Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geomorfologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “Geo” yang berarti bumi,
“Morphe” yang berarti bentuk dan “Logos” yang berarti ilmu atau pengetahuan.
Pengertian umum Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk/ roman
muka bumi, serta proses – proses yang mempengaruhinya dan perkembangan
untuk kemudian penerapannya dalam kehidupan manusia.

Pada mulanya orang – orang memakai istilah fisiografi untuk mempelajari roman
muka bumi. Di Eropa, Fisiografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
rangkuman tentak iklim, meteorologi, oceanogrfi, dan geografi. Namun para
pakar terutama dari Amerika berpendapat lain atas istilah tersebut. Bidang ilmu
yang mempelajari roman muka bumi erat hubungannya dengan Geologi, mereka
cenderung menggunakan istilah Geomorfologi (Thornbury, 1954)

Geomorfologi didefinisikan sebagai salahsatu cabang ilmu kebumian yang


mempelajari dan menggambarkan bentuk lahan (Landforms), berikut
perkembangan serta proses yang melibatkannya dalam susunan ruang dan waktu.

Studi Geomorfologi mencakup studi historis yang mendeduksikan ciri – ciri


bentang alam (Landscape) yang dikaitkan dengan bukti – bukti peristiwa atau
historis, seperti (tektonik, perubahan muka air laut, dan iklim).sedangkan studi
fungsional menyangkut mengenai proses dan perilaku material bumi yang oleh
ahli Geomorfologi diamati perkembangan bentuk lahannnya.

Geomorfologi selalu mempertimbangkan proses dan material, karena keduanya


sangat penting dalam determinasi morfologi suatu daerah.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud acara pola pengaliran adalah:
1. Mengenalkan macam-macam jenis pola pengaliran dasar dan ubahannya.

1
2. Mengenalkan cara analisis pola pengaliran pada peta topografi.
3. Mengenalkan jenis sungai berdasarkan tempat mengalirnya pada peta
topografi.

Tujuan acara pola pengaliran adalah agar praktikan dapat:


1. Menjelaskan karakteristik pola pengaliran dasar dan ubahannya serta ciri-
cirinya pada peta topografi.
2. Menjelaskan makna geologi suatu pola pengaliran dasar dan pola pengaliran
ubahan serta hubungan antara pola pengaliran dan faktor-faktor yang
mengendalikannya, yaitu faktor lereng, bentuklahan, litologi, dan struktur
geologi.
3. Menjelaskan karakteristik sungai berdasarkan tempat mengalirnya dan
mengungkap makna litologi, kompetensi dan kapasitas sungai.

2
BAB II
DASAR TEORI

1.1 Pengertian Pola Aliran

Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah lemah
tempat erosi mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air
permukaan mengalir dan berkumpul (A.D. Howard, 1967).

Kalimat di atas dapat dipahami sebagai:


1. Rangkaian bentuk aliran-aliran sungai: terdapat lebih dari satu aliran sungai
dan terdiri atas aliran utama, cabang, dan ranting sungai.
2. Pada daerah lemah: atau zona lemah, yaitu bidang perlapisan, bidang kekar
dan sesar atau bidang diskontinuitas.
3. Tempat erosi mengambil bagian secara aktif: artinya terdapat daya tahan
terhadap erosi yang berbeda-beda, tergantung batuannya (litologi).
4. Daerah rendah tempat air permukaan mengalir dan berkumpul: faktor lereng
dan bentuklahan.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pola pengaliran


merupakan fungsi dari:
1. Topografi (kelerengan).
2. Bentuklahan.
3. Tingkat erosi (resistensi batuan).
4. Litologi (ukuran butir-pelapukan).
5. Struktur geologi (kekar, sesar, lipatan, dan perlapisan batuan).
6. Iklim (curah hujan dan vegetasi) serta infiltrasi (peresapan).

Berbekal peta topografi, maka antara lain dapat dilakukan interpretasi:


1. Pola pengaliran dasar dan berbagai ubahannya: mengungkap makna
bentuklahan, lereng, litologi dan resistensinya, serta struktur geologi.
2. Penyimpangan aliran: mengungkap makna bentuklahan, lereng, litologi dan
resistensinya, serta struktur geologi.
3. Tekstur pengaliran: mengungkap makna litologi dan resistensinya.
3
4. Bentuk lembah: mengungkap makna litologi dan resistensinya.
5. Tempat mengalirnya: mengungkap makna litologi dan resistensinya.
Dengan mengamati dan menganalisis pola pengaliran, maka dapat ditafsirkan
kondisi kelerengannya, bentuklahan, litologi dan resistensinya, serta struktur
geologi.

Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar dan
pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu
daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur
pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian
disebut sebagai pola pengaliran permanen (tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari
pola dasar lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang
dibuat dari pola dasar setempat.

Macam-macam pola pengaliran (Howard, 1967)

4
1.2 Pola Pengaliran Dasar

Gambar 1.1. Pola pengaliran dasar (Howard, 1967).

1. Dendritik
a. Bentuk menyerupai cabang-cabang pohon,
b. Mencerminkan resistensi batuan atau homogenitas tanah yang seragam,
c. Lapisan horisontal atau miring landai, kontrol struktur kurang
berkembang.

2. Paralel

5
a. Terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang sejajar atau paralel
pada bentangalam yang memanjang.
b. Mencerminkan kelerengan yang cukup besar dan hampir seragam.

3. Trellis
a. Terbentuk dari cabang-cabang sungai kecil yang berukuran sama,
dengan aliran tegak lurus sepanjang sungai induk subsekuen yang
paralel.
b. Terdapat pada daerah lipatan, patahan yang paralel, daerah blok
punggungan pantai hasil pengangkatan dasar laut, daerah vulkanik atau
metasedimen derajat rendah dengan pelapukan yang berbeda-beda.

4. Rectangular
a. Aliran cabang sungai tegak lurus terhadap sungai induk
b. Aliran memotong daerah secara tidak menerus,
c. Mencerminkan kekar/sesar yang saling tegak lurus, tidak serumit pola
trellis.

5. Radial
a. Bentuk aliran seolah memancar dari satu titik pusat berasosiasi dengan
tubuh gunungapi atau kubah berstadia muda,
b. Dalam konsep Davis, pola radial ini adalah menyebar dari satu titik
pusat (sentrifugal), sedangkan kalsifikasi lain menyatakan pola radial
mencakup dua sistem pola pengaliran yaitu ; sentrifugal dan sentripetal.

6. Annular
a. Cabang sungai mengalir tegak lurus sungai utama yang melingkar,
b. Pada struktur kubah, cekungan, atau pada intrusi stock yang tererosi,
c. Sungai dikontrol pola sesar atau kekar pada bedrock.

7. Multibasinal
a. Pada daerah endapan antar bukit, batuan dasar yang tererosi,

6
b. Ditandai adanya cekungan-cekungan yang kering atau terisi air yang
saling terpisah, aliran yang terputus dan arah aliran yang berbeda-beda,
c. Pada daerah aktif gerakan tanah, vulkanik, dan pelarutan batugamping.

8. Contorted
a. Terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang relatif tegak lurus
terhadap sungai induk subsekuen yang melengkung,
b. Dibedakan dari recurved trellis dengan ciri daerahnya yang tidak
teratur, dikontrol struktur sesar, lipatan menunjam, atau pada daerah labil.

1.3 Pola Aliran Ubahan

Gambar 1.2 Pola pengaliran ubahan (Howard, 1967).

7
Ubahan pola pengaliran dendritik (Gambar 1.2)
1. Subdedritik
a. Modifikasi dari pola dendritik, karena pengaruh dari
topografi dan struktur,
b. Topografi sudah miring, struktur geologi sudah berperan
tetapi kecil.
2. Pinnate
a. Tekstur rapat pada daerah yang sudah tererosi lanjut,
b. Tidak ada kontrol struktur pada daerah landai dengan litologi
bertekstur halus (batulanau, batulempung dll).
3. Anastomatik
a. Jaringan saluran saling mengikat,
b. Terdapat didaerah dataran banjir, delta dan rawa, pasang surut.
4. Distributary
a. Bentuknya menyerupai kipas,
b. Terdapat pada kipas aluvial dan delta.

Ubahan pola pengaliran paralel (Gambar 1.2)


1. Subparalel
a. Kemiringan lereng sedang atau dikontrol oleh bentuklahan subparalel,
b. Dikontrol oleh lereng, litologi dan struktur,
c. Lapisan batuan relatif seragam resistensinya.
2. Coliniar
Kelurusan sungai atau aliran yang selang-seling antara muncul dan tidak,
memanjang diantara punggungan bukit pasir pada gurun pasir landai dan
loess.

Ubahan pola pengaliran trellis (Gambar 1.2)


1. Directional trellis
a. Anak sungai lebih panjang dari sungai utama,
b. Dijumpai pada daerah homoklin, dengan kemiringan landai.

8
2. Fault trellis
a. Kelurusan sungai-sungai besar adalah sebagai kelurusan sesar,
b. Menunjukkan graben dan hors secara bergantian.
3. Joint trellis
a. Kontrol strukturnya adalah kekar,
b. Ditandai oleh aliran sungai yang pendek-pendek, lurus dan sejajar.

Gambar 1.3 Pola pengaliran ubahan (Howard, 1967).

Ubahan pola pengaliran rectangular (Gambar 1.3)


Angulate:
a. Kelokan tajam dari sungai kemungkinan akibat sesar,
b. Kelurusan anak sungai diakibatkan kekar,
c. Pada litologi berbutir kasar dengan kedudukan horisontal,

9
d. Biasanya angulate dan rectangular terdapat bersama dalam satu daerah.

Ubahan pola pengaliran radial (Gambar 1.3)


Centripetal:
a. Pola ini berhubungan dengan kawah, kaldera, dolena besar atau uvala,
b. Beberapa pola centripetal yang bergabung menjadi multicentripetal.

Pola Pengaliran Ubahan dan Karakteristiknya

Pola Pengaliran Kerakteristik


Subdendritik umumnya struktural
Pinnate tekstur batuan halus dan mudah tererosi
Anastomatik dataran banjir, delta atau rawa
Dikhotomik kipas aluvial dan delta seperti penganyaman
Subparalel lereng memanjang atau dikontrol oleh
bentuk lahan memanjang
Kolinier kelurusan bentuk lahan bermaterial
halus dan beting pasir
Direksional Trellis homoklin landai seperti beting gisik
Trellis Berbelok perlipatan memanjang
Trellis Sesar percabangan menyatu atau berpencar,
sesar parallel
Trellis Kekar sesar paralel dan atau kekar
Angulate kekar dan sesar pada daerah
berkemiringan
Karst Batugamping

Tabel 1.1 Pola Pengaliran Ubahan dan Karakteristiknya

Penggabungan dari beberapa pola dasar dan perkembangan pola baru


1. Complex
a. Ada lebih dari satu pola dasar yang bergabung dalam satu daerah,
b. Kontrol struktur, topografi dan litologi sangat dominan,
c. Terdapat didaerah "Melange".
2. Compound
a. Terdiri dari dua pola kontemporer,

10
b. Kombinasi pola radial dan anular yang merupakan sifat kubah.
3. Palimpsest
a. Sungai tua atau pola tua yang sudah ditinggalkan dan membentuk pola
baru,
b. Merupakan daerah pengangkatan baru.

2.1 Genetika Sungai

Sebagaimana diketahui bahwa klasifikasi genesa sungai ditentukan oleh


hubungan struktur perlapisan batuannya. Genetika sungai dapat dibagi
sebagai berikut:

a. Sungai Superposed atau sungai Superimposed adalah sungai yang


terbentuk diatas permukaan bidang struktur dan dalam
perkembangannya erosi vertikal sungai memotong ke bagian bawah
hingga mencapai permukaan bidang struktur agar supaya sungai dapat
mengalir ke bagian yang lebih rendah. Dengan kata lain sungai
superposed adalah sungai yang berkembang belakangan dibandingkan
pembentukan struktur batuannya.

b. Sungai Antecedent adalah sungai yang lebih dulu ada dibandingkan


dengan keberadaan struktur batuanya dan dalam perkembangannya air
sungai mengikis hingga ke bagian struktur yang ada dibawahnya.
Pengikisan ini dapat terjadi karena erosi arah vertikal lebih intensif
dibandingkan arah lateral.

c. Sungai Konsekuen adalah sungai yang berkembang dan mengalir


searah lereng topografi aslinya. Sungai konsekuen sering diasosiasikan
dengan kemiringan asli dan struktur lapisan batuan yang ada
dibawahnya. Selama tidak dipakai sebagi pedoman, bahwa asal dari
pembentukan sungai konsekuen adalah didasarkan atas lereng
topografinya bukan pada kemiringan lapisan batuannya.

11
d. Sungai Subsekuen adalah sungai yang berkembang disepanjang suatu
garis atau zona yang resisten. sungai ini umumnya dijumpai mengalir
disepanjang jurus perlapisan batuan yang resisten terhadap erosi, seperti
lapisan batupasir. Mengenal dan memahami genetika sungai subsekuen
seringkali dapat membantu dalam penafsiran geomorfologi.

e. Sungai Resekuen. Lobeck (1939) mendefinisikan sungai resekuen


sebagai sungai yang mengalir searah dengan arah kemiringan lapisan
batuan sama seperti tipe sungai konsekuen. Perbedaanya adalah sungai
resekuen berkembang belakangan

Gambar 2.1 Pola Aliran Sungai Trellis

f. Sungai Obsekuen. Lobeck juga mendefinisikan sungai obsekuen


sebagai sungai yang mengalir berlawanan arah terhadap arah kemiringan
lapisan dan berlawanan terhadap sungai konsekuen. Definisi ini juga
mengatakan bahwa sungai konsekuen mengalir searah dengan arah
lapisan batuan.

g. Sunggai Insekuen adalah aliran sungai yang mengikuti suatu aliran


dimana lereng tidak dikontrol oleh faktor kemiringan asli, struktur atau
jenis batuan.

12
h.

Gambar 2.2 Blok diagram di daerah yang berstruktur komplek yang telah
mengalami erosi yang cukup intensif. Percabangan sungai yang
berkembang di daerah ini secara genetik dapat diklasifikasikan
berdasarkan struktur geologi yang mengontrolnya (r=resekuen;
o = obsekuen; s = subsekuen)

3.1 Stadia Sungai

Tahapan perkembangan suatu sungai dapat dibagi menjadi 5 (tiga) stadia,


yaitu stadia sungai awal, satdia muda, stadia dewasa, stadia tua, dan stadia
remaja kembali (rejuvination). Adapun ciri-ciri dari tahapan sungai adalah
sebagai berikut:

1. Tahapan Awal (Initial Stage) : Tahap awal suatu sungai seringkali


dicirikan oleh sungai yang belum memiliki orde dan belum teratur
seperti lazimnya suatu sungai. Air terjun, danau, arus yang cepat dan
gradien sungai yang bervariasi merupakan ciri-ciri sungai pada tahap
awal. Bentangalam aslinya, seringkali memperlihatkan ketidakteraturan,
beberapa diantaranya berbeda tingkatannya, arus alirannnya berasal dari

13
air runoff ke arah suatu area yang masih membentuk suatu depresi

14
(cekungan) atau belum membentuk lembah. Sungai pada tahapan awal
umumnya berkembang di daerah dataran pantai (coastal plain) yang
mengalami pengangkatan atau diatas permukaan lava yang masih baru /
muda dan gunungapi, atau diatas permukaan pediment dimana
sungainya mengalami peremajaan (rejuvenation).

2. Tahapan Awal (Initial Stage) : Tahap awal suatu sungai seringkali


dicirikan oleh sungai yang belum memiliki orde dan belum teratur
seperti lazimnya suatu sungai. Air terjun, danau, arus yang cepat dan
gradien sungai yang bervariasi merupakan ciri-ciri sungai pada tahap
awal. Bentangalam aslinya, seringkali memperlihatkan ketidakteraturan,
beberapa diantaranya berbeda tingkatannya, arus alirannnya berasal dari
air runoff ke arah suatu area yang masih membentuk suatu depresi
(cekungan) atau belum membentuk lembah. Sungai pada tahapan awal
umumnya berkembang di daerah dataran pantai (coastal plain) yang
mengalami pengangkatan atau diatas permukaan lava yang masih baru /
muda dan gunungapi, atau diatas permukaan pediment dimana
sungainya mengalami peremajaan (rejuvenation).

3. Tahapan Muda : Sungai yang termasuk dalam tahapan muda adalah


sungai-sungai yang aktivitas aliran sungainya mengerosi kearah vertikal.
Aliran sungai yang menmpati seluruh lantai dasar suatu lembah.
Umumnya profil lembahnya membentuk seperti huruf ”V”. Air terjun
dan arus yang cepat mendominasi pada tahapan ini.

4. Tahapan Dewasa: Tahap awal dari sungai dewasa dicirikan oleh mulai
adanya pembentukan dataran banjir secara setempat setempat dan
semakin lama semakin lebar dan akhirnya terisi oleh aliran sungai yang
berbentuk meander, sedangkan pada sungai yang sudah masuk dalam
tahapan dewasa, arus sungai sudah membentuk aliran yang berbentuk

15
meander, penyisiran kearah depan dan belakang memotong suatu dataran
banjir (flood plain) yang cukup luas sehingga secara keseluruhan
ditempati oleh jalur-jalur meander. Pada tahapan ini aliran arus sungai
sudah memperlihatkan keseimbangan antara laju erosi vertikal dan erosi
lateral.

Gambar 3.1 Pola perubahan bentuk alur sungai yang semula


linear dan kemudian menjadi meander. Proses
perubahan sungai dari linear ke meander disebabkan
oleh sifat erosi vertikal berubah menjadi erosi lateral.

5. Tahapan Tua : Pada tahapan ini dataran banjir diisi sepenuhnya oleh
meander dan lebar dari dataran banjir akan beberapa kali lipat dari luas
meander belt. Pada umumnya dicirikan oleh danau tapal kuda (oxbow
lake) dan rawa-rawa (swampy area). Erosi lateral lebih dominan
dibandingkan erosi lateral.

6. Peremajaaan Sungai (Rejuvenation) : Setiap saat dari perkembangan


suatu sungai dari satu tahap ke tahap lainnya, perubahan mungkin
terjadi dimana kembalinya dominasi erosi vertikal sehingga sungai
dapat diklasifikasi menjadi sungai dalam tahapan muda. Sungai dewasa
dapat mengalami pengikisan kembali ke arah vertikal untuk kedua
kalinya karena adanya pengangkatan dan proses ini disebut dengan
perenajaan sungai. Proses peremajaan sungai adalah proses terjadinya

16
erosi ke arah vertikal pada sungai berstadia dewasa akibat pengangkatan
dan stadia sungai kembali menjadi stadia muda.

Gambar 3.2 Proses perkembangan sungai oleh aktivitas arus sungai,


mulai stadia awal, stadia muda, stadia dewasa, dan stadia tua.

17
Stadia Awal Stadia Muda

Stadia Muda Stadia Dewasa

Stadia Tua Stadia Rejuvination

Gambar 3.3 Stadia sungai : stadia awal, stadia muda,


stadia dewasa, dan stadia tua dan stadia
rejuvination.

18
4.1 Tekstur Aliran Sungai

1. Pola Aliran Sungai Dendritik

Pola aliran sungai yang pertama adalah pola aliran sungai dendritik. Apabila kita
melihat penampang daun dengan urat- uratnya, maka kita akan melihat pola aliran
sungai ini. Ya, Pola aliran sungai Dendritik ini menyerupai penampang pada daun.
Sehingga kita akan melihat bahwa sungai induk ini memiliki percabangan yang
menuju ke segala arah. Secara umum, pola aliran sungai yang seperti ini dikontrol
oleh litologi yang bersifat homogen. Pola aliran sungai ini memiliki tekstur sungai
yang dikontrol oleh jenis-jenis batuannya.

Tekstur sungai ini diartikan sebagai panjang sungai per satuan luas wilayah.
Misalnya adalah sungai yang mengali di atas batuan yang kurang resisten terhadap
erosi akan membentuk tekstur sungai yang rapat, sementara pada pada batuan
yang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang renggang.
Resistensi batuan terhadap erosi ini akan sangat mempengaruhi proses
pembentukan alur- alur sungai, yakni batuan yang tidak resisten cenderung lebih
mudah ter-erosi membentuk alur- alur sungai.

2. Pola Aliran Sungai Radial

18
Jenis pola aliran sungai yang selanjutnya adalah pola aliran sungai radial. Seperti
halnya namanya, pola aliran sungai radial merupakan pola aliran sungai yang
sifatnya menyebar ke segala arah. Sehingga sungai yang memiliki pola aliran ini
memiliki satu pusat yang akan menyebarkan alirannya ke segala arah. Sebagai
contoh adalah mata air di gunung yang menyebarkan airnya ke segala arah.

Contoh lainnya yang mengikuti pola aliran sungai radial adalah kawah/ magma
yang ada di puncak gunung. Pola magma ini terbentuk mengikuti bentukan muka
bumi yang cembung, yang merupakan asal mula sungai konsekuen. Pola aliran
sungai radial juga dapat ditemukan pada bentukan bentangan- bentangan kubah.

3. Pola Aliran Sungai Radial Sentripetal

Pola aliran sungai selanjutnya adalah pola aliran sungai radial sentripetal. Pola
aliran sungai ini sama- sama bernama radial, hanya saja ada tambahan sentripetral.
Meskipun namanya sama, namun pola aliran sungai ini justru merupakan
kebalikan dari pola aliran sungai radial. Jika di aliran sungai radial, mata air justru
berupa cembung yang mengalir ke segala arah, nah di radial sentripetal ini justru
mata air akan menuju ke satu arah.

Jadi bisa dikatakan bahwa pola aliran sungai redial sentripetal ini aliran sungai
menuju ke satu titik, seperti menuju ke sebuah cekungan besar atau depresi.
Daerah yang banyak dijumpai aliran sungai seperti ini biasanya adalah di bagian
barat serta barat laut Amerika Serikat. Secara berproses, pola aliran sungai ini
dapat berkembang membentuk pola annular. Pola annular sendiri merupakan pola
yang pada awalnya adalah aliran radial setripetal namun selanjutnya muncul
sungai obsekuen, sungai subsekuen yang sejajar serta sungai resekuen.

19
4. Pola Aliran Sungai Rektangular

Secara umum, sungai yang memiliki pola aliran rektangular inialirannya dikontrol
oleh struktur geologi, seperti struktur rekahan dan juga patahan. Sungai yang
memiliki pola aliran rektanguler ini biasanya terjadi pada struktur batuan beku.
Sungai dengan pola aliran rektangular ini biasanya bentuknya lurus mengikuti
arah patahan. Ciri- ciri sungai dengan pola aliran ini adalah bentuk sungainya
tegak lurus dan merupakan kumpulan dari saluran- saluran air yang mengikuti
pola dari struktur geologi tersebut. Pola aliran sungai rectangular ini pada
umumnya berkembang pada batuan yang resisten terhadap erosi yang tipenya
mendekati seragam namun dikontrol oleh rekahan dua arah yang memiliki sudut
yang saling tegak lurus. Cabang- cabang dari sungai dengan aliran ini pada
umumnya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya atau sungai
induknya.

5. Pola Aliran Sungai Trellis

Trellis biasanya kita kenal dengan pagar. Memang benar, seperti namanya, pola
aliran sungai trellis ini adalah sungai yang alirannya menyerupai pagar yang
dikontrol oleh struktur geologi berupa lipatan sinklin dan antiklin. Sungai dengan
pola aliran trellis ini memiliki ciri- ciri oleh kumpulan saluran- saluran air yang
membentuk pola sejajar yang mengalir mengikuti arah kemiringan lereng serta

20
tegak lurus terhadap saluran utamanya. Saluran utama pada sungai ini biasanya
searah dengan sumbu lipatan.

Pola aliran trellis ini mengandung perpaduan antara sungai konsekuen dan
subsekuen. Pola aliran trellis ini juga dapat terbentuk di sepanjang lembah yang
paralel pada sabuk pegunungan lipatan. Di wilayah ini sungai akan banyak yang
melewati lembah untuk bergabung dengan saluran utamanya yang pada akhirnya
akan menuju muara sungai.

Nah, itulah beberapa macam pola aliran sungai yang perlu kita ketahui. Sungai-
sungai memang merupakan bentukan alami, sehingga terdapat berbagai macam
bentuk aliran. Semoga informasi yang kami berikan bermanfaat.

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah lemah
tempat erosi mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air
permukaan mengalir dan berkumpul (A.D. Howard, 1967).

22
DAFTAR PUSTAKA

geograph88.blogspot.com (2013) “Tahap Perkembangan Sungai”

skepticalinquirer.wordpress.com (2015) “Pola Aliran Sungai”

wikipedia.org “Genetika sungai”

www.academia.edu “Pola Pengaliran Sungai”

wingmanarrows.wordpress.com (2012) “Dasar-Dasar Geomorfologi satuan


morfologi”

www.academia.edu “Laporan Geomorfologi”

ilmugeografi.com “Ilmu Bumi Sungai Macam Pola Aliran Sungai”

23

Anda mungkin juga menyukai