Pendahuluan
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang
tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan
permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Sanitasi secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk
pembuangan urin dan tinja yang aman. Sanitasi yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit di
seluruh dunia dan sanitasi diketahui memiliki dampak positif bagi kesehatan baik di lingkungan rumah
tangga dan di masyarakat pada umumnya. Kata 'Sanitasi‘ juga mengacu pada kemampuan menjaga
kondisi higienis, melalui layanan pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah (WHO,
http://www.who.int/topics/sanitation/en/.Diakses pada 30 November 2011).
Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan
dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan penyehatan
lingkungan. Hal ini disebabkan ketidaktahuan masyarakat terhadap pentingnya hidup bersih dan sehat,
yang tercermin dari perilaku masyarakat yang hingga sekarang masih banyak yang buang air besar
sembarangan (BABS).
Berdasarkan kondisi tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat berupaya
meningkatkan kondisi sanitasi melalui pendekatan menyeluruh berskala kabupaten. Pendekatan ini
dimulai dengan pembentukan Pokja Sanitasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Salah satu tujuan
dibentuknya pokja ini adalah untuk mensinergikan kerja SKPD-SKPD yang berkaitan dengan sanitasi (Air
Limbah Domestik, Drainase, Persampahan dan PHBS) dalam satu wadah guna memperbaiki kinerja dan
konsep sanitasi di masyarakat. Untuk menyiapkan data yang diperlukan dalam penyelesaian BPS dan
SSK dengan interval waktu yang dibutuhkan sampai akhir bulan November 2013, maka Sekretaris Daerah
Kabupaten Maluku Tenggara Barat selaku Ketua Pokja Menugaskan perwakilan masing-masing dari
bidang koordinasi dalam oraganisasi Pokja dengan tugas mengkaji, menganalisa, dan mengumpulkan
data-data untuk memetakan kondisi sanitasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Hasil analisa dan
pemetaan kondisi sanitasi akan disajikan dalam Buku Putih dan selanjutnya dijadikan sebagai dasar
Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Maluku Tenggara barat.
Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan kondisi
sanitasi yang dijadikan dasar dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota. Buku Putih Sanitasi ini disusun
Sanitasi dapat dipahami sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk
menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun di lingkungan
perumahan. (Sumber: Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi).
Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah sebagai berikut:
1. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi,
dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air
limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem :
a. Pengolahan On Site menggunakan sistem tangki septik atau cubluk dengan peresapan ke tanah
dalam penanganan limbah rumah tangga.
b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat
ataupun komunal.
2. Black water (air tinja/limbah padat) yaitu air tinja yang tercemar tinja, umumnya berasal dari WC.
Volumenya dapat cair atau padat, umumnya orang dewasa menghasilkan 1.5 liter air tinja/hari. Air ini
mengandung bakteri E.coli yang berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu harus disalurkan melalui
saluran tertutup ke arah pengolahan/penampungan. Air tinja bersama tinjanya disalurkan ke dalam
tangki septik. Tangki septik dapat berupa 2 atau 3 ruangan yang dibentuk oleh beton bertulang
sederhana. Air yang sudah bersih dari pengolahan ini barulah dapat disalurkan ke saluran
primer/sekunder, atau lebih baik lagi dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai bahan cadangan air
tanah.
3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung
melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan
mematuskan air permukaan.
Mengacu pada Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Maluku Tenggara Barat tahun 2012-2017. Kabupaten Maluku Tenggara Barat menetapkan Visi
Pembangunan Daerah yaitu
“Mewujudkan Masyarakat MTB yang Sejahtera dan Mandiri
melalui Pembangunan yang Inklusif dan Berkelanjutan”.
Makna pokok yang terkandung dalam Visi ini adalah bahwa seluruh kekayaan sumber daya alam yang
dimiliki oleh Kabupaten Maluku Tenggara Barat harus dapat dikelola oleh sumber daya manusia Maluku
Tenggara Barat yang berkualitas dan dimanfaatkan untuk mewujudkan masyarakat Maluku Tenggara
Barat yang Bermartabat, Mandiri, dan Sejahtera sehingga dapat “Meretas Kabupaten Maluku Tenggara
Barat Sebagai Rumah dan Lingkungan yang Nyaman bagi Semua Orang”.
Pembangunan yang inklusif mencerminkan hakekat pembangunan yang melibatkan dan mengikutsertakan
segenap aspek/dimensi kehidupan, segenap lapisan masyarakat dan peran serta masyarakat secara aktif
sehingga seluruh masyarakat memiliki kemampuan untuk hidup layak.
Pembangunan yang berkelanjutan mencerminkan hakekat pembangunan yang berorientasi pada masa
depan dan lintas generasi, yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan tersebut, maka dirumuskan misi pembangunan
Maluku Tenggara Barat tahun 2012–2017 sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat yang memiliki diversifikasi usaha yang berorientasi kepada agrobisnis
serta ketahanan ekonomi, dengan pendapatan yang semakin meningkat dan merata sehingga
mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
2. Mewujudkan kemandirian masyarakat MTB di bidang sosial, budaya, politik, dan pemerintahan
sebagai modal sosial (social capital) untuk berkembang ke masa depan.
3. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan ke seluruh wilayah dan
segenap lapisan masyarakat.
4. Mewujudkan kelestarian lingkungan untuk menyongsong masa depan masyarakat MTB yang lebih
maju, berkelanjutan dan berkeadaban.
Berdasarkan Visi dan misi pembangunan Maluku Tenggara Barat Tahun 2012-2017, maka
dirumuskan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai perwujudan ruang
wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai Beranda
Depan NKRI yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berbasis pada agribisnis lahan
Maksud utama dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah
untuk memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Maluku
Tenggara Barat saat ini sebagai dasar untuk membuat perencanaan pengembangan sanitasi di masa
yang akan datang.
Adapun Tujuan dari penyusunan Buku Putih Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah untuk :
1. Melakukan analisis dari kondisi dan potensi yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat serta
melakukan identifikasi strategi dan langkah pelaksanaan kebijakan dalam sektor sanitasi.
2. Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan seluruh lintas pelaku (stakeholder) Kabupaten Maluku
Tenggara Barat.
3. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengorganisasian pelaksanaan pembangunan
sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan berkelanjutan.
4. Sebagai bahan masukan untuk penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Maluku Tenggara
Barat jangka menengah.
1.4 Metodologi
Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, akan
disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan
ini yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Metode Penyusunan
a. Berdasarkan data primer (narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas
dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh
masyarakat).
b. Berdasarkan data sekunder (arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-
masing dinas/kantor terkait baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data
statistik, proposal, laporan, foto dan peta).
Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survai terkait dengan
pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), survai peran media
RPJMD sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dipergunakan
sebagai sumber dasar bagi penyusunan Buku Putih Sanitasi. Oleh karena itu, Buku Putih Sanitasi ini
merupakan penjabaran operasional dari RPJMD khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi
yang bersifat lintas sektor, komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif sesuai dengan konsep dasar
Renstra SKPD sebagai penjabaran dari RPJMD juga dipergunakan sebagai bahan penyusunan
Buku Putih Sanitasi. Renstra SKPD dipergunakan sebagai dasar dari penyusunan Buku Putih Sanitasi ini
maka implementasi pembangunan sanitasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan SKPD
yang terkait dengan sanitasi.
c. Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Maluku Tenggara Barat
RTRW dipergunakan sebagai salah satu bahan dasar bagi penyusunan Buku Putih Sanitasi,
dimana untuk rencana tahun 2013 perkiraan jumlah penduduk dan volume sektor sanitasi diperhitungkan
sesuai dengan perkiraan dan prediksi dalam RTRW. Buku Putih Sanitasi mengarah pada operasionalisasi
teknis urusan khusus sanitasi dari RTRW, agar pada saat pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
terlaksana pula implementasi dari Buku Putih Sanitasi.
d. Hubungan Buku Putih Sanitasi dengan Rencana Aksi Daerah (RAD) Millenium
Development Goals (MDGs)
Salah satu tujuan disusunnya Buku Putih Sanitasi adalah memberikan bahan dasar penetapan
kebijakan daerah dalam pengelolaan sanitasi di masa yang akan datang berdasarkan target prioritas yang
disepakati bersama yang tertuang dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) Millenium Development Goals
(MDGs) yakni Tujuan (Goal) 7 yaitu Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup. Pencapaian target
Goal 7 berdasarkan salah satu indikator, yaitu : Rumah tangga yang memanfaatkan akses sanitasi dasar
(pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, sistem drainase) pada tahun 2015 meningkat menjadi 81%
dari tahun 2010 sebesar 76,17%.