LP Kista Bartholini
LP Kista Bartholini
2. Etiologi
Dinata (2011) menyebutkan infeksi pada kelenjar ini dapat terjadi akibat
adanya infeksi microorganisme seperti:
a. Virus : Herpes, klamidia trakomatis
b. Jamur: Kandida albikan, asinomises
c. Bakteri: Neisseria gonorrhoeae, stafilokokus dan E.coli
Mikroorganisme tersebut menyumbat saluran lubrikasi pada vagina yang
mengakibatkan tidak keluarnya cairan lubrikasi yang mestinya keluar
(perempuan yang belum 40 tahun). Cairan yang telah diproduksi namun tidak
dapat dikeluarkan atau terperangkap, akan menumpuk pada kelenjar bartolini
dan mudah berubah menjadi serupa dengan nanah. Penumpukan cairan ini,
akan membentuk benjolan yang semakin membesar.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada penderita kista bartolini adalah:
Pada vulva : perubahan warna kulit, membengkak, timbunan nanah
dalam kelenjar, nyeri tekan.
Pada Kelenjar bartolin: membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia
berjalan atau duduk, juga dapat disertai demam.
Kebanyakkan wanita penderita kista bartolini, datang ke rumah sakit dengan
keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan
pasangannya, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat
kelamin dan yang terparah adalah terdapat abses pada daerah kelamin. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan
darah.
4. Pathofisiologi
Faktor presipitasi:
Infeksi mikroorganisme: Faktor predisposisi:
a. Virus a. Kebersihan area genitalia dan anus
b. Jamur b. Hubungan seksual yang tidak sehat
c. Bakteri c. Daya tahan tubuh menurun
Menginfeksi Vulva
Kerusakan jaringan
+ proses inflamasi Penurunan suplay darah
ke jaringan sekitar Tekanan pada pembuluh
darah genitalia eksternal Cemas
Perangsangan
reseptor nyeri
Sintesis
Protaglandin
Pelepasan Histamin, Nyeri
Vasokonstriksi perifer Bradikinin, dan Serotonin
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Demografi
Umur
Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi dapat juga terjadi pada usia 18 tahun.
Lingkungan
Sosial ekonomi rendah dan personal higine kurang.
Kebiasaan
Seseorang yang sering ganti-ganti pasangan.
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker.
Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina ( keputihan ).
Riwayat Penyakit Dahulu.
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid lainnya dapat
menimbulkan berkembangnya masalah fungsional genital pada keturunannya.
Pola kesehatan Fungsional
Pola Persepsi
Personal hygine yang kurang pada daerah genitalia.
Pola Nutrisi dan Metabolik
Anoreksia, BB menurun.
Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengalami kelelahan.
Pola Istirahat dan Tidur
Ada gangguan tidur.
Persepsi diri dan Konsep diri
Harga diri rendah.
Pola reproduksi dan Seksual
Nyeri dan perdarahan saat koitus.
Pemeriksaan Fisik
Rambut
Conjungtiva
Anemis
Wajah.
Pucat
Abdomen
Distensi abdomen
Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau dan kental
Serviks
Ada nodul
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
HB menurun, Leukosit meningkat, Trombosit meningkat
Patologi Anatomi
Untuk memeriksa keganasan
Pemeriksaan Diagnostik
Pap smear, kalposkopi, biopsy kerucut, MRI atau CT-Scan abdomen ataupun
pelvis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman: Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada
saluran lubrikasi dan peningkatan tekanan pada pembuluh darah genitalia
b. Gangguan termoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan adanya proses
inflamasi
c. Kecemasan berhubungan dengan adanya benjolan pada labia mayora posterior
dan prosedur pembedahan yang akan dijalani
3. Intervensi Keperawatan
Gangguan NOC: 1. Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam Deteksi dini jika kondisi klien
termoregulasi: Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji pengetahuan klien mengenai membaik atau memburuk
Hipertermi keperawatan selama ...x24 jam penyebab demam dan penangan Pengetahuan klien mempengaruhi
berhubungan diharapkan temperatur tubuh demam di rumah tindakan dan perilaku klien
dengan adanya dalam batas normal (36,5 C – 3. Anjurkan klien/ keluarga untuk menghadapi keadaannya
0
proses inflamasi 37,50C) meningkatkan intake cairan Suhu tubuh yang tinggi memperbesar
4. Kompres pada daerah vena besar penguapan sehingga klien lebih
Kriteria Evaluasi: mudah dehidrasi
- Suhu tubuh dalam rentang Kolaborasi Membantu menurunkan panas tubuh
normal (36,5 C – 37,5 C),
0 0
5. Pemberian terapi antipiretik dengan vasodilatasi pembuluh darah
- tidak terjadi peningkatan suhu,
- klien tampak tenang. Menurunkan suhu tubuh dan menjaga
klien dari komplikasi yang lebih berat
dari peningkatan suhu
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Jakarta; EGC
Dinata, Fredy. (2011). Jurnal: Kelainan pada Kelenjar Bartolin. Bandung; Media
Komunikasi PPDS ObGyn Unair
Medforth, Janet. Dkk. (2012). Kebidanan Oxford Edisi Terjemahan. Jakarta; EGC
Jhonson. Ruth & Wendy. (2010). Buku Ajar Praktik Kebidanan Edisi Terjemahan. Jakarta.
EGC