Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

Impaksi benda secara tidak sengaja di saluran pernapasan, yang dikenal


sebagai airway foreign bodies (AFBs), adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam jiwa.1
Benda asing terbagi menjadi benda asing eksogen dan endogen. Benda
asing eksogen adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh, dan sebaliknya
dengan benda asing endogen. Benda asing eksogen biasanya masuk dari melalui
hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari bentuk padat, cair, atau gas.2
Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah,
nanah, krusta, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium yang masuk
ke dalam saluran pernapasan. 2
Aspirasi benda asing adalah penyebab utama kematian bayi yang tidak
disengaja dan penyebab kematian keempat di antara anak-anak prasekolah yang
berusia kurang dari lima tahun. Data nasional studi Kohort baru saja mulai
menganalisis data. Studi-studi ini memperkirakan insiden obstruksi jalan napas
benda asing (FBAO) menjadi 0,66 per seratus ribu. Di AS, tujuh belas ribu
kunjungan darurat pada anak di bawah 14 tahun dikaitkan dengan inhalasi benda
asing pada tahun 2000.1,3
Penyebabnya sangat bervariasi tergantung pada usia. Sementara anak-anak
cenderung menjelajahi lingkungan mereka, mereka mungkin menelan beberapa
benda yang tidak pantas. Misalnya, mainan, koin, dll tidak boleh diperlakukan
melalui mulut.1
Benda asing di saluran napas dapat menjadi penyebab berbagai macam
penyakit paru, baik akut maupun kronis. Sumbatan total saluran nafas atas yang
berlangsung lebih dari lima menit pada dewasa akan mengakibatkan kerusakan
jaringan otak dan henti jantung.3,4

1
BAB II

ANATOMI

A. ANATOMI
Pernapasan atau respirasi merupakan suatu proses pengambilan oksigen
dan pengeluaran karbon dioksida di dalam tubuh. Sistem pernapasan terdiri
dari alat-alat pernapasan yang berfungsi memasukkan udara yang
mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon
dioksida dan uap air (gambar 1).5

Gambar 1. Sistem Pernapasan Manusia.

a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat
juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang

2
masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah
yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga
hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir
yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung. 5
Hidung terdiri dari hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas ke bawah :5

1. Pangkal hidung (bridge).


2. Batang hidung (dorsum nasi).
3. Puncak hidung (hip).
4. Ala nasi.
5. Kolumela.
6. Lubang hidung (nares anterior).

Gambar 2. Anatomi hidung eksternal

3
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari :5

1. Tulang hidung (os nasal)


2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontal.
sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
terletak di bagian bawah hidung, yaitu :5

1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior.


2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
kartilago ala mayor.
3. Tepi anterior kartilago septum.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan
lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum
nasi dengan nasofaring.5

Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit
yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang (vibrise). 5

4
Gambar 3. Anatomi hidung tampak lateral dan medial 5

Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial,
lateral, inferior, dan superior. Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian
tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi
oleh mukosa hidung.5

5
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,
lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka
suprema ini biasanya rudimenter.5
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung. Terdapat meatus yaitu
meatus inferior, medius, dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara
(ostium) duktus nasolakrimalis. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal,
sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior terdapat muara
sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.5

Batas Rongga Hidung

Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os


maksila dan os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan
dibentuk oleh lamina kribriformis merupakan lempeng tulang berasal dari os
etmoid, tulang ini berlubang-lubang (kribrosa=saringan) tempat masuknya
serabut-serabut saraf olfaktorius. Di bagian posterior, atap rongga hidung
dibentuk oleh os sfenoid.5

Vaskularisasi

Bagian atas rongga hidung divaskularisasi oleh arteri etmoidalis anterior


dan posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmika dari arteri karotis
interna.5
Bagian bawah rongga hidung divaskularisasi oleh cabang arteri maksilaris
interna, diantaranya arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina. Arteri
sfenopalatina keluar dari foramen sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di
belakang ujung posterior konka media.5
Bagian depan hidung divaskularisasi oleh cabang-cabang a. fasialis. Pada
bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a.
etmoid anterior, a. labialis superior, dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus
kiesselbach (little's area).5

6
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arteri. Vena divestibulum dan struktur luar hidung
bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena
di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk
mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.5

Gambar 4. Vaskularisasi hidung 5

Jaringan limfatik

Jaringan limfatik berasal dari mukosa superfisial. Jaringan limfatik


anterior bermuara di sepanjang pembuluh fasialis yang menuju leher. Jaringan
limfatik posterior terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok superior bermuara
pada kelenjar limfe retrofaringea. Kelompok media menuju ke kelenjar limfe
jugularis. Kelompok inferior menuju ke kelenjar limfe di sepanjang pembuluh
jugularis interna.5

7
Innervasi

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
etmoidalis anterior yang merupakan cabang n. nasosiliaris yang bersal dari n.
oftalmikus. Rongga hidung lainnya, sebagian besar terdapat persarafan sensorik
dari nervus maksilla melalui ganglion sfenopalatina. Ganglion ini menerima
serabut sensoris dari n. maksilaris, serabut parasimpatis dari n. petrosus
superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus profundus.
Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di ujung posterior konka
media.5
Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui
lamina kribrosa dari pemukaan bawah bulbus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel
reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung. 5

Gambar 5. Innervasi hidung 5

8
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2
saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring
(posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara. 5
Nasofaring merupakan bagian yang paling luas dari cavum faring. Terletak
dibelakang cavum nasi dan cranialis dari palatum molle (palatum molle dapat
dianggap membentuk lantai nasopharynx). Pada setiap dinding lateral nasofaring
terdapat muara tuba auditifa (tuba pharyngotympanica). Lubang ini terletak
setinggi concha nasalis inferior dan dibatasi di sebelah posterosuperior oleh torus
tubarius. Disebelah dorsal dari tonjolan ini terdapat recessus pharyngeus
(rosenmuelleri) yang berjalan vertikal. Pada ostium faring tuba auditiva terbentuk
labium anterior dan labium posterior melanjutkan diri ke caudal pada plica
salpingopharyngealis, yaitu suatu plica yang dibentuk oleh membran mukosa yang
membungkus m.salpingo pharyngeus.
Dibagian cranialis dinding posterior nasofaring terdapat tonsila pharyngeus.
Yang bertumbuh sampai usia 6 tahun, lalu mengalami retrogresi. Bilamana terjadi
hypertrophi maka nasopharynx dapat tertutup dan memberi gangguan respirasi.
Disebelah dorsal tuba audetiva terdapat kumpulan jaringan lymphoid yang
membentuk tonsila tubaria. Pembesaran dari tonsila ini dapat menekan tuba
auditiva dan menghalangi aliran udara yang menuju ketelinga bagian tengah.
Pembesaran dali tonsila pharyngea dan tonsila tubaria akan membentuk adenoid
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka.
Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas,
dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan. 5

9
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar
masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga
menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara percakapan. 5

c. Laring
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan
pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih
yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring.
Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar
masuknya udara. 5

Gambar 6. Anatomi laring 1,3

Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk


jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis).
Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan
pada waktu bernapas katup membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput

10
suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita
bicara. 5

d. Trakea
Trakea berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding trakea tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini
berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. 5
Trakea terletak di sebelah depan kerongkongan (faring). Di dalam rongga
dada, trakea bercabang menjadi dua cabang bronkus. Di dalam paru-paru, bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus.
Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru
(alveolus). 5

e. Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan
bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin
tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang
lagi menjadi bronkiolus. 5
Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus
lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi
dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung
paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui
kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam
darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk
dan keluar paru-paru. 5

11
Gambar 7. Anatomi trakea-bronkus

f. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster)
yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak
mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian
ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus
terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi
duktus alveolaris. Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-
gelembung yang disebut alveolus. 5

12
B. FISIOLOGI
Paru dan dinding dada merupakan struktur yang elastis. Pada keadaan
normal, hanya ditemukan selapis tipis cairan di antara paru dan dinding dada
(ruang intrapleura).9 Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi
akan meningkatkan volume intratoraks. Tekanan intrapleura di bagian basis paru
akan turun dari sekitar -2,5 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal
inspirasi, menjadi -6 mmHg. Jaringan paru akan semakin teregang. Tekanan di
dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif dan udara akan mengalir ke
dalam paru. Pada akhir inspirasi, daya recoil paru mulai menarik dinding dada
kembali ke kedudukan ekspirasi sampai tercapai keseimbangan kembali antara
daya recoil jaringan paru dan dinding dada. Tekanan di saluran udara menjadi
lebih positif dan udara mengalir meninggalkan paru. Ekspirasi selama pernapasan
tenang merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk
menurunkan volume intratoraks. Namun, pada awal ekspirasi, sedikit kontraksi
otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi ini bertujuan untuk meredam daya recoil
paru dan memperlambat ekspirasi.9
Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun menjadi -30 mmHg sehingga
pengembangan jaringan paru menjadi lebih besar. Bila ventilasi meningkat,
derajat pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot
ekspirasi yang menurunkan volume intratoraks.9
Volume paru dan kapasitas paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem
pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas fungsi
paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan
fungsi paru.
a. Volume Paru
Empat macam volume paru tersebut jika semuanya dijumlahkan, sama dengan
volume maksimal paru yang mengembang atau disebut juga total lung capacity,
dan arti dari masing-masing volume tersebut adalah sebagai berikut
1. Volume tidal merupakan jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap
kali inspirasi atau ekspirasi pada setiap pernapasan normal. Nilai rerata
pada kondisi istirahat = 500 ml.

13
2. Volume cadangan inspirasi merupakan jumlah udara yang masih dapat
masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa dan
diatas volume tidal, digunakan pada saat aktivitas fisik. Volume cadangan
inspirasi dicapai dengan kontraksi maksimal diafragma, musculus
intercostalis eksternus dan otot inspirasi tambahan. Nilai rerata = 3000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang dapat
dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui kontraksi otot ekspirasi
secara maksimal, setelah ekspirasi biasa. Nilai rerata = 1000 ml.
4. Volume residual merupakan udara yang masih tertinggal di dalam paru
setelah ekspirasi maksimal. Volume ini tidak dapat diukur secara langsung
menggunakan spirometri. Namun, volume ini dapat diukur secara tidak
langsung melalui teknik pengenceran gas yang melibatkan inspirasi
sejumlah gas tertentu yang tidak berbahaya seperti helium. Nilai rerata =
1200 ml.
b. Kapasitas Paru
Kapasitas paru merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke
dalam paru seseorang secara maksimal. Jumlah oksigen yang dapat dimasukkan
ke dalam paru akan ditentukan oleh kemampuan compliance sistem pernapasan
Semakin baik kerja sistem pernapasan berarti volume oksigen yang diperoleh
semakin banyak.
1. Kapasitas vital yaitu jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari
paru dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital
mencerminkan perubahan volume maksimal yang dapat terjadi di paru.
Kapasitas vital merupakan hasil penjumlahan volume tidal dengan volume
cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi. Nilai rerata = 4500 ml.
2. Kapasitas inspirasi yaitu volume udara maksimal yang dapat dihirup pada
akhir ekspirasi biasa. Kapasitas inspirasi merupakan penjumlahan volume
tidal dengan volume cadangan inspirasi. Nilai rerata = 3500 ml.
3. Kapasitas residual fungsional yaitu jumlah udara di paru pada akhir
ekspirasi pasif normal. Kapasitas residual fungsional merupakan

14
penjumlahan dari volume cadangan ekspirasi dengan volume residual.
Nilai rerata = 2200 ml.
4. Kapasitas total paru yaitu jumlah udara dalam paru sesudah inspirasi
maksimal. Kapasitas total paru merupakan penjumlahan dari keseluruhan
empat volume paru atau penjumalahan dari kapasitas vital dengan volume
residual. Nilai rerata = 5700 ml

15
BAB III

BENDA ASING PADA SALURAN PERNAPASAN

A. DEFINISI
Benda asing (corpus alienum) adalah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dengan demikian
benda asing di jalan napas adalah benda yang terdapat pada alat-alat pernapasan
yang normalnya tidak ada. Benda asing tersebut dapat terhisap mulai dari hidung
hingga traktus trakeo-bronkial.2
Benda asing terbagi menjadi benda asing eksogen dan endogen. Benda
asing eksogen adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh, dan sebaliknya
dengan benda asing endogen. Benda asing eksogen biasanya masuk dari melalui
hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari bentuk padat, cair, atau gas.
Benda asing eksogen padat terdiri dari organik, seperti kacang-kacangan, tulang,
dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing
eksogen cair dibagi menjadi benda yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan
non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. 2
Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah,
nanah, krusta, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium yang masuk
ke dalam saluran pernapasan. 2
Impaksi benda secara tidak sengaja di saluran pernapasan, yang dikenal
sebagai airway foreign bodies (AFBs), adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam jiwa; Namun, itu adalah topik yang tidak dibahas dengan baik di
buku pelajaran. Situs yang paling umum untuk itu adalah bronkus kanan bawah
atau bronkus intermedius karena lebih vertikal, lebih pendek dan lebih luas.
(Salih/alaadin,2016). 1

16
B. EPIDEMIOLOGI
Data statistik sebagian besar berasal dari studi pusat tunggal. Data nasional
studi Kohort baru saja mulai menganalisis data. Studi-studi ini memperkirakan
insiden obstruksi jalan napas benda asing (FBAO) menjadi 0,66 per seratus ribu.
Di AS, tujuh belas ribu kunjungan darurat pada anak di bawah 14 tahun dikaitkan
dengan inhalasi benda asing pada tahun 2000. Aspirasi benda asing adalah
penyebab utama kematian bayi yang tidak disengaja dan penyebab kematian
keempat di antara anak-anak prasekolah yang berusia kurang dari lima tahun. 1,3
Benda asing saluran napas memiliki demografi yang unik; 80% kasus
berusia di bawah tiga tahun, dengan frekuensi puncak terjadi pada kelompok usia
satu hingga dua tahun. Dalam ulasan kasus 81 kasus, Asif et al. menemukan
bahwa anak di bawah lima tahun mengaspirasi 77,8% dari benda asing, 16% oleh
anak-anak antara lima hingga lima belas tahun, dan 6,2% oleh mereka yang di atas
lima belas tahun. Demikian pula, Reilly et al. menyoroti bahwa anak-anak empat
tahun atau lebih muda lebih rentan menghirup benda asing karena mereka
didorong oleh eksplorasi oral menggunakan mulut bebas-molar mereka dan
kurangnya refleks menelan yang terkoordinasi dengan baik. 1,3
Jenis benda asing yang dihirup memiliki variasi global. Sebagai contoh,
91% pasien barat menghirup bahan organik, setengahnya merupakan kacang
tanah. Namun, tulang adalah AFB paling umum di Asia Tenggara dan Cina.
Demikian pula, biji semangka, bunga matahari, dan labu lebih banyak ditemukan
di Mesir, Turki, dan Yunani. 1
Ini karena perbedaan kebiasaan makanan yang mencerminkan dampak
budaya. Selain itu, agama dan kebiasaan terkait memiliki beberapa peran yang
harus dimainkan. Ragab et al melaporkan 20 wanita Muslim yang secara tidak
sengaja menginginkan jilbab di antara bibir mereka saat mengenakan Jilbab. Jelas,
merawat pin secara lisan, bukan Hijab itu sendiri, adalah alasannya. 1

17
C. ETIOLOGI

Penyebabnya sangat bervariasi tergantung pada usia. Sementara anak-anak


cenderung menjelajahi lingkungan mereka, mereka mungkin menelan beberapa
benda yang tidak pantas. Misalnya, mainan, koin, dll tidak boleh diperlakukan
melalui mulut. Beberapa jenis makanan memerlukan tingkat keterampilan yang lebih
tinggi untuk ditangani yang membuatnya terbatas pada usia, yaitu kacang untuk
anak-anak prasekolah yang tidak memiliki keterampilan pengunyahan yang
diperlukan. 1
Anak-anak dipenuhi oleh makanan saat bergerak atau berbicara relatif
menyerupai skenario kafe koroner pada orang dewasa. Pediatrik dikenal dengan
aktivitas fisiknya, hal ini dapat mengganggu konsentrasi mereka dan meningkatkan
laju pernapasan dan kedalaman yang menyebabkan makanan masuk ke saluran
pernapasan. 1
Akhirnya, AFB dapat terjadi karena salah mengarahkan makanan padat atau
cairan cair ke saluran udara daripada saluran pencernaan selama tahap kedua
deglutisi, tahap faring. Atau, sumber endogen dapat menghalangi saluran udara
seperti terlihat pada kasus impaksi mukoid atau pembentukan gips bronkus yang
menjadi ciri bronkitis plastik. Mekanisme patofisiologis yang tepat tidak diketahui,
tetapi umumnya terlihat pada penderita asma kronis, orang dewasa dengan penyakit
jantung dan perikardial, dan anak-anak dengan kelainan bentuk jantung bawaan. 1

D. PATOFISIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus sering ditemukan
pada anak di bawah usia 2 tahun, dengan riwayat yang khas yaitu pada saat benda
atau makanan ada di dalam mulut, anak sedang tertawa atau menjerit, sehingga
saat inspirasi, laring terbuka dan makanan atau benda asing masuk ke dalam
laring. Pada saat benda asing terjepit di sfingter laring, paenderita batuk berulang-
ulang (paroksismal). Bila benda asing masuk ke dalam trakea atau bronkus,
kadang terjadi fase asimptomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh
fase pulmonum dengan gejala tergantung pada derajat sumbatan bronkus. 1,2

18
Kerusakan yang terjadi akibat aspirasi benda asing di saluran napas
ditentukan oleh jenis benda yang terhisap. Benda asing mati (inanimate foreign
bodies) di hidup cenderung menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung,
ulserasi, epistaksis, dan jaringan granulasi. Sedangkan benda asing hidup
(animate foreign bodies) dapat menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat
bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang
hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau, seperti pada
kasus aspirasi cacing askaris atau serangga. 1,2
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan mempunyai sifat
higroskopis, mudah menjadi lunak dan mengembang dengan air, serta
menyebabkan iritasi pada mukosa, dan timbul jaringan granulasi di sekitar benda
asing sehingga memperberat gejala sumbatan saluran pernapasan. Benda asing
anorganik menimbulkan rekasi jaringan yang lebih ringan dan lebih mudah
didiagnosis karena umumnya benda asing anorganik bersifat radioopak. 1,2

E. GEJALA DAN TANDA

1. Hidung
Benda asing hidung dapat hadir secara akut atau bahkan setelah bertahun-
tahun. Mereka ditemukan paling umum di antara balita dan biasanya
berada di antara septum dan inferior turbinate - sering terlihat pada
anterior rhinoscopy. 6
Presentasi subakut adalah adanya keluarnya cairan hidung yang unilateral,
berbau busuk, dengan eksoriasi kulit vestibular. Ini harus dianggap sebagai
benda asing sampai terbukti sebaliknya dan mungkin memerlukan
pemeriksaan kedua rongga hidung dengan anestesi umum. Baterai yang
dimasukkan ke dalam rongga hidung memerlukan pemeriksaan segera di
bawah anestesi umum dengan sumber cahaya yang baik, karena
kebocorannya terjadi dalam beberapa jam yang mengakibatkan luka bakar
korosif dan kemungkinan kerusakan septum hidung dan turbinat inferior.

19
Mukosa yang terkorosi harus diairi dengan salin normal dan mukosa yang
meradang diobati dengan krim Naseptin. 6
Presentasi terlambat Pada orang dewasa, benda asing yang tertahan
hadir dengan hidung tersumbat dan keluar secara unilateral, kadang-
kadang disertai sinusitis. Suatu benda asing yang tidak tembus cahaya, jika
ada, dapat ditunjukkan pada CT scan. Kalsium dan magnesium karbonat
dan deposit fosfat di sekitar benda asing membentuk rhinolith, yang harus
diekstraksi dengan anestesi umum. 6
2. Throat / oro-hypopharynx
Pasien dengan benda asing faring biasanya orang dewasa, mengalami
nyeri akut dan ngiler. Ada sensasi menusuk di kemudian hari dan disfagia
yang signifikan. Benda asing faring umumnya tulang kecil dan tidak selalu
radio-opak. Tulang ikan kecil dapat menempel di amandel atau pangkal
lidah dan tulang ikan atau daging yang lebih besar di hipofaring.
Visualisasi membutuhkan cahaya yang baik, cermin laring atau
nasendoskop yang fleksibel. Benda asing tonsil dapat dihilangkan dengan
lampu utama dan forsep Tilley. Basa lidah, vallecula dan piriform fossa
benda asing dapat dihilangkan dengan anestesi lokal setelah pemberian
Xylocaine spray. Laringoskopi tidak langsung dengan pasien duduk,
menarik lidah ke depan menggunakan swab, memungkinkan inspeksi
dengan cermin laring hangat, dan ekstraksi menggunakan forceps McGill.
Atau, pasien dapat ditempatkan terlentang dengan kepala di bawah
horisontal di pangkuan dokter bedah. Bilah laringoskop digunakan untuk
mengontrol lidah dan tulang dihilangkan di bawah penglihatan langsung
dengan forceps McGill. Pasien kemudian tidak boleh makan atau minum
sampai anestesi hilang, pada saat ia mungkin habis. Benda asing seperti
tulang ikan dapat dilihat dan diekstraksi menggunakan forsep yang
dimasukkan ke port instrumen endoskop. Nasendoscope yang fleksibel
dapat dilewatkan di sepanjang lantai hidung ke faring. Beberapa pasien
memerlukan anestesi umum. 6,7

20
3. Tracheo-bronchus
Benda asing Pasien datang dalam kesulitan, dengan suara napas
abnormal, batuk, mengi, stridor atau infeksi saluran pernapasan. Benda
asing yang khas termasuk koin, kancing, manik-manik atau bahan organik
seperti kacang-kacangan dan biji-bijian, yang dapat memicu reaksi
peradangan yang intens. Mungkin ada tanda-tanda dada unilateral seperti
krepitasi. X-ray dada mungkin menunjukkan hiperinflasi atau hiperlucensi.
6,7

Setiap anak dengan kesulitan pernafasan setelah episode tercekik


setelah bermain dengan benda-benda kecil harus menjalani bronkoskopi
oleh ahli bedah THT anak yang berpengalaman dan ahli anestesi senior.
Objek biasanya berada di bronkus utama kanan, karena ini lebih besar dan
lebih vertikal daripada kiri. Benda asing apa pun harus dipegang dengan
kuat dan perlahan ditarik dengan instrumen yang sesuai (Gbr. 16.9).
Bronkus dibersihkan dengan lembut dari sekresi sesudahnya. 6,7

Gambar 8. Benda asing di bronkus

Mungkin ada lebih dari satu benda asing, jadi semua area harus
diperiksa. Orang dewasa dan anak-anak yang kooperatif dapat memiliki
bahan asing bronkial yang diambil dengan sedasi dengan bronkoskop yang
fleksibel. Ini memiliki port instrumen untuk memungkinkan penyisipan
forsep fleksibel, yang dapat digunakan untuk mengekstraksi material.

21
Jarang, benda asing bronkial membutuhkan torakotomi oleh ahli bedah
kardiotoraks. 6,7

F. DIAGNOSIS

1. Anamnesis
Bagian paling penting dari data yang harus dimiliki seorang klinisi ketika
mengevaluasi seorang anak yang mungkin memiliki aspirasi tubuh asing adalah
riwayat akurat yang diberikan oleh seorang saksi pada peristiwa tersebut.
Sayangnya, saksi yang dapat diandalkan tidak selalu tersedia. Bahkan dengan
riwayat aspirasi yang baik yang diberikan oleh seorang saksi, anak-anak
terkadang menunjukkan gejala pada saat presentasi. Oleh karena itu, penting
untuk mengevaluasi anak yang menyajikan riwayat aspirasi yang andal secara
menyeluruh, bahkan tanpa adanya temuan fisik.8

Riwayat dapat mencakup episode tersedak akut diikuti oleh batuk,


whizing, dan bahkan stridor. Riwayat satu atau lebih gejala ini ada pada lebih dari
90% anak-anak yang menginginkan tubuh di luar negeri. Seringkali sianosis
perioral temporer dapat mengikuti gejala awal ini. Demam bisa muncul. Jika anak
sudah demam. Selain itu, aspirasi dapat terjadi beberapa minggu atau bahkan
lebih awal, menyebabkan anak mengembangkan pneumonia obstruktif atau abses
paru-paru. Penting untuk memastikan diagnosis aspirasi tubuh kronis kronis pada
anak-anak yang mengalami pneumonia rekuren rekuren atau abses paru yang
tidak dapat dijelaskan. 8

2. Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik termasuk batuk, takipnea, berkurangnya napas, whizing,
stridor, dispnea, sianosis, dan retraksi suprasternal. Namun, tidak adanya temuan
ini tidak menghalangi kemungkinan aspirasi benda asing. Tidak adanya bunyi
nafas saat onkultasi dada terjadi pada 30% hingga 60% anak yang terkena dan
menunjukkan adanya gangguan jalan nafas total. Namun, kehadiran suara napas
bilateral normal tidak mengecualikan diagnosis. Beberapa penulis telah

22
menganjurkan penggunaan stetoskop berkepala dua untuk membantu menilai
suara napas. Meskipun perangkat ini dapat membantu dalam membuat diagnosis,
itu tidak boleh digunakan untuk mengecualikan diagnosis aspirasi benda asing.
jika ada riwayat aspirasi yang dapat diandalkan, anak harus dievaluasi lebih
lanjut. 8

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Kebanyakan benda asing yang disedot oleh anak-anak bersifat radiolusen.
Oleh karena itu, radiografi terutama berguna untuk mendeteksi hanya tanda-tanda
tidak langsung dari aspirasi tubuh di luar, seperti udara atau atelektasis. Pencitraan
diagnostik rutin terdiri dari radiografi dada anteroposterior dan lat-eral. 8,9

Gambar 9. Radiologi benda asing


2. Fluoroskopi
Fluoroskopi dada bermanfaat dalam mendeteksi pergeseran
mediastinum dan respirasi diafragma paradoks; namun, tingkat negatif
palsu sebesar 53% sangat tinggi. Meskipun, hasil diagnostik CT scan lebih
unggul dari CXR khususnya untuk badan radiolusen (sensitivitas 100%
dan spesifisitas 66,7%), itu adalah keputusan terakhir karena bertentangan

23
dengan pendekatan kontemporer untuk meminimalkan paparan iradiasi
pengion. Pemindaian berkualitas tinggi memerlukan pembatasan gerakan,
yang membuatnya menjadi pilihan yang tidak praktis untuk pasien anak
AFB yang mengalami kesulitan pernapasan. Oleh karena itu, bronkoskopi
fibro-optik fleksibel tetap menjadi standar emas untuk diagnosis.
Investigasi awal, sebagai hitung darah lengkap (CBC) dan elektrolit
serum, berguna dalam menilai kondisi umum pasien. Oksimetri nadi dan
gas darah arteri sangat membantu dalam menentukan saturasi oksigen
darah arteri (SaO2). 1,8

Kunci untuk mencapai diagnosis pasti terletak pada riwayat terperinci yang
mengidentifikasi faktor-faktor risiko, pemeriksaan yang memunculkan tanda-
tanda penting, dan temuan-temuan CXR yang mendukung. Bronkoskopi
diagnostik harus dilakukan ketika salah satu dari modalitas di atas adalah positif.
Jika tidak, pemeriksaan dan radiografi harus diulangi 24 jam dengan riwayat
negatif dan pemeriksaan awal dan pencitraan yang tidak meyakinkan pada pasien
yang stabil. 1,10

H. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Penyakit yang mungkin muncul dengan temuan klinis yang mirip dengan
aspirasi benda asing adalah asma, pneumonia, tuberkulosis, epiglottitis, abses
retrofaringeal, abses peritonsillar, perikarditis atau pleuritis postviral, dan
bronchiolitis. Cidera traumatis dengan cedera paru, jalan napas, atau bahkan
diafragma lokal dapat muncul serupa dengan aspirasi benda asing.3,4

I. PENATALAKSANAAN

Beberapa teknik pengangkatan yang tersedia, dan pilihan metode


tergantung pada jenis benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan
dokter dengan masing-masing metode. Untuk benda asing yang mudah dilihat,
kebanyakan dokter lebih memilih pengangkatan langsung. Jika benda asing sulit

24
terlihat atau bulat atau tidak berhasil diangkat dengan instrumentasi langsung,
pengeluaran dengan balon kateter adalah metode yang disukai. Untuk benda asing
yang besar, teknik tekanan positif yang umum digunakan.7
Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat
kerusakan mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat
mengakibatkan perpindahan benda asing ke posterior.7
Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung
selain berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan
lokasi dan bentuk benda asing tersebut.10

a. Jenis-jenis Teknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung


1) Instrumentasi langsung
Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat,
benda asing tidak rapuh. Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep
alligator. Benda asing rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan
teknik ini; benda rapuh bisa robek, dan benda-benda bulat mungkin sulit dan
mudah pindah ke posterior.7

Gambar 10. Removal of foreign object using alligator forceps14

25
Gambar 11. Removal of a foreign object with a hooked probe 14

Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat


tetapi sulit untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut
kemudian ditarik ke depan. Shresta and Amatya melaporkan menggunakan
endoskopi fleksibel untuk melihat benda asing di hidung kemudian
menggunakannya sebagai pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini, disebut
sebagai "hook-scope", teknik ini berguna jika pasien kooperatif.7
Beberapa penulis telah menyarankan menggunakan kombinasi
instrumentasi langsung dan menyarankan kateter balon ditempatkan di belakang
benda asing untuk mencegah perpindahan posterior selama upaya pengeluaran.7

2) Kateter balon
Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat
yang tidak mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat
digunakan yaitu kateter Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6),
atau Katz Extractor Oto-Rhino Foreign Body Remover (California) juga
merupakan pilihan.7
Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah
sama. Pertama, balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain jelly.

26
Kemudian pasien berbaring telentang dan kateter dimasukkan melewati benda
asing di dalam rongga hidung, lalu diberikan udara atau air ke dalam kateter (2ml
pada anak-anak kecil dan 3 ml pada anak-anak yang lebih besar). Setelah
dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga ikut tertarik.7 Teknik
dengan kateter juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar benda asing di
bagian anterior tidak kearah posterior saat dilakukan teknik lainnya.8

Gambar 12. Pengunaan Forgarty Catheter 9

3) Tekanan positif

Gambar 13. Positive Pressure Tehnique for Nasal Foreign Body removal

27
Gambar 14. Parent Kiss for Positive Pressure Tehnique

Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini
dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan
menghembuskan nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang
mengalami benda asing di hidung, dapat ditiup mulut anak tersebut oleh
orangtuanya kissing technique atau masker bag-valve.2,3,4 Ketika topeng bag-valve
digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk mencegah esophageal insuflasi
udara. Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat menyebabkan
komplikasi seperti barotrauma di telinga dan emfisema periorbital. Tekanan
positif juga memiliki risiko yang menyebabkan barotrauma ke saluran napas,
paru-paru, atau membran timpani, dan dokter harus menghindari penggunaan
volume besar udara paksa. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi
yang terakhir belum dilaporkan.2,11

28
4) Tekanan Negatif (Suction)

Gambar 15. Ilustration of suction nasal

Gambar 16. Remove foreign body nasal using Vacutract suction device

29
Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana
benda sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator. Suction yang diberikan
pada pasien biasanya yang bertekanan 100-140 mmHg.11

Gambar 17. Cyanoacrilate glue for removing body foreign

5) Instrumen yang dibuat sendiri


Instrumen yang dibuat sendiri dapat berasal dari paper clip. Teknik ini
dapat dilakukan apabila tidak dapat dilakukannya teknik lainnya karena
komplikasi pada teknik ini dapat menyebabkan trauma yang berat dan infeksi.8

30
6) Teknik dengan menggunakan instrumen pembedahan
Teknik mengeluarkan benda asing dengan instrument pembedahan
biasanya apabila riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis.
Pemilihan alat atau instrument tergantung dari jenis benda asing tersebut. Forcep
alligator dapat digunakan terhadap benda asing dihidung yang ireguler dan
memiliki sudut yang dapat ditarik keluar, sedangkan hook, curretes, dan loop
dapat digunakan terhadap benda yang licin atau sulit di tarik keluar. Secara
umum, benda asing di hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter umum.
Namun, jika sulit dan gagal harus segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke
dokter spesialis harus dilakukan ketika ada kekhawatiran diagnosis ke arah tumor
atau massa.7,8

Gambar 18. Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator 13

Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah


nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda
asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang
menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat.1
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.1

31
Tabel 2.1. Keuntungan dan kerugian dari teknik mengeluarkan benda asing 4

Teknik Keuntungan Kerugian


Tekanan positif Tidak menyebabkan trauma Risiko untuk terjadi
barotraumas
Tekanan negatif Baik utuk benda asing yang bulat dan Harus benda yang padat, tidak
berukuran keci di daerah anterior cavum bisa digunakan pada benda
nasi. Mudah dilakukan. asing dibagian posterior
Menggunakan Tidak menyebabkan trauma Benda asing harus terlihat
perekat Mudah dilakukan
Teknik Baik digunakan pada benda asing di bagian Ada kemungkinan trauma,
menggunakan posterior diperlukan teknik anestesi
kateter
Instrumen - Benda asing dapat pindah ke
pembedahan daerah posterior dan trauma.
Instrumen yang Instrumen dapat dibuat disesuaikan dengan Trauma, benda asing dapat
di buat bentuk benda asing pindah ke daerah posterior

Penatalaksanaan benda asing hidung yang tidak hidup


1) Pengeluaran atau ekstraksi benda yang berbentuk bulat merupakan hal
yang sulit karena tidak mudah untuk mencengkram benda asing
tersebut. Serumen hook yang sedikit dibengkokkan merupakan alat
yang paling tepat untuk digunakan. Pertama-tama, pengait menyusuri
hingga bagian atap cavum nasi hingga belakang benda asing hingga
terletak di belakangnya, kemudian pengait diputar ke samping dan
diturunkan sedikit, lalu ke depan. Dengan cara ini benda asing itu
akan ikut terbawa keluar. Selain itu, dapat pula digunakan suction.
Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah
nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan
cara itu, benda asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas
bagian bawah yang menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan
keadaan yang gawat. Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari

32
hanya diberikan pada kasus benda asing hidung yang telah
menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.
2) Suction (teknik tekanan negatif) biasanya digunakan apabila ekstraksi
dengan forsep atau hook tidak berhasil dan juga digunakan pada
benda asing berbentuk bulat. Suction dapat dengan mudah ditemukan
pada bagian emergensi dan kemudian diatur pada tekanan 100 dan
140 mmHg sebelum digunakan.
3) Benda asing mati yang bersifat non-organik pada hidung
lainnya seperti spons dan potongan kertas dapat diekstraksi dengan
menggunakan forsep.
4) Benda asing mati lain yang bersifat organik seperti kacang-kacangan
dapat diekstraksi dengan menggunakan pengait tumpul.
5) Apabila tidak terdapat peralatan atau instrument, dapat digunakan cara:
pasien dapat mengeluarkan benda asing hidung tersebut dengan cara
menghembuskan napas kuat-kuat melalui hidung sementara lubang
hidung yang satunya di tutup. Jika cara ini tidak berhasil atau benda
asing pada hidung tersebut terdapat pada pasien pediatrik yang tidak
kooperatif, maka dapat digunakan ventilasi tekanan positif melalui
mulut. Pada teknik ini, orang tua penderita melekatkan mulutnya ke
mulut anaknya, lalu menutup lubang hidung yang tidak terdapat benda
asing dengan jari, lalu meniupkan udara secara lembut dan cepat
melalui mulut. Walaupun secara reflex epiglottis anak akan tertutup
untuk melindungi paru-paru dari tekanan, penting diperhatikan bahwa
tidak boleh diberikan hembusan bertekanan tinggi dan volume yang
banyak.

Penatalaksanaan benda asing hidung yang hidup


1) Teknik berbeda diterapkan pada benda asing hidup. Pada kasus
benda asing hidup berupa cacing, larva, dan lintah, penggunaan
kloroform 25% yang dimasukkan ke dalam hidung dapat membunuh
benda asing hidup tersebut. Hal ini mungkin harus kembali dilakukan 2-

33
3 perminggu selama 6 minggu hingga semua benda asing hidup mati.
Setiap tindakan yang selesai dilakukan, ekstraksi dapat dilanjutkan
dengan suction, irigasi, dan kuretase. 8,
2) Pada pasien myasis dengan angka komplikasi dan morbiditas yang
tinggi, dilakukan operasi debridement dan diberikan antibiotik parenteral,
serta Ivermectin (antiparasit) dapat dipertimbangkan.
Setelah proses ekstraksi selesai dilakukan, pemeriksaan yang teliti harus
dilakukan untuk mengeksklusi kehadiran benda asing lainnya. Orang tua
juga harus diberikan edukasi untuk menjauhkan paparan benda asing
hidung potensial lainnya dari anak-anaknya. 8

Rencana pengelolaan tergantung pada banyak faktor yang meliputi kondisi


umum pasien, pengaturan klinis, dan pedoman kebijakan fasilitas kesehatan.
Rekomendasi American Academy of Pediatrics menawarkan pendekatan
komprehensif untuk meningkatkan tindakan antisipatif. Pengasuh harus
mengetahui cara terbaik untuk mengawasi anak-anak mereka di lingkungan yang
aman. Namun, ketika tindakan pencegahan gagal dan aspirasi dicurigai atau
disaksikan, orang tua harus menghubungi 911 (layanan ambulans) untuk meminta
bantuan. Sementara itu, manuver pendukung kehidupan dasar harus dimulai.
Kedua pedoman Dewan Resusitasi Eropa dan Asosiasi Jantung Amerika
digabungkan dalam Rumah Sakit, sementara langkah-langkah di atas diperiksa,
bronkoskopi darurat harus disiapkan. Bronkoskop fleksibel digunakan terutama
untuk diagnosis. Namun, penelitian baru mendefinisikan peran baru bagi mereka
dalam pengobatan, khususnya, ketika dikombinasikan dengan keranjang batu
ureter dan forsep. Ketika dilakukan oleh tangan ahli, objek diambil di lebih dari
90% kasus. Baik Ramírez-Figueroa et al dan Tang et al menemukan ini menjadi
91,3% dalam dua studi terpisah mereka. 1

34
Untuk obstruksi jalan nafas atas yang aktif, kontrol jalan nafas adalah yang
terpenting. JANGAN menyapu jalan napas, lakukan visualisasi langsung jalan
napas dengan pisau apa pun yang paling nyaman Anda gunakan, dan
kemungkinan ekstraksi dengan forceps Magill. Sedasi kemungkinan akan
diperlukan kecuali pasien tidak responsif. Mungkin perlu diintubasi melewati
rintangan atau memaksa penyumbatan ke salah satu batang utama.
Cricothyroidotomy ED darurat dapat diindikasikan jika tidak ada jalan lain untuk
ventilasi pasien.3

b. benda asing di laring.


Pasien dengan benda asing di laring harus diberi pertolongan dengan segera,
karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Paada anak
dengan sumbatan tiotal pada laring, dapat dicoba menolongnya dengan memegang
anak dengan posisi terbalik, kepala ke bawah, kemudian daerah
punggung/tengkuk dipukul, sehingga diharapkan benda asing dapat dibatukkan ke
luar.3
Cara lain untuk menngeluarkan benda asing yang menyumbat laring
secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat
dilakukan pada anak maupun orang dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing
masuk ke dalam laring ialah pada waktu inspirasi. Dengan demikian paru penuh
oleh udara, diibaratkan sebagai botol plastic yang tertutup, dengan menekan botol
itu, maka sumbatannya akan terlempar ke luar.3

35
Dengan perasat Heimlich, dilakukan penekanan pada paru. Caranya ialah,
bila pasien masih dapat berdiri, maka penolong berdiri di belakang pasien,
kepalan tangan kanan penolong diletakkan di atas prisesus xifoid, sedangkan
tangan kirinya diletakkan di atasnya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakan
ke atas dan ke arah paaru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan
terlempar ke luar dari mulut pasien.3
Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu
pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan di bawah prosesus
xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien
beberapa kali, sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut. Pada tindakan
ini posisi muka harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalsn napas
merupakan garis lurus.3

Gambar 19. Perasat Heilmich pada pasien yang masih sadar

36
Gambar 20. Perasat Heilmich pada pasien yang tidak sadar

Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu


pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan di bawah prosesus
xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien
beberapa kali, sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut. Pada tindakan
ini posisi muka harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalan napas
merupakan garis lurus.3
Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambung
atau hati dan fraktur iga. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya

37
tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kiri
dan kanan.3
Pada sumbatan benda asing tidask total di laring, perasat Heimlich tidak
dapat digunakan. Dalam hal ini pasien masih dapat di bawa ke rumah sakit
terdekat untuk diberi pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau
bronkoskop, atasu kalau alat-alat itu tidak ada, dilakukan trakeostomi ssebelum
merujuk. Pada waktu tindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi
Trendelenburg, kepasla lebih rendah dari badan, supaya benda asing tiudak turun
ke trakea. Kemudian pasien dapat dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai
fasilitas laringoskopi atau bronkoskopi untuk mengeluarkan benda asing itu
dengan cunam. Tindakan ini dapat dilakukan dengan anastesi (umum) atau
analgesia (lokal).3

c. Benda asing di trakea.


Benda asing di trakea dikeluarkan dengan bronkoskopi. Tindakan ini
merupakan tindakan yang harus segera dilakukan, dengan pasien tidur terlentang
posisi Tendelenburg, supaya benda asing tidak turun ke dalam bronkus. Pada
waktu bronkoskopi, benda asing dipegang dengan cunam yang sesuai dengan
benda asing itu, dan ketika dikeluarkan melalui laring diusahakan sumbu panjang
benda asing segaris dengan sumbu panjang trakea, jadi pada sumbu vertical, untuk
memudahkan pengeluaran benda asing itu melalui rima glottis.3

38
Gambar 21. Bronkoskopi

Bila fasilitas untuk melakukan bronkoskopi tidak ada, maka pada kasus
benda asing di trakea dapat dilakukan trakeostomi, dan bila mungkin benda asing
itu dikeluarkan dengan memakai cunam atau alat penghisap melalui trakeostomi.
Bila tidak berhasil pasien dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi, ahli
dan personal yang tersedia optimal. 3

Gambar 22. Trakeostomi

39
d. Benda asing di bronkus.
Untuk mengeluarkan benda asing dari bronkus dilakukan dengan
bronkoskopi, menggunakan bronkoskop kaku atau serat optic dengan memakai
cunam yang sesuai dengan benda asing itu. Tindakan bronkoskopi harus segera
dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organik. 3
Benda asing yang tidak dapat di keluarkan dengan cara bronkoskopi,
seperti benda asing tajam, tidak rata dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan
torakotomi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. 3
Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan
endoskopi pada ekstraksi benda asing. Fisioterapi dada dilakukan pada kasus
pneumonia, bronchitis purulenta dan atelektasis. 3

Gambar 23. Torakotomi postero-lateral

Gambar 24. Torakotomi anterolateral

40
Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan, jika paru bersih dan tidak
demam. Foto toraks pasca bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum tidak
menghilang. Gejala-gejala persisten seperti batuk, demam, kongesti paru,
obstruksi jalan napas ataunodinofagia memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan
pengobatan yang tepat dan adekuat. 3
Untuk kemungkinan obstruksi jalan nafas yang lebih rendah, riwayat yang
baik dan pemeriksaan fisik selalu penting. Jika pasien telah dirawat dan gejalanya
belum terselesaikan merupakan indikasi untuk mengevaluasi lebih agresif.
Mungkin ada temuan fokus pada auskultasi, mungkin ada episode tersedak
potensial minggu lalu, dan pasien mungkin memiliki gejala menular jika objek
tersebut menyebabkan bronkiektasis atau abses. Perawatan definitif adalah
bronkoskopi kaku, dan di beberapa pusat, bronkoskopi kaku akan dilakukan
berdasarkan riwayat atau kecurigaan saja karena hingga 15% dari aspirasi
memiliki pemeriksaan fisik dan pencitraan yang normal.3,9
Bronkoskopi kaku adalah modalitas pilihan dalam mengekstraksi AFBs.
Ini menawarkan visualisasi yang memadai membuat mereka melebihi yang
fleksibel dengan menjadi tujuan ganda, diagnosis dan manajemen. Selain itu, ini
dirancang khusus untuk memungkinkan ahli anestesi memberikan oksigen dan
agen inhalasi melalui lengan samping. Selain itu, dapat digunakan dengan
berbagai instrumen, seperti jaring Roth dan keranjang endoskopi, untuk mencapai
hasil yang lebih baik. Tingkat keberhasilannya berkisar antara 95% hingga 99%.
Solanki et al menyarankan penggunaan manuver Heimlich bersamaan dengan
bronkoskopi ketika gagal. Operasi invasif seperti trakeostomi, torakotomi, dan
bronkostomi adalah opsi untuk 0,3% -4% sisanya. 1
Jenis anestesi adalah masalah lain dari kontroversi. Ada konsensus luas
tentang penggunaan sevoflurane atau halotan sebagai agen inhalasi untuk induksi
anestesi dan pernapasan spontan sebagai teknik perawatan pilihan. Ini biasanya
dilakukan dengan menghubungkan T-piece Ayre (Mapleson F) ke lengan samping
bronkoskop. Atau, percobaan tunggal menemukan ventilasi tekanan positif setelah
melumpuhkan pasien menjadi lebih unggul karena lebih sedikit episode batuk dan
desaturasi yang dilaporkan. 1

41
Rawat inap pasca operasi tergantung pada situasi klinis. Menurut Hidaka
et al, sifat tubuh yang dihirup adalah satu-satunya prediktor pemulihan dan
selanjutnya tinggal di rumah sakit. Misalnya, pasien yang menjalani ekstraksi
bronkoskopi kacang atau bahan hewan dirawat di rumah sakit lebih lama daripada
yang lain (OR 5,80; 95% CI 1,12-30,43). Sebaliknya, usia, jenis kelamin, dan
lama durasi sebelum intervensi tidak memiliki hubungan. 1

J. KOMPLIKASI
Selama manajemen, ada sekitar 25% tingkat komplikasi dengan sebagian
besar dari ini ringan dengan intervensi awal. Intervensi lanjut membawa
komplikasi yang lebih parah seperti hipoksia atau cedera otak anoksik, cedera
bronkial, stenosis jalan napas, pembentukan abses, pneumotoraks. Selain
kematian akibat gangguan pernapasan, anak-anak kemungkinan akan pulih
dengan perawatan untuk komplikasi yang disebutkan.3,4

K. PROGNOSIS
Pada anak-anak dengan aspirasi benda asing, prognosisnya baik jika
dihilangkan sejak dini dan tanpa komplikasi. Aspirasi zat besi dan kalium dapat
menyebabkan stenosis jalan napas. Ini perlu diambil secara darurat. Dalam sebuah
penelitian terhadap 94 anak-anak yang semuanya menunjukkan tiga hari setelah
aspirasi, semua pulih sepenuhnya dari segala komplikasi selain dari orang yang
meninggal karena gagal pernapasan.3

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Salih MA, Alfaki M, Alam-Elhuda DM, Airway foreign bodies: A critical


review for a common pediatric emergency. 2016. World Journal of
Emergency Medicine. Available from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4786499/
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok, kepala dan leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI,
2012.P.122-130
3. Rose D, Dubensky L. Airway Foreign Bodies. [Updated 2019 Jun 3]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539756/
4. WalailakTatsanakanjanakorn and Surapol Suetrong. Do Times until
Treatment for Foreign Body Aspiration Relate to Complications?.
International Journal of Otolaryngology Volume 2016, Avalaible from:
http://dx.doi.org/10.1155/2016/2831614
5. Buku ajar Anatomi biomedik 1. Edisi 3. Organa Respirasi. Bagian anatomi
universitas Hasanudin Fakultas Kedokteran. 2013. P.161-183
6. Ludman H and Bradley PJ. Ear, Nose and Throat. Fifth edition. Trauma,
injuries and foreign bodies. 2007. P.78-82
7. Dhingra PL, Dhingra A. Diseases Of Ear, Nose And Throat & Head And
Neck Surgery. Elsevier. Foreign bodies of air passages. 2014.P.321-323
8. Rovin DJ and Rodgers BM. 2000. Article. Pediatric Foreign Body Aspiration.
9. Clarke Ray. Diseases Of The Ear, Nose And Throat Lecture Notes. eleventh
edition. Pharyngeal and oesophageal ingested foreign bodies. Liverpool:
University of Liverpool.2014P.205-207
10. Puja D, Arun RK, Ashok B and Rathi S. International Journal of Medical
Research & Health Sciences, 2017. Foreign Body Aspiration in Paediatric
Airway.

43

Anda mungkin juga menyukai