Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Lumpur Aktif


PEMBIMBING : Ir. Endang Kusumawati MT.

Praktikum : 29 Oktober 2019


Penyerahan : 25 November 2019
(Laporan)

Oleh :
Kelompok : 4
Nama : 1. Insani Mardliyyah 171411014
2. Iqbal Muhammad Fariz 171411015
3. Kamil Haikal Fauzi 171411016
4. Kautsar Yudha Pratama 171411017
Kelas : 3A-TK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Metode pengolahan air limbah dengan mneggunakan sistem lumpur altif


konvensional merupakan metode yang banyak digunakan dalam pengolahan air
limbah di industri. Terdapat beberapa alasan yang mendasari hal tersebut yakni
efisiensi pengolahan cukup tinggi penyisihan BOD ± 85 %), desain reaktornya
sederhana, dan rentang dari jenis limbah cair yang dapat diolah cukup luas.
Alasan yang lain yaitu kandungan organik dalam air limbah industri masih dalam
rentang yang sesuai untuk diolah dengan menggunakan metode ini.

1.2. Tujuan

1) Menentukan konsentrasi awal kandungan organik dalam lumpur aktif dan


konsentrasi kandungan organik setelah percobaan berlangsung selama seminggu.

2) Menentukan kandungan mixed liquor volatile suspended solid (MLVSS) yanf


mewakili kandungan mikroorganisme dalam lumpur aktif

3) Menentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air


limbah dalam lumpur aktif.

4) Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara penentuan persen kandungan


bahan organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam
lumpur aktif terhadap kandungan bahan organik mula-mula.
BAB II

LANDASAN TEORI

Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan


metode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan
dengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode
Biologi adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk
menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme
sendiri selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, juga
menjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.
Metode pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses
pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme
tersebut.Metode lumpur aktif banyak dikembangkan da lam pengolahan limbah
cair dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Telah diteliti bahwa
penggunaan metode lumpur aktif dalam pengolahan limbah dapat menurunkan
BOD dan COD.
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang
mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4 dan sel biomassa
baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower
(diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan
mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok
menentukan keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan
memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Metode lumpur aktif
memanfaatkan mikroorganisme (terdiri ± 95% bakteri, sisanya protozoa, rotifer, dan
jamur) sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air
limbah. Proses lumpur aktif merupakan proses aerasi (membutuhkan oksigen). Pada
proses ini mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang terdispersi sehingga terjadi
proses degradasi. Proses ini berlangsung dalam reactor yang dilengkapi
recycle/umpan balik lumpur dan cairannya. Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi
mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara memasukkan udara ke dalam tangki
aerasi dengan blower.Aerasi ini juga berfungsi untuk mencampur limbah cair dengan
lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif.Sesudah tangki aerasi, campuran
limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki sedimentasi di
mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai effluen
dari proses.
Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300
jenis bakteri yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut
bertanggung jawab terhadap oksidasi material organik dan tranformasi nutrien,
dan bakteri menghasilkan polisakarida dan material polimer yang membantu
flokulasi biomassa mikrobiologi. Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea,
Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter,
Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, dan Acinetobacter, disamping
itu ada pula mikroorganisme berfilamen, yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa,
Vitreoscilla yang dapat menyebabkan sludge bulking. Dikarenakan tingkat
oksigen dalam difusi terbatas, jumlah bakteri aktif aerobik menurun karena
ukuran flok meningkat (Hanel, 1988). Bagian dalam flok yang relatif besar
membuat kondisi berkembangnya bakteri anaerobik seperti metanogen.
Kehadiran metanogen dapat dijelaskan dengan pembentukan beberapa kantong
anaerobik didalam flok atau dengan metanogen tertentu terhdap oksigen (Wu et
al., 1987). Oleh karena itu lumpur aktif cukup baik dan cocok untuk material bibit
bagi pengoperasian awal reaktor anaerobik.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
i. Peralatan Lumpur Aktif Konvensional
ii. Labu Erlenmeyer 250 ml, 2 buah
iii. Corong gelas, 2 buah
iv. Cawan Porselin, 2 buah
v. Desikator, 1 buah
vi. Neraca Analitis, 1 buah
vii. Oven, 1 buah
viii. Furnace, 1 buah
ix. Hach COD Digester, 1 buah
x. Tabung Hach, 2 buah
xi. Buret lengkap dengan klem dan statip, 1 buah
b. Bahan yang digunakan
i. Glukosa
ii. KNO3
iii. KH2PO4
iv. HgSO4
v. K2Cr2O7
vi. FAS
vii. Indikator ferroin
viii. Kertas Saring
3.2 Cara Kerja
a. Penentuan Kandungan Organik (Chemical Oxygen
Demand/COD) dari sampel
Standarisasi Larutan FAS

Pemipetan 25 mL K2Cr2O7 kedalam erlenmeyer

Penambahan 10 mL H2SO4 kedalam erlenmeyer

Penambahan indikator feroin 3 tetes

Penentuan COD

Penitrasian dengan larutan FAS dari hijau menjadi coklat


Sampel limbah

Pengenceran sampel 100x (pencampuran 1 mL sampel dengan 99 mL aquadest)

pengambilan sampel 2,5 mL kedalam tabung hach dan penambahan 3,5 mL K2Cr2O7

Penambahan 1,5 mL H2SO4 pekat

Pemindahan tabung Hach pada Hach COD digester serta pemanasan 150oC selama 2 jam

Pengeluaran tabung hach dari digester hingga larutan sama dengan suhu ruang

penambahan indikator feroin 3 tetes dan penitrasian dengan larutan FAS dari hijau menjadi coklat
b. Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile SuspendedSolid

Pemanasan cawan pijar selama 1 jam dalam furnace 600⁰C dan kertas saring pada oven 105⁰C
(MLVSS)

Penimbangan kertas saring dan cawan pijar hingga konstan


Penyaringan 40 mL air limbah dengan kertas saring yang diketahui beratnya

Pemindahan kertas saring kedalam cawan pijar dan pemanasan pada oven 105⁰C 1 jam

Penimbangan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan hingga konstan
Pemindahan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan kedalam furnace dengan pemanasan 600⁰C 2 jam

Penimbangan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan hingga konstan

c. Penentuan Konsentrasi Nutrisi bagi Mikroorganisme

Penambahan nutrisi yaitu glukosa sebanyak 7,0384 gram, KNO3 sebanyak 2,5368 gram dan KH2PO4 sebanyak 0,3088 gram

Pendiaman sampel hingga 5 hari


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penentuan Temperatur, pH dan Dissolved Oksigen (DO) pada lumpur
aktif

Nilai
Parameter Sebelum penambahan nutrisi Setelah penambahan nutrisi
(0 Hari) (7 Hari)
o
Temperature 20 C 20 oC
pH 7,5 7
Dissolved Oksigen
8 mg/L 8 mg/L
(DO)

4.2. Penentuan Kandungan COD

No Sampel lumpur aktif Volume FAS (mL) Volume FAS


rata-rata
Titrasi 1 Titrasi 2 (mL)

Sebelum penambahan nutrisi

1 Blanko (aquadest) 2,8 2,7 2,75


2 Sampel pengenceran 20 kali 2,2 2,5 2,35
Setelah penambahan nutrisi ( setelah 7 hari)
1 Sampel pengenceran 20 kali 2,4 2,5 2,45
Sebelum penambahan
No Massa
Nutrisi (gram)
1 Cawan pijar setelah dipanaskan (a) 40,0168
2 Kertas saring setelah dipanaskan (b) 0,590
3 Cawan pijar berisi endapan setelah di oven (c) 43,6068
4 Cawan pijar berisi endapan setelah di furnace (d) 40,8825

4.3. Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)

4.4. Perhitungan Hasil Percobaan

No Data Percobaan Satuan Hasil Percobaan


1 Kebutuhan Karbon (C) g 9,375
2 Kebutuhan Nitrogen (N) g 3,3817

3 Kebutuhan Phosfor (P) g 0,4113

4 TSS mg/L 89750


5 VSS mg/L 68107,5
6 FSS mg/L 21642,5
7 MLVSS mg/L 68107,5
8 COD awal mg O2/L 2560
9 COD akhir mg O2/L 1920
10 Efisiensi pengolahan % 25

4.5. Pembahasan
4.5.1 Insani Mardliyyah (171411014)
Lumpur aktif (active sludge) merupakan suatu metode pengolahan air
limbah secara biokimia menggunakan mikroba pengurai zat organik. Prinsip
pengolahan limbah cara lumpur aktif, yaitu pengolahan secara aerobik yang
mengoksidasi zat organik menjadi CO2, H2O, NH4, dan sel biomassa baru.
Pada praktikum, tangki aerasi dibiarkan di udara terbuka tanpa ada aliran
udara masuk sehingga udara berkontak hanya pada permukaan saja. Sel
mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki pengendapan
(Sari, F.R. dkk., 2013). Pada dasarnya, sistem lumpur aktif konvensional
memiliki 2 tangki yaitu tangki aerasi dan tangki sedimentasi, namun pada
praktikum hanya menggunakan 1 tangki sebagai tank aerasi sekaligus tangki
sedimentasi.
Limbah yang digunakan memiliki karakteristik warna kecoklatan, bau
menyengat, padatan – padatan halus dan juga buih dipermukaan. Mula –
mula yang dilakukan pembuatan nutrisi untuk mencukupi kebutuhan
makanan bagi mikroorganisme. Nutrisi berupa glukosa sebagai sumber
karbon (C), KNO3 sebagai sumber nitrogen (N) dan KH2PO4 sebagai sumber
fosfor (P) dimana perbandingan yang diberikan adalah glukosa:
KNO3:KH2PO4 100:5:1, hal ini dikarenakan mikroba dapat tumbuh pada
komposisi nutrien tersebut. Pemberian nutrisi ini bertujuan agar
mikroorganisme mendapatkan sumber energi untuk reproduksi dan
pertumbuhan. Setelah penambahan nutrisi, tangki aerasi diaduk agar
tercampur sempurna dan proses degradasi bisa berlangsung optimal.
Terdapat beberapa parameter yang diukur pada praktikum lumpur aktif,
diantaranya COD dan MLVSS. Untuk mengetahui efisiensi pengolahan dan
kandungan organik sebelum dan setelah percobaan maka dilakukan
pengukuran COD, sedangkan untuk mengetahui jumlah mikroba yang
mendekomposisi bahan organik dilakukan pengukuran MLVSS. Dari
percobaan diketahui bahwa terjadi penurunan COD dari COD sampel awal
2560 mg O2/L menjadi 1920 mg O2/L. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
pendegradasian senyawa organik kompleks oleh mikroba pendegradasi
sehingga terjadi penurunan kandungan organik pada air limbah. Efisiensi
pengolahan air limbah menggunakan lumpur aktif sebesar 25%, hasil
penurunan COD dapat dikatatakan belum optimal untuk menurunkan COD
dalam sampel air limbah. Menurut Kep-51/MENLH/10/1995 tentang baku
mutu air limbah bagi kawasan industri, parameter COD golongan I sebesar
100 mg/L dan golongan II sebesar 300 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa
pada percobaan lumpur aktif, kadar COD sebesar masih diatas baku mutu.
Maka hasil proses pengolahan ini tidak dapat dibuang langsung ke
lingkungan karena masih diatas baku mutu, dan diperlukan pengolahan
kembali untuk menurunkan COD agar mencapai baku mutu.
Ada beberapa hal yang menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
dari mikroba, yaitu pH dan suhu. pH yang dibutuhkan mikroba idealnya yaitu
netral dan temperatur tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, hal ini
dapat mempengaruhi kinerja mikroba untuk hasil yang optimal. Selain itu
diperlukan aerasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi mikroorganisme
heterotrophik dan autotrophik, khususnya bakteri nitrit. Tingkat oksigen
terlarut harus antara 0-5 – 0,7 mg/L. Proses nitrifikasi berhenti jika oksigen
terlarut dibawah 0,2 mg/L (Dart dan Stretton, 1980). Menurut Curds dan
Hawkes (1983), reaksi degradasi dan biosintesis yang terjadi dalam tangki
aerasi dalam proses lumpur aktif sebagai berikut :

Limbah Organik (CHONSP) + Lumpur aktif + O2 Lumpur aktif


meningkat + CO2, H2O, NO3, SO4 dan PO4

Sedangkan untuk pengukuran MLVSS dilakukan sebelum proses yang


mana nilainya sama dengan VSS. Nilai VSS merupakan bahan organik yang
teruapkan seperti protein, karbohidrat, glukosa, dsb yang ada dalam bakteri,
dimana jumlahnya mewakili jumlah mikroorganisme yang ada didalamnya.
Dari hasil pengukuran, nilai VSS yang didapat yaitu sebesar 68107,5 mg/L.
Kandungan VSS yang tinggi menunjukkan bahwa, kandungan organik yang
didekomposisi sangat tinggi sehingga diperlukan mikroba yang cukup untuk
mengolahnya. Nilai TSS pada sampel sebesar 89750 mg/L, dimana nilai ini
menunjukkan tingginya pada tersuspensi yang terendapkan. Sedangkan nilai
FSS pada sampel sebesar 21642,5 mg/L, yang menunjukkan jumlah padatan
yang tidak mudah teruapkan. Bila dibandingkan dengan literatur SNI 01-
3553-1996 dimana DO tidak boleh kurang dari 500 mg/L, nilai DO 0hari dan
DO7hari tidak berubah yaitu sebesar 8 mg/L, yang menunjukkan oksigen
terlarut pada sampel masih jauh dari baku mutu.

4.5.2 Iqbal Muhammad Fariz (171411015)

4.5.3 Kamil Haikal Fauzi (171411016)


Pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif diamati pada t = 0 hari
dan t = 7 hari. Parameter-parameter yang diamati yaitu temperature, pH,
dissolved oxygen, volume FAS yang digunakan untuk titrasi, dan massa
endapan yang sudah dimasukkan kedalam oven dan furnace. Data hasil
pengamatan dapat dilihat dalam tabel 4.1, 4.2, dan 4.3. Dalam tabel 4.1
diketahui bahwa temperature pengolahan berada pada suhu 20⁰C, pH yang
diamati yaitu 7,5, dan Dissolved oxygen 8 mg/L. Pengolahan limbah dengan
lumpur aktif diberikan nutrisi berupa karbon sebanyak 9,375 g dari glukosa,
nitrogen sebanyak 3,3817 g dari KNO3, dan phosfor sebanyak 0,4113 g dari
KH2PO4.
Berdasarkan data pengamatan didapat MLVSS senilai 68107,5 mg/L.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 68107,5 mg material organic bukan
mikroba + mikroba hidup & mati + hancuran sel dalam satu liter air. MLVSS
ini didapat pada t = 0 hari dan pada t = 7 hari tidak dilakukan pengamatan
kembali dikarenakan waktu tidak mencukupi. COD awal yang didapat senilai
2560 mg O2/L dan COD akhir senilai 1920 mg O 2/L. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa pengolahan limbah dengan lumpur aktif dapat
menurunkan nilai COD. Efisiensi penurunan COD didapat senilai 25%. Nilai
tersebut rendah dapat disebabkan karena suhu pengolahan tidak pada suhu
normal yaitu 20⁰C sehingga proses degradasi dan pertumbuhan mikroba
tidak optimal.
Nilai MLSS dapat diamati dengan penyaringan umpan dan dikeringkan
yaitu berupa TSS. Nilai TSS yang didapat yaitu 89750 mg/L. nilai BOD pada
tangki aerasi senilai 1000 mg/L dan volume tangki aerasi senilai 10 L. Untuk
mendapatkan nilai Food - to – microorganism (F/M) dibutuhkan data laju alir
limbah. Namun, dikarenakan dalam percobaan tidak ada laju alir limbah
yang masuk ke tangki aerasi, maka diambil asumsi laju alir limbah 0,1
L/hari, sehingga dapat diketahui nilai F/M yaitu senilai 1,1142 x 10-4 kg
BOD/kg MLSS/hari. Data tersebut tidak valid dikarenakan tidak adanya laju
alir limbah yang masuk tangki aerasi dan dapat berubah-ubah sesuai nilai
yang diasumsikan. Nilai-nilai dalam pengolahan limbah dengan lumpur aktif
seperti beban BOD, HRT, umur lumpur, ratio sirkulasi lumpur, volume
lumpur umpan balik dan SVI tidak dapat diketahui dikarenakan tidak adanya
data pengamatan yang dibutuhkan.

4.5.4 Kautsar Yudha Pratama (171411017)


BAB V
SIMPULAN
Dari percobaan pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif dapat ditarik
simpulan yaitu :
1. COD awal senilai 2560 mg O2/L dan COD akhir senilai 1920 mg O2/L
2. MLVSS senilai 68107,5 mg/L
3. Kebutuhan karbon sebanyak 9,375 g dari glukosa, kebutuhan nitrogen
sebanyak 3,3817 g dari KNO3, dan kebutuhan phosfor sebanyak 0,4113 g dari
KH2PO4
4. Efisiensi pengolahan senilai 25%
DAFTAR PUSTAKA
Metcalf & Eddy, 1991, “ Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse “,
3rd ed., pp 378 – 429, Mc Graw Hill Book Co., Singapore.

Sawyer, CN, McCarty, PL, and Parkin, GF, 1994, “ Chemistry for Environental
Engineering ”, 4th ed., Mc Graw Hill Book Co., Singapore.

JEMAI, 1999, “ Pengetahuan Dasar pada Penanggulangan Pencemaran Lingkungan


Air “, 2nd ed., pp 188 – 206, JETRO.
LAMPIRAN
Penentuan Konsentrasi Nutrisi Bagi Mikroba
 Volume Lumpur Aktif = 10 Liter
 Nilai BOD Lumpur Aktif = 1000 mg/L
 Perbandingan BOD:N:P = 100:5:1
 BM Glukosa = 180 gram/mol
 BM KNO3 = 101 gram/mol
 BM KH2PO4 = 136 gram/mol
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O
 Rasio Berat Molekul Glukosa dengan Oksigen

BMglukosa 180
= =0,9375
BMoksigen 6×32
 Kebutuhan Karbon (C)
10 L×BOD×0,9375
=10 L×1000mg/ L×0,9375
=9,375 g
 Kebutuhan Nitrogen (N)
5 101
×9375 mg×
100 14
=3381 ,7mg
=3,3817 g
 Kebutuhan Phosfor (P)

1 136
×9375 mg×
100 31
=411,3 mg
=0, 4113 g
Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)

c−a
 TSS (mg/L) = x 106
m L sampel

(43 , 6068−40 , 0168)


= ×106
40 mL
¿ 89750
c−d
 VSS (mg/L) = x 106
m L sampel

(43 , 6068−40 ,8825)


×106
40 mL
¿68107 , 5

FSS (mg/L) = TSS – VSS


= 89750 mg/L – 68107,5 mg/L
= 21642,5 mg/L

MLVSS = VSS

= 68107,5 mg/L

Penentuan Konsentrasi Kandungan Organik (COD) Lumpur Aktif

 Normalitas FAS (c) = 0,1


 Berat equivalen oksigen (d) = 8
 Pengenceran (p) = 20 kali
 Volume sampel = 2,5 mL

( a−b ) c x 1 0 00 x d x p
 COD sampel akhir (mg O2/L) =
m L sampel

(2,75−2, 45)×0,1×1000×8×20
=
2,5
=1920
( a−b ) c x 1 0 00 x d x p
 COD sampel awal (mg O2/L) =
m L sampel

(2,75−2,35 )×0,1×1000×8×20
=
2,5
=2560
Penentuan Efisiensi Pengolahan

C O D a w al−C O D a k hi r
Efisiensi = x 100%
COD awal
( 2560−1920 )
= ×100
2560
=25

Anda mungkin juga menyukai