Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL BOOK REVIEW

FILSAFAT PENDIDIKAN

Di Susun Oleh :
Ahda Sabila
NIM : 5191121004
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Julaga Situmorang, M. Pd
Putra Afriadi, M. Pd

Pendidikan Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan
2019
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan ini tentang Critical Book
Review. Saya berterima kasih kepada bapak dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan
bimbingannya. Dan tak luput kepada orangtua yang telah memberi semangat kepada saya untuk
menyelesaikan tugas ini.
Saya sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saya meminta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan saran dalam
tugas ini agar di lain waktu saya bisa mengerjakan tugas dengan lebih baik lagi.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga apa yang saya kerjakan bisa bermanfaat
bagi pembaca dan bagi saya sendiri.

Medan, 7 Oktober 2019

Ahda Sabila
NIM : 5101121004

2
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR…………….…………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI…………………….…………………………………………….……………….3
BAB I PENDAHULUAN……….…………………………….…………………………….…4
1.1LatarBelakang………………………………………………………………….……4
1.2Tujuan...……………………………………………………………………………..5
1.3Manfaat.……………………………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………6
2.1 Identitas Buku…...………………………………………………………………….6
2.2 Ringkasan isi buku………………………………………………………………….6
2.3 Penilaian Terhadap Buku…..…………………………………………………….19
BAB III PENUTUP……………………………….….………………………………………21
3.1 Kesimpulan…………………………………………….……………….………….21
3.2 Saran……………...……………………………………………………….……….21
DAFTAR PUSTAKA………………………………….…………….……………………….22

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna penciptaannya dari makhluk lain.
Dengan menggunakan panca indera, manusia berusaha memahami benda-benda konkrit.
Eksistensi alam semesta tempat manusia hidup yang selalu berubah dan penuh dengan peristiwa-
peristiwa penting bahkan dahsyat untuk dipikirkan dan direnungkan. Kadang-kadang manusia
tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung
memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya.
Manusia mengupayakan eksistensinya untuk hadir di alam dalam berpikir agar apa yang
dilihatnya dapat dipahami makna kehadiran sesuatu di luar dirinya. Berpikir adalah hasil kerja
pikiran. Pikiran manusia dalam proses-proses pikirannya selalu nampak misterius dan
menakjubkannya seperti alam semesta sendiri, sehingga manusia terdorong memikirkannya secara
mendalam.
Seperti halnya, proses berpikir dapat dilakukan manusia denga mengarahkan
pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya benda-benda angkasa mengambang dan
bersemayam di langit-langit.
Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahakan problematika pendidikan dan menyusun
teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Denga kata
lain, teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang
filosof tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag
dianutnya.
Pancasila merupakan dasar dari pembentukan Negara Indonesia sebagaimana yang
dikemukakan oleh bung Karno di dalam lahirnya Pancasila.Setiap Negara mempunyai dasar atau
ideologinya.Fungsi dari suatu dari ideology atau dogama yaitu serangkaian nilai-nilai yang
dijadikan pegangan oleh setiap warga Negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam suatu
organisasi Negara Republik Indonesia.Sebagai ideology,Pancasila sebagai dasar Negara.Oleh
sebab itu , setiap warga Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai tersebut dan secara
kolekti ingin mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

4
1.2Tujuan
1.Mengkritik 2 buku untuk menambah ilmu dalam Filsafat Pendidikan
2.Untuk menambah wawasan tentang Filsafat Pendidikan khususnya Filsafat Pendidikan
Pancasila
3.Untuk mempelajari Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia
1.3 Manfaat
1.Memperbaiki diri menggunakan teori-teori Filsafat Pendidikan Pancasila
2.Mengetahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari Filsafat Pendidikan Pancasila dapat menjadi
acuan untuk membangun bangsa Indonesia.

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 IDENTITAS BUKU


Buku Pertama (Buku Utama)
1. Judul buku : Filsafat Pendidikan
2. Pengarang : Dr.Edward Purba,MA
3. Pengarang :Prof.Dr.Yusnadi,MS
4. Penerbit : UNIMED PRESS
5. Tahun terbit : 2013
6. Kota Terbit : MEDAN
7. Tebal buku : 164 lembar

Buku Kedua (Buku Pendamping)


1. Judul buku : FILSAFAT PENDIDIKAN
2. Pengarang : Prof.Dr.H.Jalaluddin
3. Pengarang : Prof.Dr.H.Abdullah Idi,M.Ed
4. Penerbit : Raja Grafindo Persada
5. Tahun terbit : 2011
6. Kota Terbit : Jakarta
7. Tebal Buku : 384 Lembar

2.2RINGKASAN ISI BUKU

Sumber :FILSAFAT PENDIDIKAN (FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN)


A. Manusia dan Filsafat
Manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna penciptaannya dari makhluk lain.
Dengan menggunakan panca indera, manusia berusaha memahami benda-benda konkrit.
Eksistensi alam semesta tempat manusia hidup yang selalu berubah dan penuh dengan peristiwa-

6
peristiwa penting bahkan dahsyat untuk dipikirkan dan direnungkan. Kadang-kadang manusia
tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung
memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya.
Manusia mengupayakan eksistensinya untuk hadir di alam dalam berpikir agar apa yang
dilihatnya dapat dipahami makna kehadiran sesuatu di luar dirinya. Berpikir adalah hasil kerja
pikiran. Pikiran manusia dalam proses-proses pikirannya selalu nampak misterius dan
menakjubkannya seperti alam semesta sendiri, sehingga manusia terdorong memikirkannya secara
mendalam.
Seperti halnya, proses berpikir dapat dilakukan manusia denga mengarahkan
pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya benda-benda angkasa mengambang dan
bersemayam di langit-langit.
Dengan menangkap kesan indera lalu dipadukan dengan analisis radio manusia mulai sadar
bahwa pengertiannya melalui kesan indera itu belum memuaskan. Manusia berpikir dan berpikir
sepanjang masa dan sepanjang jaman tentang hakikat dirinya dan alam semesta. Masing-masing
dunia ini memerlukan pendekatan yang berbeda-beda sebab wujud dan sifat realitas yang akan
ditafsirkan berbeda secara mendasar dan kualitatif.
Filsafat sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang timbul di dalam
keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Sebelum ada ilmu, filsafat merupakan lapangan utama
pemikiran dan penyelidikan manusia. Filsafat mendahului ilmu pengetahuan. Demikian pula
kesimpulan-kesimpulan filsafat yang bersifat hakiki, menyebabkan kedudukan filsafat dianggap
lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan. Karena itulah filsafat dipandang sebagai induk ilmu
pengetahuan atau yang melahirkan ilmu pengetahuan. Bahkan karena kedudukannya yang tinggi
itu, filsafat disebut ratu ilmu pengetahuan (Queen Knowledge).
B. Filsafat dan Teori Pendidikan
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, secara lebih rinci dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan
oleh para ahli pendidikan dalam memecahakan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Denga kata lain, teori-
teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag dianutnya.

7
2. Filsafat, juga berfungsi memberika arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh
para ahlinya, yang berdasarkan dan menuntut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata. Disinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam
memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan
tersebut, yang sesuai dan relevan dalam kebutuhan, tujuan, dan pandangan hidup masyarakat.
3. Filsafat, termasukjuga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk
dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik.
C. Hubungan Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan
1. Kedudukan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena
filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia di bidang pemikiran untuk
mencapai kebenaran atau pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu dasarnya dari filsafat, dengan rincian
antara lain :

a. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai problem dan objek.


b. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan dengan
dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
c. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus digunakan dalam tiap-tiap
ilmu pengetahuan.
d. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
oleh filsafat.
e. Filsafat juga memberikan metode atau cara kerja kepada tiap ilmu pengetahuan.
2. Kedudukan Filsafat Dalam Kehidupan Manusia
a. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
b. Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia.

B. PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA, MASYARAKAT,


PENDIDIKAN DAN NILAI.

8
Pancasila merupakan dasar dari pembentukan Negara Indonesia sebagaimana yang
dikemukakan oleh bung Karno di dalam lahirnya Pancasila.Setiap Negara mempunyai dasar atau
ideologinya.Fungsi dari suatu dari ideology atau dogama yaitu serangkaian nilai-nilai yang
dijadikan pegangan oleh setiap warga Negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam suatu
organisasi Negara Republik Indonesia.Sebagai ideology,Pancasila sebagai dasar Negara.Oleh
sebab itu , setiap warga Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai tersebut dan secara
kolekti ingin mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.
1.Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan
Negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan
berkembang , baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau social.
Selanjutnya Paulus Wahana (dalam Tilaar.2002:191) mengemukakan gambaran manusia
Pancasila sebagai berikut;
a. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat
melaksanakan sila-sila yang tercantum dalam Pancasila.
b. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki
kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
c. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan
sikapnya dalam hubungannya dengan Penciptanya.
d. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan sikapnya
terhadap hubungannya dengan Penciptanya.
e. manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
f. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran
harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia.
g. Sila persatuan Indonesia berarti manusia Indonesia adalah makhluk social yang berada
didalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusa Indonesia yang lainnya.

h. Selanjutnya manusia Indonesia haruslah dapat hidup bersama,menghargai satu dengan


yang lain dan tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.

9
I. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama
dengan manusia Indonesia yang lain.
j. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai,memeliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan
kehidupannya.
k. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntu saling memiliki kewajiban menghargai
orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan tarag kehidupan yang
lebih baik.
Dari penjelasan di atas dan disimak dari nilai-nilai luhur yang dikandung Pancasila,dapat
disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab
terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat (social)
Indonesia.Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk
bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.Berikut ini digambarkan Profil manusia Indonesia
era millennium Ketiga (Tilaar.2002:199), jelasnya digambarkan seperti matriks berikut ini;

2.Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat


Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha
Esa,Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,Persatuan Indonesia,Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikam kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan,serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.akan terwujud sesuai dengan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai.karena
itu nilai-nilai luhur Pancasila tidak pernah tertinggal oleh perkembangan dan kemajuan nilai-
nilai itulah sebagai ciri kepribadian masyarakat-bangsa dan negara Indonesia.
Akuntasi nilai filsafat Pancasila dalam membangun diformulasikan dalam konsep
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Di atas dalam penjelasan hakekat masyarakat telah di jelaskan bahwa masyarakat bangsa
dan negara Indonesia menuju masyarakat madani yang aman , damai,sejahtera,terbuka serta
toleran,adil dan makmur.Berarti masyarakat Indonesia berkembang dengan tetap memperhatikan
dan menghargai masing-masing budaya etnis yang ada di dalam masyarakat,masing-masing
budaya etnis yang ada di dalam masyarakat , masing-masing budaya etnis yang ada di
masyarakat mendapakatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkembang.

10
3.Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan
Dalam undang-undang sistem pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembakan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat , bangsa dan negara.
Pendidikan berlangsung di keluarga,di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
4.Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai
Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional
sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.Pancasila
sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa,dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia.Menurut
kaelan,2000 (dalam surajiyo 2008,161) menjelaskan bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan
dari sila-silanya merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi
pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi.Oleh karena itu,sila-sila dalam Pancasila
menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek,seperti berikut ini:
a. Sila ketuhanan Yang Maha Esa; Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan
sebagai pusatnya,melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang di olahnya.
b. Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab; Sila ini menekankan bahwa pembangunan dan
pelaksanaan pendidikan harus menjaga keseimbangan antar daerah , keberadaan masyarakat dan
warga negara,letak dan jarak atau geografis sehingga dapat tercapai berdiri sama tinggi duduk
sama rendah,dan bahu membahu membangun bangsa ini.
c. Sila Persatuan Indonesia,Sila ini memberikan kesadaran bagi bangsa Indonesia bahwa
rasa nasionalisme merupakan modal dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila kerakyatan yanf dipimpin oleh Hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan:mendasari bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk
mengembangkan dirinya sesuai dengan potensinya, masing masing warga negara menghormati
kebebasan berkarya demi kemajuan dan perkembangan bangsa yang berdasarkan Pancasila
e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:Sila ini mengandung nilai bahwa
manusia Indonesia harus menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya

11
sendiri,manusia dengan Tuhan,Manusia dengan manusia lain,manusia dengan masyarakat bangsa
dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi
pembangunan bangsa Indonesia.Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam indentifikasi diri
sebagai bangsa,sebagai landasan,arah,dan etos,serta sebagai moral pembangunan Nasional.

C.Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional.


Tatacara bernegara di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yang selama ini belum pernah
mengalami amandemen,kecuali setelah bergulir reformasi tahun 1998.Kendatipun amandemen
keempat telah rampung bulan agustus 2002 , namun Pembukaan Uud 1945 masih tetap , tidak
diamandemen ,dan alinea keempat menyebutkan antara lain:”... untuk membentuk suatu
Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan
bangsa,dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian
abadi dan keadilan sosial,...”
Dengan tidak adanya perubahan terhadap pembukaan Uud 1945, menunjukan bangwa
bangsa Indonesia tetap memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan upaya sebagai langkah
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mengankat harkat dan martabat bangsa Indonesia
di mata dunia internasional.Lebih lanjut sebagai acuan penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional,UUD 1945 pasal 31 yang baru sebagai hasil amandemen Agustus 2002 menjadi :
1. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
2. Pemerintah mengusahakan menyelanggarakan suatu sistem pendidikan nasional;yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa,yanf diatur dengan undang-undang;
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan Nasional;

12
Sumber: FILSAFAT PENDIDIKAN
1. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa
Pancasila adalah :
1. Jiwa seluruh rakyat Indonesia
2. Kepribadian bangsa Indonesia
3. Pandangan bangsa Indonesia
4. Dasar negara Indonesia
5. Tujuan hidup bangsa Indonesia
6. Kebudayaan yang mengajarkan banhwa hidup manusia akan mencapai puncak
kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia
secara pribadi, sebagai makhluk sosial dalam hubungan masyarakat, alam dan Tuhannya à
mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Pancasila harus dipahami, dihayati dan
diamalkan dalam kehidupan à sehingga mempunyai nilai dan arti bagi kehidupan bangsa
Pancasila yang dimaksud: Yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 terdiri dari 5 sila,
penjabarannya sebanyak 36 butir yang saling berhubungan menjadi satu kesatuan.
Sangatlah wajar kalu Pancasila dikatakan sebagai filsafat hiup bangsa karena menurut
Muhammad Noor Syam (1983: 346), nilai-nilai dasar dalam sosio budaya Indonesia hidup dan
berkembang sejak awal peradabannya, yang meliputi:
1. Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana.
2. Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan kodrat terbentuknya
masyarakat dan sinambungnya generasi.
3. Kesadaran musyaawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama.
4. Kesadaran gotong royong, tolong-menolong.
5. Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan dan kebersamaan,
hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam kebersamaan.
Itulah yang termaktub dalam Pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan begitu, pada dasarnya
masyarakat Indonesia telah melaksanakan Pancasila, walaupun sifatnya masih merupakan
kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut sudah beradab lamanya
mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena itu Pancasila dijadikan sebagai falsafah
hidup bangsa.

13
1. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional
Pendidikan di Indonesia berkembang secara dinamis dari zaman kemerdekaan 17 Agustus 1945
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Dalam UUD 1945
pasal 31 ayat 2: pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem
pengajaran nasional à hal ini dimaksudkan agar pendidikan dapat menjamin perkembangan dan
kelangsungan kehidupan bangsa. Sejarah yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai asas
pendidikan nasional:
Menurut Aris Toteles, tujuan pendidikan sama dengan tujuan didirikannya suatu negara (Rapar,
1988:40)à begitu juga Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ingin menciptakan
manusia pancasila Th 1959 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan agar arah pendidikan tidak
menuju pembentukan manusia liberal yang dianggap sangat bertentangan dengan jiwa dan
semangat bangsa Indonesia (Depdikbud,1993. Atas instruksi menteri Pengajaran dan Budaya
(PM) Prof.Dr. Priyono yang dikenal dengan nama “Sapta Usaha Tama dan Pancawardhana”
yang isinya antara lain bahwa Pancasila merupakan asas pendidikan nasional (Supardo,
1960:431).
Jika pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang dianut,
karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas
Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan nasional dan hasrat luhur rakyat
Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila.
Cita dan karsa itu dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai
oleh suatu keyakinan, dan pandangan hidup Pancasila. Inilah alasan mengapa filsafat pendidikan
Pancasila merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan Pancasila adalah
subsistem dari sistem negara Pancasila. Dengan kata lain, sistem negara Pancasila wajar
tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat.
Dengan demikian, jelaslah tidak mungkin Sistem Pendidikan Nasional dijiwai dan didasari oleh
sistem filsafat pendidikan yang selain Pancasila. Hal ini tercermin dalam tujuan Pendidikan
Nasional yang termuat dalam UU No. 2 Tahun 1989 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yakni: pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan
jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan.

14
3. Hubungan Pancasila dengan Sistem pendidikan ditinjau dari Filsafat Pendidikan
Pancasila adalah dasar negara Indonesia di mana fungsi utamanya sebagi pandangan hidup dan
kepribadian bangsa (Dardodiharjo, 1988: 17). Memegang fungsi dalam hidup dan kehidupan
bangsa dan negara Indonesia, Pancasila tidak saja sebagai dasar negara RI, tapi juga alat
pemersatu bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sumber ilmu pengetahuan di
Indonesia (Azis, 1984: 70). Sehingga dapat kita ketahui bahwa Pancasila merupakan dasar
negara yang membedakannya dengan bangsa yang lain.
Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran
sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang kependidikan.
Bila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan,
maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-
silanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan
pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila itu dapat
dilaksanakan. Dalam hal ini, tentunya pendidikanlah yang berperan utama.

4. Filsafat Pendidikan Pancasila ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi


a. Ontologi
Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada. Menurut
Muhammad Noor Syam (1984: 24), ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika,
sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti hakikat sesuatu. Manusia
dalam interaksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti
apakah sesungguhnya realita yang ada itu. Jadi, ontologi adalah cabang dari filsafat yang
persoalan pokoknya apakah kenyataan atau realita itu. Rumusan-rumusan tersebut identik
dengan membicarakan tentang hakikat ada. Hakikat ada dapat berarti segala sesuatu yang ada,
menunujuk kepada hal umum (abstrak umum universal). (Sutrisno, 1984: 82).Dalam
kenyataanya, Pancasila dapat dilihat dari penghayatan dan pengamalan kehidupan sehari-hari.
Dan bila dijabarkan menurut sila-sila dari Pancasila itu adalah sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Di dalam sistem Pendidikan Nasional dijelaskan
bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia

15
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan sila pertama ini, kita diharapkan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang juga merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Manusia yang ada di muka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang
diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai hamba Allah
(Darmodiharjo, 1988: 40)
Pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial budaya dalam menuntut ilmu.
Setiap manusia mempunyaai kebebasan dalam hal menuntut ilmu, mendapat perlakuan yang
sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang. Dan oleh karena yang dibangun adalah masyarakat
Pancasila, maka pendidikan harus dijiwai Pancasila sehingga akan melahirkan masyarakat yang
susila, bertanggung jawab, adil dan makmur, baik spiritual maupun materiil dan berjiwa
Pancasila. Dengan demikian, sekolah harus mencerminkan sila-sila dari Pancasila.
c. Sila Persatuan Indonesia
Persatuan merupakan kunci kemenangan. Dengan persatuan yang kuat kita dapat menikmati
alam kemerdekaan. Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam belajar. ini berarti, bahwa
semua golongan dapat menerima pendidikan, baik dari golongan rendah maupun golongan yang
tinggi, tergantung kepada kemampuannya untuk berpikir, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat
1.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
PermusyawaratanPerwakilan
Sila keempat ini sering dikaitkan dengan kehidupan berdemokrasi. Dalam hal ini, demokrasi
sering juga diartikan sebagai kekuasaan ada di tangan rakyat. sebagai contoh, dalam memilih
seorang pemimpin di desa, lembaga untuk menyalurkan kehendak untuk kepentingan bersama
melalui musyawarah (Djamal, 1986: 82). Bila dilihat dari dunia pendidikan, maka hal ini sangat
relevan, karena menghargai pendapat orang lain demi kemajuan. Di samping itu, juga sesuai
dengan UUD 1945 Pasal 28 yang menyatakan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, baik
secara lisan maupun tulisan. Jadi, dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-ide dari
orang lain demi kemajuan pendidikan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Rakyat Indonesia

16
Setiap bangsa di dunia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Keadilan
ini meliputi kebutuhan di bidang materiil dan di bidang spiritual yang didasarkan pada asas
kekeluargaan.
b. Epistemologi
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda. Epistemologi yang
diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan,
batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Dengan filsafat, kita dapat menentukan tujuan-
tujuan yang akan dicapai demi peningkatan ketenangan dan kesejahteraan hidup, pergaulan dan
berwarga negara. Untuk itu, bangsa Indonesia telah menemukan filsafat Pancasila.
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui akal atau
panca indra dan dari ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia lahir tidak secara mendadak,
tetapi melalui proses panjang yang dimatangkan dengan perjuangan. Pancasila digali dari bumi
Indonesia yang merupakan dasar negara, pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, tujuan
atau arah untuk mencapai cita-cita dan perjanjian luhur rakyat Indonesia (Widjaya, 1985:176-
177). Dalam rangka pikiran seperti ini, maka cita-cita telah merupakan ideologi (lihat Deliar
Noer, 1983: 25).
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kepribadian manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu atas
eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu ruang dan waktu “tidak ada” apa-
apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri). Pancasila adalah ilmu yang diperoleh melalui
perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan mempunyai ilmu moral, diharapkan tidak ada
lagi kekerasan dan kesewenang-wenangan manusia terhadap yang lainnya.
3) Sila Persatuan Indonesia
Proses terbangunnya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau produk
hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar denga faktor kondisi lingkungan yang memadai
akan membentuk pengetahuan.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dala
Permusyawaratan Perwakilan
Manusia diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi ini untuk memakmurkan umat
manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk memimpin dengan bijaksana. Dalam

17
sistem pendidikan nasional, pendidikan memang mempunyai peranan yang besar, tetapi itu tidak
menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk manusia Indonesia
seutuhnya. Jadi, dalam hal ini diperlukan suatu ilmu keguruan untuk mencapai guru yang ideal,
guru yang kompeten. Setiap manusia bebas mengeluarkan pendapat dengan melalui lembaga
penidikan. Setiap ada permasalahan diselesaikan dengan jalan musyawarah, agar mendapat kata
mufakat.
5) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai karya budaya umat
manusia merupakan martabat kepribadian manusia (IKIP Malang, 1983: 63). Dalam arti luas,
adil di atas dimaksudkan seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal ini didapatkan
melalui pendidikan, baik itu informal, formal dan non formal. Dalam sistem pendidikan nasional
yang intinya mempunyai tujuan yang mengejar Iptek dan Imtaq. Di bidang sosial, dapat dilihat
pada suatu badan yang mengkoordidir dalam hal mengentaskan kemiskinan, di mana hal ini
sesuai dengan butir-butir Pancasila. Kita harus menghormati dan menghargai hasil karya orang
lain, hemat yang berarti pengeluaran sesuai dengan kebutuhan.
c. Aksiologi
Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai tidak akan timbul
karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Jadi,
masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan mempunyai nilai, apabila berguna, benar
(logis), bermoral dan etis. Dengan demikian, dapat pula dibedakan nilai materiil dan spiritual.
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memiliki nilai-nilai: Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Nilai ideal, materiil, spiritual dan nilai
positif dan juga nilai logis, estetika, etis, sosial dan religius. Dengan demikian Pancasila syarat
akan nilai.
1) Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam ajaran Islam. Di setiap kita
mengucapkan kalimah Allah, baik itu dalam shalat, menikahkan orang, dikumandangkan adzan,
para dai mula-mula menyiarkan Islam dengan menanamkan keimanan. Pendidikan, sejak tingkat
kanak-kanak sampai perguruan tinggi, diberikan pelajaran agama dan hal ini merupakan sub-
sistem pendidikan nasional.
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

18
Dalam kehidupan umat Islam, setiap Muslim yang datang ke masjid untuk shalat berjamaah
berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras dan kedudukan. Di mata Allah
sama, kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian kecil contoh dari nilai-nilai Pancasila yang
ada dalam kehidupan umat Islam.
3) Sila Persatuan Indonesia
Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan,mengajarkan
untuk taat kepada pemimpin. Memang Indonesia adalah negara Pancasila, bukan negara yang
berdasarkan satu agama. Meskipun demikian demikian, warga negara kita tidak lepas dari
pembinaan dan bimbingan kehidupan beragama untuk terwujudnya kehidupan beragama yang
rukun dan damai.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Jauh sebelum Islam datang, di Indonesia sudah ada sikap gotong-royong di musyawarah. Dengan
datangnya Islam, sikap ini lebih diperkuat lagi dengan datangnya al-Qur’an.
5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu seimbang
antara ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah sub-sistem dari sistem
pendidikan nasional.

2.3 Penilaian Terhadap Buku.


Perbandingan antara kedua buku

1.Kelemahan Buku.
Buku Filsafat Pendidikan dari Edward Purba memiliki cover buku yang berwarna cerah
tetapi sederhana,yang membuat rasa ingin tahu pembaca buku tertarik untuk melihat dan
membacanya,Sedangkan Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin memiliki cover buku yang berwarna
kusam yang membuat daya tarik pembaca yang baru pertama melihatnya Buku dari
Prof.Dr.H.Jalaluddin mengurangi minat orang yang pertama melihat bukunya.
Buku dari Edward Purba sedikit member latihan di akhir pembahasan sehingga sedikit
sulit untuk memahami isi nya jika tidak ada Dosen Pembimbing,Buku dari Jalaluddin memberi

19
banyak latihan sehingga membuat pembacanya lebih mengerti dari tiap-tiap materi yang
diberikan.
2.Kelebihan Buku.
Buku Edward Purba sangat detail dan banyak memberikan contoh-contoh dari materi yang
di bahas ,misalnya di awal materi Buku Edward Purba member Standar Kompetensi,Kompetensi
dasar ,dan indikator,agar mahasiswa tau inti dari materi yang di jelaskan.
Buku Edward Purba tidak terlalu menonjolkan ilmu Filsafat dalam materi yang terlalu
keagamaan,Sedangkan buku dari Jalaluddin terlalu menonjolkan keagamaan dari agama tertentu
dari sebagian besar materi yang ia berikan,hal ini akan menimbulkan rasa dari pembaca yang
berbeda agama malas untuk lanjut membacanya,Karena Terkadang sebagian orang tidak suka
untuk mempelajari apa yang diajarkan agama lain.

3.Perbedaan kedua Buku.


Buku filsafat dari Edward Purba mempunyai tampilan yang lebih menarik,yang membuat rasa
penasaran dari calon pembaca.
Kedua buku memberi materi yang mudah untuk dipahami pembacanya,akan tetapi buku
Jalaluddin lebih banyak memberikan latihan –latihan daripada buku Edward Purba,akan tetapi
Buku dari Edward Purba memberi materi dengan sangat detail dan banyak contoh-contoh materi
yang membuat pembaca lebih mudah untuk memahaminya.

20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
Bahwa filsafat pendidikan adalah aktivittas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat
sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan, dan
menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Filsafat pendidikan mempunyai tiga
cabang utama yaitu ontologi, espistomologi, dan aksiologi. Filsafat penddikan memiliki ruang
lingkup maupun tujuannya. Praktek pelaksanaan pendidikan harus berlandaskan nilai dan budaya
jangan mengarah pada terbentuknya pengelompokkan praktek hidup dan kehidupan masyarakat.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian fondasi-
fondasi pendidikan dan filsafat pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu
sistem pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha –
usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem
pendidikan.

Saran.
Menurut saya, cover buku sangatlah penting untuk menarik minat calon pembaca,ketika
calon pembaca kurang suka membaca buku, hal utama yang dilihat pembaca yang malas adalah
tampilan buku. Karna akan percuma jika isi buku itu sangat lengkap tapi daya tarik untuk
menimbulkan minat pembaca untuk membaca buku tersebut kurang ,pembaca yang malas tidak
akan membaca buku yang tampilannya kurang bagus, dan lebih memilih membaca buku dengan
tampilan bagus walaupun isi dari buku tersebut kurang lengkap.

21
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan : Unimed Press.
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2014. Filsafat Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada.

22

Anda mungkin juga menyukai