PPOK
PPOK
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkhitis kronis,
berkaitan dengan diaspneu saat beraktivitas dan penurunan aliran udara masuk
dan keluar paru-paru (Bruner & Suddarth, 2002). PPOK adalah istilah umum yang
udara ekspirasi. Kelainan utama yang tampak pada individu dengan PPOK adalah
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
emfesema paru dan asma bronkhial membentuk kesatuan yang disebut PPOK
(Price & Wilson, 2006). PPOK adalah keadaan penyakit yang ditandai
udara biasanya progresif dan berkaitan dengan respon inflamasi abnormal pada
paru terhadap partikel dan gas berbahaya. Istilah PPOK digunakan untuk beberapa
8
9
yang menunjang pada terjadinya pada penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam
rentang lebih dari 20 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2002). Meski setiap
kronis dan emfisema untuk timbul bersamaan pada klien yang sama. Asma lebih
mudah dipisahkan dari bronkhitis kronis dan emfisema karena awitanya yang
bulan dalam satu tahun selama dua tahun berturut-turut (Brunner & Suddarth,
2002). Bronkhitis kronis secara fisiologi ditandai oleh hipertropi dan hipersekresi
kelenjar mukosa bronkhial, dan perubahan struktur bronkhi dan bronkhioles (Asih
Bronkhitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif lebih dari 250cc
per hari selama minimal tiga bulan per tahun berturut-turut, tanpa ada penyebab
medis lain (Morton, Fontane, Hudak & Gallo, 2012). Bronkhitis kronis
selama tiga bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-
10
turut. Sputum yang terbentuk dapat mukoid atau mukopurulen (Price & Wilson,
2006).
Pada pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi
saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri dan mikroplasma yang
Emfisema paru didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar
kehilangan elastik paru dan pembesaran abnormal dan permanen pada ruang udara
yang jauh dari bronkiolus terminal dengan destruksi dinding alveolar dan bantalan
kapiler tanpa fibrosis yang nyata (Morton, Fontaine, Hudak & Gallo, 2012).
Emfisema paru adalah perubahan anatomis dari parenkim paru yang ditandai
alveolar (Asih & Effendy, 2004). Emfisema paru merupakan suatu perubahan
anatomi parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveolus dan duktus
alveolaris yang tidak normal serta destruksi dinding alveolar. Emfesema dapat
Wilson, 2006).
11
Batuk produktif kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah tanda dini bronkitis
kronis. Batuk mungkin dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin, lembab dan
iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat merokok dan sering mengalami
infeksi pernapasan (Brunner & Suddarth, 2002). Tanda dan gejala bronkhitis
kronis adalah batuk produktif ketika bangun tidur pagi (Asih & Effendy, 2004).
Tanda dan gejala bronkitis kronis, ekspektorasi sputum yang berlebih saat tidur,
peningkatan volume sputum dan perubahan warna sputum dari putih sampai
kuning atau hijau, hemoptisis selama eksaserbasi akut, penurunan suara napas,
mengi atau ronkhi, frekuensi pernapasan yang lebih dari 16 kali permenit, waktu
ekspirasi kuat yang lama (lebih 4 detik normal) (Morton, Fontaine, Hudak &
Gallo, 2012).
dispnea terjadi saat aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan dan mandi .
tidak terdengarnya bunyi napas dengan krekles, ronki dan perpanjangan ekspirasi.
Kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbon dioksida yang tinggi
(hiperkapnea) pada tahap penyakit lanjut (Brunner & Suddarth, 2002). Gejala
12
pernapasan dan perpanjangan fase ekspiratori (Asih & Effendy, 2004). Keluhan
utama emfesema, dispnea, batuk jarang terjadi, pasien kurus disertai penurunan
berat badan, dada tanpa suara tambahan, tidak terjadi edema perifer, pasien
Terapi non farmakologi terdiri dari, program aktivitas olah raga, konseling nutrisi
dan penyuluhan. Program aktivitas terdiri dari, sepeda ergometri, latihan tredmill,
atau berjalan dengan diatur waktunya, setiap hari dari durasi 10 menit sampai 45
menit per sesi. Konseling nutrisi diberikan karena 50% pasien PPOK yang masuk
pernafasan dan kelemahan otot pernafasan lebih lanjut. Memperbaiki status nutrisi
metode tunggal yang paling efektif dalam mengurangi resiko terjadinya PPOK
dan memperlambat kemajuan penyakit (Morton, Fontaine, Hudak & Gallo, 2012).
postural, pengobatan dengan oksigen aliran rendah, hidrasi dan program kerja
b. Terapi Farmakologi
paru, mengurangi hiperinflasi pada saat istirahat dan selama latihan, dan
expiratory volume (FEV), yang biasanya dilihat pada pasien PPOK (Morton,
Fontaine, Hudak & Gallo, 2012). Pengobatan farmakologi pasien PPOK meliputi,
reseksi bedah (pada kasus-kasus tertentu) (Price & Wilson, 2006). Menurut
Pasien diintruksikan untuk menghindari panas dan dingin yang ekstrim. Panas
dengan jelas dan tegas bahwa merokok sangat berbahaya. Pasien juga dianjurkan
14
batuk atau gangguan emosional harus dihindari (Brunner & Suddarth, 2002).
yang perlu diberikan antara lain berhenti merokok, penggunan obat dengan tepat,
mengenal dan mengataasi efek samping obat dan oksigen, penilaian tanda
untuk memobilisasi sekresi pulmonal. Terapi ini terdiri dari drainase postural,
perkusi dada, dan vibrasi. Klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan
mencakup tiga tehnik drainase postural, perkusi dada dan vibrasi (Asih &
Effendy, 2004). Drainase postural, perkusi, dan vibrasi dada merupakan metode
fisioterapi dada yang digunakan untuk memperbesar upaya klien dan memperbaiki
fungsi paru. Metode ini dapat digunakan secara berurutan pada posisi drainase
yang berbeda dan harus diawali dengan bronkodilator (jika diprogramkan), dan
dilanjutkan dengan napas dalam dan batuk (Morton, Fontaine, Hudak & Gallo,
2012).
sehingga gaya gravitasi membantu mengalirkan sekresi dari jalan nafas bronkial
yang lebih kecil ke bronki yang lebih besar dan trakea. (Brunner, Suddart, 2002).
Posisi drainase postural memfasilitasi drainase sekret paru ke arah bronkus utama
Pengaturan posisi pasien dengan menempatkan paru yang sakit di sebelah bawah
dan pemintasan. Akan tetapi pertukaran posisi tersebut diubah jika pasien
mengalami abses paru (Morton, Fontaine, Hudak & Gallo, 2012). Latihan
drainase dapat diarahkan pada semua segmen paru (Brunner & Suddart, 2002).
Pasien dibaringkan dalam lima posisi meliputi kepala lebih rendah, pronasi, lateral
kanan dan kiri serta duduk tegak. Satu posisi untuk mendrainase setiap lobus.
Bronkus lobus yang lebih rendah dan lobus tengah mengalir lebih efektif jika
kepala lebih rendah, bronkus lobus yang atas mengalir lebih efektif bila kepala
tegak (Brunner & Suddart, 2002). Bantu klien memperoleh posisi yang tepat
untuk drainse area yang mengalami penumpukan sekresi. Bantu klien memilih
posisi sesuai kebutuhan dan ajarkan memposisikan tubuh, lengan dan kaki yang
Pasien diinstruksikan untuk tenang dalam setiap posisi selama 10 sampai 15 menit
ketika dalam berbagai posisi (Brunner & Suddarth, 2002). Minta klien untuk
prosedur ini membutuhkan waktu 3-5 menit (Eni Kusyanti dkk, 2013).
setelah makan dan pemberian makan melalu selang, tidak mampu batuk, hipoksia,
Perkusi dada dilakukan dengan mengetuk dinding dada di atas daerah yang akan
didrainase. Tangan diposisikan sehingga jari-jari dan ibu jari saling menyentuh
dan tangan membentuk mangkuk. Perkusi pada permukaan dinding dada akan
sebuah lapisan pakaian, tidak di atas kancing, kancing jepret, atau risleting (Potter
& Perry, 2006). Pergelangan tangan secara bergantian dan fleksi dan ektensi
sehingga dada dipukul atau ditepuk tidak menimbulkan nyeri. Pakaian halus atau
handuk dapat diletakkan di atas segmen dada yang ditepuk untuk mencegah iritasi
17
kulit dan kemerahan akibat kontak langsung. (Brunner & Suddarth, 2002). Perkusi
setiap segmen paru selama 1-2 menit. Hindari melakukan perkusi pada struktur
yang mudah cidera seperti payudara, sternum, kolumna spinalis dan ginjal (Eni
2.2.3 Vibrasi
Vibrasi adalah tehnik memberikan kompresi dan getaran manual pada dinding
velositas udara yang diekspirasi dari jalan napas yang kecil sehingga mampu
membebaskan mukus. Setelah tiga atau empat kali vibrasi, pasien dianjurkan
keefektifan batuk (Brunner & Suddart, 2002). Vibrasi dilakukan saat pasien
dan turbulensi udara ekhalasi guna melepas sekret. Tehnik ini dilakukan dengan
menempatkan kedua tangan secara berdampingan, posisi jari tangan ekstensi, dan
melemaskan kedua otot lengan dan bahu dalam gerak yang cepat. Vibrasi sebagai
pengganti perkusi, jika dinding dada mengalami nyeri (Morton, Fontaine, Hudak
& Gallo, 2021). Vibrasi meningkatkan pengeluaran udara yang terperangkap dan
menggoyangkan mukus sehingga lepas dan menyebabkan batuk (Potter & Perry,
2006).
18
Kontra indikasi perkusi /vibrasi, Fraktur tulang iga atau osteoporosis, pembedahan
pada dada atau abdomen, hemoragi atau emboli paru, malignansi dada/masktomi,
ginjal, limpa, atau payudara (pada wanita) dihindari (Brunner & Suddarth, 2002).
Saturasi oksigen (O2 sat) adalah presentase haemoglobin yang disaturasi oksigen
(Potter & Perry, 2006). Oksigen (O2) dapat diangkut dari paru-paru ke jaringan
melalui dua jalan, secara fisik larut dalam plasma atau secara kimiawi berikatan
nonlinear dengan tekanan parsial O2 dalam darah arteri (PaO2), yang ditentukan
oleh jumlah O2 secara fisik larut dalam plasma. Selanjutnya jumlah O2 yang
Pada keadaan normal, kira-kira 97 persen oksigen yang ditranspor dari paru ke
jaringan dibawa dalam campuran kimiawi dengan hemoglobin dalam sel darah
merah. Tiga persen sisanya dibawa dalam cairan plasma dan sel. Dengan
oleh hemoglobin (Guyton, 2000). Pada tingkat jaringan, O2 akan melepaskan diri
dari Hb ke dalam plasma dan berdifusi dari plasma ke sel-sel jaringan tubuh untuk
19
kembali ke paru dalam bentuk vena darah campuran. Jadi hanya 25% O2 dalam
darah arteri yang digunakan dalam keperluan jaringan (Price & Wilson, 2006).
memproduksi energi seluler. Saat difusi dari paru-paru ke darah, sebagian kecil
dari oksigen akan larut dalam plasma dan cairan sel, tetapi lebih dari 60 kali
banyaknya berikatan cepat dengan hemoglobin. Pada PAO2 100mm Hg, hampir
juga tergantung padaPaO2, tetapi hanya paO2 sekitar 150 mmHg. Jika Pao2 kurang
dari 150 mmHg, prosentase haemoglobin yang tersaturasi akan lebih reendah.
Sebagai contoh, pada PaO2 100 mmHg (nilai normal ), saturasi oksigen 97%, dan
pada PaO2 40 mmHg saturasi adalah 70% (Brunner & Suddarth, 2002).
Faktor saturasi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : CO2, pH , suhu, dan 2,3
ml dan tingkat PaO2 40 mmHg (saturasi oksigen 75%), tersedia oksigen yang
adekuat untuk jaringan tetapi tidak untuk cadangan. Ketika terjadi insiden serius
masukan oksigen dari paru-paru, akan tejadi hipoksia jaringan. Nilai normal PaO2
20
adalah 80 sampai 100 mmHg. Dengan tingkat oksigenasi ini, terdapat batas
kelebihan oksigen 155 tersedia untuk jaringan (Brunner & Suddarth, 2002).
Tekanan oksigen arteri (PaO2) menunjukkan derajat oksigenasi darah dan tekanan
Pemeriksaan gas darah arteri membantu mengkaji tingkat tingkat dimana paru-
paru mampu memberikan oksigen yang adekuat dan membuang karbon dioksida
serta tingkat dimana ginjal mampu menyerap kembali dan mengekskresikan ion-
&Suddarth, 2002). Artei radialis (brakialis) sering dipilh karena arteri mudah
dicapai. Gas-gas darah arteri didapat melalui fungsi arteri pada arteri radialis,
arteri brakiali, arteri femoralis atau melalui arteri indwwlling (Brunner &
gulungan handuk, setelah kulit disterilkan, lalu arteri distabilkan dengan dua jari
dari satu tangan, sedangkan tangan yang lain menusuk arteri tersebut dengan alat
suntik yang berisi heparin. Setelah lima ml darah terhisap ke dalam alat suntik ,
meterjadi pada kelebihan dosis narkotik atau barbiturat. Penyebab PaCO2 menurun
respiratorik dan kenaikan pH darah. Hiperventilasi sering timbul pada asma dan
dengan usaha membuang CO2 yang berlebihan dari paru (Price &Wilson, 2006).
PaO2 (tekanan parsial kelarutan oksigen di dalam darah), nilai normal 80-100
mmHg. PaCO2 (tekanan kelarutan parsial CO2 dalam darah), nilai normal 38-45
95%-98%. Kosentrasi ion hidrogen (pH), nilai normal 7,35-7,45 (Asih &
Effendy, 2006). Kosentrasi bikarbonat HCO3, nilai normal 22-26 mEq/L (Price
& Wilson, 2006). Perubahan asam - basa pada asidosis dan alkalosis yaitu, (a)
2006).
Oksimetri nadi adalah metode pemantauan non invasif, secara kontinu terhadap
menggantikan gas-gas darah arteri, oksimetri nadi merupakan suatu cara efektif
untuk memantau terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil dan mendadak
dibandingkan pungsi arteri. Menurut Ahrens & Ruhterford (1993), klien yang
22
kritis, unit perawatan umum, Oksimetri nadi juga digunakan pada area diagnostik
gangguan tidur, toleransi dalam latihan fisik, penyapihan dari ventilasi mekanis
Sensor atau probe dilekatkan pada ujung jari, dahi, daun telinga atau batang
signal cahaya yang dibangkitkan oleh oksimetri dan direfleksikan oleh darah yang
berdenyut melalui jaringan pada probe (Brunner, Suddarth, 2002). Nasal probe
yang rendah. Keakuratan nilai oksimetri nadi secara tidak langsung berhubungan
memiliki perfusi jaringan buruk, yang disrbabkan oleh syok, hipotermi, atau
penyakit vaskuler perifer mungkin tidak dapat dpercaya (Potter & Perry, 2006)
Saturasi oksigen arteri (SpO2) normal adalah 95% sampai 100%. Nilai dibawah
85% menunjukkan bahwa jaringan tidak mendapatkan cukup oksigen dan pasien
membutuhkan evaluasi lebih jauh (Brunner & Suddarth, 2002). Respon yang
23
diharapkan saturasi oksigen klien 96% sampai 100% , dan klien mamapu
2.5 Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
disebabkan oleh :
oksigen.
4. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti pada kasus pneumonia.
5. Perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk, seperti pada
pasien syok.
6. Kerusakan ventilasi seperti yang terjadi pada fraktur iga multiple dan trauma
dada.
obstruksi jalan napas (Potter & Perry, 2006). Hipoksemia (penurunan tekanan
arteri dalam darah) muncul sebagai perubahan status mental (yang berkembang
mulai dari gangguan penilaian, agitasi, disorientasi, kelam pikir, letargi, koma),
Hipoksia jika cukup parah dapat mengancam nyawa. Hipoksia jangka panjang
pada pasien PPOK dan gagal jantung kronik menimbulkan keletihan, mengantuk,