PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geomorfologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “Geo” yang berarti bumi,
“Morphe” yang berarti bentuk dan “Logos” yang berarti ilmu atau pengetahuan.
Pengertian umum Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk/ roman
muka bumi, serta proses – proses yang mempengaruhinya dan perkembangan
untuk kemudian penerapannya dalam kehidupan manusia.
Pada mulanya orang – orang memakai istilah fisiografi untuk mempelajari roman
muka bumi. Di Eropa, Fisiografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
rangkuman tentak iklim, meteorologi, oceanogrfi, dan geografi. Namun para
pakar terutama dari Amerika berpendapat lain atas istilah tersebut. Bidang ilmu
yang mempelajari roman muka bumi erat hubungannya dengan Geologi, mereka
cenderung menggunakan istilah Geomorfologi (Thornbury, 1954)
1
2. Mengenalkan cara analisis pola pengaliran pada peta topografi.
3. Mengenalkan jenis sungai berdasarkan tempat mengalirnya pada peta
topografi.
2
BAB II
DASAR TEORI
Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah lemah
tempat erosi mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air
permukaan mengalir dan berkumpul (A.D. Howard, 1967).
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar dan
pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu
daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur
pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian
disebut sebagai pola pengaliran permanen (tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari
pola dasar lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang
dibuat dari pola dasar setempat.
4
1.2 Pola Pengaliran Dasar
1. Dendritik
a. Bentuk menyerupai cabang-cabang pohon,
b. Mencerminkan resistensi batuan atau homogenitas tanah yang seragam,
c. Lapisan horisontal atau miring landai, kontrol struktur kurang
berkembang.
2. Paralel
5
a. Terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang sejajar atau paralel
pada bentangalam yang memanjang.
b. Mencerminkan kelerengan yang cukup besar dan hampir seragam.
3. Trellis
a. Terbentuk dari cabang-cabang sungai kecil yang berukuran sama,
dengan aliran tegak lurus sepanjang sungai induk subsekuen yang
paralel.
b. Terdapat pada daerah lipatan, patahan yang paralel, daerah blok
punggungan pantai hasil pengangkatan dasar laut, daerah vulkanik atau
metasedimen derajat rendah dengan pelapukan yang berbeda-beda.
4. Rectangular
a. Aliran cabang sungai tegak lurus terhadap sungai induk
b. Aliran memotong daerah secara tidak menerus,
c. Mencerminkan kekar/sesar yang saling tegak lurus, tidak serumit pola
trellis.
5. Radial
a. Bentuk aliran seolah memancar dari satu titik pusat berasosiasi dengan
tubuh gunungapi atau kubah berstadia muda,
b. Dalam konsep Davis, pola radial ini adalah menyebar dari satu titik
pusat (sentrifugal), sedangkan kalsifikasi lain menyatakan pola radial
mencakup dua sistem pola pengaliran yaitu ; sentrifugal dan sentripetal.
6. Annular
a. Cabang sungai mengalir tegak lurus sungai utama yang melingkar,
b. Pada struktur kubah, cekungan, atau pada intrusi stock yang tererosi,
c. Sungai dikontrol pola sesar atau kekar pada bedrock.
7. Multibasinal
a. Pada daerah endapan antar bukit, batuan dasar yang tererosi,
6
b. Ditandai adanya cekungan-cekungan yang kering atau terisi air yang
saling terpisah, aliran yang terputus dan arah aliran yang berbeda-beda,
c. Pada daerah aktif gerakan tanah, vulkanik, dan pelarutan batugamping.
8. Contorted
a. Terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang relatif tegak lurus
terhadap sungai induk subsekuen yang melengkung,
b. Dibedakan dari recurved trellis dengan ciri daerahnya yang tidak
teratur, dikontrol struktur sesar, lipatan menunjam, atau pada daerah labil.
7
Ubahan pola pengaliran dendritik (Gambar 1.2)
1. Subdedritik
a. Modifikasi dari pola dendritik, karena pengaruh dari
topografi dan struktur,
b. Topografi sudah miring, struktur geologi sudah berperan
tetapi kecil.
2. Pinnate
a. Tekstur rapat pada daerah yang sudah tererosi lanjut,
b. Tidak ada kontrol struktur pada daerah landai dengan litologi
bertekstur halus (batulanau, batulempung dll).
3. Anastomatik
a. Jaringan saluran saling mengikat,
b. Terdapat didaerah dataran banjir, delta dan rawa, pasang surut.
4. Distributary
a. Bentuknya menyerupai kipas,
b. Terdapat pada kipas aluvial dan delta.
8
2. Fault trellis
a. Kelurusan sungai-sungai besar adalah sebagai kelurusan sesar,
b. Menunjukkan graben dan hors secara bergantian.
3. Joint trellis
a. Kontrol strukturnya adalah kekar,
b. Ditandai oleh aliran sungai yang pendek-pendek, lurus dan sejajar.
9
d. Biasanya angulate dan rectangular terdapat bersama dalam satu daerah.
10
b. Kombinasi pola radial dan anular yang merupakan sifat kubah.
3. Palimpsest
a. Sungai tua atau pola tua yang sudah ditinggalkan dan membentuk pola
baru,
b. Merupakan daerah pengangkatan baru.
11
d. Sungai Subsekuen adalah sungai yang berkembang disepanjang suatu
garis atau zona yang resisten. sungai ini umumnya dijumpai mengalir
disepanjang jurus perlapisan batuan yang resisten terhadap erosi, seperti
lapisan batupasir. Mengenal dan memahami genetika sungai subsekuen
seringkali dapat membantu dalam penafsiran geomorfologi.
12
h.
Gambar 2.2 Blok diagram di daerah yang berstruktur komplek yang telah
mengalami erosi yang cukup intensif. Percabangan sungai yang
berkembang di daerah ini secara genetik dapat diklasifikasikan
berdasarkan struktur geologi yang mengontrolnya (r=resekuen;
o = obsekuen; s = subsekuen)
13
air runoff ke arah suatu area yang masih membentuk suatu depresi
14
(cekungan) atau belum membentuk lembah. Sungai pada tahapan awal
umumnya berkembang di daerah dataran pantai (coastal plain) yang
mengalami pengangkatan atau diatas permukaan lava yang masih baru /
muda dan gunungapi, atau diatas permukaan pediment dimana
sungainya mengalami peremajaan (rejuvenation).
4. Tahapan Dewasa: Tahap awal dari sungai dewasa dicirikan oleh mulai
adanya pembentukan dataran banjir secara setempat setempat dan
semakin lama semakin lebar dan akhirnya terisi oleh aliran sungai yang
berbentuk meander, sedangkan pada sungai yang sudah masuk dalam
tahapan dewasa, arus sungai sudah membentuk aliran yang berbentuk
15
meander, penyisiran kearah depan dan belakang memotong suatu dataran
banjir (flood plain) yang cukup luas sehingga secara keseluruhan
ditempati oleh jalur-jalur meander. Pada tahapan ini aliran arus sungai
sudah memperlihatkan keseimbangan antara laju erosi vertikal dan erosi
lateral.
5. Tahapan Tua : Pada tahapan ini dataran banjir diisi sepenuhnya oleh
meander dan lebar dari dataran banjir akan beberapa kali lipat dari luas
meander belt. Pada umumnya dicirikan oleh danau tapal kuda (oxbow
lake) dan rawa-rawa (swampy area). Erosi lateral lebih dominan
dibandingkan erosi lateral.
16
erosi ke arah vertikal pada sungai berstadia dewasa akibat pengangkatan
dan stadia sungai kembali menjadi stadia muda.
17
Stadia Awal Stadia Muda
18
4.1 Tekstur Aliran Sungai
Pola aliran sungai yang pertama adalah pola aliran sungai dendritik. Apabila kita
melihat penampang daun dengan urat- uratnya, maka kita akan melihat pola aliran
sungai ini. Ya, Pola aliran sungai Dendritik ini menyerupai penampang pada daun.
Sehingga kita akan melihat bahwa sungai induk ini memiliki percabangan yang
menuju ke segala arah. Secara umum, pola aliran sungai yang seperti ini dikontrol
oleh litologi yang bersifat homogen. Pola aliran sungai ini memiliki tekstur sungai
yang dikontrol oleh jenis-jenis batuannya.
Tekstur sungai ini diartikan sebagai panjang sungai per satuan luas wilayah.
Misalnya adalah sungai yang mengali di atas batuan yang kurang resisten terhadap
erosi akan membentuk tekstur sungai yang rapat, sementara pada pada batuan
yang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang renggang.
Resistensi batuan terhadap erosi ini akan sangat mempengaruhi proses
pembentukan alur- alur sungai, yakni batuan yang tidak resisten cenderung lebih
mudah ter-erosi membentuk alur- alur sungai.
18
Jenis pola aliran sungai yang selanjutnya adalah pola aliran sungai radial. Seperti
halnya namanya, pola aliran sungai radial merupakan pola aliran sungai yang
sifatnya menyebar ke segala arah. Sehingga sungai yang memiliki pola aliran ini
memiliki satu pusat yang akan menyebarkan alirannya ke segala arah. Sebagai
contoh adalah mata air di gunung yang menyebarkan airnya ke segala arah.
Contoh lainnya yang mengikuti pola aliran sungai radial adalah kawah/ magma
yang ada di puncak gunung. Pola magma ini terbentuk mengikuti bentukan muka
bumi yang cembung, yang merupakan asal mula sungai konsekuen. Pola aliran
sungai radial juga dapat ditemukan pada bentukan bentangan- bentangan kubah.
Pola aliran sungai selanjutnya adalah pola aliran sungai radial sentripetal. Pola
aliran sungai ini sama- sama bernama radial, hanya saja ada tambahan sentripetral.
Meskipun namanya sama, namun pola aliran sungai ini justru merupakan
kebalikan dari pola aliran sungai radial. Jika di aliran sungai radial, mata air justru
berupa cembung yang mengalir ke segala arah, nah di radial sentripetal ini justru
mata air akan menuju ke satu arah.
Jadi bisa dikatakan bahwa pola aliran sungai redial sentripetal ini aliran sungai
menuju ke satu titik, seperti menuju ke sebuah cekungan besar atau depresi.
Daerah yang banyak dijumpai aliran sungai seperti ini biasanya adalah di bagian
barat serta barat laut Amerika Serikat. Secara berproses, pola aliran sungai ini
dapat berkembang membentuk pola annular. Pola annular sendiri merupakan pola
yang pada awalnya adalah aliran radial setripetal namun selanjutnya muncul
sungai obsekuen, sungai subsekuen yang sejajar serta sungai resekuen.
19
4. Pola Aliran Sungai Rektangular
Secara umum, sungai yang memiliki pola aliran rektangular inialirannya dikontrol
oleh struktur geologi, seperti struktur rekahan dan juga patahan. Sungai yang
memiliki pola aliran rektanguler ini biasanya terjadi pada struktur batuan beku.
Sungai dengan pola aliran rektangular ini biasanya bentuknya lurus mengikuti
arah patahan. Ciri- ciri sungai dengan pola aliran ini adalah bentuk sungainya
tegak lurus dan merupakan kumpulan dari saluran- saluran air yang mengikuti
pola dari struktur geologi tersebut. Pola aliran sungai rectangular ini pada
umumnya berkembang pada batuan yang resisten terhadap erosi yang tipenya
mendekati seragam namun dikontrol oleh rekahan dua arah yang memiliki sudut
yang saling tegak lurus. Cabang- cabang dari sungai dengan aliran ini pada
umumnya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya atau sungai
induknya.
Trellis biasanya kita kenal dengan pagar. Memang benar, seperti namanya, pola
aliran sungai trellis ini adalah sungai yang alirannya menyerupai pagar yang
dikontrol oleh struktur geologi berupa lipatan sinklin dan antiklin. Sungai dengan
pola aliran trellis ini memiliki ciri- ciri oleh kumpulan saluran- saluran air yang
membentuk pola sejajar yang mengalir mengikuti arah kemiringan lereng serta
20
tegak lurus terhadap saluran utamanya. Saluran utama pada sungai ini biasanya
searah dengan sumbu lipatan.
Pola aliran trellis ini mengandung perpaduan antara sungai konsekuen dan
subsekuen. Pola aliran trellis ini juga dapat terbentuk di sepanjang lembah yang
paralel pada sabuk pegunungan lipatan. Di wilayah ini sungai akan banyak yang
melewati lembah untuk bergabung dengan saluran utamanya yang pada akhirnya
akan menuju muara sungai.
Nah, itulah beberapa macam pola aliran sungai yang perlu kita ketahui. Sungai-
sungai memang merupakan bentukan alami, sehingga terdapat berbagai macam
bentuk aliran. Semoga informasi yang kami berikan bermanfaat.
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah lemah
tempat erosi mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air
permukaan mengalir dan berkumpul (A.D. Howard, 1967).
22
DAFTAR PUSTAKA
23