PT INDOFOOD
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP”) merupakan salah satu produsen produk konsumen
bermerek yang mapan dan terkemuka, dengan kegiatan usaha utama antara lain mi instan, dairy,
makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus serta minuman. Guna mendukung
kegiatan usaha utamanya.
LOKASI :
Pemilik PT Indofood :
Anthony salim
Struktur Organisasi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
RUPS
(RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM)
DEWAN KOMISARIS
DEWAN DIREKSI
KOMITE AUDIT
SEKRETARIS PERUSAHAAN
2.Produk:
REPUTASI PRODUK :
Saat ini, Indofood masih merajai pasar mie instan di Indonesia, sekaligus merupakan perusahaan
mie instan terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 13 milyar bungkus.
(Indomie menjadi Top of Mind mie instan) Begitu kuatnya citra Indomie di pasar sehingga sebagian
masyarakat menganggap seolah mie instan itu adalah Indomie
Produk Indofood " Indomie " menjadi satu - satunya brand indonesia yang masuk ke dalam top 10
Global Brand 2017
SRATEGI PEMASARAN PT Indofood :
Salah satu produk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. yang melakukan promosi besar-
besaran dan berhasil terkenal luas hingga mancanegara adalah Indomie. Rasanya yang enak
merupakan salah satu daya tarik utama mengapa produk ini dapat dikenal luas. Indomie
memiliki tagline yang sangat sederhana namun sangat pas dan ringan untuk didengar dan
diingat oleh masyarakat yaitu, “Indomie seleraku” sedangkan nama atau merk indomie menjadi
salah satu keberhasilan dari memilih nama produk sehingga produk tersebut banyak dikenal
khususnya oleh masyarakat Indonesia. Nama yang singkat, sederhana namun unik, mudah
diingat, menjadi beberapa faktor dari keberhasilan tersebut. Masyarakat Indonesia sendiri
beranggapan bahwa nama atau merk indomie berasal dari kepanjangan Indonesia-mie
sehingga menimbulkan asumsi bahwa indomie membawa jati diri bangsa.
Media Promosi berbasis TI
Perusahaan indofood akan memanfaatkan dunia internet untuk bisa mempromosikan produk
yang di sediakan perusahaan seperti sosial media, media online, media elektonik, dan media
cetak agar promosi produknya bisa sampai ke tangan pelanggan secara langsung..
RESIKO BISNIS
Pangsa pasar :
Ekspor : Pada 2017, nilai penjualan produk Indofood ke luar negeri senilai Rp3,1 triliun.
Tiga negara yang menjadi pangsa pasar ekpor ICBP yakni Arab Saudi, Nigeria dan Australia. Dari
total penjualan perseroan, divisi yang mencatatkan penjualan paling tinggi adalah mi instan.
PESAING :
Munculnya pendatang baru produsen mie instan PT Sayap Mas Utama dengan produknya Mi Sedap
cukup mengejutkan. Beberapa pakar pemasaran mengingatkan agar PT Indofood Sukses Makmur Tbk
yang selama ini menjadi pemimpin pasar mie instan lebih waspada.
Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul Mie Sedap
milik PT Sayap
Mas Utama yang merupakan grup dari kelompok Wings. Meski produk ini baru
diluncurkan pada Mei
2003 dan baru didistribusikan di Pulau Jawa dan Bali, namun namanya sudah
mulai diperbincangkan
di kalangan pembeli di warung-warung, bahkan pasarh swalayan.
Mie sedaap sendiri mempunyai keunggulan dari harganya yang lebih
murah, kalau soal rasa setiap konsumen mempunyai penilaian tersendiri. karena tentu saja mempunyai
selera rasa yang berbeda. Yang menarik dari pertarungan antara indomie vs mie sedaap adalah karena
pertarungan itu merupakan bagian dari pertarungan antara Indofood vs wingfood.
SIFAT BISNIS :
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. merupakan jenis perusahaan manufaktur, yaitu perusahaan yang
memproses bahan mentah hinga berubah menjadi barang yang sudah siap untuk dipasarkan. Semua
proses yang terjadi di industri ini umumnya melibatkan berbagai peralatan modern.
Nama Suppliier :
Analisa KINERJA KEUANGAN
KONSOLIDASIAN
31 Desember/ 31 Desember /
2016 2015
ASET
ASET LANCAR
Piutang
Usaha
Bukan usaha
Tanaman perkebunan
2016 2015
LIABILITAS
Utang usaha
Dijual - 6.046.887
PANJANG
2016 2015
EKUITAS
Saham
Saham
penuh - 8.780.426.500
Saldo laba
Belum ditentukan
31 Desember 2016
2016 2015
Lain
ke laba rugi:
laba rugi:
diatribusikan kepada:
diatribusikan kepada:
DIATRIBUSIKAN KEPADA
DIATRIBUSIKAN KEPADA
(angka penuh) 39 45
total laba komprehensif tahun berjalan perusahaan terhadap penjualan neto bersih
perusahaan di tahun 2015 adalah sebesar 7,60%, (sedikit menurun jika dibandingkan tahun
2014 yakni sebesar 7,65%). Penurunan persentase laba terebut, walaupun secara horizontal
naik, adalah karena persentase beberapa beban perusahaan terhadap penjualan neto
perusahaan yang naik secara vertikal dan horizontal dari tahun 2014 ke tahun 2015
(contohnya beban penjualan dan distribusi, beban keuangan, bagian rugi neto atas entitas
asosiasi dll.) dan peningkatan tersebut sedikit lebih tinggi dari pada penurunan-penurunan
yang terjadi pada pos lainnya (sehingga hasil akhirnya mendorong penurunan persentase
total laba komprehensif tahun berjalan terhadap penjualan neto di tahun 2015).
Analisis Rasio Keuangan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2015 - 2016
Pada tahun 2016 terjadi penurunan dari 1,40 kali pada 2015 menjadi 1,07 kali
pada tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh menurunnya jumlah aset lancar yang jauh
lebih tinggi dibandingkan daripada utang lancar dan menyebakan penurunan quick
ratio tahun 2016. Meskipun quick ratio menurun setiap thunnya akan tetapi jumlah
rata-rata dari quick ratio PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2014 s/d 2016
adalah sebesar 1,30 kali. Sehingga untuk tahun 2014 dan 2015 perusahaan dapat
dikatakan likuid dan pada tahun 2016 dapat dikatakan ilikuid.
2. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Asset Ratio
Pada tahun 2016 terjadi penurunan 26 % dari tahun 2015 dari 113 % pada tahun
2015 menjadi 87 % pada tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh penurunan dari total
utang sedangkan total ekuitas mengalami peningkatan. Nilai total debt to equity
ratio menurun setiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan modal
sendiri meningkat setiap tahunnya. Meskipun penggunaan modal sendiri meningkat
akan tetapi nilai total debt to equity ratio yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian
besar pendanaan perusahaan masih dibiayai oleh utang.
Pada tahun 2016 terjadi penurunan 11 % dari tahun 2015 dari 54 % pada tahun
2015 menjadi 43 % pada tahun 2016. Hal disebabkan oleh penurunan utang jangka
panjang. Dalam hal ini dalam 3 tahun berturut-turut long term debt to equity ratio
berada dibawah 100 % yang berarti bahwa sebagian besar aktiva tetap dibiayai oleh
modal sendiri dan risiko keamanan perusahaan dalam jangka panjang dalam kondisi
yang kurang baik.
3. Rasio Profitabilitas
a. Return on Investment
Pada tahun 2016 terjadi kenaikan 0.8 % dari tahun 2015 dari 5,3 % pada tahun 2015 menjadi 6,1
% pada tahun 2016. Laba setelah bunga dan pajak (laba bersih) mengalami kenaikan sedangkan
total aset mengalami penurunan menjadi penyebabnya. Pada tahun 2015 terjadi penurunan Return
on investment yang dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaanpun menurun karena kemampuan
aktiva untuk menghasilkan laba menurun dari tahun 2014 ke tahun 2015. Sedangkan tahun 2016
terjadi kenaikan Return on investment yang dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaanpun turut
meningkat.
b. Return on Equity
Pada tahun 2016 tidak terjadi kenaikan dari tahun 2015 dari 11 % pada tahun 2015
tetap menjadi 11 % pada tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh penurunan total ekuitas
yang cukup signifikan. Penurunan return on equity dari tahun ke tahun, mununjukkan
bahwa kinerja perusahaan kurang baik.
perusahaan dapat dikatakan berada pada kondisi yang cukup baik. Untuk Rasio Likuiditas,
meskipun current rationya masih berada dibawah standar akan tetapi jumlah aset lancarnya
masih mampu untuk menutupi jumlah utang lancar perusahaan, kemudian untuk quick ratio
dapat dikatakan cukup baik karena meskipun pada tahun 2016 mengalami penurunan akan tetapi
pada tahun 2015 quick ratio perusahaan berada diatas standar rata-rata rasio. Untuk Rasio
Solvabilitas dapat dikatakan cukup baik, karena meskipun nilai debt to equity ratio masih cukup
tinggi akan tetapi nilai debt to asset ratio, debt to equity ratio dan long term debt to equity ratio
semakin menurun sehingga secara keseluruhan perusahaan semakin terhindar dari risiko utang.
Untuk Rasio Profitabilitas dapat dikatan masih kurang baik karena meskipun return on
investment pada tahun 2016 meningkat