Anda di halaman 1dari 18

BAB III

PRAKTIK PROFESI NERS


A. KASUS
1. Kasus Kelolaan

Dalam laporan ini diuraikan laporan pada pasien Ny. N datang keruang IGD RSUD
Abdul Wahab Sjahranie pada tanggal 21 November 2019. Adapun pelaksanaan asuhan
keperawatan meliputi : pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi dan
evaluasi keperawatan yang akan diuraikan secara rinci pada bab ini. Pengkajian dilakukan
pada Ny. N tanggal 21 November 2019 jam 19.30 dan didapatkan data sebagai berikut :
1. Pengkajian Primer
Triage
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan sesak napas, dada terasa berat, memiliki riwayat
asma. Dilakukan pengkajian, terdapat suara napas wheezing, ada retraksi dinding
dada. Kesadaran compos metis.
Airway
Jalan napas pasien paten, tidak ada obstruksi jalan napas, suara napas wheezing.
Breating
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, pernapasan 28x/menit, sianosis tidak ada,
pernapasan cuping hidung, terdapat retraksi dada, gerakan dada simetris kanan dan
kiri, SPO2 : 98%.
Circulation
Denyut nadi teraba kuat 116x/menit, pekak pada jantung, bunyi jantung I dan II
tunggal, tidak terdapat sianosis, CRT ≤ 2 detik, TD = 127/87 mmHg, tidak ada
perdarahan, dan tidak ada keluhan lain.
Disability
Respon pasien alert, kesadaran compos mentis, GCS terdapat 15 yaitu eye = 4,
verbal = 5, motoric = 6, pupil isokor dan reflek cahaya ada, Pupil = isokor, reflek
cahaya = positif.
Exposure
Pasien mengatakan tidak terdapat luka atau cidera pada bagian tubuh.
2. Identitas Pasien
Nama pasien Ny. N, usia 48 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir SMA,
pekerjaan Ibu rumah tangga, status pernikahan pasien saat ini menikah, nomor rekam
medik 01.04.81.47, masuk dengan diagnosa medis Asma, pasien beralamat tempat
tinggal di Jl. Mugirejo gg 5 no 15.
3. Anamnesa (Pengkajian Awal)
a. Keluhan Utama :
Sesak napas, dada terasa berat, memiliki riwayat asma
b. Riwayat Kesehatan/Pengobatan perawatan sekarang :
Pasien tiba di IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada tanggal 21
November 2019 pukul 19.30 wita dengan keluhan sesak napas dari jam 18.00, dan
dada terasa berat, sesaknya semakin parah sehingga langsung dibawah ke IGD.
c. Riwayat kesehatan/pengobatan perawatan sebelumnya :
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma, dan memang sering ke IGD
saat asma nya kambuh.
d. Riwayat pembedahan :
Pasien mengatakan tidak pernah menjalani pembedahan
e. Pengobatan terakhir :
Pasien mengatakan terakhir berobat ke IGD pada bulan 5 oktober 2019, dengan
keluhan asma juga.
f. Alergi :
Pasien mengatakan selama ini tidak ada riwayat alergi makanan, obat-obatan.
Hanya saja tidak bisa tahan lama pada suhu yang dingin.
g. Medikasi
Pasien mengatakan tidak ada mengonsumsi obat rutin dan tidak memiliki inhailer
juga dirumah.
Terapi yang diberikan saat di IGD :
- Pasang O2 nasal kanul 4-5 lpm
- Nebulizer combiven
- Injeksi dexametaxone 5 ml
- Tablet salbutamol
- Table dexametaxone 0,5 ml.
h. Makan minum terakhir
Terakhir makan dan minum kurang lebih 3 jam yang lalu.
i. Even/Peristiwa Kejadian
Pasien mengatakan tiba-tiba dadanya terasa berat, dan langsung susah untuk
bernapas.
j. Tanda Vital
TD : 127/87 mmHg, RR : 28x/menit, N : 116x/menit, S : 36,1’C.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher:
Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan pada kepala. Rambut
: hitam, panjang, sedikit bergelombang, tidak berketombe, dan tampak bersih. Mata
: bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada katarak, pupil isokor, ada reflek
cahaya, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik. Wajah: bentuk oval. Hidung:
simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada stomatitis. Telinga: bentuk simetris, tidak
ada serumen.
b. Dada:
Inspeksi : Dada tampak simetris, tidak ada lesi,terdapat retraksi dinding dada.
Palpasi : Nyeri tekan (-). Perkusi : terdengar sonor pada seluruh lapang paru ICS 1-
6. Auskultasi : terdengar suara wheezing saat inspirasi.
c. Abdomen:
Inspeksi :perut datar (normal), tidak ada luka atau lesi dan tidak adanya asites.
Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada massa.
Auskultasi :15x/i
d. Pelvis:
Inspeksi : tidak adanya perdarahan dan bersih.
Palpasi : tidak terjadinya nyeri tekan, atau tidak adanya pembengkan daerah sekitar
pelvis.
e. Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi : tidak ada luka atau edem.
Palpasi : sianosis tidak ada, akral hangat, turgor kulit normal.
f. Punggung :
Inspeksi : tidak ada luka atau lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
g. Neurologis :
GCS= 15, eye = 4, verbal = 5, motoric = 6.
5. Pemeriksaan Diagnostik

6. Analisa Data
Tabel 3.1 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1 DS : Keletihan otot pernapasan Pola napas tidak efektif
- Pasien mengatakan
sesak napas, dada
terasa berat dan
memiliki riwayat
penyakit asma.

DO :
- Pasien tampak
kesulitan bernapas
- Ada retraksi dinding
dada
- Pernapasan cuping
hidung
- Dada kiri kanan
simetris
- Tidak ada sianosis
- TD : 127/87 mmHg
- RR : 28x/menit
- N : 116x/menit
- SPO2 : 98%
- Suhu :36,1

2
DS : Ketidakseimbangan Gangguan pertukaran gas
ventilasi-perfusi
- Pasien mengatakan sesak
napas, dada terasa berat,
dan memiliki riwayat
penyakit asma.

DO :
- Pasien tampak kesulitan
bernapas
- Ada retraksi dinding
dada
- Pernapasan cuping
hidung
- Dada kiri kanan simetris
- Tidak ada sianosis
- TD : 127/87 mmHg
- RR : 28x/menit
- N : 116x/menit
- SPO2 : 98%
- Suhu :36,1

7. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.2 Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Jalan Napas
b/d Keletihan otot 1 x 8 jam diharapkan masalah pola napas teratasi Aktivtias-aktivtias
pernapasan dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas (frekuensi,
NOC : kedalaman,usaha napas)
 Dispnea (4) 2. Monitor bunyi napas
 Penggunaan otot bantu napas (4) 3. Posisikan semi-fowler
 Frekuensi napas (4) 4. Berikan terapi oksigen
5. Berikan terapi teknik Buteyko
Kriteria Hasil = 6. Berikan terapi nebulizer jika perlu
1. Sesak napas pada pasien asma berkurang.
2. Penggunaan otot bantu napas cukup
menurun
3. F rekuensi napas cukup membaik
4. Tanda-tanda vital normal

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pemantauan Respirasi


Gangguan pertukaran gas 1x8 jam diharapkan masalah gangguan Aktivitas-aktivitas :
b/d ketidakseimbangan pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil 1. Monitor frekuensi,irama,dan upaya napas
ventilasi-perfusi NOC : 2. Monitor pola napas
3. Auskultasi bunyi napas
 Bunyi napas tambahan (4) 4. Monitor saturasi oksigen
 Napas cuping hidung (4) 5. Berikan terapi oksigen
 Pola napas (4)
 Gelisah (4)
Kriteria Hasil =
1. Bunyi napas tambahan tidak ada
2. Napas cuping hidung berkurang
3. Pola napas menurun
4. Gelisah menjadi lebih tenang

8. Diagnosa Keperawatan :
1. Pola napas tidak efektif b/d Keletihan otot pernapasan
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
9. Implementasi EBN
Tabel 3.3 Implementasi EBN
No. Hari/tgl/jam Implementasi Ttd
1 Kamis,21 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha Merry
November 2019 napas)
Pkl. 19.35 2. Memonitor bunyi napas
Dx 1 3. Memposisikan pasien semi-fowler
Pola napas tidak 4. Memberikan terapi oksigen
efektif b/d 5. Memberikan terapi teknik buteyko
Keletihan otot
pernapasan

2 Kamis,21 1. Memonitor frekuensi,irama,dan upaya napas


November 2019 2. Memonitor pola napas
Pkl. 19.35 3. Mengauskultasi bunyi napas
4. Memonitor saturasi oksigen
5. Memberikan terapi oksigen
6. Memberikan terapi teknik Buteyko

Dx 2
Gangguan
pertukaran gas b/d
ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
10. Evaluasi EBN
Tabel 3.4 Evaluasi EBN
No. Tgl/jam Evaluasi Ttd
1 21 November 2019 S : Px mengatakan sesak nya mulai berkurang, Merry Christina
jam 20.00 dada sudah mulai terasa lebih ringan dari
sebelumnya.

O:
Kriteria hasil Hasil Target
Frekuensi napas 4 4
Dispnea 4 4
Penggunaan otot 4 4
bantu napas

A : masalah sesak napas teratasi


P : intervensi kolaborai pemberian terapi
nebulizer combiven, injeksi dexametaxone

2 21 November 2019 S : pasien mengatakan sesak napas mulai


jam 20.00 berkurang, dada sudah mulai terasa lebih ringan
dari sebelumnya.
O:
Kriteria Hasil Hasil Target
Bunyi napas tambahan (4) (4)
Napas cuping hidung (4) (4)
Pola napas (4) (4)
Gelisah (4) (4)

A : Masalah gangguan pertukaran gas teratasi


P : Intervensi kolaborasi dengan terapi nebulizer
combiven dan injeksi dexametaxone.

11. Implementasi Keperawatan


Tabel 3.5 Implementasi keperawatan
No Hari/tgl/jam Implementasi Ttd
1. Kamis,21 November 2019 1. Memonitor pernapasan Merry
Pkl. 20.05 RR: 21x/menit,TD :
122/77 mmHg, N:
113x/menit, SPO2 : 99%

2. Memposisikan semi-
fowler
EP: pasien dalam posisi
semi-fowler

3. Berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain
EP: Memberikan
nebulizer combiven,
Injeksi dexametaxone 5
ml, Pemberian obat
tablet salbutamol dan
dexaemtaxone 0,5 ml

12. Evaluasi Tindakan Keperawatan


Tabel 3.6 Evaluasi tindakan keperawatan
No Tgl/jam Evaluasi Ttd
1. Kamis, 21 November 2019 S : Px mengatakan sesak napasnya Merry
Pkl. 20.30 sudah berkurang, dadanya sudah
tidak terasa berat lagi

O:
Kriteria Hasil Target
hasil
Frekuensi 4 4
napas
Bunyi napas 4 4
tambahan
Gelisah 4 4
Pernapasan 4 4
cuping hidung

A : Masalah pola napas tidak


efektif dan gangguan pertukaran
gas teratasi

P : Intervensi dihentikan
(Discharge Planning pasien pulang)

2. Gambaran Kasus Resume yang di Ruang IGD


a. Pasien Asma
Sebagian besar pasien asma datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan
menggunakan kursi roda, dibawah oleh keluarganya. Semua pasien datang
dengan keluhan sesak napas dan lemas namun ada beberapa pasien yang
disertai batuk-batuk. Kebanyakan pasien asma tidak memiliki inhaeler
dirumah. Sehingga saat asma nya kambuh mereka langsung dibawah ke IGD
RS AWS Samarinda. Saat tiba di triage dilakukan pengkajian, pasien asma
memiliki suara napas wheezing, terdapat retraksi dinding dada, dan pasien
tampak sesak napas dan dari hasil pemeriksaan didapatkan rata-rata
pernapasan lebih dari 25x/menit. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan
prioritas triage P3 dengan label berwarna kuning yang dilakuk an penanganan
kurang dari 60 menit yang masuk pada zona medis. Pasien asma memiliki
diagnosa asma atau dyspnea. Di zona medis diberikan terapi Oksigen melalui
nasal kanul dengan volume 4-5 liter, kemudian diberikan nebulizer dengan
combiven atau ventolin. Kebanyakan pasien asma setelah diberikan terapi ini
mengatakan keadaannya sudah membaik, sehingga rata-rata pasien asma bisa
langsung pulang setelah diberikan terapi ini.
b. Pasien Sistem Pernapasan
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas tetapi tidak
memiliki riwayat asma. Pasien yang datang dengan keluhan sesak napas
memiliki riwayat penyakit CKD on HD. Pasien yang memiliki riwayat CKD
on HD yang datang dengan keluhan sesak napas dan terdapat edem pada
ekstremitas bawah. Keluhan sesak napas ini dikarenakan kelebihan volume
cairan dalam tubuh sehingga terdapat edem juga pada ekstremitasnya. pada
pasien CKD on HD ini berikan terapi oksigen nasal kanul serta diberikan
injeksi furosemide. Jika pasien mengatakan bahwa keluhan nya tidak
berkurang maka di indikasikan untuk rawat inap untuk melanjutkan intervensi
selanjutnya.
Pada kasus sistem pernapasan ini juga ada beberapa pasien datang
dengan keluhan utama sesak napas dan memiliki riwayat penyakit gagal
jantung atau CHF, keluhan dirasakan setelah melakukan aktivitas atau sedang
bekerja. Pada pasien gagal jantung ini otot jantung tidak mampu memompa
darah seperti jantung normal. Kondisi ini memicu terjadinya penyempitan
pembuluh darah hingga tekanan darah meningkat. Penyempitan pada
pembuluh darah menyebabkan kurangnya oksigen dalam darah sehingga
pasien CHF rentan terkena sesak napas juga. Pada pasien CHF dilakukan
pemeriksaan EKG, diberikan terapi oksigen dan injeksi furosemide. Pada
pasien CHF ini lebih banyak dirawat inap untuk mendapatkan intervensi
lanjutan.
c. Karakteristik Pasien
Deskripsi karakteristik pasien adalah pasien yang datang ke IGD dengan
gangguan sistem respirasi. Jumlah kasus sebanyak 20 pasien yang datang
selama 2 minggu. Pasien yang datang dengan gangguan sistem pernapasan
ada laki-laki dan perempuan.
Tabel 3.7 Distribusi pasien berdasar jenis kelamin
Di Ruang IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
Perempuan 15 75%
Laki-laki 5 25%
Total 20 100%

Berdasarkan tabel 3.7 diatas dapat disimpulkan bahwa distribusi


pasien berdasarkan jenis kelamin yang datang ke IGD dengan gangguan
sistem pernapasan adalah lebih banyak perempuan.
Tabel 3.8 Distribusi pasien berdasarkan tingkat usia
Di Ruang IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Usia Jumlah Persentase (%)
26-35 tahun 3 15%
36-45 tahun 4 20%
46-55 tahun 8 40%
56-65 tahun 5 25%
Total 20 100%

Berdasarkan tabel 3.8, dapat disimpulkan bahwa, distribusi pasien


berdasarkan tingkat usia yang datang ke IGD dengan gangguan sistem
pernapasan lebih banyak terdapat pada usia 46-55 tahun sebanyak 40%.

Tabel 3.9 Distribusi pasien berdasarkan gangguan sistem pernapasan


Di Ruang IGD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Gangguan sistem pernapasan Jumlah Persentase (%)
Asma 15 75%
CKD on HD 2 10%
CHF 3 15%
Total 20 100%

Berdasarkan tabel 3.9 Distribusi pasien yang datang ke IGD dengan


gangguan sistem pernapasan lebih banyak pasien asma dengan 75,5%.
8. PELAKSANAAN EBN
1. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan bagian dari penerapan pembanguna global, salah satu
aspek pencapaian dari tahun 2016 pencapaian pembangunan meillenium SDGs
adalah kesehatan. Adapun di Indonesia, penyakit asma merupakan sepuluh besar
penyebab kesakitan dan kematian. Asma merupakan penyakit kronis yang tidak
menular. (Lisa & Ine, 2018). Asma merupakan inflamasi kronik pada jalan napas
yang disebabkan oleh hiperresponsivitas jalan napas, edema mukosa dan produksi
mucus berlebih. Gejala dari penyakit asma adalah batuk, mengi, dada terasa berat dan
kesulitan bernapas. Gejala tersebut disebabkan oleh oenyempitan saluran napas.
Penyempitan ini disebabkan oleh mengkerutnya otot-otot yang melingkari saluran
napas, membengkak dan meradangnya jaringan sekitar selaput lendir atau dahak yang
ditumpahkan kesaluran napas. Hiperventilasi terjadi karena penderita asma
mengembangkan kedalaman pernapasan jauh melebihi yang seharusnya. Hal ini
menstimulasi restriksi saluran napas dan peningkatan mukus. Sistem pernapasan yang
seperti ini menyebabkan tubuh menjadi lemah dan rentan terhadap penyakit. Semua
hal ini berhubungan dengan cara bernapas yang efisien dan benar. (Getha, 2017).
Penyakit asma tidak bisa disembuhkan, pengobatan asma hanya dapat
dikendalikan dan dikurangi frekuensi terjadinya serangan. Penyakit asma bila tidak
dilakukan pencegahan akan mengakibatkan kekambuhan pada pasien asma atau
serangan asma berulang. Karena itu, pasien perlu menjalani terapi yang mengatasi
inflamasi, mengontrol sekaligus melegakan pernapasan saat gejala asma timbul.
Salah satu metode yang dikembangkan untuk memperbaiki cara bernapas pada
penderita asma adalah teknik olah napas. Namun, teknik pernapasan yang memang
khusus untuk penderita asma adalah teknik pernapasan buteyko. Teknik pernapasan
Buteyko merupakan latihan pernapasan yang dilakukan secara sederhana yang
bertujuan untuk mengurangi konstriksi jalan napas dengan prinsip latihan bernapas
dangkal. Teknik Buteyko ini dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun serta mudah
untuk dilakukan. (Yasherly, 2018). Teknik pernapasan Buteyko juga membantu
menyeimbangkan kadar karbondioksida dalam darah sehingga pergeseran kurva
disosiasi oksihemoglobin yang menghambat kelancaran oksigenasi pada penderita
asma dapat berkurang. Selain itu, teknik Buteyko juga diyakini mampu mengurangi
kesulitan bernapas pada pasien asma, caranya dengan menahan karbondioksida agar
tidak hilang secara progresif karena hiperventilasi. Menurut WHO, penderita asma
pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 400 juta orang. Di ruang Instalasi Gawat
Darurat Rumah sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada bulan agustus-oktober
2019 terdapat 248 penderita asma yang datang ke IGD.
Berdasarkan dari data diatas penulis ingin mengetahui bagaimana efektivitas
dari teknik pernapasan Buteyko terhadap penurunan frekuensi pernapasan pasien
asma dengan gangguan pola napas di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Wahab
Sjahranie Samarinda.
2. MASALAH KLINIS
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis ingin merumuskan masalah
penelitian untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam
bentuk Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners dengan Judul “Efektivitas teknik pernapasan
Buteyko terhadap penurunan frekuensi pernapasan pada pasien asma dengan
gangguan pola napas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda”
a. Problem: Asma, penyakit yang banyak terjadi dimasyarakat
b. Intervention : Teknik pernapasan Buteyko untuk menurunkan frekuensi pernapasan
c. Comparation :
d. Outcome: Frekuensi napas menurun
3. Search Strategy
Menggunakan kata kunci Asma, Frekuensi Pernapasan, Pernapasan
Diafragma, Teknik Pernapasan Buteyko. Dalam penelitian ini didasari dengan 1
jurnal utama yaitu tentang “Aplikasi Teknik Pernapasan Buteyko Untuk
Memperbaiki Pernapasan Diafragma Pada Pasien Dengan Sesak Napas Di Ruang
Gawat Darurat” oleh Danur Kusuma Arini Putri, Beti Kristinawati, dan Tofik Hidayat
pada tahun 2019. Pada penelitian ini dilakukan di ruang IGD RS.Dr.Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
Jurnal pendukung, yaitu :
1. Efektivitas Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Pengontrolan Asma Di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang (Erna Melastuti, Lailya Husna, 2015)
2. Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap Frekuensi Kekambuhan Asma
Pada Penderita Asma Bronkhial Di UPT Puskesmas Wilayah Kerja Lima Kaum
1 Kabupaten Tanah Datar (Yasherly Bachri, 2017)
3. Pernapasan Buteyko Bermanfaat Dalam Mengontrol Asma Di Wilayah Kerja
Puskesmas Guguk Panjang (Lisavina Juwita & Ine Permata Sary, 2018).
4. RINGKASAN JURNAL UTAMA
Pada penelitian ini menggunakan kata kunci Asma, Frekuensi Pernapasan,
Pernapasan Diafragma, Teknik Pernapasan Buteyko. Judul dalam penelitian ini tentang
“Aplikasi Teknik Pernapasan Buteyko Untuk Memperbaiki Pernapasan Diafragma
Pada Pasien Dengan Sesak Napas Di Ruang Gawat Darurat” oleh Danur Kusuma Arini
Putri, Beti Kristinawati, dan Tofik Hidayat pada tahun 2019. Pada penelitian ini
dilakukan di ruang IGD RS.Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten. Penelitian ini teknik
pernapasan Buteyko dilakukan selama 20-30 menit setelah pasien diberikan terapi
oksigen atau nebulizer. Populasi dalam penelitian ini ada 10 responden. Penelitian ini
menggunakan kriteria inklusi : pasien sesak napas, asma. Adapun kriteria eksklusi :
pasien dengan riwayat gagal jantung, gagal ginjal.

Dalam penerapan teknik Buteyko memiliki 3 sesi, yaitu sesi pertama tes
bernapas control pause, sesi kedua pernapasan dangkal, sesi ketiga teknik gabungan
dari sesi pertama dan keduanya. Hasil yang didapatkan dalam penerapan teknik
pernapasan Buteyko menunjukan hasil yang signifikan dibuktikan dengan pernapasan
pasien menjadi lebih baik. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan teknik
pernapasan Buteyko yang diaplikasikan pada pasien sesak napas memberikan manfaat
memperbaiki pernapasan diafragma serta memberikan efek relaksasi sehingga dapat
menurunkan peluang terjadinya sesak yang berulang. ( Danur Kusuma Arini Putri, Beti
Kristinawati, dan Tofik Hidayat, 2019).

5. TELAAH KRITIS TERHADAP JURNAL TERKAIT


a. Validitas
- Peneliti membuat seleksi kriteria dalam menentukan kriteria inklusi yaitu pasien
yang datang dengan keluhan sesak napas, memiliki riwayat asma, usia 20-60
tahun, bersedia terlibat dalam penelitian yang dilakukan dengan menandatangani
informconsent.
- Peneliti dalam pengambilan sampel berdasarkan klien yang masuk kriteria
inklusi.
- Jumlah sampel yang ikut dalam penelitian ini ada 10 orang dan tidak ada yang
drop out sampai selesai.
- Disimpulkan bahwa validitas seleksi secara umum cukup baik dan tidak
menganggu validitas penelitian secara keseluruhan.
b. Validitas pengontrolan variabel perancu
- Perancu pada penelitian ini adalah saat klien asma menggunakan nebulizer
sebelum pemberian teknik Buteyko.
c. Validitas informasi
- Peneliti telah menjelaskan semua variabel yang diukur dalam penelitian, tetapi
peneliti tidak menjelaskan validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan.
Alat ukur yang digunakan adalah SPO2 dan menghitung Pernapasan.
- Jadi disimpulkan bahwa validitas informasi penelitian ini cukup baik.
d. Validitas eksterna
- Validitas eksterna 1
Pada penelitian ini menggunakan Pretest-Postest design, teknik pengambilan
sampel menggunakan Purposive sampling.
- Validitas eksterna 2
Pada penelitian ini dijelaskan alasan peneliti memilih tempat di Instalasi Gawat
Darurat RS dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, karena salah satu pasien banyak
datang ke IGD dengan keluhan sesak yang mengacu beberapa diagnosa antara
lain: Asma, PPOK, Dyspnea, dan CHF.
e. Importance (Kepentingan)
- Peneliti menjelaskan responden yang diberikan intervensi teknik Buteyko
menunjukan penurunan frekuensi pernapasan pada pasien asma.
- Rekomendasi penelitian ini adalah intervensi ini diberikan kepada pasien asma.
f. Applicability (Kemampulaksanaan)
Peneliti menjelaskan secara kemampulaksanaan (applicability) hasil penelitian pada
tatanan klinik dengan jumlah sampel yang lebih besar.
6. PENERAPAN EVIDANCE BASED NURSING
1. Persiapan
- Jam tangan untuk menghitung pernapasan
- Alat SPO2
- Lembar observasi pernapasan
- Pulpen
- Leaflet
2. Pelaksanaan
a. Pra Interaksi
- Melakukan verifikasi data sebelumnya
- Mencuci tangan
b. Tahan Orientasi
- Memberikan salam sebagai pendekatan teraupetik
- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
- Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
- Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
- Pasien menandatangani Informed consent yang menyatakan pasien setuju.
c. Tahap Kerja
- Klien diminta untuk duduk dan atur posisi senyaman mungkin untuk pasien
- Ukur pernapasan selama 1 menit
- Tubuh harus rileks, biarkan bahu bergerak secara alami
- Pastikan bernapas hanya melalui hidung, dan mulut tertutup saat bernapas
- Usahakan menggunakan pernapasan diafragma, bukan pernapasan dada.
- Anjurkan pasien mengambil napas normal sebanyak 2 kali, kemudian tahan
napas dengan cara mencubit hidung dengan ibu jari dan telunjuk, pastikan mulut
tertutup selama semampunya pasien.
- Lepaskan cubitan hidung dan mulai bernapas kembali melalui hidung, atur
pernapasan sesegera mungkin
- Hitung berapa lama waktu dapat menahan napas.
- Fokus pada pernapasan, konsentrasi dan rasakan udara yang mengalir keluar dan
masuk melalui hidung.
- Tarik napas sedikit kemudian keluarkan dengan lembut, ketika udara menyentuh
jari tarik napas kembali.
7. HASIL
1. Karakteristik pasien asma
Deskripsi karakteristik pasien asma yang datang ke Ruang IGD RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa seluruh
pasien asma pada penelitian ini sebanyak 5 orang
Tabel 3.10 Distribusi pasien asma berdasarkan Jenis kelamin di Ruang
IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
Perempuan 5 100 %
Laki-laki 0 0%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien


asma yang darang ke IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan.
Tabel 3.11 Distribusi pasien asma berdasarkan tingkat usia di Ruang
IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Usia Jumlah Persentase (%)
26-35 tahun 1 20%
36-45 tahun 1 20%
46-55 tahun 2 40%
56-65 tahun 1 20%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien


asma yang datang ke IGD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang
terbanyak dari usia 46-55 tahun sebanyak 2 orang (40%).

2. Univariat
Analisis univariat dimana variabel meliputi variabel frekuensi pernapasan
sebelum dan sesudah diberikan terapi Buteyko yang dilaksanakan di ruang
Instalasi Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Adapun
variabel tersebut dapat dilihat pada masing-masing tabel dibawah ini.
A. Respiration Rate
Tabel 3.12 distribusi fkrekuensi respiration rate pada pasien asma di IGD
RSUDAbdul Wahab Sjahranie Samarinda
No Respiration Rate Jumlah Mean Median CI 95%
(RR) Pasien (min-max)
1. Sebelum 5 28,60 28,00 25,36-31,84
2. Sesudah 5 24,40 23,00 20,61-28,19
Sumber : Data Primer,2019
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
3. Bivariat
Tabel 3.13 Distribusi frekuensi respiration rate (RR) pada pasien asma di
IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
No Respiration Rate (RR) Terapi Buteyko Keterangan
1. Asymp. Sig (2 tailed) 0,04 Bermakna
Sumber : Data Primer,2019
Berdasarkan tabel 3.13 ini terdapat perbedaan antara pernapasan
sebelum dan sesudah diberikan terapi buteyko. Dapat dilihat dari hasil uji T-
test dengan p=0,04, karena p=0,04<0,05 maka dikatakan signifikan n atau
bermakna. Artinya ada pengaruh dari pemberian terapi teknik buteyko pada
penurunan frekuensi pernapasan pada pasien asma.
Hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Ahmad Irafan Anwar, 2018) yang menyatakan bahwa teknik pernapasan
Buteyko dipercaya dapat menurunkan frekuensi pernapasan, penggunaan obat
bronkodilator. Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa setelah dilakukan
intervensi teknik pernapasan buteyko terdapat perbedaan signifikan sebelum
dan sesudah intervensi teknik buteyko. Pada penelitian Lisavina juwita & Ine
oermata sary (2019), menyatakan bahwa pada pasien asma yang diberikan
terapi teknik pernapasan buteyko menghasilkan perbedaan yang signifikan
pada pengontrolan asma. Hal ini didasarkan pada teori yang menerangkan
bahwa hiperventilasi bertanggung jawab terhadap peningkatan bronkospasme
yang merupakan akibat dari upaya tubuh menahan karbondioksida, dengan
menggunakan teknik pernapasan buteyko yang prinsip dasarnya adalah nasal
breathing (pernapasan hidung), efek turbulensi disaluran napas yang
diakibatkan oleh penyempitan jalan napas akan berkurang sehingga ventilasi-
perfusi dalam paru akan meningkat serta kondisi yang mengakibatkan tubuh
harus menyimpan karbondioksida berlebih dalam tubuh dapat berkurang.

Anda mungkin juga menyukai