Anda di halaman 1dari 1

Patofisiologi

Genetika, biologi molekuler, dan patofisiologi SCD sudah banyak diketahui. Defek hemoglobin (Hbs),
ketika terpapar penurunan oksigen, hemoglobin menjadi kental, kelarutannya akan berkurang dan
membentuk substansi seperti gel yang mengandung kristal hemoglobin yang memengaruhi sel darah
merah. Gumpalan kristal ini membentuk rantai panjang yang membentuk filamen paralel yang
menggangu membran dan mengubah bentuk sel menjadi seperti sabit. Sel sabit ini menjadi kaku,
lengket, dan rapuh. Sel ini menggumpal dan menggangu sirkulasi di kapiler, menyebabkan infark
mikroskopis, hipoksia jaringan, dan semakin berbentuk sabit. Reaksi terhadap Hbs menyebabkan gejala
klinis berat ganguan penyabitan (sickling): anemia hemolitik, krisis selsabit yang nyeri, dan kerusakan
organ multipel.

Krisis sel sabit merupakan perburukan episodik gangguan yang akutyang dipicu menurunnya kadar
oksigen dan krisis yang berhubungan dengannya. Paparan rendah oksigen (tekanan oksigen rendah)
menyebabkan proses penyabitan (sickling), seperti tinggal di ketinggian, naik pesawat yang tidak diberi
tekanan udara, latihan sangat berat (termasuk pelatihan militer) terkena infeksi saluran napas, atau
menjalani anestesia tanpa mendapat oksigen yang cukup. Krisis sel sabit paling sering kali disebabkan
vasooklusi jaringan dan organ (krisis vasooklusif) krisis ini paling umum membutuhkan penanganan
medis. Kondisi tersebut dapat dipicu oleh stres, paparan air dingin atau temperatur dingin, hipoksia, atau
infeksi, kebanyakan krisis terjadi tanpa penyebab yang jelas.

Sindrom kerusakan organ juga merupakan tanda SCD Kerusakan organ disebabkan peningkatan kadar
fibrinogen dan faktor pembekuan plasma (produk hemolisis) yang berkontribusi pada pembentukan
mikrotrombus dan mengakibatkan mikroinfark dan nekrosis jaringan organ vital. Organ yang paling
rentan terhadap infark dan nekrosis adalah otak, jantung. paru dan ginjal karena organ ini secara terus -
menerus membutuhkan oksigen serta sumsum tulang dan limpa karena meningkatnya kebutuhan pada
organ ini untuk mengganti eritrosit yang rusak.

Patofisiologi

Pada talasemia alfa, terdapat mutasi pada gen alfa- globin. Pada talasemia minor, gen beta-globin
mengalami mutasi, mengakibatkan sedikit kerusakan pada sintesis beta globin. Pada talasemia mayor,
mutasi terjadi pada kedua gen globin, mengakibatkan gangguan nyata pada sintesis beta-globin, ditandai
dengan menurunnya produksi hemoglobin dan anemia berat. Hemolisis merupakan akibat dari ketidak
seimbangan rantai alfa dan beta globin yang biasanya berpasangan. Banyaknya agregat rantai alfa dan
beta globin yang tidak berpasangan dan membentuk presipitat yang merusak sel darah merah,
mengakibatkan hemolisis intravaskular.

Anda mungkin juga menyukai