Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR PENENTU KINERJA PEMERINTAH DAERAH

Muhammad Ahyaruddin1)
Muhammad Faisal Amrillah2)

Universitas Muhammadiyah Riau, Jl. KH. Ahmad Dahlan No.88, Pekanbaru 28156, 2)Universitas Islam
1)

Riau, Jl. Kaharuddin Nst Simpang Tiga Bukit Raya, Pekanbaru 28284
surel: ahyaruddin@umri.ac.id

http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9028

Abstrak: Faktor Penentu Kinerja Pemerintah Daerah. Tujuan dilaku­


kannya penelitian ini adalah untuk menguji faktor penentu kinerja
pemerintah daerah. Adapun metode yang digunakan dalam pengujian
adalah persamaan struktural dengan laporan pemeriksaan BPK dari
31 pemerintah provinsi di Indonesia sebagai sampel. Hasil penelitian
menunjukkan adanya urgensi bagi pemerintah daerah untuk lebih me­
merhatikan pencapaian kinerja yang riil, bukan hanya sebatas forma­
litas untuk meraih opini WTP dan mengabaikan penyelewengan atau
korupsi yang terjadi. Hal ini disebabkan karena adanya korupsi atau
penyelewengan bisa menciptakan preferensi kepada masyarakat untuk
tidak memilih petahana yang memiliki kinerja ekonomi buruk.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL
Abstract: Determinants of Regional Government Performance. The
Volume 9 purpose of this study is to examine the determinants of local government
Nomor 3 performance. The methods used in testing are structural equations with
Halaman 471-468 the financial audit agency inspection report from 31 provinces in Indonesia
Malang, Desember 2018
ISSN 2086-7603
as a samples. The results of this study indicate that there is an urgency
e-ISSN 2089-5879 for local governments to pay more attention to the achievement of real per-
formance, not just limited to formality in gaining unqualified opinion and
Tanggal Masuk: ignoring fraud or corruption that occurs. This is because corruption or fraud
12 Oktober 2018 can create a preference for people not to choose incumbents who have poor
Tanggal Revisi: economic performance.
28 Desember 2018
Tanggal Diterima: Kata kunci: korupsi, opini audit, kinerja, rasio keuangan
31 Desember 2018

Tuntutan terhadap transparansi dan tinggi dan sangat tinggi. Berdasarkan data
akuntabilitas atas pengelolaan organisasi tersebut dapat disimpulkan bahwa penye­
dan pengelolaan keuangan menjadi isu yang lenggaran pemerintah daerah yang dilaku­
sangat penting saat ini terutama di organisa­ kan selama ini sudah mendapatkan kate­
si pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan gori baik. Selanjutnya, data terkait kinerja
daerah yang baik akan memudahkan daerah pemerintah di bidang pengelolaan keuangan
dalam memetakan dan mengalokasikan pri­ juga terus mengalami peningkatan (Badan
oritas pembangunan daerah sehingga kiner­ Pemeriksa Keuangan, 2017). Data tersebut
ja daerah bisa meningkat secara signifikan. berdasarkan informasi yang disampaikan
Salah satu indikator untuk melihat kinerja Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di dalam
pemerintah daerah adalah berdasarkan nilai laporan hasil pemeriksaannya atas lapor­
skor kinerja yang dihasilkan atas lapor­ an keuangan pemerintah daerah. BPK di
an penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam laporan hasil pemeriksaannya me­
(LPPD). Dari 475 kabupaten/kota yang me­ nyampaikan bahwa pemerintah daerah yang
nyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pe­ mendapat opini baik dengan prediket wajar
merintah Daerah (LPPD) tahun 2015, seba­ tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 13%
nyak 93,8% pemerintah daerah yang dinilai pada 2011 dan meningkat menjadi 47%
kinerjanya oleh Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2014. Hasil opini audit yang
memperoleh skor di atas 2,00 yang berarti baik ini merupakan hasil kerja keras peme­

471
Ahyaruddin, Amrillah, Faktor Penentu Kinerja Keuangan Daerah 472

rintah dengan tujuan agar transparansi dan selama ini dicapai oleh pemerintah dae­
akuntabilitas pengelolaan keuangan bisa rah. Penerapan otonomi daerah yang mem­
terwujud dan pada akhirnya bisa mening­ berikan kekuasaan dan wewenang kepada
katkan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah untuk menciptakan efisiensi, efek­
daerah. Deb (2018), Prabowo (2014), Rosa & tifitas, akuntabilitas, dan good government
Morote (2015), dan Sutopo, Wulandari, Adia­ governance justru malah membuat masa­
ti, & Saputra (2017) mengungkapkan bahwa lah baru bagi pemerintah daerah. Pelaksa­
audit yang dilakukan terhadap suatu orga­ naan otonomi daerah yang semakin terbuka
nisasi (misalnya pemerintah daerah) bertu­ menurut beberapa peneliti (Cordis, 2014;
juan untuk meminimalisasi dan mendetek­ Colquhoun, 2013; Dolg, 2014; McGarvey,
si kecurangan serta menghindari penggu­ 2012; Røge & Lennon, 2018) justru mem­
naan sumber daya publik secara berlebihan. buka ruang bagi munculnya korupsi yang
Namun, di sisi lain kinerja yang baik semakin tinggi di daerah. Temuan ini di­
atas pengelolaan organisasi dan pengelo­ mungkinkan terjadi karena otonomi daerah
laan keuangan tersebut ternyata tidak se­ menciptakan sistem pengawasan yang long­
jalan dengan harapan publik sebagai peng­ gar atau tidak terlalu ketat terhadap peme­
guna layanan pemerintah. Saat ini banyak rintah daerah yang dilakukan oleh pusat.
kritikan yang muncul kepada pemerintah Berdasarkan penjelasan tersebut, riset
daerah baik dalam penyelenggaraan pe­ ini dilaksanakan dalam rangka menguji ser­
merintahan maupun pembangunan, baik ta membuktikan secara empiris mengenai
dari dalam negeri maupun dari komunitas faktor penentu kinerja pemerintah daerah.
internasional (Rini & Damiati 2017). Nur­ Secara khusus, penelitian ini ingin mengu­
khamid (2008) mengungkapkan bahwa ki­ ji pengaruh variabel rasio keuangan, opini
nerja pemerintah daerah yang disampaikan audit, tingkat korupsi, dan kinerja peme­
selama ini cenderung semu dan bias kare­ rintah daerah. Beberapa penelitian empiris
na hanya menyampaikan program-program yang meneliti kinerja pemerintah daerah
yang berhasil saja, sedangkan program sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh
yang gagal cenderung disembunyikan. Ah­ bebe­ rapa peneliti, di antaranya adalah
yaruddin & Akbar (2016, 2017, 2018) juga Babatunde (2018), Rini & Damiati (2017),
mengungkapkan bahwa kinerja pemerin­ Heri­ ningsih & Marita (2013), dan Kusu­
tah yang disampaikan hanya sebatas for­ mawardani (2012). Hasil penelitian yang
malitas dan lebih banyak dipengaruhi oleh mereka lakukan memberikan hasil yang ber­
faktor koersif dalam bentuk tekanan regu­ beda-beda dan cende­rung inkonklusif. Salah
lasi seperti yang diungkapkan dalam te­ satunya adalah penelitian oleh Heriningsih
ori isomorfisma institusional, yaitu untuk & Marita (2013), yang mengungkapkan bah­
mendapatkan legitimasi dan dukungan eks­ wa kinerja keuang­an dan opini audit suatu
ternal (Ahyaruddin & Akbar 2016, 2017; daerah tidak memiliki efek pada tingkat ko­
Ashworth, Boyne, & Delbridge 2009; Blume rupsi. Arah hubungan variabel tingkat ko­
& Voight, 2011; Dimaggio & Powell 1983). rupsi dalam penelitian tersebut menurut
Data di lapangan juga menunjukkan peneliti kurang tepat. Secara logika ber­
hasil yang berbeda tentang kinerja peme­ fikir, justru semakin banyak kasus korupsi
rintah. Berdasarkan hasil publikasi yang yang dialami oleh suatu daerah akan berim­
di­sampaikan oleh Transparency Internatio­ plikasi pada kinerja pemerintah daerah. Se­
nal Indonesia tahun 2015 terungkap bahwa makin banyak tingkat korupsi yang terjadi
Indonesia masih mengalami masalah besar akan membuat kinerja pemerintah daerah
dalam sektor publik karena termasuk dalam semakin buruk. Logika ini juga diperkuat
negara dengan tingkat korupsi yang ting­ dengan studi Choi & Woo (2010), Rini & Da­
gi (Transparency International Indonesia, miati (2017), dan Wilfahrt (2018) yang me­
2015). Survei tersebut mengungkap bahwa ngungkapkan bahwa pemilih mengidenti­
peringkat indeks persepsi korupsi Indonesia fikasi korupsi politik sebagai alasan utama
menduduki peringkat 88 dari total 168 ne­ untuk menilai kinerja rezim yang buruk dan
gara yang dinilai, dan dipersepsikan sebagai menghukum petahana dengan tidak memi­
salah satu negara korup. Indeks persepsi lihnya dalam pemilihan umum (He, 2016).
korupsi yang rendah serta kerugian negara Oleh karena itu, riset ini ingin menguji arah
yang terus meningkat akibat korupsi ber­ yang berbeda dari penelitian Heriningsih
tolak belakang dengan skor kinerja yang & Marita (2013) tentang pengaruh korup­
473 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 471-486

si dan opini audit terhadap kinerja pemda. rasio keuangan diproksikan dengan rasio
Penelitian ini diharapkan bisa memberi­ kemandirian daerah, derajat desentralisasi,
kan kontribusi dalam penambahan litera­ dan rasio efisiensi yang merupakan variabel
tur dan bisa memberikan kontribusi secara eksogen, serta variabel opini audit dan ting­
praktis bagi pemerintah daerah. Salah satu kat korupsi yang merupakan variabel endo­
kontribusi bagi pemerintah daerah adalah gen. Rasio kemandirian daerah merupakan
memberikan informasi mengenai penting­ sebuah rasio yang mengukur sejauh mana
nya menjaga rasio keuangan dan opini audit pemerintah daerah bergantung atau meng­
serta menekan tingkat korupsi agar kinerja andalkan sumber dana yang berasal dari
pemerintah daerah bisa dijaga dengan baik. pihak luar seperti dari pusat atau pinjaman
Dengan mengetahui hal tersebut, pemerin­ (Makin, 2013; Rusmin, Astami, & Scully,
tah daerah bisa mengambil kebijakan yang 2014). Apabila rasio ini bernilai tinggi mengin­
tepat dalam proses penyelenggaraan peme­ dikasikan kebergantungan pemerintah dae­
rintahan agar berjalan efisien dan efektif. rah terhadap sumber dana dari luar sema­
kin rendah yang artinya pemerintah daerah
METODE sudah mandiri. Begitu juga sebaliknya. Un­
Penelitian ini mengusulkan sebuah tuk mengukur rasio ini diperoleh dari hasil
kerangka penelitian dan menguji pengaruh pembagian antara total PAD dengan trans­
rasio keuangan, opini audit, tingkat korup­ fer pemerintah pusat ditambah pinjaman
si dan kinerja penyelenggaraan pemerin­ (Darwanis & Saputra, 2014; Halim, 2008).
tah daerah tingkat provinsi di Indonesia. Sementara itu, variabel derajat desen­
Kerangka penelitian yang diusulkan tersaji tralisasi merupakan derajat di mana to­
pada Gambar 1. Pendekatan kuantitatif di­ tal pendapatan asli dari suatu daerah bisa
gunakan di penelitian ini dengan berbasis memberikan kontribusi yang lebih besar
pada data sekunder. Data penelitian di­ dibandingkan dengan total keseluruhan
kumpulkan menggunakan teknik sampel pendapatan daerah tersebut. Apabila nilai
bertujuan dengan kriteria pemerintah dae­ kontribusi PAD semakin tinggi dalam suatu
rah provinsi yang diteliti mempublikasikan daerah, mengindikasikan kemampuan da­
lapor­an realisasi anggaran; laporan keuang­ erah dalam penyelenggaraan desentrali­
annya diperiksa oleh BPK dan mendapatkan sasi atau otonomi daerah semakin tinggi
opini audit; dinilai kinerjanya oleh Kemente­ (Eckardt, 2008; Liu & Li, 2015; Purbasari
rian Dalam Negeri; serta memenuhi keleng­ & Bawono, 2017). Begitu juga sebaliknya.
kapan data untuk variabel-variabel yang Variabel ini diukur dari total PAD dibagi
diteliti. dengan total pendapatan daerah (Torres,
Hasil pengumpulan data memperoleh Pina, & Marti, 2012). Kemudian variabel
data observasi sebanyak 31 pemerintah rasio efisiensi merupakan suatu rasio yang
provinsi di Indonesia. Data tersebut bersum­ menunjukkan perbandingan jumlah penge­
ber dari: Laporan Realisasi Anggaran tahun luaran daerah yang ditujukan untuk pemer­
2011-2015; Laporan audit BPK terhadap olehan PAD dibagi dengan jumlah PAD yang
LKPD pemerintah provinsi tahun 2011-2015; mampu direalisasikan daerah. Apabila nilai
Laporan jumlah penuntutan penyidikan ka­ rasio efisiensi semakin kecil berarti penye­
sus korupsi yang dikeluarkan oleh Kejaksaan lenggaraan pemerintahan daerah menun­
Agung Republik Indonesia; dan Laporan Ha­ jukkan kinerja yang semakin baik/efisien
sil Evaluasi LPPD Pemerintah Provinsi tahun (Drew, Kortt, & Dollery, 2015; Nurdin, Stock­
2011-2015 yang diterbitkan oleh Kementeri­ dale, & Scheepers, 2014; Valcarcel, 2012).
an Dalam Negeri. Data tersebut merupakan Selanjutnya variabel opini audit. Vari­
data time series selama lima tahun, sehingga abel ini didefinisikan sebagai pernyataan
terdapat 155 sampel data yang dianalisis. profesional yang disampaikan oleh auditor
Variabel penelitian di antaranya me­ atas hasil pemeriksaan terhadap informasi
liputi kinerja pemerintah daerah yang me­ keuangan yang ada dalam laporan keuang­
rupakan variabel dependen atau variabel en­ an. Variabel ini berbentuk data kategorikal
dogen yang diukur dari skor kinerja penye­ atau data nonmetrik yang dibagi menjadi
lenggaraan pemerintahan daerah dengan dua kategori yaitu daerah dengan opini WTP
range 0 – 4. Data ini diperoleh dari laporan dan WDP diberi skor 1 dan daerah dengan
Kementerian Dalam Negeri berdasarkan pe­ opini selain WTP dan WDP diberi skor 0
nilaian portofolio secara desk evaluation (Dewata, Ilmiyyah, & Sarikadarwati, 2017;
atas LPPD masing-masing daerah. Variabel Hendawati, Komarasakti, & Ansori,, 2017).
Ahyaruddin, Amrillah, Faktor Penentu Kinerja Keuangan Daerah 474

Opini
Rasio Audit
Kemandirian

Derajat Kinerja
Desentralisasi Pemda

Rasio
Efisiensi
Tingkat
Korupsi

Gambar 1. Kerangka Penelitian yang Diusulkan

Terakhir, variabel tingkat korupsi yaitu drat, nilai-p, GFI, NFI, CFI, IFI, TLI (Gud­
jumlah kasus korupsi yang terjadi di suatu ono, 2012; Sholihin & Ratmono, 2013).
daerah yang menggunakan data dari Ke­
jaksaan Agung Republik Indonesia. Salah HASIL DAN PEMBAHASAN
satu pertimbangan penggunaan data ini Tabel 1 menampilkan statistik deskrip­
adalah karena data tersebut adalah kasus tif untuk mengetahui nilai minimum, nilai
riil yang memang terjadi di Indonesia. Ber­ maksimum, nilai rata-rata, dan standar de­
beda dengan data indeks persepsi korup­ viasi atas variabel kinerja daerah, korupsi,
si yang hanya mencerminkan persepsi dan opini audit, kemandirian daerah, derajat
opini masyarakat mengenai tingkat korup­ desentralisasi, dan efisiensi APBD. Ha­
si yang mungkin terjadi pada instansi atau sil analisis deskriptif menunjukkan bahwa
organisasi pemerintah daerah (Fitri & Indri­ variabel kinerja pemerintah daerah rata-ra­
ani, 2011; Putra, 2018; Supriatna, 2016). ta berada pada peringkat “tinggi” dengan
Teknik analisis data menggunakan nilai mean sebesar 2,4242. Hal ini berarti
pendekatan model persamaan struktural bahwa kinerja penyelenggaraan pemerintah
(Structural Equation Modelling) dengan ban­ daerah provinsi di Indonesia sudah baik.
tuan program AMOS Versi 21.0 dan anali­ Selanjutnya, variabel korupsi memiliki nilai
sis pengujian datanya menggunakan metode rata-rata atau mean sebesar 57,1484. Hasil
analisis jalur. Analisis ini digunakan kare­ ini mengindikasikan bahwa rata-rata jumlah
na menguji hubungan antar variabel dalam kasus korupsi yang diungkap oleh kejaksaan
sebuah model dan ingin melihat kelayakan masih dalam kategori rendah. Kemudian un­
model (goodness of fit) dari model yang di­ tuk opini audit menghasilkan nilai rata-rata
usulkan (Latan & Gudono, 2013). Pengu­ 0,5871 yang artinya adalah rata-rata opini
jian kelayakan model (model fit) tersebut audit yang diberikan oleh BPK adalah WTP
dilakukan dengan melihat nilai kai kua­ dan WDP yaitu pemerintah daerah telah

Tabel 1. Statistik Deskriptif


M inimum M aksimum Rata-rata Standar Deviasi
Kine rja Dae rah 1,35 3,18 2,4242 0,36397
Korupsi 7 183 57,1484 34,80442
Opini Audit 0 1 0,5871 0,49395
Ke mandirian
6,21 389,78 95,3537 74,93617
Dae rah
De rajat
5,83 77,42 42,1026 17,76448
De se ntralisasi
Efisie nsi APBD 60,81 112,3 88,6183 11,95737
475 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 471-486

Gambar 2. Hasil Analisis Jalur Menggunakan Software AMOS

memberikan dan mengungkapkan informasi sarnya masing-masing koefesien jalur (path


secara wajar di dalam laporan keuangannya coefficient). Dalam metode SEM ini digunakan
walaupun masih terdapat beberapa infor­ analisis penilaian model berupa kuadrat ko­
masi yang dikecualikan. Variabel kemandi­ relasi ganda (squared multiple correlations)
rian daerah memiliki nilai rata-rata sebesar untuk variabel dependen dan nilai koefisien
95,3537, artinya rata-rata pemerintah dae­ bobot regresi yang distandardisasi (standard-
rah provinsi di Indonesia sudah mandiri dan ized regression weights) untuk variabel inde­
dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat penden yang selanjutnya dinilai pengaruh
kebergantungan pemerintah provinsi di In­ antarvariabel dari nilai rasio kritis (Critical
donesia terhadap dana eksternal rendah. Ratio/C.R) dan juga P-Value untuk menilai
Sementara itu, nilai rata-rata derajat desen­ signifikansi pada setiap jalur­nya. Berikut
tralisasi sebesar 42,1026. Hal ini berarti merupakan hasil pengujian dari model yang
bahwa rata-rata kemampuan daerah da­ telah dikembangkan sebelum­ nya. Penguji­
lam penyelenggaraan desentralisasi masih an kelayakan model mencerminkan ukuran
rendah. Terakhir, nilai rata-rata efisiensi kesesuaian input yang diobservasi dengan
APBD sebesar 88,6183 yang berarti bahwa prediksi model penelitian yang diusulkan.
rata-rata kinerja pemerintah daerah belum Hasil pengujian pada Tabel 2 menunjuk­
efisien karena nilai biaya pemerolehan PAD kan bahwa absolute fit indices yang meng­
yang dikeluarkan pemerintah daerah sa­ngat ukur kelayakan model secara kese­ luruhan
tinggi jika dibandingkan dengan realisa­ (model struktural dan model peng­ ukuran),
si PAD yang diterima oleh daerah tersebut. terdiri dari kai kuadrat, nilai-p, dan Good-
Hasil analisis data. Dari hasil pengo­ ness of Fit Idices (GFI) sudah memenuhi kri­
lahan data dengan pendekatan Structural teria. Begitu juga dengan hasil pengujian
Equation Modelling dengan bantuan program kelayakan model berdasarkan incremental
AMOS (lihat Gambar 2) dapat diketahui be­ fit indices untuk melihat model yang diusul­

Tabel 2. Hasil Uji Goodness of Fit Model


Indeks Kelayakan M odel Hasil Pengujian
Chi-square 3,482
P-value 0,062
GFI 0,993
NFI 0,992
CFI 0,994
IFI 0,995
TLI 0,916
Ahyaruddin, Amrillah, Faktor Penentu Kinerja Keuangan Daerah 476

kan dibandingkan dengan model lain yang dengan baik. Temuan ini menyimpulkan
dispesifikasi, terdiri dari NFI, CFI, IFI dan bahwa semakin baik pengelolaan keuang­
TLI sudah memenuhi kriteria yang ditetap­ an pemerintah daerah, seharusnya bisa
kan. Dengan demikian, dapat disimpulkan mencerminkan semakin membaiknya opini
bahwa model yang diusulkan sudah layak. audit BPK atas laporan keuangan yang disa­
Setelah melakukan uji kelayak­ an mo­ jikan. Hasil temuan penelitian ini konsisten
del, peneliti kemudian melakukan analisis dengan temuan Putry & Badrudin (2017)
jalur. Adapun ringkasan nilai koefisien ja­ yang mengatakan bahwa kinerja keuang­
lur (path coeffecient) dari hasil pengujian pe­ an berefek positif terhadap opini audit.
ngaruh antar variabel yang diteliti tercermin Namun, rasio kemandirian daerah da­
pada Tabel 3. lam penelitian ini menghasilkan pengaruh
Pengaruh rasio keuangan terhadap yang negatif terhadap opini audit. Rasio ke­
opini audit. Variabel rasio keuangan diukur mandirian daerah dalam penelitian ini me­
menggunakan rasio kemandirian daerah, rupakan tingkat sejauh mana suatu dae­
derajat desentralisasi, dan rasio efisiensi rah mampu melakukan pembiayaan secara
APBD. Pengujian analisis jalur menghasilkan mandiri atas pelaksanaan operasional dan
nilai estimate untuk variabel kemandirian tugas daerah tanpa atau sedikit berharap
daerah -0,004 dan nilai P sangat signifikan pada sumber dana pihak luar, baik melalui
(<0.001). Tabel 3 juga menampilkan nilai pinjaman maupun dari pemerintah pusat
estimate derajat desentralisasi dan efisien­ (Pickering & Jusić, 2018). Hal ini berarti
si APBD masing-masing 0,025 dan 0,009 bahwa daerah yang sedikit bergantung pada
dan keduanya signifikan. Hasil pengujian sumber dana pihak luar akan menurun­
analisis jalur ini mengindikasi bahwa rasio kan opini audit yang diterima oleh dae­ rah
keuangan menghasilkan efek signifikan ter­ tersebut. Berdasarkan data di lapangan
hadap opini audit. Rasio keuangan mencer­ ternyata memang daerah yang memiliki ra­
minkan tentang bagaimana pemerintah sio kemandirian sangat tinggi dengan rasio
daerah melakukan pengelolaan keuangan di atas 100% lebih banyak memperoleh opi­

Tabel 3. Hasil Pengujian Analisis Jalur

Variabel Estimate S.E. C.R. P Kesimpulan


Ke mandirian
Korupsi <--- 0,08 0,09 0,932 0,35 Tidak Te rdukung
Dae rah
De rajat
Korupsi <--- 0,562 0,36 1,544 0,12 Tidak Te rdukung
De se ntralisasi
Korupsi <--- Efisie nsi APBD 0,328 0,22 1,467 0,14 Tidak Te rdukung
Opini Ke mandirian
<--- -0,004 0 -3,657 *** Te rdukung
Audit Dae rah
Opini De rajat
<--- 0,025 0,01 4,849 *** Te rdukung
Audit De se ntralisasi
Opini
<--- Efisie nsi APBD 0,009 0 2,739 0,01 Te rdukung
Audit
Kine rja
<--- Korupsi 0,003 0 4,379 *** Te rdukung
Dae rah
Kine rja
<--- Opini Audit 0,202 0,05 4,256 *** Te rdukung
Dae rah
Kine rja Ke mandirian
<--- 0 0 -0,618 0,54 Tidak Te rdukung
Dae rah Dae rah
Kine rja De rajat
<--- 0,01 0 2,88 0 Te rdukung
Dae rah De se ntralisasi
Kine rja
<--- Efisie nsi APBD 0,002 0 1,15 0,25 Tidak Te rdukung
Dae rah
477 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 471-486

ni audit selain WTP dan WDP. Temuan ini but. Jika PAD suatu daerah memberikan
menarik karena kemandirian daerah yang kontribusi yang tinggi terhadap jumlah ke­
sangat tinggi bisa memunculkan persepsi seluruhan pendapatan yang mampu dihasil­
kurangnya pengawasan dan pelaporan ke­ kan oleh daerah tersebut, mencerminkan
pada pemerintah pusat sehingga memberi­ kemampuan daerah dalam melaksanakan
kan peluang bagi daerah untuk melakukan kegiatan desentralisasi semakin besar (Su­
penyelewengan yang lebih besar terhadap larso & Restianto 2011). Temuan penelitian
dana yang ada. Dalam konsep pelaksanaan ini memperkuat hasil studi Galariotis, Guyot,
otonomi daerah, sumber dana yang bera­ Doumpos, & Zopounidis (2016) dan Pradana
sal dari internal (misalnya pendapatan asli (2018) yang mengungkapkan bahwa tingkat
daerah) bisa lebih leluasa digunakan sesuai desentralisasi berpengaruh terhadap Indeks
dengan inisiatif daerah, sedangkan sumber Pembangunan Manusia (IPM). Artinya ada­
dana eksternal (misalnya transfer pemerin­ lah bahwa tingginya proporsi PAD terhadap
tah pusat) sifatnya lebih terikat dan ketat total penerimaan daerah mencerminkan ki­
dalam penggunaannya (Purcell, 2016; Siddi, nerja daerah yang semakin meningkat. Salah
2016). Oleh karena itu, temuan ini mem­ satu indikator keberhasilan daerah dalam
perkuat argumen tersebut bahwa daerah upaya pengelolaan keuangan dan pemerin­
yang mandiri dari aspek keuangan akan tahan ditunjukkan dari meningkatnya PAD
cenderung menggunakan dana secara le­ yang dihasilkan. Siddi (2016) juga mengung­
bih leluasa sehingga memunculkan terjadi­ kapkan hal yang sama bahwa pemerintah
nya penyelewengan dan pada akhirnya ber­ daerah dengan jumlah PAD yang relatif ting­
dampak pada opini audit yang kurang baik. gi akan memberikan implikasi terhadap ki­
Pengaruh rasio keuangan terhadap nerja yang tinggi juga. Sebaliknya, pemerin­
kinerja pemerintah daerah. Tabel 3 pengu­ tah daerah dengan jumlah PAD yang rendah
jian analisis jalur menampilkan nilai estima­ akan berdampak terhadap kinerja yang
si variabel kemandirian daerah dan efisiensi rendah juga. Pengelolaan PAD yang efek­
APBD masing-masing 0,000 dan 0,002 serta tif dan efisien sangat perlu dilakukan oleh
tidak signifikan (>0,05), sehingga temuan ini pemerintah daerah untuk pembangunan
tidak berpengaruh terhadap kinerja daerah. ekonomi daerah. Kontribusi yang dihasil­
Salah satu alasan yang bisa menjelaskan kan dari PAD tersebut akan tercermin ber­
temuan ini adalah bahwa biaya yang dikelu­ dasarkan jumlah pendapatan daerah yang
arkan oleh pemerintah daerah dalam meng­ mampu didistribusikan dalam pembangun­
hasilkan PAD lebih besar dari jumlah PAD an daerah sehingga bisa mewujudkan kese­
yang diterima sehingga menyebabkan tidak jahteraan bagi rakyat luas (Dollery & Grant,
efisiennya pelaksanaan otonomi daerah. Hal 2010; Lewis, 2014; Oktora & Pontoh, 2013).
ini kemudian berdampak pada kinerja dae­ Pengaruh rasio keuangan terhadap
rah yang kurang maksimal dalam pelaksa­ tingkat korupsi. Berdasarkan hasil pengu­
naan pembangunan. Temuan ini tidak kon­ jian analisis jalur yang dilakukan menun­
sisten dengan studi Trussel & Patrick (2009) jukkan bahwa nilai estimasi untuk semua
yang menyebutkan bahwa pemerintah dae­ proksi variabel rasio keuangan masing-ma­
rah yang memiliki pendapatan transfer ting­ sing 0,080, 0,562, dan 0,328 serta nilai P
gi (artinya sangat bergantung pada sumber tidak signifikan (>0,05), yang berarti rasio
dana eksternal) akan mengalami tingkat ke­ keuangan tidak mempunyai efek pada ting­
sulitan keuangan yang tinggi pula (arti­ nya kat korupsi. Temuan ini memberikan sim­
mempunyai kinerja rendah). Sebaliknya, pe­ pulan bahwa rasio keuangan yang tinggi
merintah daerah yang memiliki pendapat­an ataupun rendah di suatu daerah tidak me­
transfer rendah (artinya tidak bergantung nentukan terjadi atau tidaknya korupsi di
pada sumber dana eksternal) akan meng­ daerah tersebut. Bisa saja korupsi terjadi
alami kesulitan keuangan yang rendah pada kondisi yang rasio keuangan pemerin­
pula (artinya mempunyai kinerja tinggi). tah daerahnya baik, dan sebaliknya juga ko­
Namun, hasil analisis jalur terhadap rupsi bisa terjadi pada kondisi rasio keuang­
variabel derajat desentralisasi menemu­ an daerah buruk. Temuan ini konsisten
kan adanya efek positif pada kinerja penye­ dengan hasil studi Drew & Dollery (2015),
lenggaraan pemerintahan daerah. Derajat Heriningsih & Marita (2013), dan Quinlivan,
desentralisasi adalah suatu kontribusi yang Nowak, & Klass (2014) yang mengungkap­
dihasilkan dari PAD suatu daerah terhadap kan bahwa kinerja keuangan berdasarkan
semua penerimaan yang ada di daerah terse­ indikator kemandirian, rasio aktivitas, dan
Ahyaruddin, Amrillah, Faktor Penentu Kinerja Keuangan Daerah 478

rasio pertumbuhan tidak memiliki dampak roux (2014) mengungkapkan bahwa upaya
pada jumlah korupsi di pemerintah daerah. “koreksi” atau “perbaikan” yang dilakukan
Terjadinya korupsi di suatu daerah mung­ oleh lembaga audit serta pihak terkait ter­
kin saja disebabkan oleh faktor lain baik hadap masalah yang ditemukan merupakan
secara individu maupun institusi, seperti determinan yang paling penting terkait de­
tingkat moralitas yang rendah serta tidak ngan sejauh mana audit pemerintah dapat
adanya pengawasan yang ketat menyebab­ melakukan tugasnya dan mempromosikan
kan peluang korupsi menjadi lebih besar. transparansi dan akun­ tabilitas pemerin­
Masalah korupsi memang menjadi per­ tah. Lebih lanjut, Mathur (2018), Schelk­
soalan serius bagi pemerintah daerah di er & Eichenberger (2010) serta Blume &
Indonesia. Hal ini karena korupsi mendis­ Voigt (2011) mengungkapkan bahwa audit
torsi insentif ekonomi untuk berinvesta­ yang dilakukan terhadap pemerintah dapat
si, merongrong berbagai institusi publik, meningkatkan transparansi kebijakan pub­
meredistribusi kekayaan, dan menyebab­ lik serta mengurangi pengeluaran yang tidak
kan ketidakpercayaan di dalam masyarakat perlu. Pada sektor publik, audit pemerintah
(Everett, Neu, & Rahaman, 2007; Rios, merupakan salah satu cara fundamental
Pascual, & Cabases, 2007; Panya, Poboon, yang bertujuan untuk melakukan penga­
Phoochinda, & Teungfung, 2018). Zhou & wasan serta memastikan dan menilai tingkat
Tao (2009) mengungkapkan bahwa faktor akuntabilitas pemerintah dalam tata kelo­
penentu terjadinya korupsi adalah karena la pemerintahan modern. Dengan adanya
korupsi berhubungan dengan discretional pengawasan terhadap aktivitas ope­ rasional
power, institusi hukum yang lemah, serta pemerintahan, khususnya terkait dengan
pengawasan yang longgar atau tidak mema­ penggunaan dan pemberdayaan sumber
dai. Selain itu, korupsi di sektor publik juga daya publik, audit terhadap peme­rintah me­
terjadi karena diberikan banyak manfaat rupakan sarana untuk memperkuat pelak­
finansial dalam hal perpajakan, pengang­ sanaan akuntabilitas serta meminimali­ sasi
garan, ataupun pengadaan pemerintah dan munculnya penyelewengan kekuasaan (Liu
pengelolaan aset negara (Liu & Lin, 2012). & Lin, 2012; Nugroho & Prasetyo, 2018).
Pengaruh opini audit terhadap ki­ Audit merupakan kewajiban un­
nerja pemerintah daerah. Pengujian anali­ dang-undang yang mengharuskan BPK un­
sis jalur pada Tabel 3 menghasilkan nilai es­ tuk melakukan pemeriksaan terhadap infor­
timasi 0.202 dan nilai P signifikan (<0.001) masi yang diungkapkan pemerintah daerah
yang artinya opini audit memiliki efek posi­ dalam laporan keuangannya. Hasil audit
tif pada kinerja daerah. Hasil ini menyim­ BPK atas laporan keuangan akan memberi­
pulkan bahwa opini auditor yang semakin kan opini yang menyatakan bahwa informa­
bagus atas laporan keuangan pemerintah si yang disampaikan oleh pemerintah dae­rah
daerah akan dapat meningkatkan kinerja dalam laporan keuangannya telah memenuhi
pemerintah daerah dan temuan ini selaras kaidah dan prinsip dalam Standar Akuntansi
dengan hasil penelitian Siddi (2016). Apabi­ Pemerintahan (SAP) serta tidak me­ngandung
la hasil opini audit yang diberikan oleh BPK kesalahan penyajian yang sifat­ nya mate­
adalah WTP, mencerminkan pelaksanaan rial (Akbar, Pilcher, & Perrin, 2015; Haru­
akuntabilitas dan kinerja penyelenggaraan miati & Payamta, 2014). Opini audit BPK
pemeritah daerah sudah baik. Sebalik­ nya, tersebut merupakan pernyataan profesio­
jika opini yang diberikan berupa opini kuali­ nal auditor yang diperoleh melalui prosedur
fikasi, tidak memberikan opini, atau bahkan audit yang sesuai berdasarkan ­st­andar pe­
tidak wajar, maka laporan keuangan diang­ meriksaan keuangan negara (SPKN) de­
gap memiliki kemungkinan adanya penyaji­ ngan mempertimbangkan berbagai kriteria
an informasi material yang belum sesuai se­ (Hudaya, Smark, Watts, & Silaen, 2015;
hingga bisa mengarah pada ada­nya indikasi Kurrohman, 2013; Sofyani & Akbar, 2015).
penyelewengan. Hasil temuan ini mengindi­ Adapun kriterianya adalah informasi
kasikan bahwa perolehan opini WTP atas yang disajikan pada laporan keuangan harus
LKPD akan berdampak terhadap meningkat­ sesuai dengan SAP, sistem pengendalian in­
nya akuntabilitas dan transpa­ransi sehingga ternal yang ada harus diperiksa dan berjalan
bisa meningkatkan kinerja pemerintah dae­ dengan efektif, pengelolaan organisasi harus
rah. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh patuh dan taat pada undang-undang atau
Reichborn-Kjennerud & Johnsen (2018), regulasi. Opini auditor seringkali dijadikan
Huang & Wang (2010) serta Fitzgerald & Gi­ salah satu alat ukur untuk menilai bagaima­
479 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 471-486

na pengelolaan keuangan suatu organisasi ngungkapkan bahwa pelaksanaan otonomi


dijalankan dengan baik dan sesuai prosedur daerah yang biasa disebut sebagai desen­
(Gaspar & Mkasiwa, 2015; Keuffer, 2018). tralisasi akan berdampak pada korupsi yang
Penilaian ini dianggap lebih valid karena ber­ lebih besar di daerah. Temuan penelitian
asal dari pihak eskternal, walaupun kemudi­ ini juga diperkuat dengan teori institusional
an publik menilai adanya gejala pemerintah khususnya isomorfisma institusional. Dalam
daerah yang terkesan hanya mengejar pre­ konsep isomorfisma institusional diungkap­
dikat wajar tanpa pengecualian (WTP) (Siddi, kan bahwa organisasi berubah ke arah yang
2016; Wiratno, Ningsih, & Putri, 2016). Ha­ lebih baik karena dipengaruhi oleh kekuatan
sil temuan ini memberikan dukungan yang isomorfik yang ada di lingkungannya, yai­
kuat kepada pemerintah daerah agar selalu tu kekuatan koersif, mimetik, dan normatif
melakukan pengelolaan keuangan dengan (Akbar, Pilcher, & Perrin, 2012; Ashworth,
baik demi mempertahankan opini WTP kare­ Boyne, & Delbridge, 2009; Dimaggio & Po­
na opini audit atas laporan keuangan me­ well, 1983; Sofyani & Akbar, 2013). Akan
rupakan faktor penting dalam mendorong tetapi, faktor yang paling dominan terjadi
kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. pada organisasi sektor publik adalah fak­
Pengaruh tingkat korupsi terhadap tor koersif dalam bentuk regulasi, peratur­
kinerja pemerintah daerah. Pengujian an, dan undang-undang dan hal tersebut
anali­sis jalur Tabel 3 menampilkan bahwa ternyata bisa menyebabkan kinerja semu
tingkat korupsi menghasilkan efek positif karena hanya menyampaikan program dan
pada kinerja daerah dengan nilai estimasi kegiat­an yang berhasil saja, sedangkan prog­
0,003 dan nilai P signifikan (<0,001). Artinya ram yang tidak berhasil atau gagal cende­
bisa diambil konklusi bahwa korupsi yang rung tidak dilaporkan (Ahyaruddin & Akbar
terjadi di daerah berdampak terhadap kiner­ 2016, 2017, 2018; Nurkhamid 2008; Putra,
ja pemerintah daerah dalam pengelolaan or­ Akram, & Hermanto, 2018). Oleh karena itu,
ganisasi. Temuan penelitian ini menghasil­ dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ki­
kan pengaruh yang positif antara tingkat nerja yang baik belum tentu menjadi jamin­
korupsi dengan kinerja pemerintah daerah, an bahwa suatu daerah atau pemerintahan
yang berarti bahwa banyaknya kasus korup­ terbebas dari korupsi atau penyelewengan.
si yang terjadi tidak membuat citra pemerin­ Desentralisasi dan otonomi daerah
tah daerah (kinerja) di masyarakat menurun. memberikan dampak terhadap munculnya
Hasil penelitian ini merupakan temuan pergeseran kekuasaan dari pemerintah pu­
yang menarik untuk dibahas. Berdasarkan sat ke daerah. Salah satu penyebab yang
data di lapangan, kinerja pemerintah dae­ mungkin terjadi korupsi semakin melebar
rah dalam bidang penyelenggaraan pemerin­ di daerah adalah akibat banyaknya aturan
tahan selalu mengalami peningkatan. Tahun ataupun regulasi yang inkonsisten antara
2015 sebanyak 93,8% pemerintah dae­rah di pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Indonesia mendapatkan skor kinerja dengan (McAdam, Walker, & Hazlett, 2011; Laskar
kategori baik dengan nilai di atas dua yang & Maji, 2018; Pahlevi & Setiawan, 2017).
berarti tinggi. Sama halnya pada penyeleng­ Untuk menghindari terjadinya korupsi, pe­
garaan pemerintah daerah dalam bidang ngelolaan organisasi pemerintahan harus
pengelolaan keuangan. Indikator membaik­ lebih akuntabel dan perlu adanya penga­
nya kinerja di bidang pengelolaan keuang­ wasan (monitoring) yang ketat (Artha, Ba­
an tercermin dari pemeriksaan BPK yang suki, & Alamsyah, 2015). Hal ini bertujuan
diungkapkan melalui opini auditnya. Pada agar masalah ketidaksesuain informasi an­
tahun 2011 opini WTP yang diberikan BPK tara pusat dan daerah tidak terjadi sehingga
terhadap pemerintah daerah hanya sebe­ kemungkinan korupsi yang bisa dilakukan
sar 13% dan tahun 2014 terjadi kenaikan pemerintah juga semakin diminimalisasi.
yang signifikan yaitu sebanyak 47% (Badan Korupsi yang saat ini terjadi menun­
Pemeriksa Keuangan, 2017). Berdasarkan jukkan tantangan serius yang harus disele­
data tersebut dapat disimpulkan bahwa ki­ saikan karena menurunkan kepercayaan
nerja pemerintah daerah secara umum su­ publik dan berdampak terhadap proses
dah cukup baik. Namun, ternyata data di pembangunan. Heriningsih & Marita (2013),
lapangan juga menunjukkan bahwa kinerja Lewis, McCulloch, & Sacks (2016), dan Rat­
yang baik tersebut diikuti oleh korupsi yang mono & Rochmawati (2018) menyebutkan
semakin meningkat di daerah. Hal ini kon­ bahwa korupsi pada suatu negara bisa men­
sisten dengan studi Cordis (2014) yang me­ ciptakan sistem demokrasi yang sulit karena
Ahyaruddin, Amrillah, Faktor Penentu Kinerja Keuangan Daerah 480

proses formal tidak berjalan dengan semes­ hadap kinerja pemerintah daerah. Temuan
tinya sehingga pada akhirnya menyebabkan ini memberi simpulan bahwa perolehan opi­
pengelolaan organisasi pemerintahan men­ ni WTP atas LKPD akan berdampak terhadap
jadi buruk. Menurut model voting ekonomi meningkatnya akuntabilitas dan transpa­
dalam suatu negara, pemilih atau rakyat ransi sehingga dapat meningkatkan ki­nerja
cenderung memberi hadiah atau memberi pemerintah daerah. Hal ini karena audit
hukuman kepada para petahana berdasar­ merupakan salah satu bentuk pengawasan
kan kinerja ekonomi mereka. Prevalensi vo­ dan peme­riksaan terhadap pengelolaan dana
ting ekonomi di seluruh negara menyiratkan peme­rintah secara efisien dan efektif. Ko­
bahwa pemilih dapat mengabaikan masalah rupsi yang terjadi di daerah juga berdampak
korupsi ketika negara berada dalam kondisi ter­hadap kinerja pemerintah daerah dalam
ekonomi yang baik, terlepas dari signifikan­ pengelolaan organisasi. Namun, kinerja yang
si korupsi. Namun, ketika ekonomi bera­ baik belum tentu menjamin suatu daerah
da dalam situasi yang mengerikan, pemilih terbebas dari korupsi atau penyelewengan.
meng­identifikasi korupsi politik sebagai ala­ Hasil studi ini menghasilkan implikasi
san utama untuk menilai kinerja rezim yang teoritis bagi pengayaan literatur akuntan­
buruk dan menghukum petahana dengan si khususnya pada area sektor publik serta
tidak memilihnya dalam pemilihan umum memperkuat penjelasan teori institusional
(Choi & Woo, 2010; Mohamadi, Peltonen, & khususnya isomorfisma institusional. Teori
Wincent, 2017; Muñoz, Anduiza, & Galle­ institusional khususnya isomorfisma ins­
go, 2016; Rohman, 2009; Sørensen, 2014). titusional mengatakan bahwa organisasi
cenderung berubah karena adanya kekuat­
SIMPULAN an isomorfik yang ada di lingkungannya
Hasil pengujian empiris pada data yang serta ingin mendapatkan legitimasi dan
ada menemukan bukti bahwa rasio keuang­ dukungan organisasi eksternal sehingga
an yang diproksikan dengan kemandirian ber­dampak pada kinerja yang cenderung
daerah, derajat desentralisasi, dan efisiensi semu. Selain itu, penelitian ini memberi
APBD memiliki pengaruh signifikan terha­ implikasi praktis kepada pemerintah dae­
dap opini audit. Derajat desentralisasi juga rah di mana pemerintah daerah harus le­
ditemukan memiliki efek positif pada ki­ bih aware terhadap pencapaian kinerja
nerja penyelenggaraan pemerintah daerah. yang riil bukan hanya sebatas formalitas
Hasil ini memberi simpulan bahwa penye­ untuk meraih opini WTP dan mengabaikan
lenggaraan dan pengelolaan kegiatan pe­ penyelewengan atau korupsi yang terjadi.
merintahan, khususnya pada bidang penge­ Hal ini karena dalam sistem demokrasi se­
lolaan keuangan yang baik, akan linier de­ perti Indonesia, korupsi atau penyelewengan
ngan hasil pemeriksaan BPK yang tercermin pada akhirnya bisa menciptakan preferensi
pada opini audit yang juga semakin baik se­ masyarakat untuk tidak memilih petahana
hingga pada akhirnya juga berdampak ter­ yang memiliki kinerja ekonomi yang buruk.
hadap peningkatan kinerja pemerintahan. Terakhir, penelitian ini memiliki bebe­
Namun, temuan lain dalam studi ini tidak rapa kelemahan dan keterbatasan sehingga
bisa memberikan bukti adanya pengaruh perlu upaya perbaikan dan pengembang­
rasio keuang­ an terhadap tingkat korupsi. an pada penelitian-penelitian selanjutnya.
Rasio keuangan yang tinggi ataupun rendah Pertama, penggunaan proksi variabel ra­
di suatu daerah tidak menentukan ada atau sio keuangan hanya tiga rasio, masih ba­
tidaknya korupsi di daerah tersebut. Bisa nyak rasio keuangan yang bisa dimasukkan
saja korupsi terjadi di daerah pada kondisi dalam penelitian seperti rasio kontribusi
di mana rasio keuangan pemerintah daerah BUMD, rasio kebergantungan keuangan,
baik, dan sebaliknya. Temuan ini dapat di­ rasio efektifitas, dan rasio lainnya yang ter­
artikan bahwa terjadinya korupsi di suatu kait. Penelitian selanjutnya bisa menambah
daerah mungkin saja disebabkan oleh faktor dan meng­analisis variabel-variabel tersebut
lain baik secara individu maupun institusi, secara lebih detail. Kedua, penelitian ini ha­
seperti tingkat moralitas yang rendah serta ti­ nya menggunakan data sekunder dari hasil
dak adanya pengawasan yang ketat sehingga lapor­an Realisasi APBD pemerintah kabupa­
menyebabkan peluang korupsi lebih besar. ten/Kota, tanpa dilakukan konfirmasi dalam
Selanjutnya, penelitian ini juga mengung­ bentuk wawancara untuk mengetahui dan
kapkan temuan yang menarik yaitu opini menjelaskan secara lebih detail hasil temuan
audit dan tingkat korupsi berefek positif ter­ penelitian. Oleh karena itu, penelitian lanjut­
481 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 471-486

an disarankan memperlebar dan memperlu­ Bisnis, 11(2), 214-229. http://dx.doi.


as rentang waktu dan data serta menam­ org/10.21107/infestasi.v11i2.1133
bahkan metode kualitatif melalui wawan­ Ashworth, R., Boyne, G., & Delbridge, R.
cara untuk mendapatkan hasil yang optimal (2009). Escape from the Iron Cage? Or­
dan robust terkait temuan yang diperoleh. ganizational Change and Isomorphic
Pressures in the Public Sector. Journal
UCAPAN TERIMA KASIH of Public Administration Research and
Penulis mengucapkan terima kasih ke­ Theory, 19(1), 165–187. https://doi.
pada Direktorat Riset dan Pengabdian Ma­ org/10.1093/jopart/mum038
syarakat Kementerian Riset Teknologi dan Babatunde, S. A. (2018). Government Spend-
Pendidikan Tinggi yang telah memberikan ing on Infrastructure and Economic
hibah dana penelitian dalam skema Peneli­ Growth in Nigeria. Economic Research,
tian Dosen Pemula (PDP) serta kepada LPPM 31(1), 997-1014. https://doi.org/10.10
Universitas Muhammadiyah Riau yang te­ 80/1331677X.2018.1436453
lah memfasilitasi penelitian ini dengan baik. Blume, L., & Voigt, S. (2011). Does Orga-
nizational Design of Supreme Audit In­
DAFTAR RUJUKAN stitutions Matter? A Cross-Country As­
Ahyaruddin, M., & Akbar, R. (2016). The Re- sessment. European Journal of Political
lationship between the Use of a Perfor­ Economy, 27(2), 215–229. https://doi.
mance Measurement System, Organi­ org/10.1016/j.ejpoleco.2010.07.001
zational Factors, Accountability, and Badan Pemeriksa Keuangan. (2017). Lapor-
the Performance of Public Sector Orga­ an Hasil Pemeriksaan Badan Pemerik-
nizations. Journal of Indonesian Econo- sa Keuangan RI atas Laporan Keuang­­-
my and Business, 31(1), 1–22. https:// an Pemerintah Pusat Tahun 2017. Ter­
doi.org/10.22146/jieb.10317 sedia pada: http://www.bpk.go.id/
Ahyaruddin, M., & Akbar, R. (2017). Akunta- assets/files/lkpp/2017/
bilitas dan Kinerja Instansi Pemerin­ lkpp_2017_1527751554.pdf (Diakses
tah: Semu atau Nyata? Jurnal Akun- 12 September 2018).
tansi & Auditing Indonesia, 21(2), 105- Choi, E., & Woo, J. (2010). Political Corrup-
117. https://doi.org/10.20885/jaai.vol tion, Economic Performance, and Elec­
21.iss2.art3 toral Outcomes: A Cross-National Anal­
Ahyaruddin, M., & Akbar, R. (2018). Indo- ysis. Contemporary Politics, 16(3), 249–
nesian Local Government’s Account­ 262. https://doi.org/10.1080/135697
ability and Performance: The Isomor­ 75.2010.501636
phism Institutional Perspective. Jurnal Colquhoun, P. (2013). Political and Organi-
Akuntansi dan Investasi, 19(1), 1–11. zational Legitimacy of Public Sector
https://doi.org/10.18196/jai.190187 Auditing in New Zealand Local Go-
Akbar, R., Pilcher, R., & Perrin, B. (2012). vernment. Accounting History, 18(4),
Performance Measurement in Indone- 473–489. https://doi.org/10.1177/10
sia: The Case of Local Government. Pa- 32373213505798
cific Accounting Review, 24(3), 262–291. Cordis, A. S. (2014). Corruption and the
https://doi.org/10.1108/01140581211 Composition of Public Spending in the
283878 United States. Public Finance Review,
Akbar, R., Pilcher, R., & Perrin, B. (2015). Im- 42(6), 745–773. https://doi.org/10.11
plementing Performance Measurement 77/1091142114531320
Systems: Indonesian Local Government Darwanis, & Saputra, R. (2014). Pengaruh
Under Pressure. Qualitative Research in Belanja Modal terhadap Pendapatan
Accounting & Management, 12(1), 3-33. Asli Daerah dan Dampaknya pada
https://doi.org/10.1108/QRAM-03- Kinerja Keuangan Pemerintah Dae­
2013-0013 rah (Studi Empiris pada Pemerintah
Artha, R., Basuki, D. P., & Alamsyah. (2015). Daerah Kabupaten/Kota di Provin­
Pengaruh Karakteristik Pemerintah si Aceh). Jurnal Dinamika Akuntan-
Daerah dan Temuan Audit BPK terha­ si dan Bisnis, 1(2), 183-199. https://
dap Kinerja Penyelenggaraan Pemerin­ doi.org/10.24815/jdab.v1i2.3628
tahan Daerah (Studi Empiris pada Pe­ Dimaggio, P. J., & Powell, W. W. (1983).
merintah Kabupaten/Kota di Provinsi The Iron Cage Revisited: Institutional
NTB). InFestasi: Jurnal Akuntansi dan and Collective Rationality in Organi-
Ahyaruddin, Amrillah, Faktor Penentu Kinerja Keuangan Daerah 482

zational Fields. American Sociological Multiparadigma, 2(1), 22-34. https://


Review. https://doi.org/10.2307/209 doi.org/10.18202/jamal.2011.04.7108
5101f Fitzgerald, B. C., & Giroux, G. A. (2014). Vo-
Deb, R. (2018). Financial Audit or Foren- luntary Formation of Audit Committees
sic Audit? Government Sector Panora­ by Large Municipal Governments. Re-
ma. Indian Journal of Corporate Go­ search in Accounting Regulation, 26(1),
vernance, 11(2), 135–158. https://doi. 67-74. https://doi.org/10.1016/j.ra­
org/10.1177/0974686218806724 creg.2014.02.006
Dewata, E., Ilmiyyah, N. M., & Sarikadarwa- Galariotis, E., Guyot, A., Doumpos, M., &
ti. (2017). Faktor–Faktor yang Mem­ Zopounidis, C. (2016). A Novel Multi-At­
pengaruhi Kinerja Keuangan Pemerin­ tribute Benchmarking Approach for
tah Kabupaten/Kota di Provinsi Suma­ Assessing the Financial Performance
tera Selatan Tahun 2012-2015. Jurnal of Local Governments: Empirical Evi­
Akuntansi, Ekonomi, dan Manajemen dence from France. European Journal of
Bisnis, 5(1), 147-162. https://doi.org/ Operational Research, 248(1), 301-317.
10.30871/jaemb.v5i1.446 https://doi.org/10.1016/j.ejor.2015.
Doig, A. (2014). Roadworks Ahead? Address- 06.042
ing Fraud, Corruption and Conflict of Gaspar, A. F., & Mkasiwa, T. A. (2015). Mana-
Interest in English Local Government. ging Performance or Legitimacy? A Case
Local Government Studies, 40(5), 670- Study of the Tanzanian Local Govern­
686. https://doi.org/10.1080/030039 ment Authorities. Journal of Accounting
30.2013.859140 in Emerging Economies, 5(4), 424-456.
Dollery, B., & Grant, B. (2010). Economic https://doi.org/10.1108/JAEE-03-
Efficiency Versus Local Democracy? An 2013-0016
Evaluation of Structural Change and Gudono. (2012). Analisis Data Multivariat
Local Democracy in Australian Local (Edisi Ke-2). Yogyakarta: BPFE.
Government. Journal of Interdisciplin- Halim, A. (2008). Analisis Investasi (Belanja
ary Economics, 23(1), 1–20. https://doi. Modal) Sektor Publik – Pemerintah Dae-
org/10.1177/026010791102300101 rah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Drew, J., & Dollery, B. (2015), Inconsistent Harumiati, Y., & Payamta. (2014). Penga-
Depreciation Practice and Public Poli­ ruh Karakteristik Pemerintah Daerah
cymaking: Local Government Reform in dan Temuan Audit BPK terhadap Kiner­
New South Wales. Australian Account- ja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
ing Review, 25(1), 28-37. https://doi. di Indonesia Tahun Anggaran 2011. As-
org/10.1111/auar.12072 sets: Jurnal Akuntansi dan Pendidikan,
Drew, J., Kortt, M., & Dollery, B. (2015). 3(2), 75-87. http://doi.org/10.25273/
What Determines Efficiency in Local jap.v3i2.1244
Government? A DEA Analysis of NSW He, Z. (2016). Local Government Innova-
Local Government. Economic Papers: A tion and Revealed Ideas of Political Le­
Journal of Applied Economics and Poli- gitimacy: A Comparative Study between
cy, 34(4), 243-256. https://doi.org/10. the United States and China. Journal
1111/1759-3441.12118 of Chinese Political Science, 21(1), 1-19.
Eckardt, S. (2008), Political Accountability, https://doi.org/10.1007/s11366-015-
Fiscal Conditions and Local Govern­ 9376-9
ment Performance-Cross Sectional Evi- Hendawati, H., Komarasakti, D., & Ansori, S.
dence from Indonesia. Public Adminis- (2017). Analisis Faktor-Faktor yang
tration Development, 28(1), 1-17. Mempengaruhi Kinerja Keuangan di
https://doi.org/10.1002/pad.475 Pemerintahan Daerah. Jurnal Riset
Everett, J., Neu, D., & Rahaman, A. S. (2007). Akuntansi dan Keuangan, 5(3), 1643-
Accounting and the Global Fight Against 1655. https://doi.org/10.17509/jrak.
Corruption. Accounting, Organizations v5i3.9229
and Society, 32(6), 513–542. https:// Heriningsih, S., & Marita. (2013). Pengaruh
doi.org/10.1016/j.aos.2006.07.002 Opini Audit dan Kinerja Keuangan Pe­
Fitri, F., & Indriani, M. (2011). Perenca- merintah Daerah Terhadap Tingkat
naan dan Penganggaran Pemerintah Korupsi Pemerintah Daerah (Studi Em­
Daerah Otonomi Khusus Ditinjau dari piris pada Pemerintah Kabupaten dan
Aspek Keprilakuan. Jurnal Akuntansi Kota di Pulau Jawa). Buletin Ekonomi,
483 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 471-486

11(1), 1-12. Evidence from Listed State-Owned


Huang, R. B., & Wang, Y. T. (2010). The Enterprises in China. China Journal
Empirical Study on Provincial Govern­ of Accounting Studies, 3(4), 320-347.
ment Audit Quality (2002–2006). Ac- https://doi.org/10.1080/21697213.20
counting Research, 6, 70–76. 15.1100090
Hudaya, M., Smark, C., Watts, T., & Si- Liu, J., & Lin, B. (2012). Government Audit-
laen, P. (2015). The Use of Account­ ing and Corruption Control: Evidence
ability Reports and the Accountability from China ’ s Provincial Panel Data.
Forum: Evidence from an Indonesian China Journal of Accounting Research,
Local Government. Australasian Ac- 5(2), 163–186. https://doi.org/10.10
counting, Business and Finance Journal, 16/j.cjar.2012.01.002
9(4), 57-70. https://doi.org/10.14453/ Makin, A. J. (2013). The Policy (In)Effec-
aabfj.v9i4.5 tiveness of Government Spending in a
Keuffer, N. (2018). Does Local Autonomy Dependent Economy. Journal of Eco-
Facilitate Local Government Reform nomic Policy Reform, 16(3), 287-301.
Initiatives? Evidence from Switzerland. https://doi.org/10.1080/17487870.20
International Journal of Public Sector 13.812937
Management, 31(4), 426-447. https:// Mathur, B. P. (2018). The Comptroller
doi.org/10.1108/IJPSM-01-2017-0016 and Auditor General: Reform the Insti­
Kurrohman, T. (2013). Evaluasi Pengang- tution to Enforce Government’s Ac­
garan Berbasis Kinerja melalui Ki­ countability. Indian Journal of Public
nerja Keuangan yang Berbasis Value ­Administration, 64(3), 442–453. https://
for Money di Kabupaten/Kota di Jawa doi.org/10.1177/0019556118780092
Timur. Jurnal Dinamika Akuntansi, McAdam, R., Walker, T., & Hazlett, S. A. (2011).
5(1), 1-13. https://doi.org/10.15294/ An Inquiry into the Strategic Opera­
jda.v5i1.2558 tional Role of Performance Manage­
Kusumawardani, M. (2012). Pengaruh Size, ment in Local Government. Interna-
Kemakmuran, Ukuran Legislatif, Lever­ tional Journal of Public Sector Mana­
age terhadap Kinerja Keuangan Pemer­ gement, 24(4), 303-324. https://doi.
intah Daerah di Indonesia. Account- org/10.1108/09513551111133470
ing Analysis Journal, 3(1), 361–369. McGarvey, N. (2012). Expectations, Assump-
https://doi.org/10.15294/aaj.v1i1.453 tions and Realities: Scottish Local Go­
Laskar, N., & Maji, S. G. (2018). Disclosure vernment Post-Devolution. The British
of Corporate Sustainability Perfor­ Journal of Politics and Internatio­nal­Re-
mance and Firm Performance in Asia. lations, 14(1), 153–174. https://doi.
Asian Review of Accounting, 26(4), 414- org/10.1111/j.1467-856X.2011.004
443. https://doi.org/10.1108/ARA-02- 64.x
2017-0029 Mohamadi, A., Peltonen, J., & Wincent, J.
Latan, H., & Gudono. (2013). SEM Struc- (2017). Government Efficiency and Cor­
tural Equation Modelling Aplikasi Soft- ruption: A Country-Level Study with
ware TETRAD IV (1st ed.). Yogyakarta: Implications for Entrepreneurship.
BPFE. Journal of Business Venturing Insights,
Lewis, B. D. (2014). Indonesian Intergovern- 8, 50-55. https://doi.org/10.1016/j.
mental Performance Grants: An Em­ jbvi.2017.06.002
pirical Assessment of Impact. Bulletin Muñoz, J., Anduiza, E., & Gallego, A. (2016).
of Indonesian Economic Studies, 50(3), Why Do Voters Forgive Corrupt May­
415-433. https://doi.org/10.1080/000 ors? Implicit Exchange, Credibility of In-
74918.2014.980378 formation and Clean Alternatives, Local
Lewis, B. D., McCulloch, N., & Sacks, A. Government Studies, 42(4), 598-615.
(2016). Measuring Local Government https://doi.org/10.1080/03003930.20
Service Delivery Performance: Chal­ 16.1154847
lenges and (Partial) Solutions in Indo­ Nugroho, T. R., & Prasetyo, N. E. (2018). Pe-
nesia. Journal of International Devel- ngaruh Karakteristik Pemerintah Dae­
opment, 28(5), 808-817. https://doi. rah terhadap Kinerja Keuangan Peme­
org/10.1002/jid.3106 rintah Daerah Kabupaten dan Kota di
Liu, H., & Li, X. (2015). Government De- Jawa Timur. Assets: Jurnal Akuntansi
centralisation and Corporate Fraud: dan Pendidikan, 7(1), 27-34. http://
Ahyaruddin, Amrillah, Faktor Penentu Kinerja Keuangan Daerah 484

doi.org/10.25273/jap.v7i1.1823 Auditors and Fiscal Policy: Empirical


Nurdin, Stockdale, R., & Scheepers, H. Evidence on a little Big Institution. Jour-
(2014). Coordination and Cooperation nal of Comparative Economics, 38(4),
in E-Government: An Indonesian Lo­ 357–380. https://doi.org/10.1016/j.jc
cal E-Government Case. The Electronic e.2010.09.002
Journal of Information Systems in Devel- Oktora, F. E., & Pontoh, W. (2013). Analisis
oping Countries, 61(1), 1-21. https:// Hubungan Pendapatan Asli Daerah,
doi.org/10.1002/j.1681-4835.2014. Dana Alokasi Umum, dan Dana Alo­
tb00432.x kasi Khusus atas Belanja Modal pada
Nurkhamid, M. (2008). Implementasi Inovasi Pemerintah Daerah Kabupaten Toli­
Sistem Pengukuran Kinerja Instansi toli Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal
Pemerintah. Jurnal Akuntansi Pemerin- Accountability, 2(1), 1-10. https://doi.
tah, 3(1), 45–75. org/10.32400/ja.2337.2.1.2013.1-10
Prabowo, H. Y. (2014). To be Corrupt or Not Pahlevi, A., & Setiawan, D. (2017). Apakah
to be Corrupt: Understanding the Be­ Karakteristik Kepala Daerah Berdam-
havioral Side of Corruption in Indo­ pak terhadap Kinerja Pemerintahan?
nesia. Journal of Money Laundering Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 8(3),
Control, 17(3), 306-326. https://doi. 571-582. https://doi.org/10.18202/ja­
org/10.1108/JMLC-11-2013-0045 mal.2017.12.7074
Pradana, M. (2018). Alokasi Belanja Peme- Panya, N., Poboon, C., Phoochinda, W.,
rintah dan Indeks Pembangunan Ma­ & Teungfung, R. (2018). The Perfor­
nusia di Indonesia. Jurnal Develop, mance of the Environmental Mana­
2(1), 1-15. https://doi.org/10.25139/ gement of Local Governments in Thai­
dev.v2i1.960 land. Kasetsart Journal of Social Scienc-
Purbasari, H., & Bawono, A. D. B. (2017). es, 39(1), 33-41. https://doi.org/10.10
Pengaruh Desentralisasi Fiskal, Sistem 16/j.kjss.2017.03.001
Pengendalian Internal dan Kinerja Pe­ Pickering, P. M., & Jusić, M. (2018). Making
merintah Daerah terhadap Akuntabili­ Local Government Work Better: How
tas Laporan Keuangan. Riset Akuntan- Local and Internationally Sponsored
si dan Keuangan Indonesia, 2(2), 102- Institutions Interact to Influence Per­
108. https://doi.org/10.23917/reaksi. formance in Bosnia-Herzegovina. Go­
v2i2.4884 vernance, 31(4), 665-682. https://doi.
Putra, A. P., Akram, & Hermanto. (2018). De- org/10.1111/gove.12328
terminan Akuntabilitas Kinerja Peme­ Purcell, A. J. (2016). Australian Local Govern-
rintah di Kabupaten Lombok Barat. ment Corruption and Misconduct. Jour­
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuang­an, nal of Financial Crime, 23(1), 102-118.
2(2), 271-190. http://dx.doi.org/10.24 https://doi.org/10.1108/JFC-10-
034/j25485024.y2018.v2.i2.3942 2013-0060
Putry, N. A. C., & Badrudin, R. (2017). Pe- Putra, W. E. (2018). Analisis Pengaruh Pe-
ngaruh Kinerja Keuangan Daerah ter­ ngawasan Fungsional, Akuntabilitas
hadap Opini Audit dan Kesejahteraan Publik dan Peningkatan Pelayanan
Masyarakat di Daerah Istimewa Yogya­ Publik terhadap Kinerja Pemerintah
karta. Jurnal Riset Manajemen & Bisnis, Daerah (Studi Empiris pada SKPD di
12(1), 25–34. Provinsi Jambi). Jurnal Akuntansi dan
Rini, R., & Damiati, L. (2017). Analisis Ha- Pajak, 18(2), 181-187. https://doi.
sil Audit Pemerintahan dan Tingkat org/10.29040/jap.v18i2.143
Korupsi Pemerintahan Provinsi di In­ Quinlivan, D. , Nowak, M., & Klass, D.
donesia. Jurnal Dinamika Akuntansi (2014), From Accountability to Assur­
dan Bisnis, 4(1), 73-90. https://doi. ance – Stakeholder Perspectives in Lo­
org/10.24815/jdab.v4i1.4933 cal Government. Australian Journal of
Rios, V., Pascual, P., & Cabases, F. (2017). Public Administration, 73(2), 206-217.
What Drives Local Government Spend­ https://doi.org/10.1111/1467-8500.
ing in Spain? A Dynamic Spatial Panel 12080
Approach. Spatial Economic Analysis, Ratmono, D., & Rochmawati, A. (2018). De-
12(2-3), 230-250. https://doi.org/10.1 terminan Optimalisasi Penggunaan
080/17421772.2017.1282166 Aset Tetap Pemerintah Daerah. Jurnal
Schelker, M., & Eichenberger, R. (2010). Akuntansi Multiparadigma, 9(2), 236-
485 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 471-486

247. https://doi.org/10.18202/jamal. Sofyani, H., & Akbar, R. (2013). Hubung-


2018.04.9014 an Faktor Internal Institusi dan Im­
Reichborn-Kjennerud, K., & Johnsen, Å. plementasi Sistem Akuntabilitas Ki­
(2018). Performance Audits and Su­ nerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di
preme Audit Institutions’ Impact Pemerintah Daerah. Jurnal Akuntansi
on Public Administration: The Case dan Keuangan Indonesia, 10(2), 184–
of the Office of the Auditor Gene­ 205. https://doi.org/10.21002/jaki.
ral in Norway. Administration & Soci- 2013.10
ety, 50(10), 1422–1446. https://doi. Sørensen, R. J. (2014). Political Competi-
org/10.1177/0095399715623315 tion, Party Polarization, and Govern­
Rini, & Damiati, L. (2017). Analisis Hasil ment Performance. Public Choice, 161(3),
Audit Pemerintahan dan Tingkat Korup­ 427-450. https://doi.org/10.1007/s11
si Pemerintahan Provinsi di Indonesia. 127-014-0168-0
Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis, Sularso, H., & Restianto, Y. (2011). Penga-
4(1), 73-90. https://doi.org/10.24815/ ruh Kinerja Keuangan Terhadap Alo­
jdab.v4i1.4933 kasi Belanja Modal dan Pertumbuhan
Røge, K. M. & Lennon, N. J. (2018). A Study Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Te­
on the Criteria of Internal Transparen­ ngah. Media Riset Akuntansi, 1(2), 109-
cy, Efficiency and Effectiveness in Mea­ 124. https://doi.org/10.1007/s13398-
suring Local Government Performance. 014-0173-7.2
Financial Accountability & Manage- Supriatna, N. (2016). Pengaruh Implemen-
ment in Governments, Public Services & tasi Sistem Pengendalian Internal terh­
Charities, 34(4), 392–409. https://doi. adap Kinerja Instansi Pemerintah (Stu­
org/10.1111/faam.12176 di Kasus pada Organisasi Perangkat
Rohman, A. (2009). Pengaruh Implemen- Daerah Pemerintah Kota Bandung). Jur-
tasi Sistem Akuntansi, Pengelolaan nal Riset Akuntansi dan Keuangan, 4(1),
Keuangan Daerah terhadap Fungsi 941-948. https://doi.org/10.17509/
Pengawasan dan Kinerja Pemerintah jrak.v4i1.7716
Daerah (Survei pada Pemda di Jawa Sutopo, B., Wulandari, T. R., Adiati, A.
Tengah). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, K., & Saputra, D. A. (2017). E-Govern­
9(1), 21-32. https://doi.org/10.20961/ ment, Audit Opinion, and Performance
jab.v9i1.87 of Local Government Administration
Rosa, C. P., & Morote, R. P. (2016). The Audit in Indonesia. Australasian Accounting,
Report as an Instrument for Account­ Business and Finance Journal, 11(4),
ability in Local Governments: A Pro­ 6-22. https://doi.org/10.14453/aabfj.
posal for Spanish Municipalities. In- v11i4.2
ternational Review of Administrative Torres, L., Pina, V., & Martí, C. (2012). Using
Sciences, 82(3), 536–558. https://doi. Non-Mandatory Performance Measures
org/10.1177/0020852314566000 in Local Governments. Baltic Journal of
Rusmin, Astami, E. W., & Scully, G. (2014). Management, 7(4), 416-428. https://
Glennda, Local Government Units in doi.org/10.1108/17465261211272166
Indonesia: Demographic Attributes Transparency International Indonesia.
and Differences in Financial Condition. (2015). Survei Persepsi Korup­
Australasian Accounting, Business and si 2015. Tersedia pada: https://
Finance Journal, 8(2), 88-109. https:// inovasi.lan.go.id/uploads/down­
doi.org/10.14453/aabfj.v8i2.7 load/1458245917_IPK_2015_LAPO­
Sholihin, M., & Ratmono, D. (2013). Anali- RAN_AKHIR_-_fin_2.pdf (Diakses 24
sis SEM-PLS dengan WarpPLS 3.0 untuk Juli 2018).
Hubungan Nonlinier dalam Penelitian Trussel, J. M., & Patrick, P. A. (2009). A
Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Predictive Model of Fiscal Distress in
ANDI. Local Governments. Journal of Pub-
Siddi, P. (2016). Peran Karakteristik Keuang- lic Budgeting, Accounting & Financial
an dan Opini Audit dalam Meningkat­ Management, 21(4), 578–616. https://
kan Kinerja Penyelenggaraan Pemerin­ doi.org/10.1108/JPBAFM-21-04-
tahan Daerah. Jurnal Akuntansi Multi- 2009-B004
paradigma, 7(3), 419–436. https://doi. Valcarcel, V. (2013). The Impact of Govern-
org/10.18202/jamal.2016.12.7030 ment Spending on Private Spending in
Ahyaruddin, Amrillah, Faktor Penentu Kinerja Keuangan Daerah 486

a Two-Sector Economy. Public Finance Manajerial dengan Komitmen Organi­


Review, 41(2), 248–272. https://doi. sasi, Motivasi dan Struktur Desentral­
org/10.1177/1091142112444155 isasi sebagai Variabel Pemoderasi. Jur-
Wilfahrt, M. (2018). The Politics of Local nal Akuntansi, 20(1), 150-166. https://
Government Performance: Elite Cohe­ doi.org/10.24912/ja.v20i1.81
sion and Cross-Village Constraints in Zhou, L., & Tao, J. (2009). Government
Decentralized Senegal. World Develop­ Size, Market-Orientation and Region­
ment, 103, 149-161. https://doi.org/ al Corruption: Evidence from the Pro­
10.1016/j.worlddev.2017.09.010 vincial Level Panel Data. Economic Re-
Wiratno, A., Ningsih, W., & Putri, N. K. (2016). search Journal, 4(3), 425–448. https://
Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja doi.org/10.1007/s11459-009-0023-2

Anda mungkin juga menyukai