Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan ) kronik saluran napas yang
ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak didada yang berulang
dan timbulterutama pada malam hari atau menjelang pagi akibat
penyumbatan saluran pernapasan (GINA (global initiative for asthma) 2011).
Berdasarkan atas pengertian asma seperti itu maka untuk manifestasi
serangan asma harus ada pencetus dan ada dasar hiperreaktivitas dari bronkus
serangan asma dapat berupa sesak nafas espiratoir yang paroksimal berulang-
ulang dengan mengi (wheezing) dan batuk yang akibat konstriksi atau spasme
otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus, dan produksi lendir kental yang
berlebihan. Asma merupakan penyakit keturunan.
Kira- kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Di
indonesia belum ada penyelidikan yang menyeluruh tetapi diperkirakan
berkisar antara 5-10%.Dipoloklinik sebagian paru anak FKUI/RSCM Jakarta
lebih dari 50% kunjungan merupakan pasien asma.
Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013 mendapatkan angka
prevalensi penyakit asma pada semua umur di Indonesia adalah 4,5% dengan
prevalensi tertinggi disulawesi tengah (7,8%). Sementara itu, angka kejadian
asma disumatera barat sebesar 2,7%. Kejadian asma terbanyak pada kelompok
umur 25-34 tahun, dan mulai menurun pada >45 tahun.
Penyebab asma belum jelas. Di duga yang memegang peranan utama
ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus ( hiperreaktivitas bronkus),
yang belum diketahui penyebabnya. Di duga karena adanya hambatan dari
sistem adrenergic, kurangnya enzim adenilsiklase dan meningginya tonus
system parasimpatik, sehingga mudah terjadinya kelebihan tonus
parasimpatik kalau ada rangsangan yang menyebabkan terjadinya spasme
bronkus.Banyak faktor yang ikut menentukan derajat reaktifitas atau
iritabilitas tersebut diantaranya faktor genetik, biokimiawi, saraf autonom,
imunologis, infeksi, endokrin, faktor psikologis.Oleh karena itu asma disebut
penyakit yang multifaktoral (Ngastiyah, 1997)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari asma ?
2. Apa saja anatomi dan fisiologi dari asma ?
3. Apa saja etiologi asma ?
4. Bagaimana patofisiolgi asma ?
5. Apa saja manifestasi klinis dari asma ?
6. Apa saja klasifikasi yang terdapat pada asma ?
7. Bagaimana prenatalaksanaan pada asma ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada asma ?
9. Apa saja komplikasi pada asma ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita asma ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian asma
2. Untuk mengetahui apa saja anatomi dan fisiologi dari asma
3. Untuk mengetahui apa saja etiologi pada asma
4. Untuk mengetahui patofisiologi pada asma
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada asma
6. Untuk mengetahui klasifikasi yang ada pada asma
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada asma
8. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada asma
9. Untuk mengetahui apa saja komplikasi pada asma
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada penderita asma
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.Pengertian
Istilah asma berasal dari kata “Ashtma” yang diambil dari bahasa
yunani yang berarti “ sukar bernapas “ penyakit asma merupakan proses
inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan
elemennyaproses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan
menjadi hiperensponsitif, sehingga memudahkan terjadinya
bronkokonstriksi,edema,dan hipersekresis kelenjar, yang menghasilkan
pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi klinik
yang bersifat periodik berupa mengi, sesak napas, batuk-batuk terutama
pada malam hari atau dini hari ( GINA(Global Initiative fot Ashtma)2011).
Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran
napas-saluran kecil yang mengalirkan udara masuk ked an keluar paru-
paru. Di tandai oleh adanya 3 kelainan yakni konstriksi otot bronkus.
Inflamasi mukosa, dan pertambahnya secret dijalan napas.Pada stadium
permulaan serangan terlihat mukosa pucat, terdapat edema dan sekresi
bertambah.Lumen bronkus menyempit akibat spasme.Terlihat kongesti
pembuluh darah, infiltrasi kosinofil dalam secret didalam lumen saluran
napas. Jika serangan sering terjadi dan lama atau menahun akan terlihat
deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran hialin basal.
hyperplasia serat elastin, Juga hyperplasia dan hipertrofi otot bronkus.
Selain itu pada serangan asma yang berat atau pada asma yang menahun
terdapat penyumbatan bronkus oleh mucus yang kental.

2.2.Anatomi dan Fisiologi Asma


a. Hidung
Ketika udara masuk ke rongga hidung udara tersebut disaring,
dihangatkan dilembabkan. Partikel-partikel yang kasar disaring oleh
rambut-rambut yang terdapat oleh hidung, sedangkan partikel halus
akan dijerat dalam lapisan mukosa, gerakan silia mendorong lapisan
mucus ke posterior di dalam rongga hidung dan ke superior didalam
saluran pernapasan bagian bawah.

b. Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan


makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher.
c. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang
terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda ( huruf C). sel-sel bersilia gunannya untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan
udara pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan
kanan disebut karina.
d. Bronkus

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi 2 bagian, yaitu bronkus


kanan dan bronkus kiri struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan
trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada
bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari
lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang menjadi bronkiolus.

2.3 Etiologi
Telah dikemukakan bahwa serangan asma timbul bila ada faktor
pencetus; dan berbagai pencetus tersebut ialah:
1. Allergen
Faktor alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian
besar anak dengan asma.Disamping itu hiperreaktivitas saluran
napas juga merupakan faktor yang penting.bila tingkat
hiperreaktivitas bronkus tinggi, diperlukan jumlah allergen
yang sedikit dan sebaliknya jika hiperreaktivitas rendah
diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk
menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intensitas hubungan
dengan bahan allergen berhubungan dengan umur.Bayi dan
anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih/ bulu binatang, spora jamur yang
terdapat dirumah.dengan bertambahnya umur makin banyak
jenis allergen pencetusnya.
2. Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak.Virus
yang menyebabkan ialah respiratory syncytial viru (RSV) dan
virus parainfluenza.Kadang-kadang karena bakteri misalnya
pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya aspergillus dan
parasitsepertinya askaris.
3. Iritan
Hairspray, minyak wangi, obat semprot nyamuk, asap
rokok, bau tajam dari O2SO2, dan polutan udara lainnya dapat
memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuk sendiri dapat
menimbulkan reflex bronkokonstruksi.
4. Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin, dan
kelembapan udara dihubungkan dengan percepatan dan
terjadinya serangan asma.
5. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat misalnya berlari atau naik sepeda
dapat memicu serangan asma.Bahkan tertawa dan menangis
berlebihan juga dapat menjadi pencetus pasien dengan faal paru
dibawah optimal amal rentan terhadap kegiatan jasmani.
6. Infeksi saluran napas
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronik
dapat memudahkannya terjadinya asma pada anak.
(Rachelesfky dkk, 1978 ). Rhintis alergika dapat memberatkan
asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
7. Faktor psikis
Factor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh
diabaikan dan sangat kompleks. Tidak adanya perhatian / tidak
mau mengakui persoalan yang berhubungan dengan asma oleh
anak sendiri/kepada keluarganya akan menggagalkan usaha
pencegahan. Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai
pencetus bersamaan.Misalnya pada anak dengan pencetus
allergen sering disertai pencetus non-alergen yang dapat
mempercepat dan memperburuk serangan. Factor pencetus
adalah allergen dan infeksi ; diduga infeksi virus memperkuat
reaksi pencetus alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang
anak setelah mendapat infeksi virus pada saluran napas atau
kemudian berlari-lari pada waktu udara dingin.
.
2.4 Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan
psikologis keduaa factor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi oto-
otot polos, meningkatnya secret abnormal mucus pada bronkiolus dan adanya
kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mucus jalan nafas, sehingga
terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara pada jalan nafas
maka akan menimbulkan gangguan seperti ventilasi (hipoventilasi), distribusi
ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di
tingkat alveoli.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya asma sehingga belum ada
pathogenesis yang dapat menerangkan semua pertemuan pada penyelidikan
asma.Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patogenesis asma ialah
sel mast.Sel mast dapat terangsang berbagai pencetus misalnya allergen, infeksi
dan lain-lain. Sel mast ini akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan
berbagai mediator misalnya histamin, bradikinin, dan enzim paroksidase.Untuk
dapat memberikan pengobatan yang tepat pasien perlu dilakukan beberapa macam
pemeriksaan lebih dahulu mengingat adanya berbagai factor sebagai penyebab.
Karena adanya hiperreaktivitas trakea dan bronkus yang berlebihan maka
diperlukan berbagai pemeriksaan.
Ada beberapa pembagian asma pada anak, diantaranya adalah :
1. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Serangan umumnya
dicetuskan oleh infeksi virus saluran napas bagian atas.Banyaknya
serangan 3-4 kali dalam 1 tahun.lamanya serangan dapat beberapa hari,
jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul pada malam
hari.Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya
berlangsung 10-14 hari.
2. Asma episodik sering
Serangan pertama terjadi pada umur sebelum3 tahun.Pada permulaan,
serangan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut.Pada umur 5-6
tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua
menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya allergen, aktivitas
fisik dan stress.
3. Asma kronik atau persisten
Pada 25% serangan pertama terjadi umur 6 bulan. 75% sebelum umur 3
tahun. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksisaluran
napas yang persisten dan hamper selalu terdapat menegi setiap hari:
malam hari terganggu oleh batuk daan mengi. Aktivitas fisik sering
menyebabkan mengi.Dari waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan
sering memerlukan perawatan dirumah sakit.
Kelainan yang di dapatkan ialah :
1. Otot bronkus akan spasme (terjadinya penyempitan)
2. Selaput lendir bronkus edema
3. Produksi lendir makin banyak lengket dan kental sehingga ketiga hal
tersebut menyebabkan saluran lubang bronkus menjadi sempit dan anak
akan batuk bahkan dapat sampai sesak napas serangan demikian dapat
hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat ( Ngastiyah, 1997 ).

2.5 Manifestasi klinis


Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dipsnea, dan wheezing.
Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang
sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu
serangan tampak penderita bernapas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan
tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernapasan bekerja
dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita Asma yaitu :
1. Tingkat I
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. Timbul bila ada factor pencetus baik dapat alamiah maupun dengan
test provokasi bronkial dilaboratorium.
2. Tingkat II
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan napas.
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
a. Tanpa keluhan
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
napas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4. Tingkat IV
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi
jalan nafas.
5. Tingkat V
a. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas
yang reversible.
b. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : kontraksi otot-
otot pernapasan, simbiosis, gnagguan kesadaran, penderita tampak
letih, trakikardi.
2.6 Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma berdasarkan GINA 2014 :
1. Lebih dari satu gejala berikut : mengi, sesak napas, dada terasa berat,
terutama pada orang dewasa.
2. Gejala sering memburuk malam hari atau menjelang pagi.
3. Gejala bervariasi dari waktu ke waktu dan intensitasnya.
4. Ada factor pencetus.
Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernapasan, latihan fisik, emosi
dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus
terjadinya serangan asma.

2.7 Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronchial :
1. Menghilangkan obstruksi jalan napas
2. Mengenal dan menghindari factor yang dapat menimbulkan
serangan asma.
3. Member penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan Asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti :
1. Beta agonist ( beta adrenergic agent)
2. Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3. Anti kolinergik ( bronchodilator)
4. Kortikostiroid
5. Mast cell inhibitor (lewat inhalasi )
b.Tindakan yang pesifik tergantung dari penyakitnya,
misalnya :
1. Oksigen 4-6 liter/menit
2. Agonis B2 (salbutamol 5mg atau veneteror 2,5 mg
atau terbulatin 10mg) inhalasi nebulezer dan
pemberiannya dapat diulang setiap 30menit – 1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbulatin 0,25 mg
dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.
3. Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah
menggunakan obat ini dalam 12 jam.
4. Kortikostiroid hidrokortison 100-200 mg itu jika
tidak ada respon segera atau klien sedang
menggunakan steroid oral atau dalam serangan
sangatt berat.

2.8 Pemeriksaan penunjang


a. Tes diagnostik
1) Foto thoraks
Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal-hal yang ikut
memperburuk atau komplikasi asma akut yang perlu juga
mendapat penanganan seperti atelektasis, pneumonia,dan
pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran
radiologis thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi,
pelebaran ruang interkostal dan diafragmayang menurun .
2) EKG
Elektrokardiografi (EKG) : Tanda- tanda abnormalitas sementara dan
refersible setelah terjadi perbaikan klinis adalah gelombang P
meninggi ( P pulmonal ), trakikardi dengan atau tanpa aritmea
supraventrikel, tanda-tanda hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi
aksis ke kanan.
3) Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya
proses patologik diparu atau komplikasi asma seperti,
pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain-lain.
b. Tes laboratorium
1. Analisa gas darah dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan
manuever fungsi pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan,
atau bila pasien tidak berespon terhadap tindakan.
2. Sputum
Adanya badan korela adalah karakteristik untuk serangan Asma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi
darin adema mukasa, sehingga terlepaslah dari sel-sel epitel dari
pelekatannya.pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri,
diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
3. Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit 15.000 terjadi karena adanya infeksi.SGOT dan SGPT
meningkat disebabkan karena kerusakan hati akibat hipoksia atau
hiperkapnea.
4. Sel eosinofil
Pada penderita status asma sel eosinofil dapat mencapai 1000=1500/mm3
baik asma intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil
normal antara 100-200/mm3.Perbaikan fungsi paru disertai penurunan
hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.

2.9 Komplikasi Asma


1. Pneumonia
Adalah infeksi yang melibatkan peradangan pada kantong-kantong udara
di salah satu udara atau kedua paru-paru.
2. Pneumothoraks
Adalah pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura,yang berada
antara paru-paru dan thoraks.
1. Refactory Asthma
Adalah kondisi dimana ashma tidak dapat terkontrol walaupun
penggunaan terapi yang kurang maksimal.
2. Asmatikus
Adalah kondisi dimana serangan asma berat yang tidak merespon
terhadap pengobatan.
Tanda dan gejala pada asmatikus yaitu :
1. Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheezing.
2. Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan.
3. Sianosis, trakikardi, gelisah,pulsus paradoksus
4. Fase ekspirium memanjang disertai wheezing ( diapeks dan hilus )
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
1. Identitas klien
Nama pasien
Umur : biasanya terjadi pada anak umur 3-8 tahun
Jenis kelamin : terjadi pada laki-laki atau perempuan
Agama, alamat dan lain lain.
2. Keluhan utama
Klien mengatakan sesak napas
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan asma datang dengan keluhan sesak nafas hebat dan di
ikuti wheezing, penggunaan otot bantu napas, kelelahan, gangguan
kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit yang sama pada sebelumnya
5. Riwayat penyakit keluarga
Ada keluarga klien yang memiliki penyakit asma sebelumnya

a. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala pasien,
lingkar kepala. Pada asma tidak ditemukan masalah pada saat
dilakukan pemeriksaan kepala.
2. Mata
Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati kelopak
mata terhadap penetapan yang tepat, periksa alis mata terhadap
kesimetrisan dan pertumbuhan rambutnya, amati distribusidan kondisi
bulu matanya, bentuk serta amati ukuran iris apakah ada peradangan
atau tidak, kaji adanya oedema pada mata.
3. Hidung
Amati pasien, apakahpasien menggunakan nafas cuping hidung
4. Mulut
Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakan, lesi, periksa gusi lidah, dan palatum terhadap
kelembaban,keutuhan dan perdarahan, amati adanya bau, periksa lidah
terhadap gerakan dan bentuk, periksa gigi terhadap jumlah, jenis
keadaan, inspeksi faring menggunakan spatel lidah. Biasanya
ditemukan pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya
kemerahan.
5. Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga, amati penonjolan atau
pendataran telinga, periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak
normal, periksa saluran telinga luar terhadap hygine, rabas dan
pengelupasan. Lakukan penarikan aurikel apakah ada nyeri atau tidak
lakukan palpasi pada tulang yang menonjol dibelakang telinga untuk
mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak.
6. Leher
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh, periksa
leher terhadap pembengkakan kelenjar getah bening, lakukan palpasi
pada trakea dan kelenjar tiroid
7. Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap reaksi atau tarikan dinding dada ke
dalam, amati jalan pernafasan, amati gerakan pernapasan dan lama
inspirasi serta ekspirasi, lakukan perkusi diatas sela iga, bergerak
secara simentris atau tidak dan lakukan auskultasi lapang paru
8. Abdomen
Periksa kontur abdomen ketika sedang berbaring telentang, periksa
warna dan keadaan kulit abdomen, amati turgor kulit. Lakukan
auskultasi terhadap bising usus serta perkusi pada semua area abdomen
9. Ekstermitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan jari, apakah
terdapat sianosis pada ujung jari, adanya oedema, kaji adanya nyeri
pada ekstremitas
10. Genetalia dan anus
Kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi ukuran genetalia,
posisi, uretra, inspeksi adanya tanda-tanda pembengkakan, periksa
anus adanya robekan, hemoroid, polip.
b. Pola Aktivitas sehari hari
a. Nutrisi
- Kemampuan untuk makan karena distress pernapasan
- Penurunan berat badan
b. Aktivitas istirahat
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas
- Adanya kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitasa sehari-hari
- Tidur dalam posisi tinggi
c. Pola napas
- Napas memburuk ketika berbaring, telentanag ditempat tidur
- Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan
- Adanya bunyi napas mengi
3.2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi
mucus yang kental
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
3.3. Rencana keperawatan

NO Dx NOC NIC
1. Ketidakefektif Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji warna,
an bersihan keperawatan selama 3x24 kekentalan,
jalan napas jam diharapkan pasien dan jumlah
berhubungan dapat: sputum.
dengan sekresi Mendemonstrasikan batuk 2. Atur posisi
mucus yang efektif,tidak ada suara nafas semi fowler
kental tambahan dan wheezing. 3. Ajarkan cara
batuk efektif
4. Bantu klien
latihan nafas
dalam
Pertahankan
intake cairan
sedikitnya
2500ml/ hari
kecuali tidak
diindikasikan
2 Pola nafas Setelah dilakukan asuhan 1. Buka jalan
napas,
yang tidak keperawatan selama 3x24
gunakan
efektif jam diharapkan pasien dapat teknik chin
lift atau jaw
berhubungan :
thurstbila
dengan Mendemonstrasikan batuk perlu
2. Posisikan
penyempitan efektif dan suara nafas yang
pasien untuk
bronkus bersih, tidak ada sianosis memaksimal
kan ventilasi
dan dipsnea (mampu
3. Identifikasi
mengeluarkan sputum, pasien
perlunya
mampu bernafas dengan
pemasangan
mudah, tidak ada pursed alat jalan
napas buatan
lips)
4. Pasang mayo
bila perlu
3 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan
1. Kaji
aktivitas keperawatan selama 3x24 kemampuan
pasien untuk
berhubungan jam diharapkan pasien dapat
melakukan
dengan : aktivitas
normal
ketidakseimba Klien mampu meningkatkan
2. Awasi TD,
ngan suplai partisipasi dalam aktivitas nadi,
pernapasan
3. Berikan
lingkungan
tenang
4. Ubah posisi
klien dengan
perlahan

3.4 evaluasi
1. jalan nafas kembali efekif
d. tidak ada akumulasi sekret
e. tidak ada suara napas tambahan
2. pola nafas kembali efektif
a. tidak ada suara nafas tambahan.
b. Tidak ada bunyi dispnea.
c. TTV dalam batas normal.
3. Intoleransi Aktifas.
a. Pasien dapat beraktifitas dengan normal.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruksi intermiten
yang bersifat reversible, ditandai dengan adanya periode bronkospasme,
peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas. Di tandai oleh adanya 3 kelainan
yakni konstriksi otot bronkus. Inflamasi mukosa, dan pertambahnya secret
dijalan napas.Pada stadium permulaan serangan terlihat mukosa pucat,
terdapat edema dan sekresi bertambah.Lumen bronkus menyempit akibat
spasme.

4.2 Saran
Harapan kami semoga dengan selesainya makalah ini dapat memenuhi
kebutuhan materi bagi pasien terutama bagi keluarga pasien. Supaya bisa
mengetahui apa penyebab dari asma serta faktor alergik apa saja yang terdapat
pada asma. Maka dari itu dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit
asma maka dapat lebih mengenali cara penanganannya.
Daftar Pustaka

GINA ( Global Intiative for Ashtma )2011: Pocket Guide for Ashtma
Management and Prevension In Children .
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Jeremy P.T dkk.2002.Sistem Resoirasi edisi dua.Jakarta: Erlangga
Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta : Salemba Medika
Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson.2006.Patofisiologi Konsep Klinis
Proses- Poses Penyakit Edisi 6.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai