PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia
pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut yang saling
berinteraksi. Hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia
defisiensi besi adalah 12-28% angka kematian janin, 30% kematian perinatal, dan
7-10% angka kematian neonatal. Anemia secara umum merupakan salah satu
masalah yang terjadi di Indonesia, penyebab anemia yang paling banyak terjadi
karena kekurangan zat besi. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan
data, namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03
(tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (1).
Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan. Anemia pada
kehamilan yaitu kondisi wanita hamil bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari
10gr% yang normalnya 12-15 gr%. (2).
Anemia merupakan masalah gizi utama yang terjadi di seluruh dunia.
Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia 15-49 tahun
yang menderita anemia di enam Negara yaitu Afrika, Amerika, Asia, Eropa,
Mediteran Timur, dan wilayah Pasifik Barat sebesar 409-595 juta orang
(Dignass, et al., 2015). Di Asia prevalensi anemia pada wanita usia 15-45 tahun
mencapai 191 juta orang dan Indonesia menempati urutan ke 8 dari 11 negara di
Asia setelah Srilangka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5 juta orang pada
usia 10-19 tahun (3).
Gejala yang sering muncul pada penderita anemia adalah mudah lelah,
kurang tenaga atau lemas, dan kurangnya konsentrasi. Kekurangan zat besi dapat
mempengaruhi derajat kesehatan, kemampuan saat belajar dan perkembangan
otak anak remaja (4). Hasil penelitian di Ngapur India, pada anak usia 6-11 tahun
yang menderita anemia defisiensi zat besi memiliki skor IQ tidak melebihi nilai
rata-rata dengan gangguan pemusatan perhatian dan fungsi kognitif. Apabila
anemia pada remaja dibiarkan dan tidak segera diatasi maka ketika hamil kelak
akan berdampak terhadap janin yang dikandungnya dan akan lahir bayi anemia
dengan kecerdasan intelektual di bawah rata-rata.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengobatan anemia pada kondisi wanita hamil?
C. Tujuan
Meningkatkan sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah pada kondisi
wanita hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan. Batas normal
dari kadar Hb dalam darah dapat dilihat pada tabel berikut :
Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi
esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel
darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit
malaria, infeksi cacing tambang.
B. Klasifikasi anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan
hemoglobin yang dikandungnya.
1. Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah
hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik yaitu :
a. Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12, asam folat dan
gangguan sintesis DNA.
b. Anemia Non Megaloblastik adalah eritropolesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
2. Mikrositik Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh
defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta gangguan
metabolisme besi lainnya.
3. Normositik Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah,
ini disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma
secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal,
dan hati.
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:
1. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.
D. Gejala anemia
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga
golongan besar yaitu sebagai berikut:
1. Gejala Umum Anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic syndrome.
Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada
semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian
rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan
mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala
tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas
saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b. Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
c. Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
rambut tipis dan halus.
2. Gejala Khas Anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala Akibat Penyakit Dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul
karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia
defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan
menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna
kuning seperti jerami.
E. Patofisiologi Anemia
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan
oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim
juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan
oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala
yang khas (asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat
besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan
meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa
habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya
jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan
menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang
khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186:303).
Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan
konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan
keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum
yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila
kadar feritin serumnya.
F. Etiologi Anemia
Defisiensi Besi Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :
1. Asupan zat besi
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang
mengkonsumsi bahan makananan yang kurang beragam dengan menu
makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas,
ikan yang merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi sering terjadi
karena susunan makanan yang salah baik jumlah maupun kualitasnya yang
disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan yang
kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan.
2. Penyerapan zat besi
Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat besi dalam tubuh
karena banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung dari jenis zat besi
dan bahan makanan yang dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan
besi.
3. Kebutuhan meningkat Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa
pertumbuhan seperti pada bayi, anakanak, remaja, kehamilan dan menyusui.
Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasus-kasus pendarahan kronis yang
disebabkan oleh parasit.
4. Kehilangan zat besi Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan
urin disebut kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi
basal juga kehilangan zat besi melalui menstruasi. Di samping itu kehilangan
zat besi disebabkan pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus.
G. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
1) Kebutuhan meningkat secara fisiologis terutama pada masa
pertumbuhan yang cepat, menstruasi, dan infeksi kronis.
2) Kurangnya besi yang diserap karena asupan besi dari makanan tidak
adekuat malabsorpsi besi.
3) Perdarahan terutama perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit
Crohn, colitis ulserativa).
b. Pucat, lemah, lesu, gejala pika.
2. Pemeriksaan fisis
a. Anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati
b. Stomatitis angularis, atrofi papil lidah
c. Ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran
jantung.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
b. Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
c. Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat, saturasi menurun
d. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP)
meningkat
e. Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik
A. SKIRINING RESEP
1. Resep Anti Anemia
a. Tulis ulang resep
Spesialite Kandungan
SIP : 445.6.666.09 V.2016
Praktek :
Apotek Florence
Jl. Yos Sudarso, Teluk Betung, Bandar Lampung
Telp. 085268421975
R/ Ferrospat Eff X
S 1 dd 1
R/ Farmadol XV
S 3 dd 1
R/ Fervita XV
S 1 dd 1
Alamat : …………………………………………..
b. Administrasi
c. Farmasetik
d. Klinis
C. PERHITUNG DOSIS
1. Ferospat : Dosis lazim 1 x sehari (ISO vol. 50 hal. 221)
Pada resep tertulis 1 x sehari (dosis dalam resep sesuai dengan dosis lazim)
2. Farmadol (Parasetamol)
Dosis lazim Parasetamol untuk dewasa 4-6 dd 325-650 mg maks 4 g (OOP
hal. 919)
DL 1 x pakai : 325 mg – 650 mg
DL 1 hari : 1300 mg – 3900 mg
Dosis dalam resep
DL 1 x pakai : 500 mg (sesuai dosis lazim)
DL 1 x hari : 500 mg x 3= 1500 mg atau 1,5 g per hari (sesuai dosis lazim)
3. Fervita : Dosis lazim 1 x 1 kap (ISO vol. 50 hal. 525)
Pada resep tertulis 1 x 1 kap (dosis dalam resep sesuai dengan dosis lazim)
D. PERHITUNGAN HARGA
Ferospat = HNA x 1,1 x 1,25
= Rp.60.000 x 1,1 x 1,25
= Rp.82.500 + 1.000 (tusla)
= Rp.83.500
Farmadol = Rp.25.000/10x10 : Rp.250/tab
= 15 tab x Rp.250 = Rp.3.750 x 1,1 x 1,25
= Rp.5.156,25 + 1.000 (tusla)
= Rp.6.156,25
Fervita = Rp.86.064/10x10 = Rp.860,64/kap
= 15 kap x Rp.860,64 = 12.909,6 x 1,1 x 1,25
= Rp.17.750,7 + 1.000 = Rp.18.750,7
E. ANALISIS DRP
F. CARA PEMBUATAN
1. Obat disiapkan sesuai jumlah yang tertera pada resep
2. Fervita dan farmadol dimasukkan ke dalam masing-masing klip plastik serta
disiapkan satu tabung ferrospat effervescence
3. Obat dikemas dan diberi etiket
4. Diserahkan obat dengan informasi
G. CARA PENYERAHAN
1. Memberikan Informasi obat kepada pasien sebagai berikut :
a. Ferospat = untuk membantu memenuhi kebutuhan zat besi, vit b12, vit C,
asam folat dan mineral lain untuk ibu hamil dan menyusui serta pada lanjut
usia
b. Farmadol = Sakit kepala, nyeri otot, demam
c. Fervita = pencegahan defisiensi besi dan asam folat pada kehamilan
2. Beri informasi lama penggunaan obat
Farmadol di minum ketika demam saja
H. ETIKET
1. Etiket ferrospat
Apotek Florence
SIPA : 120/per/XIV/2014
Apotek Florence
SIPA : 120/per/XIV/2014
3 x sehari 1 tablet
3. Etiket fervita
Apotek Florence
SIPA : 120/per/XIV/2014
1 x sehari 1 kaplet
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Untuk meningkatkan sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah pada
kondisi wanita hamil dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat anti anemia,
seperti ferrospat effervescent.
B. Saran
Obat harus dikonsumsi sesuai dengan aturan pemakaian dan dilakukan istirahat
yang cukup agar sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah pada kondisi
wanita hamil dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA