Oleh :
Kelompok : 4
Nama : 1. Insani Mardliyyah 171411014
2. Iqbal Muhammad Fariz 171411015
3. Kamil Haikal Fauzi 171411016
4. Kautsar Yudha Pratama 171411017
Kelas : 3A-TK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
LANDASAN TEORI
Penentuan COD
pengambilan sampel 2,5 mL kedalam tabung hach dan penambahan 3,5 mL K2Cr2O7
Pemindahan tabung Hach pada Hach COD digester serta pemanasan 150oC selama 2 jam
Pengeluaran tabung hach dari digester hingga larutan sama dengan suhu ruang
penambahan indikator feroin 3 tetes dan penitrasian dengan larutan FAS dari hijau menjadi coklat
b. Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile SuspendedSolid
Pemanasan cawan pijar selama 1 jam dalam furnace 600⁰C dan kertas saring pada oven 105⁰C
(MLVSS)
Pemindahan kertas saring kedalam cawan pijar dan pemanasan pada oven 105⁰C 1 jam
Penimbangan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan hingga konstan
Pemindahan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan kedalam furnace dengan pemanasan 600⁰C 2 jam
Penimbangan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan hingga konstan
Penambahan nutrisi yaitu glukosa sebanyak 7,0384 gram, KNO3 sebanyak 2,5368 gram dan KH2PO4 sebanyak 0,3088 gram
Nilai
Parameter Sebelum penambahan nutrisi Setelah penambahan nutrisi
(0 Hari) (7 Hari)
o
Temperature 20 C 20 oC
pH 7,5 7
Dissolved Oksigen
8 mg/L 8 mg/L
(DO)
4.5. Pembahasan
4.5.1 Insani Mardliyyah (171411014)
Lumpur aktif (active sludge) merupakan suatu metode pengolahan air
limbah secara biokimia menggunakan mikroba pengurai zat organik. Prinsip
pengolahan limbah cara lumpur aktif, yaitu pengolahan secara aerobik yang
mengoksidasi zat organik menjadi CO2, H2O, NH4, dan sel biomassa baru.
Pada praktikum, tangki aerasi dibiarkan di udara terbuka tanpa ada aliran
udara masuk sehingga udara berkontak hanya pada permukaan saja. Sel
mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki pengendapan
(Sari, F.R. dkk., 2013). Pada dasarnya, sistem lumpur aktif konvensional
memiliki 2 tangki yaitu tangki aerasi dan tangki sedimentasi, namun pada
praktikum hanya menggunakan 1 tangki sebagai tank aerasi sekaligus tangki
sedimentasi.
Limbah yang digunakan memiliki karakteristik warna kecoklatan, bau
menyengat, padatan – padatan halus dan juga buih dipermukaan. Mula –
mula yang dilakukan pembuatan nutrisi untuk mencukupi kebutuhan
makanan bagi mikroorganisme. Nutrisi berupa glukosa sebagai sumber
karbon (C), KNO3 sebagai sumber nitrogen (N) dan KH2PO4 sebagai sumber
fosfor (P) dimana perbandingan yang diberikan adalah glukosa:
KNO3:KH2PO4 100:5:1, hal ini dikarenakan mikroba dapat tumbuh pada
komposisi nutrien tersebut. Pemberian nutrisi ini bertujuan agar
mikroorganisme mendapatkan sumber energi untuk reproduksi dan
pertumbuhan. Setelah penambahan nutrisi, tangki aerasi diaduk agar
tercampur sempurna dan proses degradasi bisa berlangsung optimal.
Terdapat beberapa parameter yang diukur pada praktikum lumpur aktif,
diantaranya COD dan MLVSS. Untuk mengetahui efisiensi pengolahan dan
kandungan organik sebelum dan setelah percobaan maka dilakukan
pengukuran COD, sedangkan untuk mengetahui jumlah mikroba yang
mendekomposisi bahan organik dilakukan pengukuran MLVSS. Dari
percobaan diketahui bahwa terjadi penurunan COD dari COD sampel awal
2560 mg O2/L menjadi 1920 mg O2/L. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
pendegradasian senyawa organik kompleks oleh mikroba pendegradasi
sehingga terjadi penurunan kandungan organik pada air limbah. Efisiensi
pengolahan air limbah menggunakan lumpur aktif sebesar 25%, hasil
penurunan COD dapat dikatatakan belum optimal untuk menurunkan COD
dalam sampel air limbah. Menurut Kep-51/MENLH/10/1995 tentang baku
mutu air limbah bagi kawasan industri, parameter COD golongan I sebesar
100 mg/L dan golongan II sebesar 300 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa
pada percobaan lumpur aktif, kadar COD sebesar masih diatas baku mutu.
Maka hasil proses pengolahan ini tidak dapat dibuang langsung ke
lingkungan karena masih diatas baku mutu, dan diperlukan pengolahan
kembali untuk menurunkan COD agar mencapai baku mutu.
Ada beberapa hal yang menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
dari mikroba, yaitu pH dan suhu. pH yang dibutuhkan mikroba idealnya yaitu
netral dan temperatur tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, hal ini
dapat mempengaruhi kinerja mikroba untuk hasil yang optimal. Selain itu
diperlukan aerasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi mikroorganisme
heterotrophik dan autotrophik, khususnya bakteri nitrit. Tingkat oksigen
terlarut harus antara 0-5 – 0,7 mg/L. Proses nitrifikasi berhenti jika oksigen
terlarut dibawah 0,2 mg/L (Dart dan Stretton, 1980). Menurut Curds dan
Hawkes (1983), reaksi degradasi dan biosintesis yang terjadi dalam tangki
aerasi dalam proses lumpur aktif sebagai berikut :
Sawyer, CN, McCarty, PL, and Parkin, GF, 1994, “ Chemistry for Environental
Engineering ”, 4th ed., Mc Graw Hill Book Co., Singapore.
BMglukosa 180
= =0,9375
BMoksigen 6×32
Kebutuhan Karbon (C)
10 L×BOD×0,9375
=10 L×1000mg/ L×0,9375
=9,375 g
Kebutuhan Nitrogen (N)
5 101
×9375 mg×
100 14
=3381 ,7mg
=3,3817 g
Kebutuhan Phosfor (P)
1 136
×9375 mg×
100 31
=411,3 mg
=0, 4113 g
Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
c−a
TSS (mg/L) = x 106
m L sampel
MLVSS = VSS
= 68107,5 mg/L
( a−b ) c x 1 0 00 x d x p
COD sampel akhir (mg O2/L) =
m L sampel
(2,75−2, 45)×0,1×1000×8×20
=
2,5
=1920
( a−b ) c x 1 0 00 x d x p
COD sampel awal (mg O2/L) =
m L sampel
(2,75−2,35 )×0,1×1000×8×20
=
2,5
=2560
Penentuan Efisiensi Pengolahan
C O D a w al−C O D a k hi r
Efisiensi = x 100%
COD awal
( 2560−1920 )
= ×100
2560
=25