Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BIOKIMIA

“ENZIM”

DOSEN :

IKA MARUYA KUSUMA S. SI, MSI

DISUSUN OLEH :

MEIDINDA AYU PUTRI 15330127

SATRIO ARI HUTOMO 15330140

LULU HAYATI ADDIYAR 16330085

TEGUH PENTANA 16330107

SITI JULAEHA 16330110

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, yang atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dari persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Biokimia di Institut Sains dan Teknologi
Nasional Jakarta. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan
terima kasih yang kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sengat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Jakarta, 01 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3

2.1 Definisi Enzim ......................................................................................................... 3


2.2 Sejarah Perkembangan Enzim .................................................................................. 4
2.3 Sifat - Sifat Enzim ................................................................................................... 6
2.4 Ciri – Ciri Enzim ...................................................................................................... 6
2.5 Nomenklatur Enzim ................................................................................................. 7
2.6 Klarifikasi Enzim ..................................................................................................... 8
2.7 Kofaktor (Aktifitas, Gugus Prostetik, Dan Koenzim) .............................................. 11
2.8 Mekanisme Kerja Enzim .......................................................................................... 13
2.9 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim ................................................. 15
2.10 Peran Dan Fungsi Enzim Dalam Kehidupan ............................................................. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 19

3.1 Alat Dan Bahan ........................................................................................................ 19


3.2 Uji kualitatif aktivitas proteolitik ............................................................................. 19
3.3 Produksi dan optimasi waktu produksi enzim protease ........................................... 19
3.4 Isolasi ekstrak kasar enzim ....................................................................................... 20
3.5 Uji aktivitas enzim protease ..................................................................................... 20
3.6 Penentuan kadar protein .......................................................................................... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 21


4.1 Hasil dan pembahasan penelitian ............................................................................. 21

BAB V KESIMPULAN ............................................................................................... 24


5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 24

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Unsur-unsur kimia pada sel hidup mengalami berbagai proses dan reaksi.
Pada setiap reaksi kimia organik dibutuhkan katalisator untuk mempercepat reaksi
kimia. Enzim memiliki fungsi sebagai biokatalisator yaitu mempercepat proses
suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Maksudnya, enzim
tidak ikut berubah menjadi produk melainkan akan kembali ke bentuk asalnya
setelah reaksi kimia selesai. Enzim mengubah molekul awal zat, substrat, menjadi
hasil reaksi yang molekulnya berbeda dari molekul awal (produk).
Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang
dengan cepat. Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata enzim mempunyai
gugus bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam
ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein
Enzim merupakan zat yang paling menarik dan penting di alam. Pertama, sangat
penting untuk menyadari bahwa enzim bukanlah benda hidup. Mereka benda
mati, sama seperti mineral. Tapi juga tidak seperti mineral, mereka dibuat oleh sel
hidup. Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup.
Oleh karena itu, enzim sudah tidak diragukan memiliki peran yang sangat
penting dalam kehidupan. Tidak hanya dalam kehidupan manusia, tetapi bagi
hewan dan tumbuhan. Bahkan bisa dikatakan bahwa enzim berperan penting
dalam kelangsungan alam ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan enzim?


2. Bagaimana sifat-sifat enzim?
3. Bagaimana nomenklatur enzim?
4. Bagaimana klasifikasi enzim?
5. Bagaimana kofaktor enzim?

1
6. Bagaimana mekanisme kerja enzim?
7. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim?
8. Apa sajakah Peranan dan Fungsi Enzim Dalam Kehidupan?

1.3 Tujuan Masalah


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian enzim.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat enzim.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui nomenklatur enzim.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi enzim.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui kofaktor enzim.
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja enzim.
7. Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja
enzim.
8. Agar dapat mengetahui Peranan dan Fungsi Enzim Dalam Kehidupan

2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Definis Enzim

Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di


dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan
dengan protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa
habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein.
Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai
substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang
berbeda, disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada
suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan
enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan
metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter (Pack, 2008: 156).

Menurut Kuhne (1878), enzim berasal dari kata in dan zyme yang berarti
sesuatu di dalam ragi. Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
enzim adalah suatu protein yang berupa molekul-molekul besar. Pada enzim
terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim,
sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama
gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga, seng atau suatu
bahan senyawa organik yang mengandung logam.

Enzim, katalis dalam sistem biologi adalah alat molekuler yang luar biasa
yang menentukan corak perubahan kimia dalam sel. Enzim juga berperan dalam
perubahan berbagai bentuk energi. Sifat enzim yang paling mencolok ialah daya
katalitik dan spesifisitas. Selain itu, kerja banyak enzim sangat terkendali. Hampir
semua enzim yang diketahui adalah protein. Meskipun demikian, telah terbukti
pula bahwa ada RNA yang mempunyai kemampuan katalitik. Ini berarti, sifat
katalitik ini bukanlah monopoli molekul protein. (Lubert Stryer, 2000:181).

3
Katalis adalah zat yang menyebabkan reaksi kimiawi dapat berlangsung,
dan dalam sel mungkin berlangsung ratusan reaksi yang masing-masing
memerlukan enzim tertentu. Enzim mengkatalisis suatu sintesis yaitu
pembentukan senyawa kompleks dari molekul sederhana, atau mengkatalisis
degradasi yaitu molekul kompleks dirombak menjadi unit yang sederhana dengan
cara hidrolisis.

2.2 Sejarah Perkembangan Enzim


Hal-hal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam
dunia pendidikan tinggi, enzimologi tidak dipelajari sebagai satu jurusan
tersendiri, tetapi sejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi
terutama dipelajari dalam kedokteran, ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan,
dan cabang-cabang ilmu pertanian.
Pada akhir tahun 1700-an dan awal tahun 1800-an, pencernaan daging
oleh sekresi perut dan konversi pati menjadi gula oleh ekstrak tumbuhan dan
ludah telah diketahui. Namun, mekanisme bagaimana hal ini terjadi belum
diidentifikasi.
Pada abad ke-19, ketika mengkaji fermentasi gula menjadi alkohol oleh
ragi, Louis Pasteur menyimpulkan bahwa fermentasi ini dikatalisasi oleh gaya
dorong vital yang terdapat dalam sel ragi, disebut sebagai "ferment", dan
diperkirakan hanya berfungsi dalam tubuh organisme hidup. Ia menulis bahwa
"fermentasi alkoholik adalah peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan dan
organisasi sel ragi, dan bukannya kematian ataupun putrefaksi sel tersebut."
Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kühne (1837–1900)
pertama kali menggunakan istilah "enzyme", yang berasal dari bahasa Yunani
yang berarti "dalam bahan pengembang" (ragi), untuk menjelaskan proses ini.
Kata "enzyme" kemudian digunakan untuk merujuk pada zat mati seperti pepsin,
dan kata ferment digunakan untuk merujuk pada aktivitas kimiawi yang
dihasilkan oleh organisme hidup.
Pada tahun 1897, Eduard Buchner memulai kajiannya mengenai kemampuan
ekstrak ragi untuk memfermentasi gula walaupun ia tidak terdapat pada sel ragi
yang hidup. Pada sederet eksperimen di Universitas Berlin, ia menemukan bahwa

4
gula difermentasi bahkan apabila sel ragi tidak terdapat pada campuran. Ia
menamai enzim yang memfermentasi sukrosa sebagai "zymase" (zimase). Pada
tahun 1907, ia menerima penghargaan nobel dalam bidang kimia atas riset
biokimia dan penemuan fermentasi tanpa sel yang dilakukannya. Mengikuti
praktek Buchner, enzim biasanya dinamai sesuai dengan reaksi yang dikatalisasi
oleh enzim tersebut. Umumnya, untuk mendapatkan nama sebuah enzim, akhiran
-ase ditambahkan pada nama substrat enzim tersebut (contohnya: laktase,
merupakan enzim yang mengurai laktosa) ataupun pada jenis reaksi yang
dikatalisasi (contoh: DNA polimerase yang menghasilkan polimer DNA).
Penemuan bahwa enzim dapat bekerja diluar sel hidup mendorong
penelitian pada sifat-sifat biokimia enzim tersebut. Banyak peneliti awal
menemukan bahwa aktivitas enzim diasosiasikan dengan protein, namun beberapa
ilmuwan seperti Richard Willstätter berargumen bahwa proten hanyalah bertindak
sebagai pembawa enzim dan protein sendiri tidak dapat melakukan katalisis.
Namun, pada tahun 1926, James B. Sumner berhasil mengkristalisasienzim urease
dan menunjukkan bahwa ia merupakan protein murni. Kesimpulannya adalah
bahwa protein murni dapat berupa enzim dan hal ini secara tuntas dibuktikan oleh
Northrop dan Stanley yang meneliti enzim pencernaan pepsin (1930), tripsin, dan
kimotripsin. Ketiga ilmuwan ini meraih penghargaan Nobel tahun 1946 pada
bidang kimia.
Penemuan bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya mengijinkan
struktur enzim ditentukan melalui kristalografi sinar-X. Metode ini pertama kali
diterapkan pada lisozim, enzim yang ditemukan pada air mata, air ludah, dan telur
putih, yang mencerna lapisan pelindung beberapa bakteri. Struktur enzim ini
dipecahkan oleh sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh David Chilton Phillips
dan dipublikasikan pada tahun 1965. Struktur lisozim dalam resolusi tinggi ini
menandai dimulainya bidang biologi struktural dan usaha untuk memahami
bagaimana enzim bekerja pada tingkat atom.

5
2.3 Sifat-Sifat Enzim
Menurut Pack (2008: 161) sifat-sifat dari enzim adalah sebagai berikut ini:
1. Enzim adalah Protein
Sebagai protein enzim memiliki sifat seperti protein, yaitu sangat dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan, seperti suhu, pH, konsentrasi substrat). Jika
lingkungannya tidak sesuai, maka enzim akan rusak atau tidak dapat bekerja
dengan baik.
2. Bekerja secara khusus/spesifik
Setiap enzim memiliki sisi aktif yang sesuai hanya dengan satu jenis substrat,
artinya setiap enzim hanya dapat bekerja pada satu substrat yang cocok dengan
sisi aktifnya.
3. Berfungsi sebagai katalis
Meningkatkan kecepatan reaksi kimia tanpa merubah produk yang diharapkan
tanpa ikut bereaksi dengan substratnya, dengan demikian energi yang
dibutuhkan untuk menguraikan suatu substrat menjadi lebih sedikit.
4. Diperlukan dalam jumlah sedikit
Dalam reaksi biokimia hanya sejumlah kecil enzim yang dibutuhkan untuk
mengubah sejumlah besar substrat menjadi produk hasil.
5. Bekerja bolak-balik
Enzim tidak mempengaruhi arah reaksi, sehingga dapat bekerja dua arah (bolak-
balik). Artinya enzim dapat menguraikan substrat menjadi senyawa 10
sederhana, dan sebaliknya enzim juga dapat menyusun senyawa-senyawa
menjadi senyawa tertentu.

2.4 Ciri-Ciri Enzim


Ciri – ciri dari enzim ialah sebagai berikut :
a. Merupakan sebuah protein, Jadi sifatnya sama dengan protein yaitu dapat
menggumpal dalam suhu tinggi dan terpengaruh oleh temperatur.
b. Bekerja secara khusus, Artinya hanya untuk bekerja dalam satu reaksi saja
tidak dapat digunakan dalam beberapa reaksi.
c. Dapat digunakan berulang kali, Enzim dapat digunakan berulang kali karena
enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi.

6
d. Rusak oleh panas Enzim tidak tahan pada suhu tinggi, kebanyakan enzim
hanya bertahan pada suhu 500˚C, rusaknya enzim oleh panas disebut dengan
denaturasi.
e. Dapat bekerja bolak – balik, Artinya satu enzim dapat menguraikan satu
senyawa menjadi senyawa yang lain. ISOZIM Isozim atau Iso-enzim adalah
dalam suatu campuran terdapat lebih dari satu enzim yang dapat berperan
dalam suatu substrat untuk memberikan suatu hasil yang sama. Keuntungan
bagi tumbuhan yang mengandung isoenzim adalah karena isozim – isozim
tersebut akan memiliki tanggapan yang berbeda terhadap faltor – faktor
lingkungan. Setiap isozim dihadapkan pada lingkungan kimia yang berbeda
dab masing – masing berperan pada posisi yang berbeda dalam lintasan
metabolic.

2.5 Nomenklatur Enzim

Enzim biasanya mendapat akhiran ase menunjukkan substrat yang


ditindaknya dan tipe reaksi yang dikatalisisnya. Misalnya sitokrom oksidase
(enzim respiratoris), mengoksidasi (mengambil satu electron dari) satu molekul
sitokrom. Asam malat dehidrogenase, mengambil dua atom H (mendehidrogenasi)
dari asam malat. Nama umum ini walaupun pendek namun tidak memberikan
cukup keterangan mengenai reaksi yang dikatalisisnya, juga tidak menerapkan
akseptor dari electron atau atom hydrogen yang diambil itu.
International Union of Biochemistry memberi nama lebih Panjang tetapi
lebih deskriptif. Misalnya, sitokrom oksidase dinamakan sitokrom C, O2
oksidoreduktase, yang menunjukkan bahwa sitokrom tertentu, yang elektronnya
diambil itu adalah tipe C dan molekul oksigen adalah akseptor electron. Asam
malat dehydrogenase dinamakan L-malat NAD oksidoreduktase, menunjukan
bahwa enzim itu khas untuk ionisasi bentuk L dari asam malat dan NAD adalah
akseptor atom hydrogen (Vandalita, 2018: 59).
Biasanya enzim mempunyai akhiran –ase. Didepan –ase digunakan nama
substrat dimana enzim itu bekerja, atau nama reaksi yang dikatalis. Misalnya
selulase, dehidrogenase, urease, dan lain–lain. Tetapi, pedoman tersebut tidak
selalu digunakan. Hal ini disebabkan nama tersebut digunakan sebelum pedoman

7
pemberian nama diterima dan nama tersebut sudah umum digunakan. Misalnya
pepsin, tripsin, dan lain–lain. Dalam Daftar Istilah Kimia Organis (1978), akhiran
–ase tersebut diganti dengan –asa. Enzim diberi nama dengan menambahkan
akhiran ase terhadap nama substrat yang diubah oleh enzim tersebut, misalnya
enzim amilase mengubah amilum menjadi glukosa, lipase mengubah lemak
(lipid), dan enzim yang mengadakan perubahan karbohidrat merupakan kelompok
karbohidrase.

2.6 Klasifikasi Enzim


Menurut Poedjiadi (2006: 75-76) enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat
bekerjanya, substrat yang dikatalisis, daya katalisisnya, dan cara terbentuknya.
A. Penggolongan enzim berdasarkan tempat bekerjanya
a. Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya
di dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses
sintesis di dalamsel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna
untuk proses kehidupan sel,misal dalam proses respirasi.
b. Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya
di luar sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara
hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih
rendah sehingga dapat masuk melewati membran sel. Energi yang
dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di luar sel tidak digunakan
dalam proses kehidupan sel.
B. Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis
a. Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan
pemindahan elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim
elektron transfer oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada
beberapa macam enzim electron transfer oksidase, yaitu enzim oksidase,
oksigenase, hidroksilase dan dehidrogenase.

8
b. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu
molekul ke molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim
sebagai berikut:
1. Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.

2. Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan


fosfat.

3. Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asil.

c. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim
adalah:
1. Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan ester
karboksil.
2. Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).
3. Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan
polipeptida.
d. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan
gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh
adalah:
1. L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pengambilan air dari malat sehingga dihasilkan fumarat.
2. Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis
reaksi pengambilan gugus karboksil.
e. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi,
yaitu:
1. Rasemase, merubah l-alanin D-alanin

2. Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat D-xylulosa-5-fosfat

3. Cis-trans isomerase, merubah transmetinal cisrentolal

9
4. Intramolekul ketol isomerase, merubah D-gliseraldehid-3-fosfat
dihidroksi aseton fosfat

5. Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-CoA


suksinil-CoA

f. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan
dibebaskannya molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh
adalah enzim asetat=CoASH. Ligase yang mengkatalisis rekasi sebagai
berikut:
Asetat + CoA-SH + ATP Asetil CoA + AMP + P-P

C. Enzim lain dengan tatanama berbeda


Ada beberapa enzim yang penamaannya tidak menurut cara di atas, misalnya
enzim pepsin, triosin, dan sebagainya serta enzim yang termasuk enzim
permease. Permease adalah enzim yang berperan dalam menentukan sifat
selektif permiabel dari membran sel.

D. Penggolongan enzim berdasar cara terbentuknya

a. Enzim konstitutif

Di dalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari susunan sel
normal, sehingga enzim tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah tetap
pada sel hidup. Walaupun demikian ada enzim yang jumlahnya
dipengaruhi kadar substratnya, misalnya enzim amilase. Sedangkan
enzim-enzim yang berperan dalam proses respirasi jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh kadar substratnya.

b. Enzim adaptif

Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi terbentuknya enzim


tertentu. Induksi menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat
dirangsang sampai beberapa ribu kali. Enzim adaptif adalah enzim yang
pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat. Sebagai contoh adalah

10
enzim beta galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang
ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa. Mulamula E.
coli tidak dapat menggunakan laktosa sehingga awalnya tidak nampak
adanya pertumbuhan (fase lag/fase adaptasi panjang) setelah beberapa
waktu baru menampakkan pertumbuhan. Selama fase lag tersebut E.
colimembentuk enzim beta galaktosidase yang digunakan untuk
merombak laktosa.

2.7 Kofaktor (Aktivitas, Gugus Prostetik, dan Koenzim)


Pada mulanya enzim dianggap hanya terdiri dari protein dan memang ada
enzim yang temyata hanya tersusun dari protein saja. Misalnya pepsin dan tripsin.
Tetapi ada juga enzim-enzim yang selain protein juga memerlukan komponen
selain protein. Komponen selain protein pada enzim dinamakan kofaktor.
Koenzim dapat merupakan ion logam atau metal, atau molekul organik yan
dinamakan koenzim. Gabungan antara bagian protein enzim (apoenzim) dan
kofaktor dinamakan holoenzim. Enzim yang memerlukan ion logam sebagai
kofaktomya dinamakan metaloenzim. Ion logam ini berfungsi untuk menjadi
pusat katalis primer, menjadi tempat untuk mengikat substrat, dan sebagai
stabilisator supaya enzim tetap aktif.
Kofaktor adalah komponen enzim yang bersifat non-protein yang
berfungsi untuk mengaktifkan enzim. Sifatnya stabil terhadap perubahan suhu
atau suatu reaksi. Kofaktor dibedakan menjadi tiga tipe yaitu activator, gugus
protestik dan koenzim.

11
A. Aktivator
Aktivator biasanya berikatan lemah dengan suatu enzim. Banyak enzim yang
berasosiasi dengan glikolisis memerlukan logam sebagai activator. Beberapa
logam yang diketahui merupakan activator dari system enzim adalah Cu, Fe,
Mn, Zn, Ca, K, dan Co (Harahap, 2012)
B. Gugus protestik
Gugus Prostetik yaitu bagian enzim yang tidak tersusun dari protein, tetapi dari
ion-ion logam atau molekul-molekul organik yang disebut koenzim. Molekul
gugus prostetik lebih kecil dan tahan panas (termostabil), ion-ion logam yang
menjadi kofaktor berperan sebagai stabilisator agarenzim tetap aktif (Harahap,
2012). Koenzim yang terkenal pada rantai pengangkutan elektron (respirasi
sel), yaitu NAD (Nikotinamid Adenin Dinukleotida), FAD (Flavin Adenin
Dinukleotida), Sitokrom. Enzim mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan
reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel. Walaupun enzim dibuat di dalam
sel, tetapi untuk bertindak sebagai katalis tidak harus berada di dalam sel.
Reaksi yang di-kendalikan oleh enzim antara lain ialah respirasi, pertumbuhan
dan perkembangan, kontraksi otot, fotosintesis, fiksasi, nitrogen, dan
pencemaan (Harahap, 2012).
C. Koenzim
Dalam peranannya enzim sering memerlukan senyawa organik tertentu
selain protein. Ditinjau dari fungsinya, dikenal adanya koenzim yang
berperan sebagai pemindahhidrogen, pemindah elektron, pemindah gugusan
kimia tertentu (group transferring) dan koenzim dari isomerase dan liase
(Harahap, 2012).

12
2.8 Mekanisme Kerja Enzim
Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim
meningkatkan laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang
diperlukan untuk reaksi) dari EA1 menjadi EA. Penurunan energi aktivasi
dilakukan dengan membentuk kompleks dengan substrat. Setelah produk
dihasilkan, kemudian enzim dilepaskan. Enzim bebas untuk membentuk kompleks
baru dengan substrat yang lain (Mustofa, 2016). Enzim memiliki sisi aktif, yaitu
bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada sisi ini, terdapat gugus
prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik sehingga dapat
mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat spesifik sehingga
diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan bentuk tertentu yang
dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar dapat bereaksi, enzim dan substrat harus
saling komplementer (Mustofa, 2016). Menurut Pack (2008: 163); Mustofa (2016)
ada 2 teori mengenai cara kerja enzim, yaitu:
1. Model Fischer (model kaku)/ (Lock and key theory)
Teori ini menyatakan bahwa enzim akan mengikat substrat jika ukuran dan
bentuknya sama dengan active site enzyme. Enzim bersifat kaku. Enzim dan
substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk

13
dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi
aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan
produk serta membebaskan enzim. Jika enzim mengalami denaturasi (rusak)
karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi.
Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yang sama.

2. Model Koschland/ ketepatan induksi (Induced fit theory)


Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk
yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif
termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika produk sudah
terlepas dari kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas.
Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.

Menurut Mustofa (2016) Cara Kerja Enzim adalah sebagai berikut:


a. Menurunkan energy aktivasi dengan mengubah bentuk substrat menjadi
keadaan transisi sebelum membentuk produk

b. Menurunkan energy keadaan transisi

c. Menyediakan lintasan reaksi alternative

14
d. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan desabilisasi keadaan dasar..

2.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim


Menurut Poedjiadi (2006: 79) faktor-faktor yang mempengaruhi enzim
diantaranya adalah sebagai berikut:
A. Suhu
Enzim terdiri atas molekul-molekul protein. Oleh karena itu, enzim masih
tetap mempuyai sifat protein yang kerjanyas dipengaruhi oleh suhu. Enzim
dapat bekerja optimum pada kisaran suhu tertentu, yaitu sekitar suhu 40 °C.
Pada suhu 0 °C, enzim tidak aktif. Jika suhunya dinaikkan, enzim akan mulai
aktif. Jika suhunya dinaikkan lebih tinggi lagi sampai batas sekitar 40 – 50°C,
enzim akan bekerja lebih aktif lagi. Namun, pemanasan lebih lanjut membuat
enzim akan terurai atau terdenaturasi seperti halnya protein lainnya. Pada
keadaan ini enzim tidak dapat bekerja.
a. Enzim tidak aktif pada suhu kurang daripada 0 °C.

b. Kadar tindak balas enzim meningkat dua kali ganda bagi setiap kenaikan
suhu 10 °C.

c. Kadar tindak balas enzim paling optimum pada suhu 37 °C. Enzim
ternyahasli pada suhu tinggi iaitu lebih dari 50 °C.

B. Derajat Keasaman (pH)

Enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada netral, kecuali beberapa jenis
enzim yang bekerja pada suasana asam atau suasana basa. Jika enzim yang
bekerja optimum pada suasana netral ditempatkan pada suasana basa ataupun
asam, enzim tersebut tidak akan bekerja atau bahkan rusak. Begitu juga
sebaliknya, jila suatu enzim bekerja optimal pada suasana basa atau asam
tetapi ditempatkan pada keadaan asam atau bas, enzimtersebut akan
rusak.Sebagai contohnya, enzim pepsin yang terdpat di dalam lambung,
efektif bekerja pada pH rendah.Setiap enzim bertindak paling cekap pada nilai
pH tertentu yang disebut sebagai pH optimum.pH optimum bagi kebanyakan
enzim ialah pH 7.Terdapat beberapa pengecualian, misalnya enzim pepsin di

15
dalam perut bertindak balas paling cekap pada pH 2, sementara enzim tripsin
di dalam usus kecil bertindak paling cekap pada pH 8.

C. Inhibitor
Hal lain yang mempengaruhi kerja enzim adalah feed back inhibitor. Feed
back inhibitor adalah keadaan pada saat substansi hasil (produk) kerja enzim
yang terakumulasi dalam jumlah yang berlebihan akan menghambat kerja
enzim yang bersangkutan.
a. Inhibitor Kompetisi
Pada inhibitor kompetisi terjadi penambahan substrat dapat mengurangi
daya hambatnya, karena inhibitor bersaing dengan substrat untuk mengikta
bagian aktif enzim. Misalnya enzim suksinat dehidrogenase yang
berfungsi mengkatalisis reaksi oksidasi asam uksinat menjadi fumarat, jika
dalam proses ini ditambahkan asam malonat, maka enzim suksinat
dehidrogenase akan menurun aktivitasnya. Tetapi jika diberikan lagi asam
suksinat sebagai substrat reaksi akan normal kembali. Sehingga aktivitas
inhibitor ini sangat bergantung pada konsentrasi inhibitor, konsentrasi
substrat, dan aktivitas relatif inhibitor dan substrat.
b. Inhibitor Nonkompetisi
Inhibitor nonkompetisi pengaruhnya tidak dapat dihilangkan dengan
adanya penambahan substrat lain, dimana inhibitor ini akan berikatan
dengan permukaan enzim tanpa lepas dan lokasinya tidak dapat diganti
oleh substrat. Sehingga daya kerja inhibitor sangat tergantung dari
konsentrasi inhibitor dan aktivitas inhibitor terhadap enzim.

16
D. Konsentrasi Substrat
Mekanisme kerja enzim juga ditentukan oleh jumlah atau konsentrasi
substrat yang tersedia. Jika jumlah substratnya sedikit, kecepatan kerja enzim
juga rendah. Sebaliknya, jika jumlah substrat yang tersedia banyak, kerja
enzim juga cepat. Pada keadaan substrat berlebih, kerja enzim tidak sampai
menurun tetapi konstan.
Pada kepekatan substrat rendah, bilangan molekul enzim melebihi
bilangan molekul substrat. Oleh itu,cuma sebilangan kecil molekul enzim
bertindak balas dengan molekul substrat. Apabila kepekatan substrat
bertambah, lebih molekul enzim dapat bertindak balas dengan molekul
substrat sehingga ke satu kadar maksimum. Penambahan kepekatan substrat
selanjutnya tidak akan menambahkan kadar tindak balas kerana kepekatan
enzim menjadi faktor pengehambat.

2.10 Peranan dan Fungsi Enzim Dalam Kehidupan


Terdapat berbagai macam peranan atau Fungsi dari enzim yakni :
1. Reduksi, yaitu reaksi penambahan hydrogen, electron atau pelepasan oksigen.
2. Dehidrasi yaitu pelepasan molekul uap air (H20).
3. Oksidasi yaitu reaksi pelepasan molekul hydrogen, electron atau penambahan
oksigen
4. Hidrolisis yaitu reaksi penambahan H20 pada suatu molekul dan diikuti
pemecahan molekul pada ikatan yang ditambah H20.
5. Deminase yaitu reaksi pelepasan gugus amin (NH2)
6. Dekarbolisasi yaitu reaksi pelepasan CO2 dan gugusan karbosil.
7. Fosforilasi yaitu reaksi pelepasan fosfat.
8. Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia, di mana
hampir semua enzim adalah protein. Pada reaksi-reaksi enzimatik, molekul
yang mengawali reaksi disebut substrat, sedangkan hasilnya disebut produk.
Cara kerja enzim dalam mengkatalisis reaksi kimia substansi lain tidak
merubah atau merusak reaksi ini.

17
9. Fungsi Enzim Yaitu sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam
sel maupun di luar sel makhluk hidup. Enzim ini berfungsi sebagai katalis
yang sangan efisien dan mempunyai derajat yang tinggi.

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan adalah Spektrofotometer genesis 10 S UV-Vis,
Autoklaf ALL American model 1925 X/KY-23D Wisconsin Aluminium Foundry
Co. inc. Manitowoc, pH meter 210 A orion, Waterbath thermostat WK24
(Shibata Scientific Technologamy Ltd.), Vortex mixer Genie 2TM Cat. No. 12-
82, Tabung mikro dan alat-alat standar lainnya yang digunakan di laboratorium
sesuai dengan prosedur kerja.
Bahan-bahan yang digunakan susu skim (Greenfields, S000010052),
pepton (Merck, 1072280500), NaCl, agar batang, kasein (Merck, 750344), standar
tirosin (Merck, 1.083710025), Na2CO3 (Merck, 6392.1000), kertas saring GF/C
Whatman (Cat. No. 1822055), Corning syringe filters 0,45 µm selulosa asetat
bebas surfaktan (Cat. No. CLS431220-50EA), standar protein untuk penentuan
konsentrasi protein adalah albumin bovine serum fraction V (ex. Hopkin &
Williams, Cat. No. 114255), reagen Folin-Ciocalteau (Merck, 1.09001.0500), dan
bahan kimia lain adalah proanalisis atau bahan preparative sesuai prosedur kerja.

3.2 Uji Kualitatif Aktivitas Proteolitik


Isolat Bacillus sp. B1 diremajakan pada media Nutrient Broth (NB) selama
24 jam pada 37°C. Uji kualitatif aktivitas enzim protease dilakukan dengan cara
menginokulasikan isolat Bacillus sp. B1 pada media Skim Milk Agar (SMA).
Media SMA mengandung pepton (0,1% w/v), NaCl (0,5% w/v), agar (2,0% w/v)
dan susu skim (10% v/v) (Chu, 2006). Uji positif ditunjukkan dengan adanya zona
bening disekitar koloni bakteri pada permukaan media SMA.

3.3 Produksi dan optimasi waktu produksi enzim protease


Inokulum disipakan dengan cara menambahkan satu ose isolat pada 50 mL NB
dan diinkbasi dalam shaker incubator dengan kecepatan agitasi 120 rpm pada suhu 37°C
selama 24 jam. Inokulum kemudian diinokulasikan pada media produksi Horikoshi
sedemikian rupa hingga OD akhir total dalam media produksi menjadi 0,13/mL.

19
Media Horikoshi mengandung 1% glukosa, 0,5% yeast extract, 0,5% pepton,
0,1% KH2PO4, 0,02% MgSO4, dan 1% Na2CO3. Na2CO3 steril ditambahkan
pada media setelah proses sterilisasi (Tari dkk., 2005). Inkubasi dilakukan dalam
shaker incubator dengan kecepatan agitasi 150 rpm pada suhu 37°C dengan
variasi waktu produksi 6, 12, 18, 24, 30, dan 36 jam.

3.4 Isolasi ekstrak kasar enzim


Enzim protease yang terdapat dalam media produksi dipisahkan dari sel
isolatnya dengan cara sentrifugasi dalam keadaan dingin dengan kecepatan 9500
rpm selama 10 menit. Sebelum sentrifugasi, media kultur berisi enzim tersebut
didinginkan pada suhu 10ºC selama kurang lebih 1 jam. Supernatan disaring
dengan filter glass fiber (Whatman GF/C) dan disterilisasi dengan Corning sterile
syringe filter 0,45 µm. Jika enzim tidak langsung digunakan untuk analisis
aktivitas enzim, kemudian ditambahkan NaN3 hingga konsentrasi larutan 1 mM
ke dalam setiap larutan supernatan.

3.5 Uji aktivitas enzim protease


Ekstrak kasar enzim yang telah diisolasi selanjutnya ditentukan aktivitas
proteolitiknya berdasarkan Cupp dan Enyard (2008). Sebanyak 1 mL ekstrak
kasar enzim ditambahkan pada substrat kasein 0,65% (0,65 gr kasein dalam 100
mL bufer K-Pospat 0,05 M pH 7,5). Campuran reaksi diinkubasi pada 37°C
selama 10 menit. Terminasi reaksi dilakukan melalui penambahan 5 mL reagen
TCA 110 mM, dan diinkubasi kembali pada 37°C selama 30 menit. Sebanyak 2
mL filtrat dipisahkan dengan cara sentrifugasi pada 10000 rpm selama 10 menit.
Sebanyak 5 mL Na2CO3 dan 1 mL reagen Folin Ciocalteau ditambahkan ke
dalam filtrat dan diinkubasi pada 37°C selama 30 menit. Absorbansi campuran
diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Satu
unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai banyaknya enzim yang dibutuhkan
untuk melepaskan 1µmol tirosin pada substrat kasein per menit.

3.6 Penentuan kadar protein


Kadar protein dalam ekstrak kasar enzim ditentukan menggunakan metode
Lowry dengan bovine serum albumin sebagai standar.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan pembahasan penelitian


Uji aktivitas proteolitik dilakukan pada isolat Bacillus sp. B1 dengan
menggunakan media SMA. Uji positif ditunjukkan dengan adanya zona bening di
sekitar koloni bakteri pada media SMA. Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa
isolat Bacillus sp. B1 merupakan bakteri proteolitik karena mampu menghasilkan
enzim protease yang ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni
bakteri. Isolat Bacillus sp. B1 yang terbukti memiliki aktivitas proteolitik
kemudian dijadikan sebagai starter pada proses produksi enzim protease.
Aktivitas proteolitik isolat Bacillus sp. B1 pada media SMA ditunjukkan
pada Gambar 1. Protein yang terdapat pada media selektif SMA bertindak sebagai
induser bagi enzim protease. Zona bening yang dihasilkan merupakan hasil
hidrolisis substrat protein yang terkandung dalam media SMA oleh enzim
protease yang dihasilkan oleh isolat bakteri. Media SMA mengandung pepton dan
susu skim sebagai sumber karbon utama bagi kebutuhan metabolisme bakteri.

21
Penentuan waktu produksi optimal dilakukan pada waktu produksi 6, 12,
18, 24, 30, dan 36 jam oleh isolat Bacillus sp. B1. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa isolat Bacillus sp. B1 menunjukkan waktu produksi optimal pada 30 jam
dengan aktivitas 19,9194 x 10-3 Unit/mL (Tabel 1.). Selain aktif menghasilkan
enzim protease, isolat Bacillus sp. B1 juga mampu menghasilkan enzim selulase
dengan aktivitas maksimum berturutturut adalah 7,130 x 10-3 U/mL.
Pada Gambar 2. menunjukkan bahwa isolat Bacillus sp. B1 mengalami
kenaikan aktivitas dari 6 jam inkubasi pertama hingga mencapai waktu produksi
optimalnya yaitu 30 jam. Setelah mencapai waktu produksi optimalnya, isolat
Bacillus sp. B1 mengalami penurunan aktivitas enzim. Kenaikan aktivitas enzim
pada awal waktu produksi diduga disebabkan oleh masih tersedianya nutrisi
dalam jumlah besar yang diperlukan sel bakteri untuk melakukan metabolisme
sel. Pada akhir waktu produksi enzim, terjadi penurunan aktivitas proteolitik yang
dapat terjadi karena berkurangnya jumlah substrat yang akan menghambat
pembentukan kompleks enzim substrat dan perubahan struktur enzim yang akan
menyebabkan penurunan laju katalitik. Akibat perubahan struktur enzim, sisi aktif
enzim mengalami perubahan bentuk sehingga tidak dapat digunakan secara baik
dalam mengikat substrat. Kemungkinan lain adalah kebutuhan bakteri akan nutrisi
asam amino sudah terpenuhi, atau sel-sel bakteri mulai mengalami lisis yang
dilanjutkan dengan fase kematian.
Nilai aktivitas enzim yang diperoleh pada penelitian ini masih jauh lebih
rendah dibandingkan dengan aktivitas enzim protease Bacillus sp. Ve1 yang
memiliki aktivitas protease maksimum sebesar 397 U/mL pada media gelatin cair.

22
Sementara itu, Nilegaonkar dkk. (2006) melaporkan bahwa enzim protease
Bacillus cereus MCM B-326 yang diisolasi dari kulit kerbau memiliki aktivitas
maksimum sebesar 126,87 U/mL pada media pati kedelai. Sumber perolehan
galur Bacillus yang diisolasi Nilegaonkar dkk. (2006) berasal dari kulit kerbau,
yang memiliki kandungan protein tinggi dan perlu didegradasi mikroba untuk
keberlangsungan hidupnya. Bacillus sp. B1 yang diisolasi pada penelitian ini
berasal dari tanah, yang konsentrasi proteinnya diduga jauh lebih rendah dari
konsentrasi protein pada kulit kerbau. Kemungkinan tersebut menyebabkan
aktivitas enzim protease pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian Nilegaonkar dkk. (2006).

Aktivitas spesifik enzim protease diperoleh dengan cara membagi hasil aktivitas
enzim protease dengan kadar proteinnya. Kadar protein enzim protease ditentukan
dengan metode Lowry. Aktivitas spesifik enzim protease Bacillus sp. B1 yang
diperoleh pada penelitian ini adalah 0,2523 ± 0,0050 Unit/mg protein. Aktivitas
spesifik enzim menunjukkan kemurnian suatu enzim. Semakin tinggi aktivitas
spesifik enzim, maka semakin tinggi pula tingkat kemurnian enzim tersebut. Hal
ini disebabkan kahilangan protein nonenzim pada beberapa tahap pemisahan yang
dilalui dalam pemurnian enzim (Wijaya, 2002). Aktivitas spesifik juga
mengindikasikan bahwa protein yang dihasilkan oleh mikroba ke media tumbuh
merupakan protein target yang diinginkan.

23
BAB V
KESIMPULAN

Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di


dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan
dengan protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa
habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia.
Pada mulanya enzim dianggap hanya terdiri dari protein dan memang ada
enzim yang temyata hanya tersusun dari protein saja. Misalnya pepsin dan tripsin.
Tetapi ada juga enzim-enzim yang selain protein juga memerlukan komponen
selain protein. Komponen selain protein pada enzim dinamakan kofaktor.
Koenzim dapat merupakan ion logam atau metal, atau molekul organik yan
dinamakan koenzim. Gabungan antara bagian protein enzim (apoenzim) dan
kofaktor dinamakan holoenzim. Enzim yang memerlukan ion logam sebagai
kofaktomya dinamakan metaloenzim. Ion logam ini berfungsi untuk menjadi
pusat katalis primer, menjadi tempat untuk mengikat substrat, dan sebagai
stabilisator supaya enzim tetap aktif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa isolat Bacillus sp. B1 merupakan bakteri proteolitik yang
ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni bakteri pada media
SMA. Isolat Bacillus sp. B1 memiliki waktu produksi optimal pada 30 jam
dengan aktivitas enzim (19,9194 ± 0,0015)x10-3 Unit/mL dan aktivitas spesifik
sebesar 0,2523 ± 0,0050 Unit/mg protein.

24
DAFTAR PUSTAKA

Pack, Pilip. 2008. Cliffsap Biologi Edisi ke-2. Cet I. Pakar karya: Jakarta.
Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
Stryer Lubert. 2000. Biokimia Vol. 1 Edisi 4 Hal 181. EGC. Jakarta
Roni, W. 2013. Tentang Enzim. https://www.budidayapertanian.com. Diakses
Pada Tanggal 20 September 2018 pukul 20:15 WITA
Yuniati, R., Nugrogo, T., Puspita, F. 2015. Uji Aktivitas Enzim Protease Dari
Isolat Bacillus Sp Galur Lokal Riau. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Riau. Riau.

25

Anda mungkin juga menyukai