Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN TENTANG PENANGGULANGAN KEKURANGAN
ZAT BESI DENGAN TABLET TAMBAH DARAH (TTD) PADA REMAJA
PUTRI

Disusun oleh :
Kelompok 4
Ariefah Yolanti (I1D016007)
Jihan Lailatus Shobah (I1D016014)
Rahmi Hijriani (I1D016025)
Ni’ma Hilyatin (I1D016031)
Nourma Fadhilah Adnan (I1D016042)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
2018
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Peningkatan


Pengetahuan Penanggulangan Dismenore
Tentang Konsumsi Vitamin Dan Mineral Remaja
Putri Di Panti Asuhan Dharmo Yuwono

2. Ruang lingkup Pendidikan Gizi

3. Anggota Kelompok Nama NIM


1. Ariefah Yolanti (I1D016007)
2. Jihan Lailatus Shobah (I1D016014)
3. Rahmi Hijriani (I1D016025)
4. Ni’ma Hilyatin (I1D016031)
5. Nourma Fadhilah Adnan (I1D016042)

4. Lokasi Kegiatan Panti Asuhan Dharmo Yuwono

5. Waktu Senin, 14 Mei 2018


Pukul : 16.00 – 18.00 WIB

Purwokerto, 7 Juni 2018


Dosen

Hesti Permata Sari, S.Gz., M.Gizi


NIP. 198802112014042001
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam


kehidupan seseorang. Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan
secara biologis. Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang
wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi.Menstruasi biasanya
dimulai antara usia 10 sampai 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor,
termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi
tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami
masalah menstruasi, diantaranya nyeri haid / dismenore (Puji, 2010).
Haid atau menstruasi, merupakan peluruhan dinding rahim yang terdiri dari
darah dan jaringan tubuh. Hal ini berlangsung setiap bulan dan merupakan
suatu proses normal bagi perempuan biasa. Dengan kata lain, menstruasi adalah
suatu proses pembersihan rahim terhadap pembuluh darah, kelenjar-kelenjar
dan sel-sel yang tidak terpakai karena tidak adanya pembuahan atau
kehamilan.
Perempuan normalnya haid untuk pertama kali pada usia 12 atau 13 tahun.
Tetapi ada juga yang mengalami menstruasi lebih awal (usia 8 tahun) atau lebih
lambat yaitu pada usia 18 tahun. Menstruasi itu sendiri akan berhenti ketika
perempuan sudah berusia sekitar 40-50 tahun, atau yang lebih dikenal dengan
istilah menopause. Siklus menstruasi terjadi setiap 21-35 hari sekali, dengan
lama haid berkisar 4-7 hari. Jumlah darah haid normal berkisar antara 30-40
ml.
Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,88%
dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Husain, 2013 dalam
Fatmawati dkk, 2016). Ciri khas dismenore primer adalah bahwa penyakit ini
mulai timbul sejak menstruasi pertama kali dan keluhan sakitnya agak
berkurang setelah wanita yang bersangkutan menikah dan hamil (Devi, 2012).
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi
selama menstruasi. Angka kejadian dismenore di Jawa Tengah mencapai 56%.
Pada umumnya dismenore tidak berbahaya, namun acapkali dirasa
mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Angka kejadian nyeri
menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap
Negara mengalami nyeri menstruasi (Fatmawati dkk, 2016).
Adanya pendidikan gizi ini, informasi dan pengetahuan- pengetahuan
terkait menstruasi, dismenore dan cara penanganannya dihubungkan dengan
konsumsi makanan dan asupan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) yang
diperlukan dapat disampaikan secara langsung, Pengetahuan yang disampaikan
diharapkan dapat merubah pola pikir dan meningkatkan konsumsi sumber
vitamin dan mineral di kalangan remaja putri awal.
Pengaruh pendidikan gizi yang digunakan untuk responden remaja putri
awal adalah dengan metode diskusi kelompok agar yang disampaikan dapat
dipahami oleh semua resonden dan sebagai penunjang dilakukan juga media
leaflet yang dapat dibaca juga ketika pendidikan gizi sudah selesai.
Berdasarkan uraian dan data-data penelitian di atas, besarnya persentase
kejadian dismenore yang terjadi pada wanita terutama pada masa remaja putri
awal perlu adanya penanganan untuk mengurangi dampak dari masalah ini.
Salah satu cara untuk mengurangi dampak kesakitan yang disebabkan karena
dismenore adalah melakukan pendidikan gizi yang ditujukan pada remaja putri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi terhadap peningkatan


pengetahuan penanggulangan dismenore tentang konsumsi vitamin dan
mineral remaja putri di Panti Asuhan Dharmo Yuwono.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan karakteristik responden meliputi usia, awal menarche
dan riwayat dismenore di Panti Asuhan Dharmo Yuwono.
b. Mengetahui pengetahuan responden sebelum dilakukan pendidikan
gizi.
c. Mengetahui pengetahuan responden sesudah dilakukan pendidikan
gizi.
d. Mengetahui pengaruh pendidikan gizi terhadap peningkatan
pengetahuan responden melalui diskusi kelompok
C. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa

Praktikum ini dapat bermanfaat untuk menambah pengalaman,


menerapkan teori, serta berlatih memberikan penyuluhan kepada
masyarakat khususnya para remaja puteri awal sesuai dengan peran,
fungsi, dan tujuan yang sesuai dengan pendidikan ilmu gizi tentang
konsumsi vitamin dan mineral dalam mengatasi dismenore pada remaja
puteri awal.

2. Manfaat bagi remaja putri awal

Praktikum ini diharapkan dapat menambah pengetahuan remaja


puteri awal terutama dalam peningkatan konsumsi vitamin dan mineral
untuk mengatasi dismenore.

3. Manfaat bagi Program Studi Ilmu Gizi Unsoed

Hasil praktikum ini diharapkan dapat meningkatkan eksistensi ilmu


gizi di masyarakat dan dapat dijadikan pembelajaran untuk mahasiswa
selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan


manusia,menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
2003). Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi
perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi
rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995).
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa
Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa
puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang
kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi (Ali dan Asrori, 2006).
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga
masatua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan
yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir.
Adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan
pada laki-laki yaitu15-17 tahun. Kriteria usia masa remaja pertengahan pada
perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan
kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki
19-21 tahun (Thalib, 2010).
Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir
belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Jahja (2012) menambahkan, karena
laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan, maka laki-laki
mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat, meskipun pada usia
18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan. Akibatnya,
seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya dibandingkan dengan
perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangat berbeda dengan
perilaku remaja yang lebih muda.
B. Dismenore
1. Definisi

Istilah dismenore (dismenore) berasal dari kata dalam bahasa yunani


kuno (Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri,
abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus.
Secara singkat dismenore dapat di definisikan sebagai aliran menstruasi
yang sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo, 2011).
Dismenore atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat
menstruasi (Icemi & Wahyu, 2013). Menurut Reeder (2013) dismenore
yakni nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat
sebelum atau selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung selama satu sampai
beberapa hari selama menstruasi.

Dismenore merupakan masalah yang sering terjadi pada wanita yang


sedang mengalami haid atau menstruasi (Hendrik, 2006).Dari berbagai
pendapat, dapat disimpulkan dismenore merupakan adanya gangguan fisik
pada wanita yang mengalami menstruasi, yang dikarakteristikan dengan
adanya nyeri pada saat menstruasi, dan nyeri tersebut bisa terjadi sebelum
atau selama menstruasi dalam waktu yang singkat.

Menurut Icemi Sukarni, K dan Wahyu, P (2013) ada dua tipe- tipe dari
dismenore, yaitu:

a. Primary dismenore, adalah nyeri haid yang dijumpai pada alat- alat
genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche. Dismenore primer adalah suatu kondisi yang
dihubungkan dengan siklus ovulasi (Lowdermilk, Perry, & Cashion,
2011).
b. Secondary dismenore, adalah nyeri saat menstruasi
yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Pada
umumnya terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 25 tahun.
Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang berkembang dari
dismenore primer yang terjadi sesudah usia 25 tahun dan
penyebabnya karena kelainan pelvis (Perry, Hockenberry,
Lowdermilk, & Wilson, 2011).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore

Penyebab terjadinya dismenore yaitu keadaan psikis dan fisik seperti


stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang
darah, dan kondisi tubuh yang menurun (Diyan, 2013).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dismenore menurut


Arulkumaran (2006) antara lain:

a. Faktor Menstruasi
1) Menarche dini, gadis remaja dengan usia menarche dini insiden
dismenorenya lebih tinggi.
2) Masa menstruasi yang panjang, terlihat bahwa perempuan
dengan siklus yang panjang mengalami dismenore yang lebih
parah.
b. Paritas, insiden dismenore lebih rendah pada wanita multiparitas.
Hal ini menunjukkan bahwa insiden dismenore primer menurun
setelah pertama kali melahirkan juga akan menurun dalam hal
tingkat keparahan.
c. Olahraga, berbagai jenis olahraga dapat mengurangi dismenore. Hal
itu juga terlihat bahwa kejadian dismenore pada atlet lebih rendah,
kemungkinan karena siklus yang anovulasi. Akan tetapi, bukti untuk
penjelasan itu masih kurang.
d. Faktor psikologis (stres). Pada gadis-gadis yang secara emosional
tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penjelasan yang
baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore. Selain itu, stres
emosional dan ketegangan yang dihubungkan dengan sekolah atau
pekerjaan memperjelas beratnya nyeri
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sakinah (2016),
diketahui bahwa status gizi lebih, kurangnya tingkat kecukupan
vitamin B1, dan kalsium, belum menjadi faktor risiko terjadinya
dismenorea primer, namun sebagian besar variabel tersebut
berpeluang meningkatkan kejadian dismenorea primer. Pada subjek
yang memiliki tingkat kecukupan vitamin dan mineral dalam
kategori yang kurang perlu diadakan pendidikan gizi yang mengacu
pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) secara berkala, sehingga
subjek mengetahui akan pentingnya memilihara status gizi normal,
melakukan aktivitas fisik, dan olahraga secara teratur, serta
mengonsumsi makanan yang beragam dan berimbang.
3. Karakteristik responden

Karakteristik responden yang mengalami dismenore meliputi umur,


usia menarche, lama menstruasi, dan riwayat keluarga (Novia &
Puspitasari, 2011).

a. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku


kesehatan seseorang.Usia wanita seseorang sangat mempengaruhi
terjadian dismenore primer. Semakin tua umur seseorang, semakin
sering ia mengalami menstruasi dan semakin lebar leher rahim maka
sekresi hormon prostaglandin akan semakin berkurang. Selain itu,
dismenore primer nantinya akan hilang dengan makin menurunnya
fungsi saraf rahim akibat penuaan.

b. Usia menarche

Pada dismenore primer biasanya dimulai 1-3 tahun setelah


menarche. Menurut Sukarni & Wahyu (2013) bahwa dismenore
primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12
bulan atau lebih.

c. Lama menstruasi

Lama menstruasi merupakan salah satu faktor yang


mempengaruhi kejadian dismenore (Novia & Puspitasari, 2011).
Menurut Shanon (2006) semakin lama menstruasi terjadi, maka
semakin sering uterus berkontraksi, akibatnya semakin banyak
prostaglandin yang dikeluarkan dan menimbulkan rasa nyeri. Lama
menstruasi yang normal yaitu 3-7 hari, jika lebih dari itu maka
dikatakan mengalami dismenore lebih berat (Novi & Puspitasari,
2011).

d. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang dapat


meningkatkan kemungkinan terjadinya dismenore primer. Dua dari
tiga wanita yang menderita dismenore primer mempunyai riwayat
dismenore primer pada keluarganya. Banyak gadis yang menderita
dismenore primer dan sebelumnya mereka sudah diperingatkan oleh
ibunya bahwa kemungkinan besar akan menderita dismenore primer
juga seperti ibunya.

4. Gejala dismenore

Gejala pada dismenore sesuai dengan jenis dismenorenya yaitu:

1. Dismenore primer

Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual,


muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang
dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan
gelisah, hingga jatuh pingsan (Anurogo, 2011). Nyeri dimulai
beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan awitan menstruasi
dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam.

Nyeri yang berlokasi di area suprapubis dapat berupa nyeri


tajam, dalam, kram, tumpul dan sakit.. Beberapa wanita mengalami
mual dan muntah, sakit kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare,
serta kelabilan emosi selama menstruasi (Reeder, 2013). Penyebab
utama dismenore primer adalah adanya prostaglandin F2a (PGF2a)
yang dihasilkan di endometrium. PGF2a merupakan hormon yang
diperlukan untuk menstimulasi kontraksi uterus selama menstruasi
(Varney, 2008).
2. Dismenore sekunder

Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore


sekunder yang terbatas pada onset haid. Dismenore terjadi selama
siklus pertama atau kedua setelah haid pertama, dismenore dimulai
setelah usia 25 tahun. Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau
gejala dismenore sekunder, yaitu 1) Darah keluar dalam jumlah
banyak dan kadang tidak beraturan; 2) Nyeri saat berhubungan
seksual; 3) Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu
haid; 4) Nyeri tekan pada panggul; 5) Ditemukan adanya cairan yang
keluar dari vagina; 6) Teraba adanya benjolan pada rahim atau
rongga panggul.

5. Dampak dismenore

Nyeri haid (dismenore) adalah karakteristik nyeri yang terjadi


sebelum atau selama menstruasi, terjadi pada hari pertama sampai
beberapa hari selama menstruasi. Hal ini adalah satu dari sekian banyak
masalah ginekologi, mempengaruhi lebih dari 50% wanita dan
menyebabkan ketidakmampuan beraktifitas selama 1-3 hari tiap bulan
pada wanita tersebut. Absensi pada wanita dewasa saat sekolah akibat
dismenore mencapai 25% (Suhartatik, 2003).

Nyeri haid (dismenore) yang dialami saat terjadi menstruasi bisa


sangat menyiksa. Kadang-kadang perempuan membungkukkan tubuh
atau merangkak lantaran tidak mampu menahan rasa nyeri bahkan ada
yang sampai berguling-guling di tempat tidur. Hal ini sangat
mengganggu aktifitas perempuan sehari-hari dan dapat berdampak pada
turunnya produktivitas kerja (Suhartatik, 2003).

Dampak yang terjadi jika nyeri haid (dismenore) tidak ditangani


adalah gangguan aktifitas hidup sehari-hari, Retrograd menstruasi
(menstruasi yang bergerak mundur), infertilitas (kemandulan),
kehamilan atau kehamilan tidak terdeteksi ektopik pecah, kista pecah,
perforasi rahim dari IUD dan infeksi. Selain dari dampak diatas, konflik
emosional, ketegangan dan kegelisahan semua itu dapat memainkan
peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan asing
(Suhartatik, 2003).

Ketegangan biasanya menambah parahnya keadaan yang buruk


setiap saat. Sedikit tidak merasa nyaman dengan cepat berkembang
menjadi suatu masalah besar dengan segala kekesalan yang
menyertainya. Dengan demikian kegelisahan, perasaan tidak gembira
atau juga perasaan tertekan semua itu bukanlah hal yang tidak biasa.
Oleh karena itu pada usia remaja nyeri haid (dismenore)harus ditangani
agar tidak terjadi dampak seperti hal- hal yang diatas (Suhartatik, 2003).

6. Pencegahan dismenore

Pencegahan dismenore menurut Anurogo (2011) yaitu


a)Menghindari stress; b) Miliki pola makan yang teratur dengan asupan
gizi yang memadai; c) Hindari makanan yang cenderung asam dan
pedas, saat menjelang haid; d) Istirahat yang cukup, menjaga kondisi
agar tidak terlalu lelah, dan tidak menguras energi yang berlebihan; e)
Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing-masing 6-8 jam
dalam sehari; f) Lakukan olahraga ringan secara teratur.

7. Asupan gizi mikro yang dapat mempengaruhi dismenore

Menurut penelitian dari University of Massachusetts, wanita yang


rutin mengonsumsi vitamin B1 mengalami nyeri saat menstruasi yang
lebih ringan. Penelitian ini juga menemukan bahwa mengonsumsi
suplemen vitamin B1 saja tidak cukup dan sebaiknya mendapat asupan
dari bahan pangan. Artinya, ada beberapa pengaruh yang sinergis antara
vitamin dan zat gizi lainnya dalam bahan pangan. Contoh makanan yang
mengandung vitamin B1 adalah telur, ikan, nanas, anggur, terong,
wortel, kacang hijau.

Vitamin E dapat mengurangi nyeri menstruasi melalui hambatan


terhadap biosintesis prostaglandin. Struktur dari vitamin E hampir sama
dengan dengan asam arakidonat yang berfungsi menghambat produksi
prostaglandin (inhibitor kompetitif). Angka Kecukupan Vitamin E
berdasarkan Hardinsyah dkk (2012) untuk remaja putri berusia 13-15
dan 16- 18 tahun sebesar 15 mg per hari. Contoh makanan yang
mengandung Vitamin E adalah pepaya, gandum, tomat, brokoli, bayam,
almond, kiwi dan mangga.

1. Seng

Seng dapat menghambat metabolisme prostaglandin di


endometrium manusia (Kelly dan Abel, 1983). Mekanisme kerja
seng pada dismenorea adalah sebagai inhibitor pada produksi
prostaglandin. Seng diteliti sebagai salah satu terapi untuk nyeri saat
menstruasi karena efeknya dapat mengurangi sintesis prostaglandin
melalui kemampuannya sebagai antiinflamasi. Contoh makanan
yang mengandung seng adalah bayam, brokoli, jamur, wortel,
kacang kedelai, ikan salmon

2. Magnesium

Magnesium mengatur sintesis protein, sifat kontraksi pada otot


disebabkan oleh adanya protein. Hampir semua protein otot terikat
kuat pada fibril dan tidak mudah diekstraksi, seperlima protein otot
tidak larut dan merupakan komponen struktural dari sel otot.

Protein yang esensial pada otot dan mempunyai kemampuan


kontraksi adalah aktin dan miosin yang berfungsi mengendorkan
otot-otot saraf tersebut dan menstimulasi senyawa-senyawa kimia
otak yang berkaitan dengan istirahat, sehingga mengkonsumsi cukup
magnesium dapat merelaksasi otot dan memberikan rasa rileks serta
mengurangi keluhan dismenore. Contoh makanan yang mengandung
magnesium adalah alpukat, biji-bijian, pisang, ikan, beras merah,
yogurt rendah lemak, (Rawlings, 1949).
3. Vitamin E

Vitamin E dapat mengurangi nyeri menstruasi melalui hambatan


terhadap biosintesis prostaglandin. Struktur dari vitamin E hampir
sama dengan dengan asam arakidonat yang berfungsi menghambat
produksi prostaglandin (inhibitor kompetitif). Angka Kecukupan
Vitamin E berdasarkan Hardinsyah dkk (2012) untuk remaja putri
berusia 13-15 dan 16-18 tahun sebesar 15 mg per hari. Contoh
makanan yang mengandung Vitamin E adalah papaya, gandum,
tomat, brokoli, bayam, almond, kiwi dan mangga.

4. Vitamin B1

Kekurangan vitamin B1 kemungkinan berhubungan dengan


terganggunya saraf uterus saat mengalami kontraksi akibat pengaruh
hormon. Menurut penelitian dari University of Massachusetts,
wanita yang rutin mengonsumsi vitamin B1 mengalami nyeri saat
menstruasi yang lebih ringan. Penelitian ini juga menemukan bahwa
mengonsumsi suplemen vitamin B1 saja tidak cukup dan sebaiknya
mendapat asupan dari bahan pangan. Artinya, ada beberapa
pengaruh yang sinergis antara vitamin dan zat gizi lainnya dalam
bahan pangan. Contoh makanan yang mengandung vitamin B1
adalah telur, ikan, nanas, anggur, terong, wortel, kacang hijau.

C. Pendidikan Gizi

Pendidikan atau penyuluhan gizi adalah pendekatan edukatif untuk


menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam
meningkatkan perbaikan pangan dan status gizi (Claire, 2010; Shweta,
2011). Harapan dari upaya ini adalah orang bisa memahami pentingnya
makanan dan gizi, sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-
norma gizi. Beberapa penelitian di berbagai negara menemukan bahwa
pendidikan gizi sangat efektif untuk merubah pengetahuan dan sikap anak
terhadap makanan, tetapi kurang efektif untuk merubah praktek makan
(Februhartanty, 2005).
Pemberian tambahan materi pengetahuan gizi dan kesehatan pada anak
sekolahdasar dapat meningkatkan pengetahuan gizidan kesehatan dari 50 %
menjawab benar menjadi 70 %. Selanjutnya metode penyampaian tambahan
materi gizi dan kesehatan yang paling baik adalah melalui penyampaian
secara khusus, yaitu dapat meningkatkan prosentase anak yang menjawab
benar dari 56,97 menjadi 92,31 % (Erlis, 2010).

Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat pada


umumnya dan anak sekolah khususnya dapat dilakukan melalui program
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE). Penyampaian materi pada
program KIE dapat dilakukan melalui beberapa metode dan media. Media
yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari yang tradisional yaitu mulut
(lisan), bunyi-bunyian (kentongan), tulisan (cetak), sampai dengan
elektronik yang modern yaitu televisi dan internet (Februhartanty, 2005).

D. Metode Diskusi Kelompok

Moh. Uzer Usman (2008) menyatakan bahwa diskusi kelompok


merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Sedangkan
menurut Dewa Ketut Sukardi (2008) diskusi kelompok adalah suatu
pertemuan dua orang atau lebih, yang ditunjukkan untuk saling tukar
pengalaman dan pendapat, dan biasanya menghasilkan suatu keputusan
bersama.

Adapun kelebihan dari metode Diskusi Kelompok menurut Syaiful


Bahri Djamarah (2000) adalah sebagai berikut :

1. Dapat mendorong siswa untuk berfikir kritis


2. Memupuk kemauan dan kemampuan kerja sama antara para peserta
didik
3. Mendorong siswa untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas.

4. Membiasakan anak didik untuk mendnegarkan pendapat orang lain.

5. Pemahaman materi lebih mendalam


E. Media Leaflet

Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi
tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain
secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dipahami (Murni, 2010).

Sesuai dengan pendapat Simnett dan Ewles (1994) keunggulan leaflet


antara lain leaflet efektif untuk pesan singkat, sederhana dan murah, siswa
dapat belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, dapat
memberikan detail (misalnya statistik) yang tidak mungkin bila
disampaikan lisan, siswa dan guru dapat mempelajari informasi yang rumit
bersama-sama.
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu Kegiatan


Kegiatan pendidikan gizi dilakukan di akan dilaksanakan pada :
1. Hari, tanggal : Senin, 14 Mei 2018
2. Waktu : 16.00-18.00 WIB
3. Tempat : Panti Asuhan Dharmo Yuwono, Purwokerto Wetan
Kabupaten Banyumas
B. Sasaran

Sasaran yang digunakan pada praktikum pendidikan gizi adalah 16 anak


remaja putri awal berusia 13-18 tahun di Panti Asuhan Dharmo Yuwono,
Purwokerto Wetan Kabupaten Banyumas.

C. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam praktikum pendidikan gizi ini


menggunakan metode diskusi kelompok yang dibagi menjadi tiga kelompok
dengan media leaflet dan kuisioner yang diisi responden berupa kuisioner
pre test dan post test.

D. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam praktikum ini adalah analisis deksriptif


atau menjelaskan karakteristik responden meliputi usia, kelas, pendidikan
dan menarche. Analisis ini juga melihat pengaruh dari pendidikan gizi
dengan melihat pengetahuan rata-rata responden sebelum dan sesudah
dilakukan pendidikan gizi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum
Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri yang tinggal di
Panti Asuhan Dharmo Yuwono, Purwokerto Wetan Kabupaten Banyumas.
Responden berjumlah 16 orang. Rentang usia responden adalah 10-18 tahun.
Sebagian reponden adalah pelajar SMP dan SMA. Pendidikan gizi dalam
penelitian ini dilakukan dengan metode pre test, ceramah, diskusi kelompok
dan post test. Pre test dan Post test merupakan soal yang sama berjumlah
14 nomor dan jenis soalnya adalah pertanyaan dengan jawaban kuisioner
tertutup. Dalam sesi ceramah menggunakan media power point yang
ditampilkan menggunakan LCD dan microphone. Diskusi kelompok
dilakukan dengan membagi responden menjadi 3 kelompok. Masing-masing
kelompok diberi kasus berbeda-beda sesuai tema dan tujuan penelitian
2. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Secara Umum
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Variabel Minimum Maksimum Mean
Usia 13 18 15
Skor pre test 8 12 9,75
Skor post test 11 14 13
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik usia responden diperoleh usia
minimum yaitu 13 tahun, usia maksimum 18 tahun, dan rata-rata usia
15 tahun. Sedangkan skor pre test responden yang didapatkan untuk
skor minimum yaitu 8, skor maksimum 12, dan skor rata-rata 9,75.
Kemudian skor post test responden yang didapatkan untuk skor
minimum yaitu 11, skor maksimum 14, dan skor rata-rata 13.
Berdasarkan hasil penelitian, responden adalah remaja putri dengan
rata-rata usia 15 tahun. Responden termasuk dalam kategori remaja
awal. Menurut Mappiare, masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan
22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah
remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah
remaja akhir (Ali & Asrori, 2006).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Data Kategori
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Data Kategori
Variabel N %
Awal Menarche
Sudah menarche 15 93,75
Belum menarche 1 6,25
Riwayat dismenore
Mengalami dismenore 10 62,5
Tidak mengalami dismenore 6 37,5
Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik jumlah responden


yang sudah mengalami menarche sebanyak 15 orang (93,75%) dan yang
belum mengalami menarche sebanyak 1 orang (6,25%). Sedangkan
karakteristik jumlah responden yang mengalami dismenore sebanyak 10
orang (62,5%) dan yang tidak mengalami dismenore sebanyak 6 orang
(37,5%).

Bentuk dismenore yang dialami sebagian besar responden adalah sakit


perut, pegal-pegal, sakit bagian punggung belakang, dan konstipasi.
Dismenore yang dialami oleh sebagian besar responden mungkin
disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral sehingga
mempengaruhi konsentrasi hormon-hormon seks

3. Pre-test dan Post-test

Tabel 4.3 Hasil Kuisioner

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi


No. Indikator Pertanyaan Benar Salah Benar Salah
N % N % N % N %
Menstruasi adalah
peluruhan dinding rahim,
berlangsung setiap bulan
1 16 100 0 0 16 100 0 0
dan merupakan peristiwa
normal pada perempuan
normal.
Lama menstruasi yang
2 normal adalah lebih dari 15 93,75 1 6,25 16 100 0 0
hari.
Dismenore merupakan rasa
nyeri yang berasal dari
3 kram rahim yang dapat 15 93,75 1 6,25 15 93,75 1 6,25
terjadi sebelum dan selama
menstruasi.
Asupan gizi mikro seperti
4 vitamin B1 tidak mengatasi 10 62,5 6 37,5 14 87,5 2 12,5
dismenore pada remaja
Pola makan yang teratur
5 dan tidur yang cukup dapat 13 81,5 3 18,75 16 100 0 0
mencengah dismenore.
Kondisi emosional yang
tidak stabil atau stress
6 10 62,5 6 37,5 14 87,5 2 12,5
dapat memicu timbulnya
dismenore
Nyeri punggung bawah dan
tidak enak badan
7 15 93,75 1 6,25 16 100 0 0
merupakan gejala umum
dismenore.
Dismenore primer biasanya
8 dimulai 1-3 tahun setelah 6 37,5 10 62,5 15 93,75 1 6,25
menarche
Paritas, olahraga dan faktor
psikologis tidak
9 8 50 8 50 16 100 0 0
berpengaruh terhadap
kejadian dismenore.
Semakin tua umur
seseorang dan semakin
10 sering menstruasi dapat 8 50 8 50 12 75 4 25
menurunkan kejadian
dismenore.
Seng, magnesium, vitamin
E, dan vitamin B1
11 merupakan zat gizi makro 12 75 4 25 16 100 0 0
yang dapat mencegah
terjadinya dismenore.
Angka kecukupan vitamin
E pada remaja putri berusia
12 0 0 16 100 10 62,5 6 37,5
13-15 tahun dan 16-18
tahun sebesar 20 mg/hari
Bahan makanan hewani
seperti ikan, brokoli dan
13 14 87,5 2 12,5 16 100 0 0
bayam merupakan sumber
makanan tinggi Seng
Magnesium dapat
merelaksasi otot dan
14 memberikan rasa rileks 14 87,5 2 12,5 16 100 0 0
serta mengurangi keluhan
dismenore
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3, soal pre test pertanyaan yang memiliki nilai
persentase tertinggi yaitu pertanyaan nomor 1 dengan nilai benar sebesar 16
(100%). Sementara pertanyaan yang memiliki nilai persentase terendah yaitu
nomor 12 dengan nilai benar sebesar 0%.Skor terendah yang diperoleh
responden saat pre test yaitu 8 sebanyak 3 orang (18,75%) dan skor tertinggi
yaitu 12 sebanyak 2 orang (12,5%). Rata-rata skor pre test responden yaitu 9,75.

Berdasarkan pada post test pertanyaan yang memiliki nilai tertinggi yaitu
pertanyaan nomor 1, 2, 5, 7, 9, 11, 13, dan 14 dengan nilai benar sebesar 16
(100%). Sementara pertanyaan nomor 12 memiliki nilai benar terendah sebesar
10 (62,5%).Skor post test terendah yang didapat oleh responden yaitu 11
sebanyak 1 orang (6,25%) dan skor tertinggi yaitu 14 sebanyak 5 orang
(31,25%). Rata-rata skor post test responden yaitu 13.

Hubungan Pre test dan Post test

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh perbedaan pengetahuan masing-


masing responden. Hal ini dapat dilihat pada hasil pre test dan post test. Data
hasil test menunjukkan setiap soal memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-
beda. Perbedaan tingkat kesulitan ini yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan responden disamping karakteristik setiap responden, yaitu
sebagian merupakan pelajar SMP dan sebagian pelajar SMA. Hasil Pre test
menunjukkan hanya soal nomor 1 yang mendapat nilai persentase tertinggi
dimana semua responden dapat menjawab dengan benar dan dapat disimpulkan
bahwa soal tersebut dikategorikan sebagai soal yang mudah. Sedangkan pada
hasil post test, soal nomor 1, 2, 5, 7, 9, 11, 13, 14 merupakan soal-soal yang
mendapatkan nilai persentase tertinggi (100%) atau semua responden dapat
menjawab benar. Dengan begitu dapat diketahui adanya peningkatan
pengetahuan responden dengan melihat jumlah soal yang dijawab benar oleh
semua reponden.

4. Peningkatan Skor
𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡
Pengetahuan = x 100%
𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡
13−9,75
= x 100%
9,75

= 33,3%

Peningkatan pengetahuan responden dapat diketahui melalui nilai rata-rata


skor pre test yaitu, 9,75 dengan nilai rata-rata skor post test yaitu, 13.
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui peningkatan rata-rata skor responden
sebesar 33,3%. Hal ini menandakan adanya peningkatan pengetahuan
responden setelah dilakukan pendidikan gizi.

Keefektifan metode diskusi kelompok menjadi salah satu faktor


peningkatan pengetahuan responden, karena dalam metode diskusi kelompok
terjadi berbagi pengetahuan antar responden. Media leaflet juga berperan
penting dalam pencapaian program pendidikan gizi karena dengan adanya
leaflet responden mendapat informasi tambahan yang sebelumnya belum
diketahui. Metode ceramah yang dilakukan juga memberikan pengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan responden. Sebab pada metode ini,
responden mendapatkan materi terkait menstruasi, dismenore, penyebab
dismenore, cara mencegah dan mengatasi dismenore serta perilaku sehat selama
menstruasi. Penyampain materi dalam metode ini didukung dengan media lcd,
mikrofon dan slide materi yang komunikatif serta disampaikan oleh dua orang
pemateri. Sehingga responden dapat dengan mudah menerima dan memahami
informasi yang disampaikan.

Hambatan pada praktikum ini adalah ruangan tempat pelaksanaan masih


digunakan kegiatan lain sehingga waktu pelaksanaan mundur dari jadwal yang
ditentukan. Praktikan kurang mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan.
Pembagian soal pre test kepada responden hampir saja lupa diberikan pada awal
pemberian materi.
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil praktikum pada responden di Panti Asuhan Dharmo
Yuwono, usia rata-rata responden 15 tahun. Responden yang mengalami
menarche sebanyak 15 orang dan yang belum mengalami menarche 1
orang. Responden yang mengalami dismenore sebanyak 10 orang.
2. Pengetahuan responden sebelum dilakukan pendidikan gizi berupa pre
test didapatkan skor rata-rata sebesar 97,5%.
3. Pengetahuan responden sebelum dilakukan pendidikan gizi berupa post
test didapatkan skor rata-rata sebesar 13%.
4. Terjadi peningkatan pengetahuan responden melalui diskusi kelompok
sebesar 33,3%.
B. Saran
1. Saran bagi Mahasiswa
Sebaiknya mahasiswa menambah pengetahuan dan melatih diri
dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat khusunya para
remaja puteri awal sesuai dengan peran, fungsi dan tujuan sesuai
dengan pendidikan ilmu gizi tentang konsumsi vitamin dan mineral
dalam mengatasi dismenore.
2. Saran bagi Remaja Putri Awal
Sebaiknya remaja putri awal meningkatkan konsumsi vitamin dan
mineral seperti vitamin E, B1, seng dan magnesium untuk mengatasi
dismenore.
3. Saran bagi Program Studi Ilmu Gizi Unsoed
Diharapkan bagi prodi ilmu gizi mendukung kegiatan penyuluhan
gizi di masyarakat agar dapat meningkatkan eksistensi ilmu di
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad dan Asrori, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja: Perkembangan


Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Allen, L. and Sabel, C. 2001. Prevalence and Causes of Nutritional Anemias. in


Nutritional Anemias. Edited by Usha Ramakrishnan. CRC Press. 7-17

Anurogo,D. & Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:
ANDI Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta.

Manuaba, I.B.G. Fajar Manuaba, & I.A. Chandranita Manuaba. 2007.

Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Claire E Orummound. 2010. Using nutrition education and cooking clasess in primary
schools to encourge healthy eating. Journal of Student Wellbeing, 4 (2): 43 54.

Devi, N. 2012. Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Kelompok Gramedia.

Diyan, Indriyani. 2013. Keperawatan Maternitas Pada Area Perawatan Antenatal.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.

Erlis, Kusuma D, Ristiana. 2010. Efektifitas Penyuluhan Dengan Metode Diskusi


Kelompok Terhadap Motivasi Berpartisipasi Ibu Balita Pada Kegiatan Posyandu
di Desa Karangdowo Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Jurnal Kemas, 5
(2): 148-155.

Ewles, L., Simnet, I. 1994. Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Fatmawati, Meliana dkk. 2016. ”Perilaku Remaja Puteri dalam Mengatasi Dismenore
(Studi Kasus pada Siswi SMK 11 Semarang)”. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
journal) Vol. 4 No: 3.

Februhartanty, J. 2005. Nutrition Education: It Has Never Been An Easy Case for
Indonesia. Food and Nutrition Bulletin. 26(2): S267-S274.

French, Linda. (2005). Dismenore. American Family Psysician. Vol 71, No. 2, Januari
2005.

Hasanah, O. 2010. Efektivitas Terapi Akupresure Terhadap Dismenore Pada Remaja


di SMPN 5 Dan SMPN 13 Pekanbaru. FIK UI
http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/7455/Artike
l%20Oswati.pdf?sequenc. Diunduh 03 mei 2018.
Hendrik. 2006. Problema Haid Tinjauan Syariat Islam dan Medis. Solo: Tiga
Serangkai.

Icemi, Sukarni K, Wahyu P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas


dilengkapi Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Icemi, Sukarni K Margareth ZH. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Jahja, Y. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kamonsak, Tangchai, MD. 2004. Dismenore in Thai Adolescents Prevalence, Impact


and Knowledge of Treatment. J Med Assoc Thai, 87:69-73.

Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (PsikologiPerkembangan). Bandung: CV


Mandar Maju.

Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., & Manuaba, I.B.G. 2006. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Moh. Uzer Usman. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Novia,Ika & Nunik P. 2011. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore
Primer. 98 https://media.neliti.com/media/publications/3893. Diunduh 3 Mei
2018.

Perry, Hockenberry, Lowdermilk, & Wilson. 2011. Maternal Child Nursing Care.
Mosby: Universitas Michigan.

Puji. 2011. Efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja
putri di SMUN 5 Semarang. Tersedia di http:// eprints.undip.ac.id. Diakses
tanggal 5 Mei 2018.

Rawlings, W. J. 1949. Magnesium in Dismenore. American Journal of Obstetrics &


Gynecology; 59: 468.

Reeder, Martin, & KoniakGriffin. 2013. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita,


Bayi & Keluarga Edisi 8 Vol 1. Jakarta: EGC.

Sakinah. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dismenorea


Primer Pada Remaja [SKRIPSI]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Simamora, Ns Raymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suhartatik. 2003. Hubungan Gejala Saat Menstruasi Dengan Produktivitas Kerja


Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. UGM.
Yogyakarta. Skripsi tidak dipublikasikan.

Sukardi, D.K. 2008.Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di


Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Thalib, S.B. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta:
Kencana Media Group.

Wening Sari, Lili Indrawati, & Basuki Dwi Harjanto. 2012. Panduan Lengkap
Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus.

Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke 4 Cetakan ke 2. Jakarta Yayaan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. hal 523-529.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Praktikum

KUESIONER PENDIDIKAN GIZI REMAJA AWAL

I. Identitas Responden
Nama Responden :
Jenis kelamin :
Awal Menarche :
Riwayat Menstruasi :
Umur :
II. Daftar Pertanyaan
* Beri tanda centang pada jawaban yang menurut anda tepat
No. Pertanyaan Benar Salah
Menstruasi adalah peluruhan dinding rahim, berlangsung
setiap bulan dan merupakan peristiwa normal pada
1. √
perempuan normal
2. Lama menstruasi yang normal adalah lebih dari 15 hari √
Dismenore merupakan rasa nyeri yang berasal dari kram
3. √
rahim yang dapat terjadi sebelum dan selama menstruasi
Asupan gizi mikro seperti vitamin B1 tidak mengatasi
4. √
dismenore pada remaja
Pola makan yang teratur dan tidur yang cukup dapat
5. √
mencengah dismenore.

Kondisi emosional yang tidak stabil atau stress dapat


6. memicu timbulnya dismenore √

Nyeri punggung bawah dan tidak enak badan merupakan


7. √
gejala umum dismenore.

8. Dismenore primer biasanya dimulai 1-3 tahun setelah √


menarche

9. Paritas, olahraga dan factor psikologis tidak berpengaruh √


Lampiran 2. Susunan Acara

SUSUNAN ACARA

Waktu Kegiatan
14.45 – 15.00 Persiapan berangkat ke panti
15.00 – 15.15 Persiapan konsumsi, alat, barang yang akan digunakan untuk
praktikum dan pemberangkatan ke panti
15.15 – 15.30 Sholat ashar di panti
15.30 – 15.45 Persiapan LCD, speaker, kuisioner
15. 45 – 16.00 Pembukaan dan perkenalan panitia
16.00 – 16.20 Pemberian kuisioner, materi pengantar dan pembentukan
kelompok
16.20 – 16.40 Diskusi kelompok
16.40 – 16.50 Simpulan diskusi tiap kelompok
16.50 – 17.00 Kuisioner
17.00 – 17.20 Penutupan dan foto bersama
Lampiran 3. Media

a. Slide Power Point


b. Leaflet

Gambar 1. Tampak Depan

Gambar 2. Tampak Belakang


Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Responden sedang melakukan Pre-test

Gambar 2. Responden sedang Mendengarkan Materi


Gambar 3. Responden sedang bermain games.

Gambar 4. Responden sedang melakukan diskusi kelompok


Gambar 5. Responden sedang melakukan post-test

Gambar 6. Dokumentasi Foto Bersama

Anda mungkin juga menyukai