PENDAHULUAN
Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga dikenal sebagai analisis volumetri, dimana
zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Zat yang akan ditentukan kadarnya biasanya
diletakkan didalam erlemeyer, sedangkan zat yang tidak diketahui konsentrasinya biasanya
diletakkan di dalam buret atau sebaliknya. Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasinya. Titrasi dibedakan menjadi 4, yaitu: 1)titrasi asam basa;
2)titrasi redoks; 3 )titrasi kompleksometri; dan 4)titrasi pengendapan.
Pada makalah ini dikhususkan untuk membahas titrasi redoks. Titrasi redoks merupakan
suatu metode analisa yang didasarkan pada terjadinya reaksi oksidasi reduksi antara analit
dengan titran. Analit yang mengandung spesi redukstor dititrasi dengan titran yang berupa
larutan standart dari oksidator atau sebaliknya. Konsep reaksi redoks tersebut merupakan konsep
reaksi reduksi oksidasin berdasarkan peruahan bilangan oksidasinya.
Istilah okidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biangan oksidasi.
Jadi proses oksidasi disertai dengn hilangnya electron sedangkan redulsi disertai dengan
pertamahan electron. Oksidator adalah senyawa di mna atom yang terkadung
mengalamipenurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung
mengalami kenaikan bilangan oksidasi.oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan salingmengkompensasisatu sama lain.istilah oksidator dan reduksi tidak mengacu pada
atom saja akan tetapi juga pada suatu senyawa. Jika suatu reagen berperan baik sebagai
oksidator atau reduktor, maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau
disporposionasi.
Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan analit. Dalam
titrasi redoks biasanya digunakan potensiometeri untuk mendeteksi titik akhir, namun ada
pula yang mengunakan indikator yang dapat berubah warna nya dengan adanya kelebihan
titran yang digunakan
Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi
persyaratan umum sebagai berikut :
1.Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron
secara stokhiometri.
2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempurnaan
99%).
3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
Ce4+ + e- Ce3+
2.4 Keuntungan dan kerugian Serium (IV) Sulfat Sebagai Suatu Zat Pengoksidasi Standar
a) Keuntungan :
1. Larutan serium (IV)sulfat secara mencolok stabil selama dalam jangka waktu
yang lama .larutan ini tidak perlu dilindungi dari cahaya , dan bahkan dapat
didihkan selama waktu yang singkat tanpa perubahan yang berarti dalam
konsentrasi .
2. Serium(IV)sulfat dapat digunakan dalam penetapan zat – zat pereduksi dengan
adanya konsentrasi HCl yang tunggi .
3. Larutan – larutan serium (IV)sulfat dalam larutan 0,1 N tidak terlalu berwarna
untuk dapat mengaburkan penglihatan ketika membaca miniskus dalam buret
dan alat – alat titrimetri lainnya .
4. Dalam reaksi garam serium (IV)sulfat dalam larutan asam dengan zat – zat
pereduksi,perubahan valensi yang terjadi adalah : Ce4++e-↔ Ce3+
Dengan demikian maka dianggap bobot ekivalennya adalah 1 mol atau 1 Mr .
5. Ion serium (IV) tidak berwarna (dibandingkan ion Mn (II) yang btidak berwarna
dari KMnO4 , dan ion serium (III) yang hijau dari kalium dikhromat).
6. Serium (IV)sulfat adalah zat pengoksid yang serba guna . ia dapat digunakan
dalam banyak titrasi yang sama permangganat telah digunakan ,dan juga untuk
penetapan - penetapan lainnya .
7. Larutan serium (IV) sulfat paling baik distandarisasikan dengan arsen (III)oksida
atau natrium oksalat .
b. Kerugian :
Kerugian pada serimetri yaitu mahalnya harga serium (IV) sulfat (Roth dan
Blaschke, 1998). Pada serimetri larutan baku yang digunakan serium (IV) sulfat.
Larutan serium (IV) sulfat dalam asam sulfat encer merupakan zat pengoksidasi
yang kuat dan stabil karena larutan serium (IV) sulfat jika direduksi selalu
menghasilkan ion serium (III)
Ce4+ + e- → Ce3+
Reaksi antara larutan serium sulfat dan arsen oksida sangat lambat pada temperature
biasa, perlulah ditambahakan runutan osmium tetroksida sebagai katalis. Arsen
oksida dilarutkan dalam larutan natrium hidroksida, larutan diasamkan dengan asam
sulfat encer, dan setelah menambahkan 2 tetes larutan asam osmat yang disiapakan
dengan melarutkan 0,1 g osmium tetroksida dalam 40 mL asam sulfat 0,1 N dan
indicator ( 1-2 tetes feroin atau 0,5 mL asam N-fenilantranilat ) ia dititrasi dengan
larutan serium sulfat sampai ke perubahan warna tajam yang pertama, masing-
masing dari merah-jingga menjadi biru pucat sekali atau hijua kekuningan menjadi
ungu.
Larutan serium(IV)sulfat dalam larutan asam sulfat encer adalah stabil, bahkan
pada temperature – temperature didih .larutan dalam HCl dari garam ini tidak stabil ,
karena reduksi menjadi Ce (III) oleh asam tersebut dengna dibarengi pembebasan klor.
Reaksinya:
2Ce4++2Cl-↔ 2Ce3++Cl2
Reaksi ini berlangsung benar – benar cepat pada pendidihan , maka HCl tidak
dapat digunakan dalam oksidasi – oksidasi yang memerlukan pendidihan dengan
serium(IV)sulfat berlebih dalam larutan asam .asam sulfat harus digunakan dalam
oksidasi demikian .adanya asam fluoride membentuk suatu kompleks stabil dengan
serium (IV) sulfat dan menghilangkan warna dari larutan yang kuning itu .
Ce4+(aq) + e- Ce3+(aq)
Fe2+ (aq) Fe3+(aq) + e- + +
Ce4+(aq) + Fe2+(aq) Ce3+(aq) + Fe3+(aq)
Dari reaksi ini dapat diketahui bahwa berat ekivalen (BE) dari besi (II) amonium sulfat
sama dengan berat molekulnya karena tiap 1 molekul besi (II) sulfat setara dengan 1 mol
serium (IV) yang berarti setara dengan 1 elektron sehingga ekuivalensinya 1 [7].menurut
reaksi di atas indikator ferroin mengandung ion Fe2+. Sehingga untuk mengurangi tingkat
kesalahan dalam standarisasi maka dilakukan koreksi blako.
2.6 Contoh Analisa
Titrasi redoks sering digunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang
bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan
kadar laktat pada minuman berisotonik menggunakan permanganat, penentuan sulfite dalam
minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan
menggunakan kalium dikromat.
Penentuan besi dalam bijih-bijih besi. Penentuan besi dalam bijih-bijih besi adalah aplikasi
terpenting dari permanganometri. Mula-mula bijih besi dilarutkan dalam asam klorida, lalu besi
direduksi menjadi Fe2+. Setelah semua besi berada sebagai Fe2+b,kadarnya ditentukan dengan cara
titrasi
Pada Kalsium (secara tak langsung). Mula-mula kalsium diendapkan sebagai CaC2O4.
Setelah penyaringan dan pencucian, endapan dilarutkan dalam asam sulfat dan oksalatnya
dititrasi dengan permanganat
Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai titran adalah
untuk menentukan bilangan iod lemak dan miyak. Karena kemampampuan mengoksidasi
yang tidak besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri
langsung.Pengunaan ini memeanfaatkan kesangupan ikatan rangkap zat organic untuk
mengadisi iod. Penentuan kadar vitamin C (asam arkobat) pun dapat dialakukan dengan
titrasi ini.
Metode serimetri digunakan dalam penentuan besi, arsenic, antimon, oksalat-oksalat,
ferosianida , titanium, kromium, vanadium, molibdenium, uranium dan oksida-oksida dari
timbale dan mangan.
Soal :
Pada penetapan kadar besi (III) sejumlah 600 mg sampel dilarutkan sehingga 25 ml dalam
erlemeyer setelah ditambah kan asam sulfat dan indikator maka larutan dititrasi dengan
serium (IV) 0,1020 N. diperlukan 21,15 ml. hitunglah reaksi yang terjadi dan hitung kadar
Fe (Ar:56)
Jawaban :
Mol = mgram = 100 mg = 1,7857mmol
Nr 56
Mgrek = mmol = 1, 7857 = 1,7857 Mgrek
Be 1 mol
Mgrek titan = Mgrek sampel
N1 . V1 = 1,7857 Mgrek
N1 . 17,02 ml = 1,7857 Mgrek
N1 = 1,7857 Mgrek
17,02 ml
N1 = 0,1049 N
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Titrasi serimetri adalah penetapan kadar reduktor dengan menggunakan larutan serium
(IV) sulfat sebagai titer (oksidator). Sebaiknya dilakukan dalam lingkungan asam karena
reaksi akan lebih cepat dan pada suasana netral, serium akan mengendap. Yang terjadi dalam
titrasi ini adalah reaksi reduksi oksidasi.
Keuntungan dan kerugian Serium (IV) Sulfat Sebagai Suatu Zat Pengoksidasi Standar
Keuntungan :
1. Larutan serium (IV)sulfat secara mencolok stabil selama dalam jangka waktu
yang lama .larutan ini tidak perlu dilindungi dari cahaya , dan bahkan dapat
didihkan selama waktu yang singkat tanpa perubahan yang berarti dalam
konsentrasi .
Mursyidi, Achmad dan Rohman. 2008. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan
Gravimetri. Yogyakarta: UGM Press.
Underwood, A.L dan Day.1993. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi V. Jakarta: Erlangga.
Wunas, J dan Said.1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar: UNHAS Press.