NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
NIM : I 21110040
ABSTRAK
ABSTRACT
Alat
No.
Nama Formula Formula Formula Tabel 1. Formulasi Salep Ekstrak
Bahan A B C
Ikan Toman
1. Ekstrak 2,5 5 10
ikan Ekstrak ikan toman dibuat
toman dalam sediaan salep dengan
(g)
menggunakan variasi konsentrasi zat
2. Lemak 16,875 16,875 16,875
bulu aktif 5, 10 dan 20%. Pembuatan
domba salep ekstrak ikan toman diawali
(g)
dengan penimbangan bahan-bahan
3. Vaselin 30,625 28,125 23,125
flavum yang diperlukan. Kemudian adeps
(g) lanae dimasukkan ke dalam lumpang
Bahan berupa ikan toman yang dan tambahkan ekstrak ikan toman
diperoleh dan dikumpulkan dari sedikit demi sedikit hingga semua
tambak ikan masyarakat yang ekstrak ikan toman terserap oleh
berlokasi di Kelurahan Benuis, adeps lanae dan digerus hingga
Kecamatan Selimbau, Kabupaten homogen. Kemudian ditambahkan
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. vaselin kuning dan digerus kembali
Adapun bagian yang digunakan hingga homogen.. Sediaan salep
adalah bagian dagingnya. Sebanyak 9 ekstrak ikan toman dengan variasi
Kg ikan toman dibersihkan kepala dan konsentrasi 5, 10,dan 20%
isi perutnya serta dibuang sisiknya, dimasukkan kedalam pot salep.
kemudian ditimbang dagingnya. Daging
ikan toman yang sudah dibersihkan
PERSIAPAN HEWAN UJI
kemudian dikukus dalam panci selama
Tikus yang digunakan
menit pada suhu 70-80 .
berjumlah 20 ekor dibagi kedalam 5
Daging ikan toman yang sudah
kelompok perlakuan, sehingga
dikukus kemudian dibungkus dengan
kain flannel dan dimasukkan ke dalam sample dalam tiap kelompok terdapat
alat Hydrolic press, selanjutnya 4 ekor.
dilakukan pengepresan berulang untuk Kelompok 1 : Diberi ekstrak ikan
mengambil ekstrak ikan toman. Ekstrak toman oral dengan
ikan toman yang telah didapat di dosis 4 ml/Kg BB dan
masukkan ke tabung reaksi dan ditutup salep dengan
dengan clean pack dan alumunium foil, konsentrasi 5%
kemudian disentrifuse pada kecepatan
Kelompok 2 : Diberi ekstrak ikan
toman oral dengan
6000 rpm selama 60 menit selanjutnya
dosis 8 ml/Kg BB dan
diambil lapisan minyak dan air,
salep dengan
sedangkan endapan dibuang.
konsentrasi 10%
Ekstrak ikan toman ini disimpan Kelompok 3 : Diberi ekstrak ikan
di dalam botol kaca gelap dan ditutup toman oral dengan
dengan alumunium foil dan clean pack. dosis 16 ml/Kg BB
Formulasi Salep Ekstrak Ikan dan salep dengan
Toman konsentrasi 20%
Kelompok 4 : Diberi aquadest 1ml kuantifikasi dianilisis secara statistik
dan basis salep menggunakan One Way ANOVA.
(kontrol negatif)
Kelompok 5 : Diberi aquadest 1ml
dan basis salep
(kontrol normal) Analisis Data
parametrik, yaitu One Way ANOVA. bermakna terjadi pada hari keempat
Hasil uji homogenitas menunjukkan dimana dosis 2 dan 3 berbeda
bahwa varian data adalah identik signifikan terhadap dosis 1, kontrol
(p>0,05) sehingga syarat untuk negatif dan kontrol normal (p<0,05).
menggunakan uji One Way ANOVA Tidak terjadi perbedaan bermakna
telah terpenuhi. Hasil uji One Way antara dosis 2 dengan dosis 3
ANOVA untuk semua kelompok (p>0,05). Antara dosis 1 dengan
menunjukkan perbedaan signifikan kontrol negatif dan kontrol normal
persentase penyembuhan pada hari juga tidak terjadi perbedaan yang
ke-4 hingga hari ke-9. bermakna (p>0,05). Pada hari kelima
Hasil analisis data persentase terjadi perbedaan bermakna antara
kesembuhan luka dengan Post Hoc kontrol negatif dengan dosis 1, dosis
Test (LSD) pada hari ketiga 2 dan dosis 3 (p<0,05). Tidak terjadi
menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan bermakna antara kontrol
perbedaan yang bermakna (p>0,05) negatif dengan kontrol normal,
pada semua kelompok. Perbedaan kontrol normal dengan dosis 1, dan
dosis 2 dengan dosis 3 (p>0,05). yang lebih baik dibandingkan dengan
Hasil analisis data persentase dosis 1, kontrol normal dan kontrol
kesembuhan luka dengan Post Hoc negatif pada hari keempat.
Test (LSD) pada hari ketujuh dan Proses penyembuhan luka
kesembilan menunjukkan bahwa dapat berlangsung berbulan-bulan
terjadi perbedaan bermakna pada bahkan hingga bertahun-tahun
semua kelompok (p<0,05). lamanya. Proses penyembuhan luka
Berdasarkan hasil analisis dapat berlangsung lebih cepat
menggunakan One Way ANOVA maupun lebih lambat, hal ini dapat
yang dibantu dengan program SPSS dipengaruhi oleh nutrisi.
17.0 for window dapat diindikasikan Penyembuhan luka pada kelompok
bahwa adanya efektivitas induksi STZ yang diberikan
penyembuhan luka yang lebih besar kombinasi ekstrak ikan toman lebih
terdapat pada dosis 2 dan dosis 3 jika cepat dibandingkan dengan
dibandingkan dengan kelompok kelompok induksi STZ yang hanya
dosis 1 yang ditandai dengan adanya diberikan basis salep dan aquades
perubahan penutupan luka yang dikarenakan adanya nutrisi yang
signifikan (p<0,05) mulai hari terkandung didalam ekstrak ikan
keempat dengan luka mengering dan toman.
menutup. Sebaliknya persentase Berdasarkan penelitian yang
penyembuhan luka pada tikus putih telah dilakukan, salep fase air ekstrak
jantan yang diinduksi STZ yang ikan toman yang mengandung
paling rendah terdapat pada luka albumin dan salep fase minyak
yang hanya diberi basis salep dan ekstrak ikan toman yang
aquades (kontrol negatif). Pada mengandung asam lemak memiliki
kelompok dosis 1 dan kontrol normal efektivitas penyembuhan luka sayat
tidak memiliki perbedaan bermakna pada tikus putih jantan Wistar
(p>0,05) dari hari keempat hingga dengan luka menutup dan tumbuh
hari ketujuh, hal ini dapat bulu pada hari ke-5. Dan pada
dikarenakan konsentrasi ekstrak ikan pemberian oral ekstrak ikan toman
toman pada dosis I terlalu rendah penyembuhan tertinggi pada hari
sehingga sedikit memberikan ketujuh dengan persentase
aktivitas dalam penyembuhan luka penyembuhan luka sebesar 97,21%.
apabila dibandingkan dengan Pemberian salep ikan toman pada
kelompok dosis 2 dan dosis 3. tikus yang diinduksi streptozotocin
Namun berbeda bermakna dengan pada hari ke-9 menunjukkan
kontrol negatif mulai hari kelima. persentase penyembuhan luka
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 91,62% dan pada pemberian
kelompok tikus induksi STZ yang oral ekstrak ikan toman pada tikus
diberikan kombinasi oral dan salep yang diinduksi STZ pada hari ke-9
ekstrak ikan toman dosis 2 dan dosis menunjukkan pesentase
3 memiliki efek penyembuhan luka penyembuhan sebesar 75,37%.
Sedangkan kombinasi ekstrak ikan negatif) dan kelompok kontrol
toman yang diberikan pada tikus normal (KN). Hal ini dapat
putih jantan Wistar yang telah dikarenakan kandungan nutrisi yang
diinduksi STZ memiliki efektivitas terkandung didalam ekstrak ikan
penyembuhan luka pada hari toman. Albumin dan asam lemak
kesembilan dengan persentase merupakan beberapa nutrisi yang
penyembuhan luka sebesar 96,54% terkandung didalam ekstrak ikan
ditandai dengan luka menutup. Hal toman yang berperan dalam proses
ini dikarenakan tikus induksi STZ penyembuhan luka.
mengalami keadaan hiperglikemi. Penyembuhan luka melibatkan
Tikus dengan induksi STZ berbagai proses seperti inflamasi
mengalami gangguan sirkulasi, akut, regenerasi sel parenkimal,
gangguan ini berkaitan dengan migrasi dan proliferasi sel
gangguan pada arteri perifer. Efek parenkimal, sintesis protein extra
sirkulasi inilah yang berpengaruh cellular matrix (ECM), remodeling
terhadap terjadinya perubahan tonus jaringan ikat dan komponen
otot yang menyebabkan tidak parenkimal, serta kolagenasi dan
normalnya aliran darah. Dengan akuisisi kekuatan luka. Proses
demikian kebutuhan akan nutrisi dan penyembuhan luka pada umumnya
oksigen maupun pemberian sediaan dibagi atas beberapa fase yaitu fase
tidak berjalan dengan normal. inflamasi, proliferasi, dan maturasi.
Pada tikus dengan keadaan Kolagen merupakan komponen kunci
hiperglikemia atau kadar glukosa pada fase dari penyembuhan luka.
darah yang tinggi, fungsi leukosit Segera setelah injuri, paparan
mengalami perubahan dan dapat kolagen fibriler ke darah akan
terjadi resiko infeksi yang besar. menyebabkan agregasi dan aktivasi
Selain itu pada tikus hiperglikemi trombosit dan melepaskan faktor-
juga mengalami kerusakan arteri faktor kemotaksis yang memulai
yang disebabkan oleh aterosklerosis proses penyembuhan luka. Fragmen-
yang menyebabkan turunnya aliran fragmen kolagen melepaskan
darah sehingga terganggunya transfer kolagenase leukositik untuk menarik
nutrisi dan protein lain yang fibroblas ke daerah injuri.
dibutuhkan pada proses Selanjutnya kolagen menjadi pondasi
(10)
penyembuhan luka . untuk matrik ekstraseluler yang baru
(11-14)
Namun berdasarkan .
pengamatan, pada tikus induksi STZ Rangsangan eksogen dan
yang diberi kombinasi ekstrak ikan endogen yang menimbulkan
toman pada dosis 2 dan 3 kerusakan sel memicu reaksi
memberikan efektivitas vaskular komplek pada jaringan ikat
penyembuhan luka lebih cepat di pembuluh darah. Reaksi inflamasi
dibandingkan kelompok tikus berguna sebagai proteksi terhadap
induksi lainnya ( dosis 1, dan kontrol jaringan yang rusak agar tidak
mengalami infeksi dan meluas tak lemak omega-3 dan omega-6 juga
terkendali. Tanpa adanya inflamasi berperan penting dalam proses
tidak akan terjadi proses penyembuhan luka. Pemberian asam
penyembuhan luka, luka akan tetap lemak omega-3 dan omega-6 secara
menjadi sumber nyeri . Proses bersamaan pada tikus yang dilukai
inflamasi terjadi pada jaringan ikat kakinya, setelah diinduksi diabetes
dengan pembuluh darah yang memberikan efek penyembuhan luka
mengandung plasma, sel yang lebih cepat daripada kelompok tikus
bersirkulasi, elemen seluler (eritrosit, yang diberi asam lemak omega-3
lekosit (netrofil, eosinofil, basofil), saja maupun kelompok yang diberi
limfosit, trombosit) dan sel jaringan asam lemak omega-6 saja (2, 4, 18).
pengikat (sel mast, fibroblast, Proses inflamasi melibatkan
monosit, makrofag). Elemen ekstra mediator kimiawi berupa lekotrien
seluler seperti kolagen, elatin, dan prostaglandin, yang merupakan
glikoprotein adesif (fibronektin, turunan asam arakidonat (AA)
laminin, kolagen non fibril, tenasen, omega-6 memegang peranan
proteoglikan) (11, 13, 15-17). penting. AA dalam proses reaksi
Proses inflamasi biokimia di dalam tubuh yang
mengakitbakan perusakan, pelarutan, menghasilkan lekotrien dan
dan penghancuran sel atau agen prostaglandin berfungsi
penyebab kerusakan sel. Pada saat menimbulkan inflamasi, namun di
yang sama juga terjadi proses tengah proses inflamasi, AA juga
reparasi, pembentukan kembali dikonversi menjadi senyawa lipoxins
jaringan rusak. Proses tersebut akan yang berfungsi mencegah terjadinya
selesai sempurna apabila agen inflamasi berlarut-larut. Pada waktu
penyebab kerusakan sel telah yang bersamaan, netrofil
dinetralkan. Selama proses reparasi mengeluarkan mediator kimiawi
berlangsung, jaringan rusak diganti sebagai sinyal untuk merekrut lebih
oleh regenerasi sel parenkimal asli banyak lagi sel netrofil dan lekosit
dengan cara mengisi bagian yang untuk memusnahkan senyawa asing.
rusak dengan jaringan fibroblast Proses ini disebut fagositosis. Aksi
(proses scarring) (11, 13, 17). dari netrofil harus dicegah pada
Ekstrak ikan toman tahap tertentu, karena agen dan
mengandung asam lemak yang tinggi enzim yang dikeluarkan netrofil
terutama asam lemak omega-3 dan dapat merusak sel dan jaringan sel.
omega-6. Asam lemak omega-3 dan Pencegahan tersebut terjadi saat
omega-6 merupakan PUFAs mediator kimiawi yang pro-inflamasi
(Polyunsaturated Fatty Acids). Asam (lekotrien) distop dan beralih ke
arakidonat merupakan turunan dari biosintesa mediator kimiawi yang
omega-6. Asam lemak omega-3 anti-inflamasi (lipoxins), semua
terdapat dalam bentuk DHA dan biosintesa ini terjadi di dalam sel
EPA. Asam lemak terutama asam netrofil. Peralihan biosintesa dari
mediator yang pro-inflmasi ke anti- yang berdekatan dan dikonversi
inflamasi terjadi dengan meregulasi menjadi lipoxins. Pada saat inilah
enzim 15-LO (15-Lipooxigenase) terjaidnya biosintesa lipoxins di
yang terdapat di dalam sel netrofil. dalam sel lekosit dan berkurangnya
Kemampuan enzim 15-LO dapat produksi lekotrien. Fungsi lipoxins
mengkonversi secara enzimatik dari adalah menghalangi infiltrasi sel
AA yang menjadi lekotrien, lalu netrofil (PMN atau
beralih menghasilkan lipoxins. polymorphonuclear) yang menuju ke
Munculnya netrofil dan terbentuknya arah terjadinya inflamasi sehingga
nanah mengisyaratkan peralihan dari inflamasi dapat dicegah dengan tepat
mediator pro- ke anti-inflamasi dan waktu dan tidak berkelanjutan yang
pembatasan serta pencegahan mana dapat membahayakan proses
pengrekrutan netrofil berikutnya dari kerja normal sel dan jaringan sel.
pembuluh darah ke lokasi luka. Proses kembali ke normal di mana
Mediator anti-inflamasi (lipoxins, pembuluh darah dijaga
resolvins, dan protections) permeabilitasnya terhadap keluarnya
memobilisasi sel makrofag yang netrofil dari pembuluh darah disebut
memakan sel netrofil dan homeostatis. Lipoxins terlibat dalam
membersihkan sisa-sisa proses proses merekrut sel
(19)
fagositosis . mononuklear (monosit) yang berasal
Sel-sel mukosal yang dari pembuluh darah, dan kemudian
mengandung enzim 15-LO berubah fungsi sebagai
mengkonversi secara oxidatif AA makrofag yang memakan sel PMN.
menjadi mediator 15S-H(p)ETE, Proses tersebut mengakhiri fase
kemudian mediator ini dikonversi inflamasi atau disebut memecah
lagi di dalam lekosit menjadi inflamasi (resolution) (19).
mediator lipoxins, LXA4 (5S,6R, Selain lipoxins yang
15S-trihydroxy-7-9-13-trans-11-cis- menggunakan asam arakidonat
eicosatetranoic acid) dan isomernya omega-6 sebagai substrat, DHA
LXB4 (5S,14R, 15S-trihydroxy-6- (Docosahexaenoic Acid) dan EPA
10-12-trans-8-cis-eicosatetranoic (Eicosapentaenoic Acid) juga
acid) (19). memainkan peranan penting sebagai
Dalam proses interaksi antara peredam inflamasi dan anti-
sel platelet dan lekosit, sel platelet inflamasi. Mediator pertama dari
menempel pada sel netrofil dan grup resolvins adalah turunan EPA,
menangkap LTA4 serta 5,12,18R-trihydroxy- 6,8,10,14,16-
mengkonversinya menjadi LXA4 eicosapentaenoic acid (resolvins E1
dan LXB4. Membran dapat atau RvE1). Senyawa ini dapat
menyimpan senyawa intermediate mengurangi gejala inflamasi dengan
15-HETE dalam bentuk lipid dengan memblokir migrasi netrofil dan
kandungan inositol. 15-HETE akan terjadi 3 hingga 4 jam setelah
dilepas dan ditangkap leh sel lekosit kehadirannya (19).
Fase proliferasi terjadi apabila kolagen lebih besar dan perubahan
tidak ada kontaminasi atau infeksi dari cross linking inter molekuler.
yang bermakna. Fase proliferasi Remodeling kolagen selama
ditandai dengan pembentukan pembentukan jaringan parut
jaringan granulasi pada luka. tergantung pada proses sintesis dan
Jaringan granulasi merupakan katabolisme kolagen yang
(11, 20- 21)
kombinasi dari elemen seluler berkesinambungan .
termasuk fibroblast dan sel inflamasi
dan bersamaan dengan timbulnya
kapiler baru tertanam dalam jaringan Kesimpulan
longgar ekstra seluler dari matriks Berdasarkan hasil penelitian
kolagen, fibronektin, dan asam yang telah dilakukan, salep ekstrak
hialuronik. Fibroblast merupakan ikan toman (Channa micropeltes)
elemen utama pada proses perbaikan terbukti memiliki efek penyembuhan
untuk pembentukan protein luka sayat pada tikus hiperglikemia
struktural yang berperan dalam dengan dosis tercepat dalam
pembentukan jaringan. Fibroblast penyembuhan luka yaitu kombinasi
juga memproduksi kolagen dalam dosis 3 dengan dosis oral 15,95
jumlah besar, kolagen merupakan mL/Kg dan salep konsentrasi 20% .
unsur utama matriks luka
ekstraseluler yang berguna DAFTAR PUSTAKA
membentuk kekuatan pada jaringan 1. Kordi, K. M. Ghufran H.
parut. Penumpukan kolagen pada Panduan Lengkap
saat awal terjadi berlebihan Memelihara Ikan Air Tawar
di Kolam Terpal. Lily
kemudian fibril kolagen mengalami
Publisher. Yogyakarta. 2010
reorganisasi sehingga terbentuk hal: 63-65.
jaringan reguler sepanjang luka (11, 13,
20-21)
. 2. Omar MN, Ahlam NS,
Pada fase maturasi, kolagen Yusoff, Zainuddin NA dan
berkembang cepat menjadi faktor Yunus K. ὠ-fatty acids from
utama pembentuk matrik. Serabut malaysian giant snakehead
(Channa micropeltes) fish
kolagen pada permulaan terdistribusi
oil. Ori J of Chem. 2010;
acak membentuk persilangan dan 26(1): 1-4.
beragregasi menjadi bundel-bundel
fibril yang perlahan menyebabkan 3. Nicodemus. Uji efek
penyembuhan jaringan dan penyembuhan luka sayat
meningkatkan kekakuan dan ektrak ikan toman (Channa
kekuatan ketegangan. Pengembalian micropeltes) secara oral
pada tikus putih jantan
kekuatan tegangan berjalan perlahan
wistar. Skripsi. Program
karena deposisi jaringan kolagen Studi Farmasi, Fakultas
terus menerus, remodeling serabut Kedokteran Universitas
kolagen membentuk bundel-bundel
Tanjungpura Pontianak. Dental Journal (Majalah
2014. Kedokteran Gigi). 2012;
45(1): 52-56.
4. Naveh HR, Jafari, Taghavi
MM, Shariati M., 10. Suriadi. Perawatan luka
Vazeirnejad R., dan edisi 1. Jakarta: CV.
Rezvani ME. Both omega-3
Sagung Seto; 2004.
and omega-6
11. Cotran RS, Kumar V,
polyunsaturated fatty acids
Collins T. Pathology basic
stimulate foot wound
of disease. 6th ed.
healing in chronic diabetic
Philadelphia: W B Saunders
rat. Afr J of Pharm and
Co. 1999. Hal: 21-201.
Pharmacol. 2011; 5(14):
1713-1717.
12. Constantinnides P. General
pathobiology. 1st ed.
5. Soegondo. Penatalaksanaan
Appleton and Lange.
Diabetes Mellitus Terpadu.
Norwalk connecticut. 1994.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
Hal: 173-186.
2010.
13. Mercandetti M, Cohen A.
6. Sustrani, L., Alam S., dan
Wound healing, healing and
Hadibroto, I. Diabetes.
repair. EMedicine.
Jakarta : PT Gramedia
http://www.eMedicine
Pustaka Utama; 2006.
.com.Inc (diakses 1
Desember 2015).
7. Smeltzer, Suzanne C dan
Bare, Brenda G. Buku Ajar
14. Wound healing.
Keperawatan Medikal Bedah
http://www.orthoteers.co.uk
Brunner dan Suddarth (Ed.8,
/Nrujpij33lm/orthwound.ht
Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
m (diakses 1 Desember
Agung Waluyo…(dkk),
2015).
EGC, Jakarta. 2002.
15. Stephen E Abram. Pain
pathways and mechanism.
8. Ford AC, Khan KJ, Achkar
The pain clinic manom 2nd.
JP, Moayyedi P. Efficacy of
2000. Hal: 19 -20.
oral vs. topical, or combined
oral and topical 5-
16. Hollmann , Markus W,
aminosalicylates, in
Durieux E. Local
Ulcerative Colitis: systematic
anesthetics and the
review and meta-analysis.
inflammatory response : A
Leeds Gastroenterology
new therapeutic indication
Institute, Leeds General
?. Anesthesiology. 2000;
Infirmary, Leeds, UK. 2012.
93: 858-75.
9. Kenisa YP, Istiati, Setyari
17. Christie J M, Chen G W.
JW. Effect of robusta coffee
Secondary hyperalgesia is
beans ointment on full
not affected by wound
thickness wound healing.
infiltration with
bupivacaine. CJA. 1993; 40:
1034-37.