,
ini disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma
secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal,
dan hati.
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:
1. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.

C. Anemia defisiensi besi


Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah.
Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti
orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala
fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup
untuk membentuk selsel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar
hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut
anemia gizi besi.
Menurut Evatt, anemia Defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya
saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum
tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik
hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Defisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur sering mengalami
anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan
besi sewaktu hamil.

D. Gejala anemia
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga
golongan besar yaitu sebagai berikut:
1. Gejala Umum Anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic syndrome.
Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada
semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian
rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan
mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala
tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas
saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b. Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
c. Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
rambut tipis dan halus.
2. Gejala Khas Anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala Akibat Penyakit Dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul
karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia
defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan
menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna
kuning seperti jerami.

E. Patofisiologi Anemia
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan
oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim
juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan
oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala
yang khas (asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat
besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan
meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa
habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya
jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan
menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang
khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186:303).
Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan
konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan
keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum
yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila
kadar feritin serumnya.

F. Etiologi Anemia
Defisiensi Besi Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :
1. Asupan zat besi
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang
mengkonsumsi bahan makananan yang kurang beragam dengan menu
makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas,
ikan yang merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi sering terjadi
karena susunan makanan yang salah baik jumlah maupun kualitasnya yang
disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan yang
kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan.
2. Penyerapan zat besi
Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat besi dalam tubuh
karena banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung dari jenis zat besi
dan bahan makanan yang dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan
besi.
3. Kebutuhan meningkat Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa
pertumbuhan seperti pada bayi, anakanak, remaja, kehamilan dan menyusui.
Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasus-kasus pendarahan kronis yang
disebabkan oleh parasit.
4. Kehilangan zat besi Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan
urin disebut kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi
basal juga kehilangan zat besi melalui menstruasi. Di samping itu kehilangan
zat besi disebabkan pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus.

G. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
1) Kebutuhan meningkat secara fisiologis terutama pada masa
pertumbuhan yang cepat, menstruasi, dan infeksi kronis.
2) Kurangnya besi yang diserap karena asupan besi dari makanan tidak
adekuat malabsorpsi besi.
3) Perdarahan terutama perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit
Crohn, colitis ulserativa).
b. Pucat, lemah, lesu, gejala pika.
2. Pemeriksaan fisis
a. Anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati
b. Stomatitis angularis, atrofi papil lidah
c. Ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran
jantung.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
b. Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
c. Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat, saturasi menurun
d. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP)
meningkat
e. Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik

H. Pencegahan dan Pengobatan Anemia Defisiensi Besi


Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia adalah :
1. Suplementasi tabet Fe
2. Fortifikasi makanan dengan besi
3. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan
yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C
4. Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing.Dalam upaya
mencegah dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet
tambah darah. Telah terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat
besi dapat meningkatkan kada Hemoglobin
5. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Sejak tahun 1997 pemerintah telah
merintis langkah baru dalam mencegah dan menanggulangi anemia, salah
satu pilihannya adalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti
dari berbagai peneltian bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan
hemoglobin.

I. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi


Dapat dilakukan antara lain dengan cara :
1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan Mengkonsumsi pangan
hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya cukup tinggi sehingga
masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain
untuk mencegah anemia gizi besi.
Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling
melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi,
seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan
250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali.
Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses
pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak.Mengurangi konsumsi makanan
yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin.
2. Suplementasi zat besi Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat
memperbaiki status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di
Indonesia pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah
frrous sulfat.
Efek samping dari pemberian besi feroral adalah mual, ketidaknyamanan
epigastrium, kejang perut, konstipasi dan diare. Efek ini tergantung dosis
yang diberikan dan dapat diatasi dengan mengurangi dosis dan meminum
tablet segera setelah makan atau bersamaan dengan makanan.
a. Fortifikasi zat besi
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan pangan
untuk meningkatkan kualitas pangan . Kesulitan untuk fortifikasi zat besi
adalah sifat zat besi yang reaktif dan cenderung mengubah penampilanm
bahan yang di fortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi tidak mengubah
rasa, warna, penampakan dan daya simpan bahan pangan. Selain itu
pangan yang difortifikasi adalah yang banyak dikonsumsi masyarakat
seperti tepung gandum untuk pembuatan roti.
b. Penanggulangan penyakit infeksi dan parasit
Penyakit infeksi dan parasit merupakan salah satu penyebab anemia gizi
besi. Dengan menanggulangi penyakit infeksi dan memberantas parasit
diharapkan bisa meningkatkan status besi tubuh.
J. Dampak anemia
Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) dampak anemia
pada remaja adalah:
1. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena
tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi
2. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak
sempurna
3. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. SKIRINING RESEP
1. Resep Anti Anemia
a. Tulis ulang resep

Spesialite Kandungan
SIP : 445.6.666.09 V.2016
Praktek :
Apotek Florence
Jl. Yos Sudarso, Teluk Betung, Bandar Lampung
Telp. 085268421975

Bandar Lampung, 12 September 2016

R/ Ferrospat Eff X

S 1 dd 1

R/ Farmadol XV

S 3 dd 1

R/ Fervita XV

S 1 dd 1

Pro: Yunaida Yuhaida Umur : ………..

Alamat : …………………………………………..
b. Administrasi

Kelengkapan resep Ada/tidak ada


Nama dokter dan alamat Ada
No izin praktek dokter Ada
Tempat, tanggal, bulan dan tahun penulisan Tidak ada
resep
Tanda R/ Ada
Nama obat dan bahan baku obat dan Ada
kadarnya
Banyaknya obat/bentuk obat Ada
Pro Ada
Umur Tidak ada
Tanda tangan/paraf dokter Tidak ada

c. Farmasetik

Nama obat Ada


Bentuk sediaan Ada
Kekuatan sediaan Tidak ada
Jumlah obat Ada
Aturan pakai Ada
Frekuensi pemberian Ada
Inkompatibilitas Tidak ada
Stabilitas Tidak ada

d. Klinis

Ketepatan indikasi Sesuai


Kesesuaian dosis Sesuai
Duplikasi pengobatan -
Interaksi obat -
Efek samping obat Kelebihan Fe : Tinja berwarna hitam
Kontraindikasi -
Riwayat alergi -
Keterangan : kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg-1040
mg per hari maka dari resep yang didapat kebutuhan zat besi yang diterima
pasien masih dalam dosis normal. Kelebihan fe pada saat ibu hamil dapat
memberikan efek samping berupa mual tapi hal itu dapat di atasi dengan
meminum obat yang mengandung zat besi pada malam hari, hal ini dapat
mengurangi rasa mual. (sumber : Is susiloningtyas. Staf pengajar prodi D III
fakultas Ilmu keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang).
Pada ferrospat tidak akan menimbulkan efek samping jika dikonsumsi dalam
jangka panjang
B. PERHITUNGAN BAHAN
1. Ferospat = 10 tablet
2. Farmadol = 15 tablet
3. Fervita = 15 tablet

C. PERHITUNG DOSIS
1. Ferospat : Dosis lazim 1 x sehari (ISO vol. 50 hal. 221)
Pada resep tertulis 1 x sehari (dosis dalam resep sesuai dengan dosis lazim)
2. Farmadol (Parasetamol)
 Dosis lazim Parasetamol untuk dewasa 4-6 dd 325-650 mg maks 4 g (OOP
hal. 919)
DL 1 x pakai : 325 mg – 650 mg
DL 1 hari : 1300 mg – 3900 mg
 Dosis dalam resep
DL 1 x pakai : 500 mg (sesuai dosis lazim)
DL 1 x hari : 500 mg x 3= 1500 mg atau 1,5 g per hari (sesuai dosis lazim)
3. Fervita : Dosis lazim 1 x 1 kap (ISO vol. 50 hal. 525)
Pada resep tertulis 1 x 1 kap (dosis dalam resep sesuai dengan dosis lazim)

D. PERHITUNGAN HARGA
 Ferospat = HNA x 1,1 x 1,25
= Rp.60.000 x 1,1 x 1,25
= Rp.82.500 + 1.000 (tusla)
= Rp.83.500
 Farmadol = Rp.25.000/10x10 : Rp.250/tab
= 15 tab x Rp.250 = Rp.3.750 x 1,1 x 1,25
= Rp.5.156,25 + 1.000 (tusla)
= Rp.6.156,25
 Fervita = Rp.86.064/10x10 = Rp.860,64/kap
= 15 kap x Rp.860,64 = 12.909,6 x 1,1 x 1,25
= Rp.17.750,7 + 1.000 = Rp.18.750,7

Total yang harus dibayar = Rp.108.406,95 = Rp.108.500 ribu

E. ANALISIS DRP

DRP Analisis pada resep


1. Obat tanpa indikasi -
2. Salah obat -
3. Dosis terlalu rendah -
4. Reaksi tidak diinginkan -
5. Dosis terlalu tinggi -
6. Tidak patuh -
7. Indikasi tanpa obat -

Tidak ada DRP

F. CARA PEMBUATAN
1. Obat disiapkan sesuai jumlah yang tertera pada resep
2. Fervita dan farmadol dimasukkan ke dalam masing-masing klip plastik serta
disiapkan satu tabung ferrospat effervescence
3. Obat dikemas dan diberi etiket
4. Diserahkan obat dengan informasi
G. CARA PENYERAHAN
1. Memberikan Informasi obat kepada pasien sebagai berikut :
a. Ferospat = untuk membantu memenuhi kebutuhan zat besi, vit b12, vit C,
asam folat dan mineral lain untuk ibu hamil dan menyusui serta pada lanjut
usia
b. Farmadol = Sakit kepala, nyeri otot, demam
c. Fervita = pencegahan defisiensi besi dan asam folat pada kehamilan
2. Beri informasi lama penggunaan obat
Farmadol di minum ketika demam saja

H. ETIKET
1. Etiket ferrospat

Apotek Florence

Jl. Yos Sudarso, Teluk Betung Telp. 085268421975

Apoteker : Florence, S. Farm., Apt

SIPA : 120/per/XIV/2014

No. Resep: 01 Bandar Lampung, 21 Desember 2016

Ny. Yunaida Yuhaida

1 x sehari 1 tablet effervescent


2. Etiket farmadol

Apotek Florence

Jl. Yos Sudarso, Teluk Betung Telp. 085268421975

Apoteker : Florence, S. Farm., Apt

SIPA : 120/per/XIV/2014

No. Resep: 02 Bandar Lampung, 21 Desember 2016

Ny. Yunaida Yuhaida

3 x sehari 1 tablet

3. Etiket fervita

Apotek Florence

Jl. Yos Sudarso, Teluk Betung Telp. 085268421975

Apoteker : Florence, S. Farm., Apt

SIPA : 120/per/XIV/2014

No. Resep: 03 Bandar Lampung, 21 Desember 2016

Ny. Yunaida Yuhaida

1 x sehari 1 kaplet
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Untuk meningkatkan sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah pada
kondisi wanita hamil dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat anti anemia,
seperti ferrospat effervescent.

B. Saran
Obat harus dikonsumsi sesuai dengan aturan pemakaian dan dilakukan istirahat
yang cukup agar sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah pada kondisi
wanita hamil dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2008. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada


Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat
2. Fatmawati E, Suryaningsih M, dan Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi.
Yogyakarta: Celeban Timur
3. World Health Organization. Haemoglobin Concentrations for The Diagnosis of
Anaemia and Assessment of Severity. Vitamin and mineral Nutrition Information
System. Geneva: WHO 2011. [Online] [Akses 26 Desember 2013.] available on
www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf
4. Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahnya. Jakarta: CV
Sagung Seto
5. Anie Kurniawan. 1998. Gizi seimbang untuk mencegah anemia,
www.pdfstack.com 03-03-2011
6. Handayani, Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem hematologi. Salemba Medika : Jakarta
7. Tarwoto, Ns. Dkk. 2010. Kesehatan Remaja problem dan solusinya.Jakarta:
Salemba Medika
8. Tjay, T. H., & Rahardja,K., 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek sampingnya, Edisi keenam, Jakarta, PT.Elex Media.
9. Anonim, 2018, Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, Jakarta, Isfi Penerbitan
vol 51

Anda mungkin juga menyukai