Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tenggelam kering (Dry Drowning), yaitu kematian sebelum menghirup air.
Tenggelam kering dapat terjadi jika tenggelam air tawar ataupun air asin. Pada
keadaan ini cairan tidak masuk kedalam saluran nafas, tetapi saat air akan masuk
kedalam saluran nafas, terjadi spasme laring yang menyebabkan tertutupnya jalan
nafas.
Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak no. 2 dan no.
3 yang menimpa anak-anak dan remaja. Pada umumnya kasus tenggelam ini sering
terjadi di Negara-negara yang beriklim panas dan Negara dunia ketiga. Insiden
terjadinya kasus dengan Negara-negara berkembang yang lain reputasi Australia
kurang baik, karena kasus tenggelam dinegara ini masuk dalam urutan terbnyak.
Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika
terlambat mendapat pertolongan.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2000 diseluruh dunia ada 400
kejadian tenggelam tidak disengaja artinya angka ini menempati urutan ke dua setelah
kecelakaan lalu lintas bahkan global burden of disease (GBD) menyatakan bahwa
angka tersebut sebenarnya lebih kecil disbanding seluruh kematian akibat tenggelam
yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya.
Setiap tahun angka kejadian tenggelam diseluruh dunia mencapai 1,5 juta, angka
ini biasa lebih dari kenyataan mengingat masih banyaknya kasus yang belum
dilpaorkan. Insiden paling banyak terjadi pada Negara berkembang, terutama pada
anak-anak kurang dari 5 tahun dan orang dewasa umur 15-24 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien
dry drowning?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan dan melakukan asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dry drowning.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu memahami dan menjelaskan definisi dry drowning
b. Mampu memahami dan menjelaskan etiologi dry drowning
c. Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi dry drowning
d. Mampu menjelaskan kriteria diagnostic.
e. Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dry drowning
1.4 Manfaat
1.4.1 Akademis
Sebagai perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dry
drowning.
1.4.2 Bagi Profesi Kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberika pemahaman
yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien dry drowning
sehingga pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan
kegawatdaruratan dapat tercapai.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Dry drowning adalah gangguan pernapasan yang diakibatkan masuknya air ke


saluaran nafas melalui mulut ataupun hidung. Meskipun air yang masuk ke saluran
napas hanya sedikit, hal ini dapat menyebabkan kejang pada saluran pernafasan dan
menyebabkan otot saluran napas menutup sehingga terjadi kesulitan bernapas.

Masuknya air kesaluran napas juga dapat menyebabkan gangguan lainnya yang
berkaitan dengan dry drowning seperti secondary drowning. Pada secondary
drowning, air sudah memasuki hingga ke paru-paru. Hal ini menyebabkan inflamasi
dan pembengkakan atau pulmonary edema, sehingga pertukaran oksigen dan karbon
dioksida didalam paru-paru menjadi terhambat atau bahkan berhenti sama sekali.

Istilah dry drowning dan secondary drowning sering dianggap sama, namun
keduanya merupakan kondisi yang bebrbeda. Keduanya juga bukan istilah medis,
para ahli hanya menganggap perbedaan keduanya hanya sebagai perbedaan tingkat
keparahan akibat tenggelam atau seberapa jauh masuknya air kedalam saluran
pernapasan. Pada dry drowning air belum masuk sampai paru-paru namun pada
secondary drowning air sudah mencapai paru-paru.

2.2 ETIOLOGI

Mekanisme yang dapat menyebabkan dry drowning antara lain :

 Paralisis otot
 Luka tusuk pada torso yang mempengaruhi kemampuan diafragma untuk
melakukan gerakan respirasi.
 Perubahan pada jaringan yang mengabsorsi oksigen
 Spasme laring yang persisten pada saat terbenam di air
 Menghirup udara selain oksigen yang tidak membunuh secara langsung
seperti helium
 Kelebihan cairan dalam tubuh yang menyebabkan penurunan kadar
sodium dalam darah yang kemudian menyebabkan edema otak.

2.3 PATOFISIOLOGI

Dry drowning dikatakan terjadi pada 10-15% dari semua tenggelam. Menurut
teori adalah bahwa ketika sedikit air memasuki laring atau trakea, tiba-tiba terjadi
spasme laring yang dipicu oleh vagal refleks. Lendir tebal, busa, dan buih dapat
terbentuk, menghasilkan plug fisik pada saat ini. Dengan demikian, air tidak pernah
memasuki paru-paru.

SUBMERSION

Aspiration Panic/Struggle
(wet drowning) Laryngospasm
85% (dry drowning)
15%

HYPOSIA

Death
Secara normal saat bernafas diafragma berkontraksi dan menyebabkan paru-paru
mengembang, mekanisme ini menyebabkan udara masuk ke dalam paru-paru karena
tekanan negative yang terbentuk. Ketika air atau benda asing lainnya teraspirasi maka
terjadi spasme laring yang meyebabkan udara tidak dapat masuk ke dalam paru.
Sedangkan saat itu paru yang sedang dalam kondisi mengembang, otot diafragma
berkontraksi sehingga tekanan negative tetap ada di paru. Usaha korban untuk
mendapatkan udara masuk dilakukan dengan menghirup udara dengan lebih kuat,
tetapi hal ini hanya menambah tekanan negative dalam paru. Obstruksi aliaran masuk
oksigen menyebabkan hipoksia dan obstruksi dari aliran keluar karbondioksida
menyebabkan asidosis yang keduanya menyebabkan kematian.

Volume darah sirkulasi meningkat pada daerah paru akibat penarikan semua
darah dari abdomen, kepala, dan ekstremitas yang ditimbulkan oleh tekanan negative
yang meningkat pada paru.

Terjadi pula perubahan vascular pada daerah paru. Pembuluh darah yang
membawa derah yang kaya oksigen menjadi sangat sempit dan hanya cukup satu sel
darah merah yang dapat melewati pembuluh darah tersebut. Dinding pembuluh darah
juga menjadi tipis yang memungkinkan oksigen masuk kedalam darah dan
karbondioksida dikeluarkan dari darah. Pada kasus dry drowning tidak terjadi
pertukaran gas karena tidak adanya oksigen dalam paru. Sedangkan tekanan negatif
yang muncul menyebabkan tertariknya cairan dari pembuluah darah kedalam paru
sehingga menyebabkan edema paru dan pasien tenggelam Karena cairan tubuhnya
sendiri.

Pada saat yang sama, system saraf simpatik merespon kondisi spasme laring.
Sistem ini menyebabkan vasokontriksi yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah yang akhirnya memperburuk proses edema paru yang sudah ada.
2.4 KRITERIA DIAGNOSTIK

Pada kasus ini tidak ada gejala khas yang dapat menentukan secara pasti
diagnosis dry drowning kecuali tidak atau hanya sedikit cairan dalam
paru.penegakkan diagnosis di butuhkan pemeriksaan luar dan dalam serta
penelusuran korban sebelum meninggal dan riwayat penyakit yang di deritanya.hal
yang mungkin sedikit membantu adalah menemukan adanya tanda asfiksia pada
korban seperti adanya tanda sianosis pada bibir dan jaringan bawah kuku,pelebaran
pembuluh darah mukosa konjungtiva dan kelopak mata,tampak adanya edema
paru,dapat pula cairan dalam perut tetapi hal ini dapat mengindikasikan dry drowning
atau korba sudah meninggal sebelum di dalam air. Kasus yang termasuk dalam
kategori dry drowning dalam forensic adalah kasus tenggelam yang terjadi sesaat atau
kurang dari 24 jam dari kejadian dimana pada pemeriksaan dalam tidak atau hanya
sedikit cairan yang di temukan dalam paru. Korban dry drowning dapar pula tampak
selamat dari kejadian tenggelam dan tampak baik-baik saja tetapi dalam 24 jam
pertama terjadi perburukan kondisi yang di tandai adanya batuk terus menerus,sesak
nafas,nyeri pada dada dan atau adanya perubahan status kesadaran.

Beberapa individu yang tenggelam di anggap korban “dry drowning” di mana


pada keadaan ini, paru-paru tidak bertambah berat, berlumour dan penampilan
edematous khas paru-paru tenggelam tidak tampak. Sedangkan, hipoksia otak yang
fatal di duga di sebabkan oleh spasme laring. Dry drowning di katakan terjadi 10-
15% dari semua tenggelam. Menurut teori adalah bahwa ketika sedikit air memasuki
laring atau trakea, tiba-tiba terjadi spasme laring yang dipicu oleh vagal refleks.
Lendir tebal, busa, dan buih dapat terbentuk , menghasilkan plug fisik pada saat ini,
Dengan demikian, air tidak pernah memasuki paru-paru. Namun demikian ini adalah
hipotesis yang belum terbukti, sebab proses spasme laring tidak tampak pada saat
otopsi Karena relaksasi otot akibat kematian.

Anda mungkin juga menyukai