PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Masuknya air kesaluran napas juga dapat menyebabkan gangguan lainnya yang
berkaitan dengan dry drowning seperti secondary drowning. Pada secondary
drowning, air sudah memasuki hingga ke paru-paru. Hal ini menyebabkan inflamasi
dan pembengkakan atau pulmonary edema, sehingga pertukaran oksigen dan karbon
dioksida didalam paru-paru menjadi terhambat atau bahkan berhenti sama sekali.
Istilah dry drowning dan secondary drowning sering dianggap sama, namun
keduanya merupakan kondisi yang bebrbeda. Keduanya juga bukan istilah medis,
para ahli hanya menganggap perbedaan keduanya hanya sebagai perbedaan tingkat
keparahan akibat tenggelam atau seberapa jauh masuknya air kedalam saluran
pernapasan. Pada dry drowning air belum masuk sampai paru-paru namun pada
secondary drowning air sudah mencapai paru-paru.
2.2 ETIOLOGI
Paralisis otot
Luka tusuk pada torso yang mempengaruhi kemampuan diafragma untuk
melakukan gerakan respirasi.
Perubahan pada jaringan yang mengabsorsi oksigen
Spasme laring yang persisten pada saat terbenam di air
Menghirup udara selain oksigen yang tidak membunuh secara langsung
seperti helium
Kelebihan cairan dalam tubuh yang menyebabkan penurunan kadar
sodium dalam darah yang kemudian menyebabkan edema otak.
2.3 PATOFISIOLOGI
Dry drowning dikatakan terjadi pada 10-15% dari semua tenggelam. Menurut
teori adalah bahwa ketika sedikit air memasuki laring atau trakea, tiba-tiba terjadi
spasme laring yang dipicu oleh vagal refleks. Lendir tebal, busa, dan buih dapat
terbentuk, menghasilkan plug fisik pada saat ini. Dengan demikian, air tidak pernah
memasuki paru-paru.
SUBMERSION
Aspiration Panic/Struggle
(wet drowning) Laryngospasm
85% (dry drowning)
15%
HYPOSIA
Death
Secara normal saat bernafas diafragma berkontraksi dan menyebabkan paru-paru
mengembang, mekanisme ini menyebabkan udara masuk ke dalam paru-paru karena
tekanan negative yang terbentuk. Ketika air atau benda asing lainnya teraspirasi maka
terjadi spasme laring yang meyebabkan udara tidak dapat masuk ke dalam paru.
Sedangkan saat itu paru yang sedang dalam kondisi mengembang, otot diafragma
berkontraksi sehingga tekanan negative tetap ada di paru. Usaha korban untuk
mendapatkan udara masuk dilakukan dengan menghirup udara dengan lebih kuat,
tetapi hal ini hanya menambah tekanan negative dalam paru. Obstruksi aliaran masuk
oksigen menyebabkan hipoksia dan obstruksi dari aliran keluar karbondioksida
menyebabkan asidosis yang keduanya menyebabkan kematian.
Volume darah sirkulasi meningkat pada daerah paru akibat penarikan semua
darah dari abdomen, kepala, dan ekstremitas yang ditimbulkan oleh tekanan negative
yang meningkat pada paru.
Terjadi pula perubahan vascular pada daerah paru. Pembuluh darah yang
membawa derah yang kaya oksigen menjadi sangat sempit dan hanya cukup satu sel
darah merah yang dapat melewati pembuluh darah tersebut. Dinding pembuluh darah
juga menjadi tipis yang memungkinkan oksigen masuk kedalam darah dan
karbondioksida dikeluarkan dari darah. Pada kasus dry drowning tidak terjadi
pertukaran gas karena tidak adanya oksigen dalam paru. Sedangkan tekanan negatif
yang muncul menyebabkan tertariknya cairan dari pembuluah darah kedalam paru
sehingga menyebabkan edema paru dan pasien tenggelam Karena cairan tubuhnya
sendiri.
Pada saat yang sama, system saraf simpatik merespon kondisi spasme laring.
Sistem ini menyebabkan vasokontriksi yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah yang akhirnya memperburuk proses edema paru yang sudah ada.
2.4 KRITERIA DIAGNOSTIK
Pada kasus ini tidak ada gejala khas yang dapat menentukan secara pasti
diagnosis dry drowning kecuali tidak atau hanya sedikit cairan dalam
paru.penegakkan diagnosis di butuhkan pemeriksaan luar dan dalam serta
penelusuran korban sebelum meninggal dan riwayat penyakit yang di deritanya.hal
yang mungkin sedikit membantu adalah menemukan adanya tanda asfiksia pada
korban seperti adanya tanda sianosis pada bibir dan jaringan bawah kuku,pelebaran
pembuluh darah mukosa konjungtiva dan kelopak mata,tampak adanya edema
paru,dapat pula cairan dalam perut tetapi hal ini dapat mengindikasikan dry drowning
atau korba sudah meninggal sebelum di dalam air. Kasus yang termasuk dalam
kategori dry drowning dalam forensic adalah kasus tenggelam yang terjadi sesaat atau
kurang dari 24 jam dari kejadian dimana pada pemeriksaan dalam tidak atau hanya
sedikit cairan yang di temukan dalam paru. Korban dry drowning dapar pula tampak
selamat dari kejadian tenggelam dan tampak baik-baik saja tetapi dalam 24 jam
pertama terjadi perburukan kondisi yang di tandai adanya batuk terus menerus,sesak
nafas,nyeri pada dada dan atau adanya perubahan status kesadaran.