Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

POLARIMETRI

Dosen Pengampu:
Drs. Darsono Sigit, M.Pd.
Endang Ciptawati, S.Si., M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 4 Offering G/2017
Anggota :

Arifa Nurlaili (170332614574)*


Ariza Rizki Aminsari (170332614502)
Ayu Wulandari (170332614570)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOVEMBER 2019
A. TUJUAN
1. Mempelajari dan memahami prinsip kerja polarimeter
2. Menentukan sudut putar jenis larutan zat optik aktif dengan
menggunakan polarimeter
B. DASAR TEORI

Polarimetri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada


pengukuran sudut putaran cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan
dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati oleh cahaya monokromatis
yang terpolarisir tersebut. Senyawa optis aktif merupakan senyawa yang
dapat melakukan pemutaran bidang getar sinar terpolarisir baik kekanan
(dekstro rotary) dimana melakukan pemutaran kearah kanan atau searah
dengan arah putaran jarum jam, ataupun kekiri leuvo rotary atau berlawanan
dengan arah putaran jarum jam.
Sudut putaran adalah sudut yang dibentuk apabila senyawa optis aktif
dengan konsentrasi 1 g/ml berada dalam tabung yang panjangnya 1 dm
dilewati oleh cahaya terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya
atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik, contoh :
kuarsa (SiO3), fruktosa.
Cahaya adalah energi yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang
kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Cahaya juga
merupakan paket partikel yang disebut dengan foton. Sinar biasa secara
umum dapat dikatakan gelombang elektromagnetik yang memiliki vektor
medan listrik dan medan magnetnya bergetar ke semua arah pada bidang
tegak lurus arah rambatannya dan disebut sinar terpolarisasi. Polarisasi
optik merupakan salah satu sifat cahaya yang bergerak secara osillasi dan
menuju ke arah tertentu. Cahaya juga dikategorikan sebagai gelombang
transversal, yang berarti bahwa cahaya merambat tegak lurus terhadap
osillasinya. Cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu bergerak
merambat ke arah tertentu. Arah polarisasi gelombang ini dicirikan oleh
vektor bidang medan magnetnya. Interaksi cahaya yang tidak terpolarisasi
dengan suatu bahan dapat diamati menggunakan polarimeter. Hal yang bisa
diamati dengan menggunakan polarimeter ini antara lain adalah rotasi optik,
konsentrasi, dan komposisi isomer optis.
Polarimeter ialah alat untuk mengukur besarnya pemutaran (rotasi)
bidang polarisasi larutan zat optik aktif. Untuk mengetahui besarnya
polarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif, maka besarnya perputaran
itu bergantung pada beberapa faktor yakni :
1. Struktur molekul
2. Temperatur
3. Panjang gelombang
4. Banyaknya molekul pada jalan cahaya
5. Jenis zat larutan
6. Konsentrasi
Prinsip kerja alat polarimeter adalah sebagai berikut, sinar yang
datang dari sumber cahaya (misalnya lampu natrium) akan dilewatkan
melalui prisma terpolarisasi (polarizer), kemudian diteruskan ke sel yang
berisi larutan. Akhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua (analizer).
Polarimeter terdiri dari berbagai komponen, yaitu :
1. Light Source (sumber cahaya), berupa cahaya yang dihasilkan dari
cahaya lampu natriumyang berfungsi sebagai sumber cahaya.
2. Fixed Polarizer Cannot Rotate, merupakan celah tetap (tidak dapat
diputar) yang berada dekat sumber cahaya.
3. Polarimeter tube (tabung polarimeter), terdapat dua ukuran tabung
polarimeter yakni antara 10 cm, dan 20 cm. Dalam tabung berisi larutan
yang akan diukur dalam polarimeter ini.
4. Analyzer (teropong pengamat), lensa untuk mengamati keadaan larutan
didalam tabung polarimeter.

Gambar 1: “Pembentukan dan sifat sinar terpolarisasi”


Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi
analisator, maka sinar yang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah
polarisator diteruskan seluruhnya. Apabila arah transmisi polarisator tegak
lurus terhadap arah analisator maka tak ada sinar yang diteruskan.Apabila
arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya sebagian
(gambar 1). Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik aktif
akan mengalami pemutaran bidang polarisasi (gambar 2).

Gambar 2: “Pemutaran bidang polarisasi sinar oleh larutan”


Zat optik aktif adalah zat-zat yang dapat memutar bidang polarisasi
cahaya, yaitu zat-zat yang molekul-molekulnya mempunyai pusat asimetris
dan kurang simetris disekitar bidang tunggal. Gejala pemutaran bidang
polirasasi disebut aktivitas optik. Beberapa senyawa organik seperti
alkaloid, antibiotika, gula, dan komponen minyak atsiri mempunyai sifat
memutar bidang polarisasi sinar terpolarisasi yang melewati senyawa yang
memutar bidang polarisasi kearah kanan (searah dengan perputaran jarum
jam) dinamakan pemutar kanan. Yang memutar kiri disebut pemutar kiri.
Biasanya didepan nama senyawa tersebut diberi tanda dengan tanda + atau
D (Dexrorotatory) untuk pemutar kanan, dan atau L (Levororatory) untuk
pemutar kiri. Suatu senyawa dapat sekalligus menjadi pemutar kanan dan
kiri dinamakan zat rasemi.
Besar sudut pemutaran bidang polarisasi (ɸ) dapat dinyatakan
sebagai:
ɸ = [𝑎]𝐷
𝑡 . 𝑙. 𝑐

dengan : [𝑎]𝐷
𝑡 = sudut putar jenis larutan zat optic aktif pada temperatur t

(ºC)
l = panjang kolom larutan (dm)
c = konsentrasi larutan (g/mL)
Sudut putar jenis pada temperatur 20ºC dinyatakan dengan [𝑎]𝐷
20 .

Hubungan sudut putar jenis pada temperatur t dengan [𝑎]𝐷


20 dinyatakan

sebagai:
𝐷
[𝑎]𝐷
𝑡 = [𝑎]20 {1 − 0,000184(𝑡 − 20)}

Metode polarimetri dapat digunakan untuk menentukan senyawa optis aktif,


identifikasi senyawa optis aktif, identifikasi senyawa optis aktif, menentukan
konsentrasi atau kadar suatu senyawa.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Polarimeter
 Gelas piala 50 mL
 Pipet tetes
 Botol semprot
 Labu takar 25 mL
 Kaca arloji
 Termometer
Bahan:
 D (+)- glukosa padat
 Larutan glukosa sampel
 Aquades

D. Rangkaian Alat
E. PROSEDUR KERJA

Air gula

- Diisikan ke dalam tabung (kolom) larutan sampai penuh


- Ditutup rapat-rapat tabung tersebut
- Dimasukkan tabung (kolom) larutan ke dalam teropong polarimeter
- Dihungkan polarimeter dengan sumber arus listrik
- Dilonggarkan pengunci piringan
- Diputar piringan sehingga kedua angka nol (0) pada skala putaran
berimpit
- Diintip melalui okeluer dan diatur tabung okuler (ditarik/didorong) ,
sehingga terlihat terang-terang (A) atau gelap-gelap (B) atau terang
gelap (C)
- Dikencangkan pengunci piringan dan diputar pelan-pelan pemutar
halus piringan ke kanan apabila terlihat seperti B , diputar pemutar
halus piringan ke kiri apabila terlihat seperti C
- Dicatat skala yang terlihat pada skala putaran
- Diulangi langkah 4-8, 2 atau 3 kali dengan membalik arah tabung
- Diganti aquades yang ada dalam tabung dengan larutan glukosa
dengan konsentrasi
5g/50mL, 4g/50mL, 3g/50mL, 2g/50mL , 2g/50mL , 1g/50mL
Dilonggarkan pengunci piringan, putar piringan ke kanan apabila
terlihat seperti B dan dipitar ke kiri apabila terlihat seperti C sampai
tampak seperti A
- Dikencankan pengunci piringan , putar pemutar halus pelan-pelan ke
kanan atau ke kiri sampai tampak seperti A
- Dicatat skala yang terlihat pada skala pemutar
- Diulang langkah 10-13 untuk larutan sampel
- Dicatat tempertur larutan

Hasil
F. DATA HASIL PENGAMATAN
Larutan Suhu Sudut putar bidang polarisasi (φ) Φ rata-
Glukosa (0C) 1 2 3 rata
Aquades 31 0 0 0 0
1 g/50 mL 31 51,09 51,1 52,08 51,43
2 g/50 mL 31 61,05 60,1 62,08 61,08
3 g/50 mL 31 100,05 98,05 95,00 97,7
4 g/50 mL 31 115,05 108,04 107,09 110,06
5 g/50 mL 31 113,56 119,07 115,01 115,08
Sampel X 31 92,57 90 92,05 91,54

G. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


Menentukan konstanta putaran optis [𝛂]𝑫
𝒕

1) Larutan glukosa 1g/50 mL


Konsentrasi glukosa 1g/50 mL
𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎
C= = 180
= 1,1 𝑥 10−4
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝐿) 50 𝑚𝐿

Untuk Φ1

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
51,09
[α]𝐷
𝑡 = = +232.227,27°
2 𝑥 1,1 𝑥 10−4

Untuk Φ2

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
51,1
[α]𝐷
𝑡 = = +232.272,72°
2 𝑥 1,1 𝑥 10−4

Untuk Φ3

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
52,08
[α]𝐷
𝑡 = = +236.727,27°
2 𝑥 1,1 𝑥 10−4

2) Larutan glukosa 2 g/50 mL


Konsentrasi glukosa 2 g/50 mL
𝑔𝑟𝑎𝑚 2 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎
C= = 180
= 2,2 𝑥 10−4
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝐿) 50 𝑚𝐿

Untuk Φ1

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
61,05
[α]𝐷
𝑡 = = +138.750°
2 𝑥 2,2 𝑥 10−4

Untuk Φ2

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
60,1
[α]𝐷
𝑡 = = +136.590,90°
2 𝑥 2,2 𝑥 10−4

Untuk Φ3

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
62,08
[α]𝐷
𝑡 = = +141.090,90°
2 𝑥 2,2 𝑥 10−4

3) Larutan glukosa 3 g/50 mL = 6 %


Konsentrasi glukosa 3 g/50 mL
𝑔𝑟𝑎𝑚 3 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎
C= = 180
= 3,3 𝑥 10−4
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝐿) 50 𝑚𝐿

Untuk Φ1
Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶

100,05
[α]𝐷
𝑡 = = +151.590,90°
2 𝑥 3,3 𝑥 10−4
Untuk Φ2

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
98,05
[α]𝐷
𝑡 = = +148.560,60°
2 𝑥 3,3 𝑥 10−4

Untuk Φ3

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
95,00
[α]𝐷
𝑡 = = +143.939,39°
2 𝑥 3,3 𝑥 10−4
4) Larutan glukosa 4 g/50 mL = 8 %
Konsentrasi glukosa 4 g/50 mL
𝑔𝑟𝑎𝑚 4 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎
C= = 180
= 4,4 𝑥 10−4
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝐿) 50 𝑚𝐿

Untuk Φ1

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
115,05
[α]𝐷
𝑡 = = +130.738,64°
2 𝑥 4,4 𝑥 10−4

Untuk Φ2

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
108,04
[α]𝐷
𝑡 = = +122.772,73°
2 𝑥 4,4 𝑥 10−4

Untuk Φ3

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
107,09
[α]𝐷
𝑡 = = +121.693,18°
2 𝑥 4,4 𝑥 10−4
5) Larutan glukosa 5 g/50 mL

Konsentrasi glukosa 5 g/50 mL


𝑔𝑟𝑎𝑚 5 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎
C= = 180
= 5,6 𝑥 10−4
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝐿) 50 𝑚𝐿

Untuk Φ1

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
113,56
[α]𝐷
𝑡 = = +101.392,85°
2 𝑥 5,6 𝑥 10−4

Untuk Φ2

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
119,07
[α]𝐷
𝑡 = = +106.312,5°
2 𝑥 5,6 𝑥 10−4

Untuk Φ3

Φ
[α]𝐷
𝑡 =
𝑙. 𝐶
115,01
[α]𝐷
𝑡 = = +102.687,5°
2 𝑥 5,6 𝑥 10−4
Perhitungan konsentrasi sampel X

Larutan Konsentrasi Φ
Glukosa (g/mL)

1 g/50 mL 0,00011 51,43

2 g/50 mL 0,00022 61,08

3 g/50 mL 0,00033 97,7

4 g/50 mL 0,00044 110,06

5 g/50 mL 0,00056 115,08


Dari data tersebut dibuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan vs sudut putar
bidang polarisasi :

kurva kalibrasi sudut putar bidang polarisasi vs


konsentrasi larutan glukosa
140
sudut putar bidang polarisasi

120
100
80
60
40 y = 17.628x + 34.186
R² = 0.9216
20
0
0.00011 0.00022 0.00033 0.00044 0.00056
konsentrasi larutan gula

Dari grafik tersebut diperoleh persamaan y = 17,628x + 34,186


y = 17,628x + 34,186
91,54 = 17,628x + 34,186
91,54 – 34,186 = 17,628x
57,354 = 17,628x
57,354
x= = 3,253
17,628
Pada pecobaan polarimetri bertujuan mencari besarnya sudut putar
jenis larutan optis aktif. Dalam praktikum polarimetri ini zat yang
sering digunakan sebagai sampelnya adalah larutan glukosa. Glukosa
mempunyai struktur cincin dan mempunyai bentuk dengan sifat
berbeda. Jika α-D-glukosa dilarutkan dalam air maka rotasi spesifiknya
secara perlahan-lahan berubah sesuai dengan waktu. Jika β-D-glukosa
diperlakukan sama, maka rotasinya akan sama. Perubahan ini disebut
mutarotasi karena pembentukan α-D-glukosa atau β-D-glukosa pada
suatu campuran berkesetimbangan yang mengandung kira-kira
sepertiga α-D-glukosa dan dua per tiga β-D-glukosa dan sejumlah kecil
senyawa berantai lurus pada suhu 20℃. Jadi isomer α dan β dari D-
glukosa memiliki sifat dapat saling bertukar di dalam larutan. Variasi
konsentrasi glukosa yaitu 5g/50mL, 4g/50mL, 3g/50mL, 2g/50mL,
1g/50mL.
Sebelum dilakukan pengukuran larutan deret standar, pertama
dilakukan pengukuran larutan blanko. Larutan blanko yang digunakan
adalah akuades. Hal ini dikarenakan untuk pelarutan gula hanya
digunakan akuades, sehingga pengukuran blanko digunakan akuades.
Selain itu akuades digunakan sebagai larutan blanko karena air tidak
dapat memutar bidang polarisasi. Pengukuran blanko ini berfungsi
untuk menstandarkan alat sehingga pengukuran blanko ini dapat
mengurangi kesalahan pembacaan pengukuran. Pada setiap pengukuran
larutan dalam tabung tidak boleh ada gelembung, karena gelembung
udara tersebut membentuk cekungan pada larutan sehingga dapat
mempengaruhi intensitas cahaya yang terpolarisasi, akibatnya
berpengaruh pada besarnya sudut putar suatu sampel. Namum ketika
pengukuran dilakukan tidak semua tabung yang tidak terdapat
gelembung, gelembung ditempatkan pada bagian bulat pada tabung
polarimeter, sehingga bila polarimeter disimpan tertidur gelembung
akan berada diatas bagian bulat pada tabung polarimeter tersebut
sehingga gelembung tersebut tidak mengganggu pada saat pengukuran.
Setelah dilakukan pengukuran larutan blanko, larutan gula diisikan pada
tabung sel polarimeter dan diletakkan horizontal pada alat polarimeter.
pengukuran dilakukan dengan cara pengamatan terlebih dahulu setelah
tabung sel polarimeter yang berisi larutan dimasukkan. Pengamatan
terlihat terdapat satu lingkaran atau bulat dengan dua daerah, yaitu sisi
kiri dan sisi kanan dimana salah satu sisi gelap dan satunya terang.
Dengan menekan tombol R+ bila sisi kanan lebih terang dan menekan
tombol L- bila sisi kiri lebih terang. Dengan mengatur kedua sisi agar
sama terang dengan menekan tombol R+ dan L-, maka nilai sudut putar
akan muncul. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali, hal ini untuk lebih
mendapatkan hasil yang akurat dan presisi dengan pengukuran
berulang.
Dari hasil pengukuran diperoleh besarnya sudut putar rata-rata dari
glukosa 1g/50 mL sebesar +51,43° dengan percobaan yang diulang 3
kali dengan hasil putaran sudutnya sebesar +51,09° , +51,1°, +52,08°.
Untuk besarnya sudut putar rata-rata glukosa 2g/50mL sebesar +61,08°
dengan percobaan yang diulang 3 kali dengan hasil putaran sudutnya
berturut-turut yaitu +61,05° , +60,01°, +62,08°. Untuk besarnya sudut
putar rata-rata glukosa 3g/50mL sebesar +97,7° dengan percobaan
yang diulang 3 kali dengan hasil putaran sudutnya sebesar
+100,05° , +98,05°, +95,00°. Untuk besarnya sudut putar rata-rata
glukosa 4g/50mL sebesar +110,06° dengan percobaan yang diulang 3
kali dengan hasil putaran sudutnya berturut-turut
+115,05° , +108,04°, +107,09°. Untuk besarnya sudut putar rata-rata
glukosa 5g/50mL sebesar +115,08° dengan percobaan yang diulang 3
kali dengan hasil putaran sudutnya sebesar
+113,56° , +119,07°, +115,01°. Berdasarkan hasil percobaan dan
perhitungan menunjukkan glukosa yang konsentrasinya tinggi memiliki
sifat optik aktif yang lebih besar dibandingkan dengan glukosa yang
konsentrasinya rendah. Hasil percobaan yang diperoleh sesuai dengan
literatur yaitu untuk senyawa optik putar kanan, semakin tinggi
konsentrasi senyawa tersebut maka akan mengakibatkan semakin
besarnya daya putar polarisasinya. Konsentrasi sampel x dapat
diketahui dengan cara menggunakan persaman garis linier yang didapat
dari kurva kalibrasi sudut putar terhadap larutan glukosa yang telah
diketahui konsentrasinya sehingga didapatkan hasil konsentrasi sampel
x sebesar 3,253.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Prinsip kerja polarimeter adalah meneruskan sinar yang mempunyai
arah getar yang sama dengan arah polarisator.
2. Sudut putar jenis bergantung pada konsentrasi dan jenis larutannya.
Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin besar pula sudut
putarnya.
I. Tugas
1. Kemana arah putar bidang polarisasi cahaya ketika melewati larutan
zat optik aktif pada percobaan anda?
Jawab : arah putar bidang polarisasi pada senyawa glukosa ke arah
kanan.
2. Buat kurva kalibrasi Φ terhadap konsentrasi larutan glukosa!
Jawab :

kurva kalibrasi sudut putar bidang


polarisasi vs konsentrasi larutan
glukosa
sudut putar bidang polarisasi

140
120
100
80
60 y = 17.628x + 34.186
40 R² = 0.9216
20
0
0.00011 0.00022 0.00033 0.00044 0.00056
konsentrasi larutan gula

3. Tentukan konsentrasi larutan sampel!


Jawab :

Dari grafik diperoleh persamaan y = 17,628x + 34,186

y = 17,628x + 34,186

91,54 = 17,628x + 34,186

91,54 – 34,186 = 17,628x

57,354 = 17,628x

57,354
x= = 3,253
17,628
J. DAFTAR PUSTAKA
- Sumari dan Nazriati. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika 2.
Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
- Sulistiyawati, dkk. 2017. Polarimeter. JURNAL PRAKTIKUM
GELOMBANG (2017) (1115100007) (1-5). Surabaya: Jurusan
Fisika Institus Teknologi Sepuluh Nopember.
- Atkins,P.W. 1999. Kimia Fisika Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
- Mulyani, Sri & Hendrawan. 2005. Kimia Fisika II. Bandung: UPI

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai